Anda di halaman 1dari 22

BUKU PEDOMAN

PELAYANAN KEFARMASIAN
KLINIK PRATAMA CAHAYA MURNI 2

TAHUN 2019

Jalan Jeruk No. 9C Ruko Soho Jagakarsa Jakarta Selatan


Telp. 021.27803822
KLINIK PRATAMA CAHAYA MURNI 2
Jl. Jeruk No. 9C Rt. 008 Rw. 001 Ruko SOHO Jagakarsa – Jakarta Selatan 12620
Email: camurdua@gmail.com Telp.: 021-2780-3822

KEPUTUSAN
PENANGGUNG JAWAB
KLINIK PRATAMA CAHAYA MURNI 2
NO : ....../SK-DIRUT/CM2/VII/2019

TENTANG

PEMBERLAKUKAN BUKU PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENANGGUNG JAWAB KLINIK PRATAMA CAHAYA MURNI 2

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pelayanan medis di Klinik


Pratama Cahaya Murni 2 perlu didukung dengan pelayanan medis yang
bermutu bagi pasien.
b. bahwa untuk menghindari resiko dan gangguan kesehatan maka
perlu adanya penyelenggaraan kesehatan lingkungan Klinik yang
sesuai dengan persyarakatan kesehatan.
c. bahwa pelayanan kesehatan lingkungan di Klinik Pratama Cahaya
Murni 2 adalah tanggung jawab Klinik Pratama Cahaya Murni 2.
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana haruf a, b dan c
diatas, maka perlu menetapkan Keputusan Penanggung Jawab Klinik
Pratama Cahaya Murni 2 tentang Pedoman Pengelolaan Kesehatan
Lingkungan dan Pengelolaan Limbah Klinik Pratama Cahaya Murni 2.

Mengingat : 1. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1204/Menkes/SK/X/2004


tentang Persyarakatan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 9 tahun 2014 tentang Klinik.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 13 Tahun 2015 Tentang
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 46 tahun 2015 tentang
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Mandiri
Dokter dan Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi.
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 10 tahun 2018 tentang
Pengawasan Di Bidang Kesehatan.

i
KLINIK PRATAMA CAHAYA MURNI 2
Jl. Jeruk No. 9C Rt. 008 Rw. 001 Ruko SOHO Jagakarsa – Jakarta Selatan 12620
Email: camurdua@gmail.com Telp.: 021-2780-3822

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : MEMBERLAKUKAN BUKU PEDOMAN PELAYANAN


KEFARMASIAN KLINIK PRATAMA CAHAYA MURNI 2.

Pertama : Pemantauan lingkungan fisik Klinik Pratama Cahaya Murni 2


dilakukan secara berkala dengan jadwal yang jelas.

Kedua : Pemeliharaan dan pemantauan lingkungan fisik meliputi instalasi


listrik, air, ventilasi, gas dan sistem lain dilakukan sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan.

Ketiga : Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila ternyata dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat
keputusan ini akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 01 Juli 2019

Klinik Pratama Cahaya Murni 2,

Rita Andriani
Penanggung Jawab

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayahNya kami dapat menyelesaian penyusunan Pedoman Pelayanan kefarmasian Klinik
Pratama Cahaya Murni 2. Pedoman ini kami susun sebagai acuan dalam melakukan pelayanan
farmasi di Klinik Pratama Cahaya Murni 2.

Akhirnya perkenankanlah kami menyampaikan ucapan terimakasih atas bimbingan,


bantuan, kerjasama dan partisipasinya kepada semua pihak yang membantu dan terlibat dalam
proses penyusunan Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Klinik Pratama Cahaya Murni 2 ini.

