MAFROH
Jl. Pancasila No 35 RT 12/ RW 04 Grogol, Dukuhturi Kab. Tegal
Telp.
KEPUTUSAN
PIMPINAN KLINIK PRATAMA AISYIYAH HJ. MAFROH
NOMOR :…………/…………../…..../…………
TENTANG
PELAYANAN FARMASI
Menimbang : a. bahwa untuk menunjang layanan klinis di klinik pratama aisyiyah hj,
mafroh, maka perlu didukung oleh pelayanan farmasi yang mampu
mengendalikan, penyediaan dan penggunaan obat dengan baik;
MEMUTUSKAN :
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dan penetapannya, maka akan diadakan
pembetulan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Tegal
Pada tanggal :
PIMPINAN KLINIK PRATAMA
AISYIYAH HJ. MAFROH
PENDAHULUAN
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kegidupan pasien.
Obat merupakan komponen yang esensial dari suatu pelayanan kesehatan. Oleh karena ini
diperlukan pengelolaan yan baik dan benar serta efektif dan efisien secara berkesinambungan.
Pengolaan obat publik dan pembekalan kesehatan meliputi kegiatan perencanaan dan permintaan,
penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatn dan pelaporan serta supervisi dan evaluasi
pengelolaan obat.
TUJUAN
Tujuan dilaksanakannnya pelayanan farmasi di Klinik pratama aisyiyah hj. mafroh adalah agar;
1. Kebutuhan masyarakat dalam hal ini pasien dapat terlayani secara optimal.
2. Terdapat mekanisme pelayanan yang jelas dan teratur dalam melaksanakan pelayanan
farmasi.
SISTEM PELAYANAN
Dalam pelaksanaannya petugas harus:
1. Menulis obat yang dikeluarkan dari ruang obat pada resep pasien
2. Memberi etiket pada obat yang diresepkan
3. Menuliskan perintah pemakaian obat pada etiket atau plastik resep
4. Memberikan obat kepada pasien dengan disertai penjelasan cara penggunaan dan efek
samping obat
5. Memastikan pasien mengerti penjelasan yang telah diberikan
6. Ikut menjaga dan memastikan keamanan di ruang obat
A. MENILAI, MENGENDALIKAN PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN OBAT YANG
MENJAMIN KETERSEDIAAN OBAT
Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat diwujudkan dalam kegiatan
pengendalian obat. Tujuan kegiatan pengendalian obat agar tidak terjadi kelebihan dan
kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar, yaitu terdiri dari:
1. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di klinik pratama
aisyiyah hj. mafroh dan seluruh unit pelayanan
2. Menentukan :
- Stok optimum
3. Menentukan waktu tunggu
Pengendalian obat terdiri dari:
1. Pengendalian persediaan
Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan terhadap stok kerja,
stok pengamanan, waktu tunggu dan sisa stok. Sedangkan untuk mecukupi kebutuhan
perlu diperhitungkan keadaan stok yang seharusnya ada pada waktu kedatangan obat atau
jika dimungkinkan memesan.
Agar tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan, maka hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah:
a. Mencantumkan jumlah stok optimum pada kartu stok.
b. Membuat laporan secara sederhana dan berkala kepada pimpinan klinik pratama
aisyiyah hj. Mafroh.
c. Pemeriksaan Besar (pencacahan) dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan antara
kartu stok obat dengan fisik obat, yaitu jumlah setiap jenis obat. Pemeriksaan ini
dilakukan setiap bulan.
2. Pengendalian penggunaan
Tujuan dilaksanakannya pengendalian penggunaan obat adalah untuk menjaga kualitas
pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat.
Pengendalian penggunaan meliputi:
a. Prosentase rata-rata jumlah R/
b. Prosentase obat penggunaan obat
c. Kesesuaian dengan pedoman
B. MENJAMIN KETERSEDIAAN OBAT
a. Pendahuluan
Pada berbagai upaya pelayanan kesehatan, obat merupakan salah satu unsur penting.
Diantara berbagai alternatif yang ada intervensi dengan obat merupakan intervensi
yang paling besar digunakan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.
Dalam upaya meningkatkan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan sangat
diperlukan optimalisasi pemanfaatan dana, efektivitas penggunaan, pengendalian
persediaan dan pendistribusian serta penanganan obat rusak dan kadaluarsa.
b. Tema
Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat.
c. Tujuan
1. Menjamin kelangsungan ketersediaan obat dan bahan medis habis pakai yang
efisien, efektif dan rasional
2. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian
3. Mewujudkan sistem inforamasi manajemen
4. Malaksanakan pengendalian mutu pelayanan
d. Bentuk Kegiatan
Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat adalah sebagai berikut;
1. Permintaan rutin yang dilakukan setiap bulan sesuai sesuai jadwal yang ditetapkan
2. Permintaan khusus apabila terjadi kebutuhan obat yang meningkat/sebelumnya ada
kekosongan obat/ada kejadian luar biasa (KLB/bencana)
e. Penutup
Demikian program ini disusun untuk memberikan gambaran mengenai penyediaan
obat yang menjamin ketersediaan obat di klinik pratama aisyiyah hj. Mafroh.
