Anda di halaman 1dari 28

PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BIRAYANG
Jl. Merdeka RT. 009 Lok Besar Kode Pos 71381 (17080401pkm.bry@gmail.com)

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BIRAYANG


NOMOR 445/ 055 / PKM-BRY/2023
TENTANG
PELAYANAN FARMASI DI PUSKESMAS BIRAYANG

KEPALA PUSKESMAS BIRAYANG,

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan di Puskemas,


maka perlu didukung oleh pelayanan farmasi yang baik;
b. bahwa penyediaan obat merupakan langkah awal
pengelolaan d i Puskesmas untuk melayani keperluan pasien
dalam penanganan kesehatan pasien, sehingga perlu
diberikan kewenangan kepada petugas yang berhak untuk
menyediakan obat dengan mengetahui persyaratan
penyimpanan obat sehingga tidak terjadi pemberian obat yang
kadaluarsa;
c. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
yang berorientasi kepada pasien maka pelayanan selama hari
kerja harus diatur tentang peresepan, pemesanan dan
pengelolaan obat yang meliputi persyaratan petugas yang
berhak memberi resep dan meresepkan obat narkotik dan
psikotropik, ketentuan tentang rekonsilasi obat, pencatatan
dan pelaporan ESO dan KTD, penanganan dan pelaporan obat
kadaluarsa, ketentuan penyediaan obat emergensi, serta
ketentuan tentang penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh
pasien serta pelayanan kefarmasian yang berpedoman pada
pedoman pelayanan farmasi di Puskesmas
d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b
maka perlu disusun kebijakan pelayanan farmasi di
Puskesmas

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan ;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian;
4. Permenkes no 3 th 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor Farmasi
5. Permenkes no 46 th 2015 tentang Akreditasi Puskesmas,
Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi
6. Permenkes Nomor 74 tahun 2016 tentang standar pelayanan
kefarmasian di Puskesmas
7. Peraturan Menteri Kesehatan no. 43 tahun 2019 tentang
Puskesmas
8. Permenkes No. 26 th 2020 tentang perubahan Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TENTANG KEBIJAKAN


PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS BIRAYANG
Kesatu : Kebijakan pelayanan Farmasi di Puskesmas Birayang
sebagaimana tercantum dalam lampiran merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari surat keputusan ini
Kedua : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Birayang
Pada tanggal 16 Januari 2023
KEPALA PUSKESMAS BIRAYANG

MUHAMMAD NOOR
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BIRAYANG
NOMOR 445 / 055 /PKM-BRY/ 2023
TENTANG PELAYANAN FARMASI DI
PUSKESMAS BIRAYANG

I. PENANGGUNG JAWAB DAN JAM PELAYANAN OBAT


Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien dengan didukung petugas yang berkompeten sesuai dengan
Permenkes. Pelayanan kefarmasian yang dimaksud dipimpin oleh Apoteker
sebagai penanggung jawab dan dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian
dalam penyelenggaraan pelayanan

Puskesmas Birayang merupakan Puskesmas dengan pelayanan Rawat Inap


yang melayani UGD, Persalinan dan Rawat Inap 24 jam 7 hari dalam
seminggu, sehingga pelayanan farmasi harus bisa memberikan layanan
kefarmasian selama pelayanan berlangsung.

No Nama NIP Jabatan


1 Santi Ramadani,S.Farm.,Apt 19890425 201903 2011 Apoteker
2 Nellita Rahmiati, A.Md.,Far TTK
3 Anshari TTK

Penanggung jawab Pelayanan Obat di UPTD Puskesmas Tanjungwangi


Kabupaten Subang mempunyai tugas melaksanakan Pelayanan Kefarmasian
yang meliputi :
1. Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Pakai, yang terdiri dari kegiatan:
a. perencanaan kebutuhan obat dan Bahan Medis Habis Pakai
b. Permintaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai
c. Penerimaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai
d. Penyimpanan obat dan Bahan Medis Habis Pakai
e. Pendistribusian obat dan Bahan Medis Habis Pakai
f. Pengendalian obat dan Bahan Medis Habis Pakai
g. Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan
h. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis
Pakai
2. Pelayanan Farmasi Klinik yang terdiri dari :
a. pengkajian resep, penyerahan obat dan pemberian informasi obat
b. pelayanan informasi obat
c. konseling
d. rekonsiliasi obat
e. pemantauan dan pelaporan efek samping obat (ESO)
f. pemantauan terapi obat (PTO)
g. evaluasi penggunaan obat.