Klinik Pratama Cahaya Murni 2

Rita Andriani
Penanggung Jawab

iii
DAFTAR ISI

1. KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB ……............................................ i


2. KATA PENGANTAR ………………………………………………………. iii
3. DAFTAR ISI ………………………………………………………………... iv
4. BAB I
PENDAHULUAN …………………………………………………………...
A. Pendahuluan ………………………………………………………….. 1
B. Latar Belakang ……………………………………………………….. 1
C. Tujuan ………………………………………………………………... 1
1.Tujuan Umum 2
2. Tujuan Khusus 3
D. Sasaran ……………………………………………………………….. 3
E. Ruang Lingkup ………………………………………………………. 3
F. Batasan Operasional ………………………………………………….
5. BAB II
STANDAR KETENAGAAN ....................................................……………. 5
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia .........………….............................. 5
B. Pengaturan Jadwal …………………………………………………… 6
6. BAB III 6
TATA LAKSANA PELAYANAN ………………………………………….
7. BAB IV
KESELAMATAN PASIEN………..................................................……….. 8
8. BAB V
KESELAMATAN KERJA .............................................................................
9. BAB VI 9
PENGENDALIAN MUTU ………………………………………………….
10. BAB VII
PENUTUP …………………………………………………………………… 11

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan


kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu,
dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan
pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk Klinik. Klinik yang
merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama dengan fungsi menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan
dan pemulihan bagi pasien.
Pelayanan farmasi Klinik merupakan salah satu kegiatan di klinik yang menunjang
pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di FKTP, yang
menyatakan bahwa pelayanan farmasi Klinik adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan klinik yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan
obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan
adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama yang berorientasi produk/ obat
(product/ drug oriented) ke paradigma baru yang beroirientasi pada pasien (patient
oriented) dengan filosofi Pharmaceutical Care (asuhan kefarmasian). Praktek pelayanan
kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi,
mencegah, dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan obat. Sebagai panduan
bagi petugas farmasi dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di Klinik, maka perlu
dibuat Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Klinik Pratama Cahaya murni 2.

1
B. Latar Belakang Masalah

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan


kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu,
dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan
pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk Klinik. Klinik yang
merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama dengan fungsi menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan
dan pemulihan bagi pasien.
Pelayanan farmasi Klinik merupakan salah satu kegiatan di klinik yang menunjang
pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Klinik, yang
menyatakan bahwa pelayanan farmasi Klinik adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan klinik yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan
obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan
adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama yang berorientasi produk/ obat
(product/ drug oriented) ke paradigma baru yang beroirientasi pada pasien (patient
oriented) dengan filosofi Pharmaceutical Care (asuhan kefarmasian). Praktek pelayanan
kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi,
mencegah, dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan obat. Sebagai panduan
bagi petugas farmasi dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di Klinik, maka perlu
dibuat Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Klinik Pratama Cahaya murni 2.

2
C. Tujuan
a. Tujuan Umum

Tersedianya pedoman pelayanan kefarmasian untuk menwujudkan pelayanan


kefarmasian yang bermutu, efektif, dan efisien.di Klinik Pratama Cahaya Murni 2.

b. Tujuan Khusus

Sebagai acuan bagi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan.

D. Sasaran

1. Tenaga Kefarmasian
2. Dokter
3. Petugas Yang Diberi Kewenangan

E. Ruang Lingkup

1. Organisasi
2. Kegiatan manajerial/ pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai.
3. Kegiatan pelayanan farmasi klinik

F. Batasan Operasional

1. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah
mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan yang berlaku dan berhak melakukan
pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.

2. Sediaan farmasi adalah obat dan bahan obat.

3. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologis atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi, untuk manusia.

3
4. Bahan medis habis pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan
sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan perundang-
undangan.

5. Efek samping adalah setiap respon obat yang merugikan dan tidak diharapkan terjadi
pada dosis normal.

6. Interaksi obat adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kerja obat sehingga terjadi
perubahan kerja obat baik dengan obat, makanan, ataupun zat lainnya.

