Anda di halaman 1dari 8

PEMERINTAH KOTA MADIUN

DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA


UPTD. PUSKESMAS NGEGONG
Jalan KeningarNgegong,Madiun, KodePos: 63125, JawaTimur
Telepon(0351) 462272
e-mail :ngegong puskesmas @gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS NGEGONG


NOMOR :

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI

KEPALA UPTD PUSKESMAS NGEGONG,

Menimbang : a. bahwa puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama


wajib memberikan pelayanan kefarmasian yang profesional
bermutu dan berkualitas yang disusun dan diatur dalam
kebijakan pelayanan farmasi;
b. bahwa petugas unit farmasi berkewajiban melaksanakan
kebijakan pelayanan farmasi yang disusun dan disepakati
bersama;
c. bahwa sehubungan dengan pernyataan butir a dan b diatas
maka perlu untuk menetapkan kebijakan pelayanan farmasi
melalui SK Kepala UPTD Puskesmas Ngegong;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika;

2. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika;

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan;

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014


tentang Tenaga Kesehatan;

5. Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 47 Tahun 2016 tentang


Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 376 Tahun 2009 tentang


Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Asisten Apoteker;

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 377 Tahun 2009 tentang


Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Apoteker

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang


Puskesmas;

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang


Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama dan Tempat Praktek
Mandiri;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI

PERTAMA : Kebijakan pelayanan farmasi Puskesmas Ngegong yang


tercantum dalam lampiran merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari keputusan ini;
KEDUA : Segala biaya yang timbul sebagai akibat dikeluarkannya
keputusan ini dibebankan pada anggaran Puskesmas Ngegong
yang sah;
KETIGA : Dengan terbitnya Surat Keputusan ini maka SK Kepala Puskesmas
Ngegong Nomor 440-401.103.5/093/XII/2017 tentang Kebijakan
Pelayanan Farmasi, dinyatakan tidak berlaku
KEEMPAT : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan

ketentuan apabila di kemudian hari ada kekeliruan akan diadakan


perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya;

Ditetapkan di Madiun
Pada tanggal

KEPALA UPTD
PUSKESMAS NGEGONG,

dr. KESI WAHYU WIDARTI


NIP. 19781205 201001 2 013
Lampiran : Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Patihan
Nomor :
Tanggal :

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI

A. Kebijakan tentang metode untuk menilai, mengendalikan, penyediaan


dan penggunaan obat
1. Metode Untuk Mengendalikan
a. Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat diwujudkan dalam
kegiatan pengendalian obat.
b. Tujuan kegiatan pengendalian obat agar tidak terjadi kelebihan dan
kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar yang terdiri dari:
1) Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata perbulan pada tahun lalu
di Puskesmas
2) Menentukan: stok optimum dan stok pengaman/penyangga (bufferstock)
3) Menentukan waktu tunggu.
c. Pengendalian obat terdiri dari: pengendalian persediaan, pengendalian
penggunaan, penanganan obat hilang.
2. Metode Untuk Penyediaan
a. Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan terhadap
stok kerja, stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok.
b. Untuk mencukupi kebutuhan perlu diperhitungkan keadaan stok yang
seharusnya ada pada waktu kedatangan obat atau jika dimungkinkan
memesan.

B. Kebijakan tentang bagaimana menjamin ketersediaan obat


Agar tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan, maka hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Mencantumkan jumlah stok pemakaian pada LPLPO
2. Melaporkan kepada GFK Dinas Kesehatan Kabupaten apabila terdapat
pemakaian yang melebihi rencana.
3. Membuat laporan secara sederhana dan berkala kepada Kepala Puskesmas
tentang pemakaian obat tertentu yang banyak dan obat lainnya masih
mempunyai persediaan banyak.

C. Kebijakan tentang yang mengatur jam buka pelayanan


Pelayanan farmasi dibuka sesuai jam buka pelayanan yang ditetapkan
D. Kebijakan tentang yang mengatur siapa saja petugas yang boleh
meresepkan
1. Semua kegiatan pengobatan dan penulisan resep di UPTD Puskesmas Patihan
dilaksanakan oleh dokter/dokter gigi sesuai kompetensinya dengan persyaratan
sebagai berikut:
a. Memiliki Surat Tanda Registrasi
b. Memiliki surat lulus kompentensi.yang masih berlaku
c. Memiliki Surat Ijin Praktik Dokter / Dokter gigi di UPTD Puskesmas Patihan
yang masih berlaku.
2. Apabila dokter/dokter gigi tidak dapat menjalankan tugasnya di bidang
pengobatan karena sesuatu hal, maka tugas diagnosa dan pemberian resep
didelegasikan kepada petugas pelayanan kesehatan yang memiliki surat lulus
kompentensi dan surat ijin praktek yang masih berlaku pengetahuan dan
pengalaman tentang farmasi, yaitu perawat/perawat gigi/bidan yang bertugas
pada hari itu, kecuali peresepan psikotropika dan narkotika.