3. Di dalam melaksakan tugas, Penanggung jawab Pelayanan Obat di UPTD


Puskesmas Birayang berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku.
JADWAL PELAYANAN OBAT SELAMA 24 JAM

NO. SHIFT PELAKSANA KETERANGAN

1 Shift Pagi - 3 petugas Sesuai dengan


(08.00- Farmasi jadwal jaga
15.00) apoteker atau
Tenaga Tekhnis
Kefarmasian
2 Shift Siang Dengan pendelegasian wewenang
(15.00-20.00)

3 Shift Malam Dengan pendelegasian wewenang


(20.00-08.00)
II. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN BMHP
Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP) di
puskesmas dilaksanakan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian
(TTK) pengelola ruang farmasi. Pengelolaan dilakukan dengan perencanaan
obat yang baik untuk mencegah kekosongan atau kelebihan stok obat dan
menjaga ketersediaan obat di puskesmas. Tahapan pengelolaan kebutuhan
sediaan farmasi dan BMHP meliputi :

1. Pemilihan Sediaan Farmasi dan BMHP

Proses pemilihan obat di puskesmas dilakukan dalam rangka


perencanaan obat yang akan digunakan di pelayanan puskesmas
dengan mengacu pada Formularium Nasional (FORNAS) untuk Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama, Pemakain obat tahun sebelumnya dalam
LPLPO, dan SK Penggunaan Obat non Formularium Dinas Kesehatan
Kota Tangerang Selatan yang dirangkum dalam Formularium
Puskesmas PUSKESMAS Birayang.

2. Perencanaan Tahunan

Perencanaa Kebutuhan obat dan BMHP dalam 1 tahun berikutnya


dituangkan dalam Rancangan Kebutuhan Obat sesuai dengan
Formularium Puskesmas. Menghitung RKO menggunakan metode
konsumsi di tahun sebelumnya dengan menambahkan buffer stok 6
bulan.
3. Pengadaan
Pengadaan obat di puskesmas yaitu dengan melakukan permintaan ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Permintaan obat puskesmas
diajukan oleh kepala puskesmas kepada kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO.
1. Permintaan rutin Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi masing – masing puskesmas.
2. Permintaan khusus Dilakukan diluar jadwal distribusi rutin. Proses
permintaan khusus sama dengan proses permintaan rutin.
Permintaan khusus dilakukan apabila :
 Kebutuhan meningkat
 Terjadi kekosongan obat
 Ada Kejadian Luar Biasa (KLB/Bencana)
Dalam menentukan jumlah permintaan obat, perlu diperhatikan hal-hal
berikut ini:
a. Data pemakaian obat periode sebelumnya.
b. Jumlah kunjungan resep.
c. Jadwal distribusi obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.
d. Sisa Stok.
4. Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi dan BMHP dari instalasi Farmasi atau
sumber lainnya merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh
apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK) dengan melakukan
pemeriksaan terhadap barang yang dating dengan Surat Bukti Barang
Keluar (SBBK) atau dokumen lain, dengan memperhatikan ketentuan
antara lain :
a) Nama Barang
b) Jumlah dan mutu barang
c) Tanggal kadaluarsa barang
d) Kemasan saat penerimaan
Bila sudah memenuhi sesuai dengan dokumen, petugas
menandatangani dokumen serta diketahui oleh kepala puskesmas.
Petugas bias menolak apabila terdapat kekurangan dan kerusakan
obat.setiap penambahan dicatat pada kartu stok.
5. Penyimpanan
Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan,
menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga
ketersediaan, serta memudahkan pencarian dan pengawasan.
a) Aspek umum yang perlu diperhatikan :
a. Persediaan disimpan digudang yang dilengkapi lemari dan rak-
rak penyimpanan
b. Suhu ruangan harus dapat menjamin kestabilan obat

c. Sediaan dalam jumlah besar disimpan di atas pallet, teratur


dengan memperhatikan tanda-tanda khusus

d. Penympanan dilakukan berdasarkan bentuk sediaan, kelas


terpai, First Epired First Out (FEFO ), High Alert dan live saving

e. Sediaan psikotropik dan Narkotik disimpan dalam lemari khusus


sesuai dengan syarat lemari

f. Sediaan farmasi dan BMHP yang mudah terbakar, disimpan di


tempat lemari khusus dan terpisah dari obat lain.