7. Kontra indikasi adalah suatu kondisi yang menyebabkan pasien tidak boleh
menggunakan obat tertentu untuk mencegah makin parahnya penyakit atau terjadinya
penyakit baru.

8. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan ataupun perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis.

9. Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

10. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, kepada apoteker pengelola
apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.

11. Tanggal kadaluarsa adalah waktu yang menunjukkan batas suatu sediaan masih
terjamin mutunya.

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

No
. Jenis Tenaga Pendidikan Formal Jumlah
1. Apoteker Profesi Apoteker 1 Orang

2. Tenaga medis Ahli Madya keperawatan 1 Orang

3 Tenaga medis Ahli Madya kebidanan 1 Orang

B. PENGATURAN JADWAL

Pelayanan obat di Klinik Pratama Cahaya Murni 2 buka dengan pengaturan jadwal sebagai
berikut :
WAKTU TENAGA SDM
SHIFT 1
Senin – Sabtu : 08.00 – 16.00 1 orang Apoteker, 1 orang Tenaga medis
SHIFT 2

Senin – Sabtu :16.00- 20.00 2 orang Tenaga Medis


5
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. ORGANISASI DAN MANAGEMEN


1. Unit farmasi terdiri dari ruang layanan farmasi dan depo obat farmasi.
2. Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai yang digunakan di Klinik Pratama
Cahaya Murni 2 dilakukan oleh unit Farmasi.
3. Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai mulai dari penilaian dan pemilihan,
perencanaan, permintaan (pemesanan), penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan, dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.
4. Depo Obat melaksanakan pengelolaan obat di Klinik Pratama Cahaya Murni 2
5. Ruang layanan farmasi melaksanakan pengelolaan obat dan bahan medis habis
pakai untuk Klinik Pratama Cahaya Murni 2 serta melaksanakan pelayanan
farmasi klinik.
6. Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi pengkajian resep, penyerahan
obat, dan pemberian informasi obat, pelayanan informasi obat (PIO), konseling,
pemantauan dan pelaporan efek samping obat, dan evaluasi penggunaan obat.

B. PENGELOLAAN OBAT DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI


Obat dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis,
tepat penyimpanan, tepat waktu pendistribusian, tepat penggunaan, dan tepatnya mutu
di tiap unit pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat meliputi kegiatan:
1. Penilaian dan Pemilihan
2. Perencanaan
3. Permintaan dan Pemesanan
4. Penerimaan,
5. Penyimpanan
6. Pendistribusian
7. Pengendalian
8. Pencatatan dan pelaporan
9. Pemantauan dan Evaluasi
6
1. Penilaian dan Pemilihan
Penilaian Obat adalah pengkajian atau pemantauan obat dari berbagai segi,
misalnya dari segi khasiat, keamanan, mutu dan keterjangkauan secara ekonomi.
Tujuan penilaian dan pemilihan obat adalah untuk mendapatkan obat yang tepat,
berkhasiat, bermutu, aman dan terjangkau.
Penilaian dan Pemilihan Obat dilakukan secara kolaboratif oleh petugas farmasi
dengan tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelayanan klinis yaitu dokter umum,
dokter gigi, bidan dan perawat.
Penilaian dan Pemilihan Obat mengacu ke Formularium Obat Nasional dan
Panduan Pengobatan. Obat terpilih akan dimasukkan ke dalam Daftar Obat
Formularium Klinik yang dijadikan acuan dalam perencanaan dan pengadaan obat
oleh unit farmasi, serta penulisan resep oleh dokter dan dokter gigi untuk terapi
obat pasien.
Formularium Obat Klinik dapat direvisi sesuai dengan kebutuhan pelayanan klinis
di Klinik Pratama Cahaya Murni 2. Staf medis fungsional dapat mengajukan obat
di luar formularium untuk dimasukkan ke dalam formularium obat di Klinik
melalui formulir permintaan obat di luar formularium.

