PELAYANAN KEFARMASIAN
KLINIK PRATAMA CAHAYA MURNI 2
TAHUN 2019
KEPUTUSAN
PENANGGUNG JAWAB
KLINIK PRATAMA CAHAYA MURNI 2
NO : ....../SK-DIRUT/CM2/VII/2019
TENTANG
i
KLINIK PRATAMA CAHAYA MURNI 2
Jl. Jeruk No. 9C Rt. 008 Rw. 001 Ruko SOHO Jagakarsa – Jakarta Selatan 12620
Email: camurdua@gmail.com Telp.: 021-2780-3822
MEMUTUSKAN:
Ketiga : Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila ternyata dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat
keputusan ini akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 01 Juli 2019
Rita Andriani
Penanggung Jawab
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayahNya kami dapat menyelesaian penyusunan Pedoman Pelayanan kefarmasian Klinik
Pratama Cahaya Murni 2. Pedoman ini kami susun sebagai acuan dalam melakukan pelayanan
farmasi di Klinik Pratama Cahaya Murni 2.
Rita Andriani
Penanggung Jawab
iii
DAFTAR ISI
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
1
B. Latar Belakang Masalah
2
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
Sebagai acuan bagi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan.
D. Sasaran
1. Tenaga Kefarmasian
2. Dokter
3. Petugas Yang Diberi Kewenangan
E. Ruang Lingkup
1. Organisasi
2. Kegiatan manajerial/ pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai.
3. Kegiatan pelayanan farmasi klinik
F. Batasan Operasional
1. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah
mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan yang berlaku dan berhak melakukan
pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.
3. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologis atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi, untuk manusia.
3
4. Bahan medis habis pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan
sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
5. Efek samping adalah setiap respon obat yang merugikan dan tidak diharapkan terjadi
pada dosis normal.
6. Interaksi obat adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kerja obat sehingga terjadi
perubahan kerja obat baik dengan obat, makanan, ataupun zat lainnya.
7. Kontra indikasi adalah suatu kondisi yang menyebabkan pasien tidak boleh
menggunakan obat tertentu untuk mencegah makin parahnya penyakit atau terjadinya
penyakit baru.
8. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan ataupun perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis.
9. Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
10. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, kepada apoteker pengelola
apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
11. Tanggal kadaluarsa adalah waktu yang menunjukkan batas suatu sediaan masih
terjamin mutunya.
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
No
. Jenis Tenaga Pendidikan Formal Jumlah
1. Apoteker Profesi Apoteker 1 Orang
B. PENGATURAN JADWAL
Pelayanan obat di Klinik Pratama Cahaya Murni 2 buka dengan pengaturan jadwal sebagai
berikut :
WAKTU TENAGA SDM
SHIFT 1
Senin – Sabtu : 08.00 – 16.00 1 orang Apoteker, 1 orang Tenaga medis
SHIFT 2
2. Perencanaan
Perencanaan obat dan bahan medis habis pakai dilakukan oleh Apoteker
penanggung jawab farmasi. Perencanaan jenis dan jumlah obat dan bahan medis
habis pakai untuk kebutuhan satu tahun dengan mempertimbangkan formularium
obat Klinik, pola konsumsi, pola penyakit, data mutasi obat dan perbekalan
farmasi, jumlah sisa obat dan tanggal kadaluarsanya serta permintaan unit (bottom
up) dengan menggunakan kompilasi data Laporan Pemakaian dan Permintaan
Obat (LPLPO) satu tahun sebelumnya. Perencanaan obat-obatan juga
memperhatikan jumlah buffer stock yang harus disediakan untuk mencegah
kekosongan obat. Perencanaan Obat dan bahan medis habis pakai di Klinik
Pratama Cahaya murni 2 adalah 15 bulan kebutuhan, dimana buffer stock adalah 3
bulan kebutuhan.
7
3. Permintaan dan Pemesanan
Permintaan obat dilakukan oleh Apoteker penanggung jawab farmasi kepada
bagian umum di Klinik berdasarkan perencanaan yang telah dibuat. Realisasi
permintaan berupa pengadaan melalui form permintaan obat.
Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Klinik Pratama Cahaya Murni 2
adalah obat-obat yang tercantum dalam Formularium di Klinik Pratama Cahaya
Murni 2. Pemesanan obat dapat dilakukan secara berkala sesuai kebutuhan dan
kapasitas Depo obat penyimpanan.