g. Tersedia lemari pendingin untuk penyimpanan obat tertentu


dengan disertai alat pengukur suhu

h. Jika terjadi pemadaman listrik, dilakukan tindakan pengamanan


terhadap obat yang disimpan pada suhu dingin. Sedapat
mungkin, tempat penyimpanan obat termasuk dalam prioritas
yang mendapatkan listrik cadangan (genset).

i. Obat yang mendekati kadaluarsa (, 3 bulan) diberikan


penandaan khusus dan diletakkan ditempat yang mudah terlihat
agar bisa digunakan terlebih dahulu sebelum tiba masa
kadaluarsa

j. Monitoring dilakukan secara berkala terhadap tempat


penyimpanan obat.
b) Aspek Khusus yang perlu diperhatikan
1. Obat High Alert
High Alert adalah obat yang perlu diwaspadai karena dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan/kesalahan serius
(sentinel event), dan berisiko tinggi menyebabkan dampak yang
tidak diinginkan (adverse outcome). Obat yang perlu diwaspadai
terdiri atas:
1) Obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan
(error) dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan seperti
insulin, atau obat antidiabetik oral.
2) Obat dengan nama, kemasan, label, penggunaan klinik
tampak/kelihatan sama (look alike) dan bunyi ucapan sama
(sound alike) biasa disebut LASA, atau disebut juga Nama
Obat dan Rupa Ucapan Mirip (NORUM). Contohnya
tetrasiklin dan tetrakain.
3) Elektrolit konsentrat seperti natrium klorida dengan
konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium sulfat dengan
konsentrasi 20%, 40% atau lebih
a. Penyimpanan obat High Alert
Penyimpanan obat high alert disimpan sesuai dengan SOP
penyimpanan namun untuk obat jenis LASA disimpan tidak
berdekatan untuk mencegah kesalahn paengambilan
b. Pelabelan obat High Alert
Pelabelan digunakan untuk membedakan obat high alert dengan
obat lainnya.adapun jenis pelabelan sebagai berikut :
 Obat-obatan yang termasuk kategori LASA, yaitu obat
dengan tampilan mirip, atau nama mirip menggunakan label
bertuliskan “LASA”.
 obat-obatan termasuk HIGH ALERT, yaitu obat dengan resiko
tinggi dalam kesalahan penggunaan nya menggunakan label
bertuliskan “HIGH ALERT DOUBLE CHECK”
 obat dengan eketrolit konsentrat menggunakan label “
ELEKTROLIT PEKAT ENCERKAN DAHULU PERIKSA
KEMBALI”
c. Pengawasan obat High Alert
Pengawasan dilakukan tidak hanya ketika penggunaan namun juga
saat penyimpanan. Pengawasan menggunakan metode pengecekan
ganda oleh 2 petugas, yaitu
 Petugas pertama menyiapkan obat sesuai dengan peresepan
dan melakukan pengecekan nama oabt sesuai resep, cara
pemberian/ instruksi dokter
 Petugas kedua melakukan pengecekan Kembali dengan
memperhatikan hal-sal sebagai berikut
a. obat telah disiapkan sesuai instruksi
b. obat sudah memenuhi persyaratan 5 Benar
d. Daftar Obat yang termasuk obat High Alert di Puskesmas Birayang
1. Obat Dengan Resiko Tinggi
OBAT DENGAN RESIKO TINGGI
1 Metformin 500mg Label “ HIGH ALERT
DOUBLE CHECK”
2 Glimepirid 2mg
3 Glibenklamid 5mg

2. Cairan Elektrolit Konsentrat


ELEKTROLIT KONSENTRAT
1 NaCl 3% 500 ml Menggunakan Label
2. Glucose 40% “ELEKTROLIT PEKAT
3. Magnesium Sulfas >40mg/ml ENCERKAN DAHULU
dalam larutan 100 ml PERIKSA KEMBALI