2. Perencanaan
Perencanaan obat dan bahan medis habis pakai dilakukan oleh Apoteker
penanggung jawab farmasi. Perencanaan jenis dan jumlah obat dan bahan medis
habis pakai untuk kebutuhan satu tahun dengan mempertimbangkan formularium
obat Klinik, pola konsumsi, pola penyakit, data mutasi obat dan perbekalan
farmasi, jumlah sisa obat dan tanggal kadaluarsanya serta permintaan unit (bottom
up) dengan menggunakan kompilasi data Laporan Pemakaian dan Permintaan
Obat (LPLPO) satu tahun sebelumnya. Perencanaan obat-obatan juga
memperhatikan jumlah buffer stock yang harus disediakan untuk mencegah
kekosongan obat. Perencanaan Obat dan bahan medis habis pakai di Klinik
Pratama Cahaya murni 2 adalah 15 bulan kebutuhan, dimana buffer stock adalah 3
bulan kebutuhan.
7
3. Permintaan dan Pemesanan
Permintaan obat dilakukan oleh Apoteker penanggung jawab farmasi kepada
bagian umum di Klinik berdasarkan perencanaan yang telah dibuat. Realisasi
permintaan berupa pengadaan melalui form permintaan obat.
Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Klinik Pratama Cahaya Murni 2
adalah obat-obat yang tercantum dalam Formularium di Klinik Pratama Cahaya
Murni 2. Pemesanan obat dapat dilakukan secara berkala sesuai kebutuhan dan
kapasitas Depo obat penyimpanan.

4. Penerimaan
Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai dilakukan oleh Bagian Penerima
dan Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PPHP) bersama petugas farmasi. Penerimaan
dilakukan dengan mengecek kesesuaian fisik obat dan bahan medis habis pakai
dengan faktur dan surat pesanan. Pengecekan ini meliputi nama obat dan bahan
medis habis pakai, kekuatan sediaan, jumlah, nomor batch, tanggal kadaluarsa,
serta kondisi fisik obat.

5. Penyimpanan
Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai dilakukan oleh petugas farmasi
baik di ruang depo obat dan ruang layanan farmasi maupun di ruang layanan yang
menyimpan obat emergensi. Obat disimpan berdasarkan stabilitas suhu
penyimpanannya masing-masing, bentuk dan jenis sediaan, obat disusun dengan
sistem FEFO dan FIFO, obat disusun secara alfabetis. Untuk obat-obat High Alert
diberikan penandaan khusus, Obat LASA diletakkan tidak berdekatan dengan obat
LASA lainnya (diselingi oleh minimal 2 obat non LASA lainnya). Setiap
pemasukan dan pengeluaran tercatat pada kartu stok. Obat golongan tertentu
(narkotika, psikotropika, prekursor farmasi, obat-obat tertentu) disimpan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

6. Pendistribusian
Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai dari gudangobat ke depo obat.
Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai dari depo obat ke Klinik dan
ruang layanan yang membutuhkan untuk kepentingan pasien. Sistem
pendistribusian yang dilakukan oleh Depo obat ke Klinik Cahaya Murni 2 dan
ruang layanan adalah sistem persediaan di ruangan (floor stock) termasuk untuk
obat-obat yang digunakan dalam penanganan kegawatdaruratan. Ruang layanan
farmasi mendistribusikan obat ke pasien berdasarkan sistem peresepan perorangan
(individual prescription). Setiap pendistribusian obat dari Gudang obat ke Depo
obat disertai formulir permintaan serta formulir serah terima obat dan bahan medis
habis pakai (formulir manual).