4. Penerimaan
Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai dilakukan oleh Bagian Penerima
dan Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PPHP) bersama petugas farmasi. Penerimaan
dilakukan dengan mengecek kesesuaian fisik obat dan bahan medis habis pakai
dengan faktur dan surat pesanan. Pengecekan ini meliputi nama obat dan bahan
medis habis pakai, kekuatan sediaan, jumlah, nomor batch, tanggal kadaluarsa,
serta kondisi fisik obat.
5. Penyimpanan
Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai dilakukan oleh petugas farmasi
baik di ruang depo obat dan ruang layanan farmasi maupun di ruang layanan yang
menyimpan obat emergensi. Obat disimpan berdasarkan stabilitas suhu
penyimpanannya masing-masing, bentuk dan jenis sediaan, obat disusun dengan
sistem FEFO dan FIFO, obat disusun secara alfabetis. Untuk obat-obat High Alert
diberikan penandaan khusus, Obat LASA diletakkan tidak berdekatan dengan obat
LASA lainnya (diselingi oleh minimal 2 obat non LASA lainnya). Setiap
pemasukan dan pengeluaran tercatat pada kartu stok. Obat golongan tertentu
(narkotika, psikotropika, prekursor farmasi, obat-obat tertentu) disimpan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
6. Pendistribusian
Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai dari gudangobat ke depo obat.
Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai dari depo obat ke Klinik dan
ruang layanan yang membutuhkan untuk kepentingan pasien. Sistem
pendistribusian yang dilakukan oleh Depo obat ke Klinik Cahaya Murni 2 dan
ruang layanan adalah sistem persediaan di ruangan (floor stock) termasuk untuk
obat-obat yang digunakan dalam penanganan kegawatdaruratan. Ruang layanan
farmasi mendistribusikan obat ke pasien berdasarkan sistem peresepan perorangan
(individual prescription). Setiap pendistribusian obat dari Gudang obat ke Depo
obat disertai formulir permintaan serta formulir serah terima obat dan bahan medis
habis pakai (formulir manual).
7. Pengendalian
Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai dilakukan untuk menjaga
obat dan bahan medis habis pakai tersedia untuk pelayanan dengan tetap terjamin
kualitas, keamanan, dan khasiatnya.
Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat diwujudkan dalam kegiatan
pengendalian obat, tujuannya adalah agar obat tidak mengalami kelebihan atau
kekosongan. Pengendalian obat terdiri dari:
a. Pengendalian Persediaan
Parameter pengendalian persediaan obat terdiri dari:
1.1 Pemakaian rata-rata dalam waktu tertentu
1.2 Waktu tunggu yang merupakan waktu yang dibutuhkan dari pemesanan
sampai dengan penerimaan barang
1.3 Stok pengaman yang merupakan jumlah persediaan obat yang harus ada
untuk mengantisipasi adanya keterlambatan dari distributor atau stockout.
Stok pengaman akan menjadi sangat penting ketika waktu tunggu maupun
jumlah permintaan tidak dapat diprediksi atau berubah-ubah.
1.4 Persediaan minimum yaitu jumlah persediaan terendah yang harus
dimiliki oleh unit.
1.5 Persediaan maksimum yaitu jumlah persediaan terbesar yang boleh
tersedia di unit.
1.6 Jumlah pemesanan, yaitu jumlah barang yang akan di pesan.
b. Pengendalian Penggunaan
Tujuan dilaksanakannya pengendalian penggunaan adalah untuk menjaga
kualitas pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat.
Pengendalian penggunaan meliputi:
1.1 Prosentase penggunaan antibiotik
1.2 Prosentase rata – rata jumlah R/
1.3 Prosentase penggunaan obat generik
1.4 Kesesuaian peresepan dengan formularium Klinik Cahaya Murni 2
c. Penanganan Obat Hilang dan Kadaluarsa
1.1 Penanganan Obat Hilang
Obat dinyatakan hilang apabila jumlah obat dalam tempat
penyimpanannya ditemukan kurang dari catatan sisa stok pada kartu stok.
1.2 Penanganan Obat Rusak/Kadaluarsa
Tujuan dilaksanakannya penanganan obat rusak/kadaluarsa adalah untuk
melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat
rusak/kadaluwarsa.
Hasil telaah resep didokumentasikan pada kolom telaah resep di balik lembar
resep. Petugas farmasi harus mengkonfirmasikan ke dokter penulis resep jika
terdapat instruksi yang kurang jelas atau tidak memenuhi aspek-aspek penilaian
pada telaah resep. Petugas mendokumentasikan hasil konfirmasi pada kolom
dibelakang resep.