3. Obat dengan Rupa sama atau Bunyi sama


LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE) Label LASA

1. Antihipertensi (bentuk dan - Amlodipin 5 mg


bunyi serupa) - Amlodipin 10 mg
2. Antibiotik Sirup (bentuk - Amoxicillin sirup 250
serupa) mg/5ml
- Amoxicillin sirup 125
mg/5ml
3. Obat Topikal (Bentuk dan - Kloramfenikol tetes mata
bunyi serupa ) - Kloramfenikol tetes
telinga
4. Antijamur (Bunyi serupa) - Nistatin tablet vagina
(ovula)
- Nistatin Tablet
5. Obat Topikal /Salep - Kloramfenikol Salep Kulit
(Bunyi Serupa) - Kloramfenikol Salep Mata
6. Sirup (Bentuk Serupa) - Paracetamol sirup
- Kotrimoksazol sirup
- Cetirizin Sirup
- Kloramfenikol Sirup
7. Antivirus (Bunyi Serupa) - Acyclovir 200 mg
- Acyclovir 400 mg
8 Antihipertensi (Bunyi Serupa) - Kaptopril 12,5mg
- Kaptopril 25mg
9 Analgetik (Bunyi Serupa) - Natrium diklofenak 25mg
- Natrium diklofenak 50mg
10 Tablet (Bentuk Serupa)
- Antibiotik - Kotrimoksazol tablet
- Vitamin - Kalsium Laktat

11 Vitamin Tablet - Vitamin B6


- Vitamin B1
12 Tablet (Bentuk Serupa)
- analgetik - Asam mefenamat
- lambung - Omeprazole

2. Obat Narkotika, Psikotropika dan Perkusor


Penggunaan, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan. Adapun jenis pengelolaan dan pengawasan obat dengan kategori
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi antara lain
a) Peresepan :
- Dokter penulis resep adalah dokter yang telah memiliki izin
praktek dokter di Puskesmas Birayang
- Resep Narkotika ditulis dengan jelas dan dapat dibaca tanpa
menimbulkan kemungkinan salah tafsir
- Setiap resep dilengkapi dengan; kekuatan takaran, jumlah yang
harus diberikan, dosis pemakaian, cara pemakaian, dan dibubuhi
tanda tangan penuh oleh dokter/ dokter gigi penulis resep
b) Penyimpanan :
- Obat disimpan terpisah antara obat narkotik, psikotropik, dan
perkusor
- Obat disimpan dengan metode FEFO

- Lemari penyimpanan harus memiliki dua buah pintu

- Lemari memiliki dia (Dua) buah kunci yang dipegang oleh


Penanggung Jawab dan Dokter jaga dengan menggunakan buku
serah terima saat ganti jaga
c) Penggunaan
- Dengan Resep asli Puskesmas Birayang dan stemple dokter
penulis resep

- Saat pengambilan obat dilakukan oleh dua orang, pemegang kunci


dan 1 orang saksi./ pendamping

- Penyerahan obat harus disertai dengan informasi penggunaan, efek


samping dan cara simpan,

- Penerima obat wajib menandatangi bukti penerimaan obat


disertai nama lengkap dan nomor kontak yang bisa dihubungi
d) Pengawasan Psikotropika :
- Pada saat menerima resep, melakukan skrining resep dengan
mempehatikan nama obat, cara pakai, dosis dan efek samping
yang mungkin muncul

- Memastikan keabsahan resep dengan melakukan komunikasi ke


penulis resep dan mencatat hasil di kolom keabsahan

- Pengambilan obat dilakukan oleh dua orang, pemegang kunci dan


1 orang saksi./ pendamping

- Penyerahan obat harus disertai dengan informasi penggunaan, efek


samping dan cara simpan,
- Penerima obat wajib menandatangi bukti penerimaan obat disertai
nama lengkap dan nomor kontak yang bisa dihubungi
e) Pencatatan dan Pelaporan
- Pencatatan penggunaan obat dilakukan di kartu stok dengan
menuliskan nama pasien dan jumlah obat yang digunakan