7. Pengendalian
Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai dilakukan untuk menjaga
obat dan bahan medis habis pakai tersedia untuk pelayanan dengan tetap terjamin
kualitas, keamanan, dan khasiatnya.
Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat diwujudkan dalam kegiatan
pengendalian obat, tujuannya adalah agar obat tidak mengalami kelebihan atau
kekosongan. Pengendalian obat terdiri dari:
a. Pengendalian Persediaan
Parameter pengendalian persediaan obat terdiri dari:
1.1 Pemakaian rata-rata dalam waktu tertentu
1.2 Waktu tunggu yang merupakan waktu yang dibutuhkan dari pemesanan
sampai dengan penerimaan barang
1.3 Stok pengaman yang merupakan jumlah persediaan obat yang harus ada
untuk mengantisipasi adanya keterlambatan dari distributor atau stockout.
Stok pengaman akan menjadi sangat penting ketika waktu tunggu maupun
jumlah permintaan tidak dapat diprediksi atau berubah-ubah.
1.4 Persediaan minimum yaitu jumlah persediaan terendah yang harus
dimiliki oleh unit.
1.5 Persediaan maksimum yaitu jumlah persediaan terbesar yang boleh
tersedia di unit.
1.6 Jumlah pemesanan, yaitu jumlah barang yang akan di pesan.
b. Pengendalian Penggunaan
Tujuan dilaksanakannya pengendalian penggunaan adalah untuk menjaga
kualitas pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat.
Pengendalian penggunaan meliputi:
1.1 Prosentase penggunaan antibiotik
1.2 Prosentase rata – rata jumlah R/
1.3 Prosentase penggunaan obat generik
1.4 Kesesuaian peresepan dengan formularium Klinik Cahaya Murni 2
c. Penanganan Obat Hilang dan Kadaluarsa
1.1 Penanganan Obat Hilang
Obat dinyatakan hilang apabila jumlah obat dalam tempat
penyimpanannya ditemukan kurang dari catatan sisa stok pada kartu stok.
1.2 Penanganan Obat Rusak/Kadaluarsa
Tujuan dilaksanakannya penanganan obat rusak/kadaluarsa adalah untuk
melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat
rusak/kadaluwarsa.

8. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dilakukan dalam setiap kegiatan/ proses yang dilaksanakan baik secara
tertulis maupun elektronik. Pencatatan ini diantaranya LPLPO, kartu stok, jumlah
resep harian, penggunaan obat-obat narkotika, psikotropika, obat-obat tertentu dan
prekursor farmasi, jumlah pemakaian harian, dokumentasi konseling dan
pemberian informasi obat, skrining resep, jumlah resep harian termasuk resep
narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi. Pelaporan dilakukan tiap bulan,
triwulan, maupun tahunan.

9. Pemantauan dan Evaluasi


Pemantauan dan evaluasi dilakukan terhadap keseluruhan pelayanan kefarmasian
yang dilakukan. Pemantauan/ monitoring dilakukan dengan stok opname secara
periodik untuk menilai persediaan serta memastikan obat yang tersedia di
pelayanan maupun di ruang depo obat belum kadaluarsa. Selain itu, juga dilakukan
pemantauan suhu ruangan serta lemari pendingin tiap pagi dan sore hari untuk
memastikan obat tersimpan sesuai stabilitasnya. Evaluasi dilakukan terhadap obat-
obat yang terdapat dalam formularium Di Klinik Pratama Cahaya Murni 2 dengan
melakukan evaluasi ketersediannya serta penggunaannya/ peresepan.
C. PELAYANAN FARMASI KLINIK