Proses selanjutnya adalah penyiapan obat. Obat diambil sesuai instruksi pada resep
baik nama obat, kekuatan sediaan, dan jumlah. Obat yang telah diambil dibungkus
dengan plastik obat dan diberi etiket yang memuat nomor resep, tanggal penyiapan
obat, nama pasien, aturan dan cara penggunaan obat.
Setiap petugas yang melakukan pelayanan resep didokumentasikan pada kolom
telaah, racik, kemas dan beri etiket, periksa ulang dan serahkan sambil jelaskan
informasi obat.
a. Telaah (T): Petugas yang menerima resep dan melakukan telaah resep.
b. Racik (R) : Petugas yang melakukan peracikan.
c. Kemas (K) : Petugas yang mengambil obat sesuai permintaan resep untuk
selanjutnya membungkus obat dengan plastik obat dan menuliskan etiket
sesuai instruksi resep.
d. Periksa ulang/ Menyerahkan obat serta memberikan Informasi Obat(P&J) :
Petugas yang melakukan pemeriksaan ulang obat sebelum diserahkan ke
pasien dan selanjutnya melakukan penyerahan obat kepada pasien/ keluarga
pasien disertai pemberian informasi obat.
Proses penyerahan obat diawali dengan verifikasi kesesuaian obat yang telah
disiapkan, pelabelan obat dengan instruksi pada resep atau disebut dengan telaah
obat.
Telaah obat yaitu harus benar identitas pasien, benar nama obat, benar dosis dan
jumlah obat, benar waktu pemberian, benar frekuensi pemberian serta benar rute
pemberian. Hasil telaah obat didokumentasikan di belakang resep.
Selanjutnya Pasien dipanggil dengan menyebutkan nomor nama pasien. Petugas
kemudian melakukan identifikasi pasien. Jika pasien benar adalah pemegang
resep, obat dapat diberikan dengan informasi obat.
Adapun informasi obat yang diberikan meliputi :
a. NO : Nama Obat
b. S : Bentuk Sediaan Obat
c. D : Dosis Obat
d. CP : Cara Pemakaian Obat
e. I : Indikasi Obat
f. KI : Kontra Indikasi Obat
g. ST : Stabilitas atau Petunjuk Penyimpanan di rumah
h. ES : Efek Samping Obat yang mungkin timbul
i. IN : Interaksi Obat dengan obat lain atau makanan serta cara penggunaanya
yang tepat
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan informasi obat dilakukan saat melakukan penyerahan obat kepada
pasien/ keluarga pasien. Informasi ini meliputi nama obat, indikasi, aturan dan cara
penggunaan, efek samping obat, cara menyimpan obat, kemungkinan interaksi
obat jika ada. Petugas yang memberikan informasi obat harus dengan bahasa yang
mudah dimengerti.
Selain dari pasien, petugas farmasi juga melayani pertanyaan dari dokter, perawat,
bidan, ataupun tenaga kesehatan lainnya melalui telepon maupun tatap muka
langsung yang berkaitan dengan obat.
8
BAB V
KESELAMATAN PASIEN
Klinik Pratama Cahaya Murni 2 harus mampu menjamin keselamatan pasien maupun
keluarga di Klinik. Upaya-upaya yang dilakukan dalam penerapan keselamatan pasien di unit
farmasi adalah terkait dengan sasaran keselamatan pasien yang pertama tentang ketepatan
identifikasi pasien dan sasaran keselamatan pasien yang ketiga tentang peningkatan keamanan
obat yang perlu di waspadai.
10
BAB VI
PENGENDALIAN MUTU
Sasaran mutu unit yang digunakan dalam mengukur tingkat keberhasilan pelayanan
kefarmasian di Klinik Pratama Cahaya Murni 2 antara lain:
13
BAB VII
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi tenaga kefarmasian dalam menjalankan pelayanan
kefarmasian di Klinik Pratama Cahaya Murni 2, Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Keberhasilan kegiatan pelayanan kefarmasian tergantung pada komitmen yang kuat dari
semua pihak terkait,khususnya tenaga kefarmasian yang bekerja dengan profesional dan
Penanggung Jawab Klinik Pratama Cahaya Murni 2 serta Suku Dinas Kesehatan Jakarta
Selatan dan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
Rita Andriani
Penanggung Jawab
14