- Pelaporan dilakukan setiap akhir bulan dengan menuliskan jumlah


obat yang digunakan dan sisa stok
3. Obat kegawatdaruratan medis
Obat kegawatdaruratan medis adalah Obat yang digunakan hanya pada saat
emergensi. Penyimpanan obat kegawatdaruratan medis harus memperhatikan
dari sisi kemudahan, ketepatan dan kecepatan reaksi bila terjadi
kegawatdaruratan. Obat – obat emergensi di simpan dalam sebuah kotak
emergensi agar mudah dalam penggunaannya dan mobilitasnya, jika sewaktu-
waktu di perlukan. Monitoring terhadap obat kegawatdaruratan medis
dilakukan secara berkala. Obat yang kadaluarsa dan rusak harus diganti tepat
waktu.
Berikut daftar obat emegensi :
DAFTAR OBAT EMERGENSI DI PUKESMAS BIRAYANG
Nama Obat
Unit Pelayanan (UGD dan
No
VK Bersalin )
1 Asam Asetilsalisilat Tablet (MINIASPI) √
2 Antrain / Norages Inj √
3 Dekstrose 40 % √
4 Diazepam injeksi √
5 Diazepam Rectal √
6 Dexametasone injeksi √
7 Difenhidramin injeksi √
8 Epinefrina HCl √
9 Fitomenadion (Vit K) Inj √
10 Foley Cateter 16 √
11 Foley Cateter 18 √
12 Garam Oralit √
13 Glukosa Larutan Infus 5% √
14 Hand scoon non sterile √
15 ISDN tablet √
16 Infus set dewasa √
17 Infus set anak √
18 Kasa steril / gulung √
19 Lidokain injeksi √
20 Magnesium Sulfat injeksi √
21 Metil ergometrin injeksi √
22 Natrium Klorida Infus 0.9% √
23 Nipedifin tab √
24 Oksitosin injeksi √
25 Ondansentron injeksi √
26 Povidone iodin √
27 Ranitidin injeksi √
28 Ringer Laktat Lar. Infus √
29 Spuit inj (1 cc, 3 cc, 5 cc) √
30 Surflo / abocath (No. 20,22,24) √

6. Pendistribusian
Pendistribusian adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan sediaan
farmasi dan BMHP yang diperlukan ruangan sebagai penunjang pelayanan.
Dilakukan dengan sistem satu pintu dan terjadwal dari gudang obat
kepada ruang pelayanan seperti ruang pelayanan obat, ruang UGD, ruang
poli gigi, ruang poli KIA, dan ruang VK. Langkah – langkah distribusi obat
harus memperhatikan :
a) Jumlah ketersediaan di ruangan
b) Jumlah permintaan diperhitungkan untuk stok 1 minggu
c) Bila dilakukan permintaan diluar hari pendsitribusian, petugas mengecek
dan memperhitungkan kembali sisa stok di ruangan dan jumlah
kunjunngan
d) Melakukan pencatatan kebutuhan yang diperlukan di buku permintaan
ruangan
Permintaan diserahkan kepada petugas ruangan yang
ditandatangani oleh petugas farmasi di buku permintaan
7. Pemusnahan dan penarikan obat
a) Sediaan farmasi yang kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan
sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan dan penarikan
dilakukan kepada seluruh ruangan yang terdapat stok obat dengan
melakukan recall internal melalui pemberitahuan kepada penanggung
jawab ruangan untuk melakukan pengecekan dan pengembalian obat
kadaluarsa atau rusak kepada petugas farmasi.

b) Sediaan farmasi yang kadaluwarsa atau rusak yang sudah terkumpul


dilaporkan kepada UPT.Farmasi dengan membuat berita acara
pemeriksaan yang terdiri dari nama obat, batch, tanggal kadaluarsa dan
jumlah sediaan. Sediaan Farmasi dan BMHP yang kadaluarsa, rusak
atau ditarik dari peredaran dikembalikan ke UPT.Farmasi Dinas
Kesehatan dengan disertai Berita Acara Pengembalian setelah mendapat
pemberitahuan penarikan.

III. PENGENDALIAN PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN OBAT UNTUK


MENJAMIN KETERSEDIAAN OBAT
1. Penilaian Terhadap Sistem Pengendalian Obat
a) menyesuaikan kartu stok dengan pengeluaran
b) memonitoring peresepan atau kesesuaian penulisan resep
c) menangani obat hilang, rusak dan kadaluwarsa