E. Kebijakan tentang yang mengatur petugas yang berhak menyediakan


obat
1. Petugas yang berhak menyediakan obat adalah petugas yang sesuai dengan
standar kompetensi yaitu apoteker, asisten apoteker dan perawat/bidan yang
mendapat delegasi kewenanagan.
2. Memiliki surat lulus kompentensi dan surat ijin yang masih berlaku
3. Memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang farmasi atau mendapat delegasi
kewenangan dari kepala puskesmas.

F. Kebijakan tentang yang mengatur petugas yang berhak menyediakan


obat jika petugas yang memenuhi persyaratan tidak ada
Apabila tenaga Apoteker tidak ada maka petugas yang berhak menyediakan obat
dipersyaratkan sebagai berikut:
1. Asisten Apoteker sesuai kompetensinya dengan syarat memiliki surat lulus
kompentensi dan surat ijin yang masih berlaku.
2. Petugas kesehatan lain yang sesuai kompetensinya memiliki pengetahuan dan
pengalaman di bidang farmasi atau mendapat delegasi kewenangan dari
Apoteker.

G. Kebijakan tentang yang mengatur tentang peresepan, pemesanan dan


pengelolaan obat
1. Peresepan
a. Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari dokter,
dokter gigi, dan bidan/perawat yang lulus kompentensi dan memiliki ijin
yang masih berlaku, dan petugas kesehatan yang mendapat delegasi
kewenangan kepada petugas pelayanan obat di ruang farmasi UPTD
Puskesmas Patihan untuk meracik obat sesuai resep dan menyerahkannya
kepada pasien.
b. Penulisan resep yang baik harus lengkap dan jelas. Dalam resep harus
tercantum tanggal penulisan resep, nama pasien, umur pasien, alamat
pasien, tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan obat, nama obat, jumlah
dan dosis obat yang diberikan, serta aturan dan cara pemakaian, nama
terang petugas penulis resep.
c. Resep yang dilayani di UPTD Puskesmas Patihan yaitu resep elektronik
dengan menggunakan Aplikasi SIKDA ( e-Link : Elektronik Laporan Informasi
Kesehatan Puskesmas) dan atau resep manual jika terjadi gangguan
penggunaan Aplikasi SIKDA.
2. Pemesanan
a. Sumber penyediaan obat di UPTD Puskesmas Patihan berasal dari Gudang
Farmasi Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana kota Madiun dan usulan
pengadaan obat dari dana kapitasi JKN.
b. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di UPTD Puskesmas Patihan
adalah obat-obat yang tercantum dalam formularium puskesmas yang
mengacu pada peraturan pemerintah yang lebih tinggi.
c. Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di UPTD Puskesmas
Patihan diajukan kepada GFK Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana
dengan menggunakan LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit ke
gudang obat puskesmas menggunakan LPLPO sub unit.
d. Dalam hal stok obat yang dibutuhkan dipelayanan tidak tersedia di gudang
farmasi kota, maka puskesmas diperbolehkan untuk melakukan pengadaan
menggunakan dana BLUD dengan berkoordinasi ke Dinas Kesehatan dan
Keluarga Berencana.
3. Pengelolaan obat
a. Obat dan perbekalan kesehatan hendaknya dikelola secara optimal untuk
menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat
waktu pendistribusian, tepat penggunaan dan tepat mutunya di tiap unit
pelayanan kesehatan.
b. Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan:
perencanaan dan permintaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi,
pencatatan dan pelaporan serta evaluasi pengelolaan obat.
H. Kebijakan tentang yang mengatur tentang larangan memberikan obat
kadaluarsa dan upaya untuk meminimalkan risiko adanya obat
kadaluarsa dengan sistem FIFO dan FEFO

1. Penanganan obat rusak adalah untuk melindungi pasien dari efek samping
penggunaan obat rusak/kadaluwarsa.
2. Dalam menangani obat rusak/kadaluwarsa, maka langkah – langkah yang harus
dilakukan adalah:
a. Petugas mengidentifikasi semua obat yang kadaluwarsa/rusak di ruang kamar
obat pada saat penerimaan dan di berikan penanda stiker warna untuk item-
item yang memiliki waktu kadaluarsa kurang dari 6 (enam) bulan dan kurang
dari 12 (dua belas) bulan.
b. Petugas di setiap sub unit internal maupun eksternal mengidentifikasi obat-
obat yang sudah kadaluwarsa dan mengembalikan obat tersebut ke unit
farmasi puskesmas
c. Petugas mencatat jumlah, nama obat dan tanggal kadaluarsa obat-obat yang
ada di kamar obat, subunit internal dan subunit eksternal puskesmas
d. Petugas memisahkan obat kadaluarsa/rusak dari penyimpanan obat lainnya
e. Setiap 1 (satu) tahun sekali Petugas membuat Laporan dan berita acara obat
kadaluwarsa/rusak
f. Laporan dan berita acara obat kadaluwarsa/rusak dengan lampiran jenis dan
jumlah obat yang kadaluarsa/rusak diserahkan ke Gudang Farmasi Kota.