1. Pengkajian resep, penyerahan obat, dan pemberian informasi obat


Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari dokter, dokter
gigi, praktisi lainnya yang berijin kepada pengelola obat di Klinik Pratama Cahaya
Murni 2 untuk menyediakan obat dan menyerahkannya kepada pasien. Isi resep
merupakan refleksi dari proses pengobatan yang sifatnya harus rasional. Kriteria
resep yang tepat, aman, dan rasional yaitu:
a. Benar pasien
b. Benar obat
c. Benar dosis
d. Benar waktu pemberian
e. Benar rute pemberian
f. Benar informasi
g. Benar dokumentasi
Penulisan resep yang baik harus lengkap dan jelas, sekurang-kurangnya meliputi :
a. Tanggal penulisan resep
b. Nama penulis resep
c. Nama lengkap pasien
d. tanggal lahir pasien/ Umur
e. Nama obat, dosis obat, jumlah obat, waktu dan frekuensi obat yang
diberikan serta rute pemberian
Peresepan obat psikotropika dan narkotika hanya dapat dilakukan apabila:
a.Obat Psikotropika dan Narkotika hanya dapat diresepkan oleh dokter
dan/atau dokter gigi.
b. Resep manual diparaf oleh dokter/dokter gigi dengan
menyertakan nomor SIP yang masih berlaku
c.Resep obat narkotika dan psikotropika yang ditulis harus di telaah
terlebih dahulu terkait kejelasan nama pasien, usia/tanggal lahir, nama
obat, bentuk sediaan, jumlah, dosis obat, dan aturan pakai
d. Resep yang berisi obat psikotropika dan narkotika diberi tanda
garis merah pada masing-masing obat yang bersangkutan dan disimpan
terpisah dari resep lainnya
e.Nomor telepon dan alamat pasien yang mendapatkan obat narkotika
dan psikotropika dicatat dalam buku bantu pencatatan harian
pemakaian obat narkotika dan psikotropika
Petugas yang menyediakan obat harus melakukan telaah resep setelah menerima resep.
Sebelum melakukan penyiapan obat, telaah resep yang dilakukan meliputi :
1.1 Telaah administrasi
a. Kejelasan tulisan
b. Nama penulis resep
c. Tanggal resep
d. Nama, tanggal lahir/ umur, jenis kelamin, dan/atau berat badan pasien
1.2 Telaah farmasetis
a. Nama obat
b. Bentuk sediaan
c. Jumlah obat
d. Dosis obat
e. Cara dan lama pemakaian obat
f. Rute Pemberian obat
1.3 Telaah farmakologi
a. Alergi obat
b. Efek samping obat
c. Interaksi obat
d. Kesesuaian obat

Hasil telaah resep didokumentasikan pada kolom telaah resep di balik lembar
resep. Petugas farmasi harus mengkonfirmasikan ke dokter penulis resep jika
terdapat instruksi yang kurang jelas atau tidak memenuhi aspek-aspek penilaian
pada telaah resep. Petugas mendokumentasikan hasil konfirmasi pada kolom
dibelakang resep.
Proses selanjutnya adalah penyiapan obat. Obat diambil sesuai instruksi pada resep
baik nama obat, kekuatan sediaan, dan jumlah. Obat yang telah diambil dibungkus
dengan plastik obat dan diberi etiket yang memuat nomor resep, tanggal penyiapan
obat, nama pasien, aturan dan cara penggunaan obat.
Setiap petugas yang melakukan pelayanan resep didokumentasikan pada kolom
telaah, racik, kemas dan beri etiket, periksa ulang dan serahkan sambil jelaskan
informasi obat.
a. Telaah (T): Petugas yang menerima resep dan melakukan telaah resep.
b. Racik (R) : Petugas yang melakukan peracikan.
c. Kemas (K) : Petugas yang mengambil obat sesuai permintaan resep untuk
selanjutnya membungkus obat dengan plastik obat dan menuliskan etiket
sesuai instruksi resep.
d. Periksa ulang/ Menyerahkan obat serta memberikan Informasi Obat(P&J) :
Petugas yang melakukan pemeriksaan ulang obat sebelum diserahkan ke
pasien dan selanjutnya melakukan penyerahan obat kepada pasien/ keluarga
pasien disertai pemberian informasi obat.
Proses penyerahan obat diawali dengan verifikasi kesesuaian obat yang telah
disiapkan, pelabelan obat dengan instruksi pada resep atau disebut dengan telaah
obat.
Telaah obat yaitu harus benar identitas pasien, benar nama obat, benar dosis dan
jumlah obat, benar waktu pemberian, benar frekuensi pemberian serta benar rute
pemberian. Hasil telaah obat didokumentasikan di belakang resep.
Selanjutnya Pasien dipanggil dengan menyebutkan nomor nama pasien. Petugas
kemudian melakukan identifikasi pasien. Jika pasien benar adalah pemegang
resep, obat dapat diberikan dengan informasi obat.
Adapun informasi obat yang diberikan meliputi :
a. NO : Nama Obat
b. S : Bentuk Sediaan Obat
c. D : Dosis Obat
d. CP : Cara Pemakaian Obat
e. I : Indikasi Obat
f. KI : Kontra Indikasi Obat
g. ST : Stabilitas atau Petunjuk Penyimpanan di rumah
h. ES : Efek Samping Obat yang mungkin timbul
i. IN : Interaksi Obat dengan obat lain atau makanan serta cara penggunaanya
yang tepat
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan informasi obat dilakukan saat melakukan penyerahan obat kepada
pasien/ keluarga pasien. Informasi ini meliputi nama obat, indikasi, aturan dan cara
penggunaan, efek samping obat, cara menyimpan obat, kemungkinan interaksi
obat jika ada. Petugas yang memberikan informasi obat harus dengan bahasa yang
mudah dimengerti.
Selain dari pasien, petugas farmasi juga melayani pertanyaan dari dokter, perawat,
bidan, ataupun tenaga kesehatan lainnya melalui telepon maupun tatap muka
langsung yang berkaitan dengan obat.

3. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat (ESO)


Pemantauan efek samping obat dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan di Klinik
Pratama Cahaya Murni 2, dicatat dalam form kuning Monitoring Efek Samping
Obat dari BPOM dan didokumentasikan dalam rekam medis pasien. Penilaian
pasien menggunakan analisa naranjo. Pelaporan kejadian ke Tim keselamatan
pasien dan BPOM.

4. Kesalahan pengobatan (Medication error)


Kejadian kesalahan pengobatan dan kejadian nyaris cedera (KNC) dibuat
pencatatannya secara tertulis dan dilaporkan kepada Tim keselamatan pasien

8
BAB V
KESELAMATAN PASIEN

Klinik Pratama Cahaya Murni 2 harus mampu menjamin keselamatan pasien maupun
keluarga di Klinik. Upaya-upaya yang dilakukan dalam penerapan keselamatan pasien di unit
farmasi adalah terkait dengan sasaran keselamatan pasien yang pertama tentang ketepatan
identifikasi pasien dan sasaran keselamatan pasien yang ketiga tentang peningkatan keamanan
obat yang perlu di waspadai.

10
BAB VI
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian di Klinik Pratama Cahaya Murni 2 dilakukan


dengan mengukur kinerja pelayanan kefarmasian yang diberikan melalui sasaran mutu.

Sasaran mutu unit yang digunakan dalam mengukur tingkat keberhasilan pelayanan
kefarmasian di Klinik Pratama Cahaya Murni 2 antara lain:

a. Ketepatan Pemberian Obat 100%


b. Pemantauan Pengunaan Antibiotika Pada Pasien Infeksi Saluran Nafas Atas Non
Pneumonia < 20%
c. Pemantauan Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Diare Non Spesifik < 8%

13
BAB VII
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi tenaga kefarmasian dalam menjalankan pelayanan
kefarmasian di Klinik Pratama Cahaya Murni 2, Kota Administrasi Jakarta Selatan.

Keberhasilan kegiatan pelayanan kefarmasian tergantung pada komitmen yang kuat dari
semua pihak terkait,khususnya tenaga kefarmasian yang bekerja dengan profesional dan
Penanggung Jawab Klinik Pratama Cahaya Murni 2 serta Suku Dinas Kesehatan Jakarta
Selatan dan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.

Klinik Pratama Cahaya Murni 2

Rita Andriani
Penanggung Jawab

14

Anda mungkin juga menyukai