2. PEMESANAN OBAT
Sumber penyediaan obat di klinik pratama IMI berasal dari gudang obat klinik
pratama aisyiyah hj. mafroh. Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di
Klinik pratama aisyiyah hj. mafroh diajukan kepada Pimpinan Klinik Pratama aisyiyah
dengan menggunakan format permintaan obat.
Tujuan dari permintaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di Klinik Pratama
aisyiyah hj. mafroh
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam permintaan obat antara lain:
a. Menentukan jenis permintaan obat
1) Permintaan Rutin
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disusun
2) Permintaan Khusus
Dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila:
Kebutuhan meningkat
Terjadi kekosongan
Ada KLB atau bencana
b. Menentukan jumlah permintaan obat
Data yang diperlukan antara lain:
1) Data pemakaian obat periode sebelumnya
2) Jumlah kunjungan resep
3) Jadwal distribusi obat dari Gudang Obat Klinik Pratama aisyiyah hj. mafroh
4) Sisa Stok
c. Menghitung kebutuhan obat dengan cara :
Untuk menghitung permintaan obat dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:
SK=SA+SM-SAkhir
Keterangan :
SK = Stok Keluar
SA = Stok Awal
SM = Stok Masuk Obat Sebelumnya
SA = Stok Akhir Penghitungan Obat
3. PENGELOLAAN OBAT
Obat dan perbekalan kesehatan hendaknya dikelola secara optimal untuk
menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat waktu
pendistribusian, tepat penggunaan dan tepat mutunya di tiap unit pelayanan kesehatan.
Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan meliputi kegiatan:
1. Perencanaan
2. Permintaan
3. Penerimaan
4. Penyimpanan
5. Pendistribusian
6. Pengendalian
7. Pencatatan dan pelaporan
F.
G.
H. LARANGAN MEMBERIKAN OBAT KADALUARSA DAN UPAYA UNTUK
MEMINIMALKAN ADANYA OBAT KADALUWARSA DENGAN SYSTEM
FIFO DAN FEFO
FIFO (First In First Out) obat yang datang pertama akan kadaluwarsa lebih awal,
maka dari itu obat lama harus diletakkan dan disusun paling depan dan obat baru
diletakkan paling belakang. FEFO (First Expired First Out) obat yang lebih awal
kadaluwarsa harus dikeluarkan lebih dahulu.
Terlepas apakah obat yang masuk itu datang dahulu atau terakhir, obat yang masa
kadaluwarsa paling dekat adalah obat yang harus dipergunakan terlebih dahulu obat
dengan masa kadaluwarsa yang pendek akan ditempatkan di posisi paling depan agar
diambil terlebih dahulu, sedangkan obat dengan masa kadaluwarsa yang masih panjang
dapat di simpan di posisi paling belakang. Dengan menetapkan sytem yang tepat, baik
system FIFO atau FEFO, maka kualitas obat akan selalu terjaga.
J. REKONSILIASI OBAT
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan intruksi pengobatan dengan
obat yang telah di dapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya
kesalahan obat seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi
obat.
Tujuan dilakukan rekonsiliasi obat adalah;
1. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang di gunakan pasien
2. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi dokter
3. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya intruksi dokter
Tahapan proses rekonsiliasi obat yaitu;
Petugas pelayanan farmasi menerima resep dari pasien/keluarga, memerika, membaca
dan meneliti resep apakah sesuai dengan ketentuan penulisan resep, memastikan obat
dan meneliti resep sesuai dengan ketentuan penulisan resep, memastikan obat yang
ditulis tidak ada kontra indikasi, menanyakan kepada pasien apakah ada kemungkinan
obat yang dibawa sendiri oleh pasien untuk digunakan dalam pengobatan penyakit
tertentu, memastikan obat yang dibawa sendiri oleh pasien jika dikonsumsi tidak
menimbulkan kontra indikasi, apabila pasien tidak mambawa obatnya maka petugas
instalasi farmasi meminta pasien memberhentikan penggunaan obat tersebut agar tidak
menimbulkan efek samping interaksi obat dan efek ganda.
11 CAIRAN d5 1 Botol
18 Spuit 1 cc 2 Pieces