H. Kebijakan tentang yang mengatur tentang yang berhak meresepkan


narkotika dan psikotropika

1. Peresepan obat psikotropika dan narkotika hanya boleh ditulis oleh dokter /
dokter gigi / dokter spesialis
2. Resep manual merupakan resep asli dan ditandatangani langsung oleh dokter
pemeriksa / pemberi resep, sedangkan untuk resep elektronik tidak dibubuhkan
tanda tangan dokter (sudah di batasi setiap dokter sesuai hak login akses di
Aplikasi)
3. Resep yang ditulis harus jelas, baik jenisnya, jumlahnya dan cara
penggunaannya
4. Resep ditulis nama pasien dan alamat pasien yang lengkap
5. Resep yang berisi obat psikotropika narkotika diberi tanda dan disimpan
terpisah dari resep lainnya.
I. Kebijakan tentang yang mengatur penggunaan obat yang dibawa sendiri
oleh pasien atau keluarga (rekonsiliasi obat)
1. Penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh pasien atau keluarga harus atas
seijin dokter yang memeriksa
2. Obat yang dibawa oleh pasien atau keluarga di serahkan ke petugas untuk di
awasi dosis pemberian dan jadwal minumnya
3. Puskesmas rawat inap penggunaan obat oleh pasien/pengobatan sendiri, baik
yang dibawa ke puskesmas atau yang diresepkan atau dipesan di puskesmas,
diketahui dan dicatat dalam status pasien

J. Kebijakan tentang yang mengatur persyaratan penyimpanan obat adalah


sebagai berikut:
1. Petugas farmasi yang bertugas skrining dan meracik obat yang diresepkan harus
memperhatikan: nama obat, jenis dan bentuk sediaan obat, nama dan umur
pasien, dosis, cara pemakaian dan aturan pemberian.
2. Menanyakan kepada penulis resep apabila tulisan tidak jelas
3. Konsultasi alternatif obat kepada penulis resep apabila obat yang dimaksud tidak
tersedia
4. Penggunaan sendok atau spatula pada saat mengambil obat dari tempatnya
5. Pemasangan etiket/label obat pada kemasan obat

K. Kebijakan tentang yang mengatur pencatatan, pemantauan dan


pelaporan efek samping obat
1. Pencatatan, pemantauan, pelaporan efek samping obat dan KTD adalah kegiatan
pencatatan, pemantauan, dan pelaporan setiap respon tubuh terhadap obat
yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi terapi obat.
2. Kejadian tidak diinginkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada
pasien akibat melakukan tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang
seharusnya diambil dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
3. Pada saat terjadi KTD, KPC, KNC, petugas yang mengetahi kejadian mengisi
form pelaporan insiden yang ada dan disediakan di seluruh unit pelayanan
maupun wilayah (pustu maupun polindes) dan melaporkan kepada tim
keselamatan pasien puskesmas (KPP) dalam waktu 2 kali 24 jam.
4. Penanganan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Potensial Cedera (KPC)
dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dilakukan oleh tim keselamatan pasien
puskesmas (KPP) dan dilaporkan kepada tim manajemen mutu setiap tribulanan.

L. Adanya kebijakan tentang yang mengatur penyimpanan obat-obat


emergensi di unit kerja
1. Penyimpanan obat-obat emergensi harus dilakukan pada setiap sub unit
pelayanan yang melakukan tindakan antara lain ruang gawat darurat, ruang
KIA, ruang kesehatan gigi dan mulut dan ruang pemeriksaan umum.
2. Petugas di unit pelayanan bertanggung jawab akan ketersediaan obat-obat
emergensi, baik dalam hal permintaan, kemudahan akses, dan keamanan dalam
penyimpanannya.
3. Obat-obat emergensi disimpan dalam kotak khusus dan disimpan di dalam lemari
kaca yang terkunci.
4. Penyimpanan obat-obatan emergensi di unit kerja dilakukan di unit-unit masing-
masing dan dievaluasi pelaksana farmasi

KEPALA UPTD
PUSKESMAS PATIHAN,

dr. ULFA KUSUMA DHEWI


Penata Tk I
NIP. 19821211 201001 2 016

Anda mungkin juga menyukai