2. Penilaian Penyediaan Obat


a) petugas farmasi, Penanggung jawab ruangan, penanggung jawab
Program UKM melakukan koordinasi dengan kepala puskesmas
untuk merencanakan kebutuhan obat di semua Ruang pelayanan
sesuai dengan Formularium Obat Puskesmas di setiap akhir tahun
untuk digunakan pada tahun berikutnya. .
b) Petugas farmasi melakukan pengelolaan data sesuai dengan form
yang sudah dikirimkan oleh UPT. Farmasi pada akhir bulan dan
akhir tahun untuk penyediaan obat berdasarkan hasil pertemuan
dengan tenaga kesehatan lainnya
c) Semua Form yang sudah diisi harus diketahui oleh Penanggung
Jawab UKP dan Kepala Puskmas
d) Petugas farmasi mengadakan obat sesuai jalur distribusi yang resmi.
3. Penilaian Terhadap Sistem Penggunaan Obat
melakukan pencatatan dan mendokumentasikan penggunaan obat yang
meliputi
- Prosentase kesesuaian obat terhadap formularium
- Prosentase penggunaan obat rasional
IV. PETUGAS YANG BERHAK MEMBERI RESEP
1. Semua kegiatan pengobatan dan penulisan resep di Puskesmas
Birayang dilaksanakan oleh dokter/dokter gigi sesuai
kompetensinya dengan persyaratan sebagai berikut:
- Memiliki Surat Tanda Registrasi.
- Memiliki Surat Ijin Praktik Dokter/Dokter gigi di Puskesmas
Birayang.
2. Apabila dokter/dokter gigi tidak dapat menjalankan tugasnya di
bidang pengobatan karena sesuatu hal (misal: menghadiri rapat),
maka tugas pengobatan dan pemberian resep didelegasikan
kepada petugas pelayanan kesehatan yang memiliki pengetahuan
dan pengalaman tentang farmasi, yaitu perawat/perawat
gigi/bidan yang bertugas pada hari itu.
3. Petugas yang berhak memberikan resep di ruang pelayan obat
adalah petugas yang memiliki kompetensi di bidang farmasi, yaitu:
a) Apoteker
b) Tenaga Teknis Kefarmasian, apabila tenaga apoteker tidak ada.
V. PETUGAS YANG BERHAK MENYEDIAKAN OBAT

Penyediaan obat dan Pengelolaan Obat di Puskesmas Birayang


dilaksanakan oleh
a) Apoteker sesuai kompetensinya.
b) Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kompetensinya
c) Petugas kesehatan lain yang sesuai kompetensinya memiliki
pengetahuan dan pengalaman di bidang farmasi dengan
menggunakan pendelegasian wewenang, yaitu:
Perawat/Perawat gigi/Bidan.:
d) Apabila persyaratan petugas yang diberi kewenangan
melaksanakan penyedian obat tidak dapat dipenuhi, maka
petugas tersebut harus mengikuti pelatihan khusus yang
diberikan
VI. KEBIJAKAN PETUGAS YANG DIBERI KEWENANGAN DALAM PENYEDIAAN
OBAT JIKA PETUGAS YANG MEMENUHI PERSYARATAN TIDAK ADA
1. Setiap tenaga Kesehatan di Puskesmas mempunyai kesempatan yang
sama untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
2. Apoteker dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau Petugas yang
diberi kewenangan menyediakan obat tetapi belum sesuai persyaratan
harus memberikan masukan kepada pimpinan dalam menyusun
pengembangan staf.
3. Melakukan analisis kebutuhan peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan bagi tenaga kefarmasian dan petugas yang diberi
kewenangan menyediakan obat tetapi belum sesuai persyaratan.
Pelatihan yang diberikan antara lain:
a) Mengkaji resep obat
b) Menyiapkan obat
c) Memberi label obat

d) Memberikan obat disertai informasi obat


e) Memastikan pasien mengerti penjelasan yang diberikan
f) Menjaga dan memastikan keamanan obat di Apotek
g) Membuat rekap pengeluaran obat harian
4. Petugas yang belum memenuhi persyaratan wajib melakukan
pelatihan ilmu kefarmasian dasar dan SOP kefarmasian

5. Petugas non farmasi yang sudah diberikan pelatihan, dapat


membantu petugas farmasi jika petugas farmasi tidak hadir, dengan
syarat adanya pendelegasian wewenang
6. Staf baru mengikuti orientasi untuk mengetahui tugas, fungsi,
wewenang, dan tanggung jawabnya
7. Memberikan kesempatan bagi institusi lain untuk melakukan
praktek, magang, dan penelitian tentang pelayanan kefarmasian di
Puskesmas
VII. PERESEPAN, PEMESANAN, DAN PENYERAHAN OBAT

1. Peresepan

Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari


dokter, dokter gigi, dan praktisi lainnya yang berijin kepada
pengelola obat di Puskesmas Birayang untuk menyediakan atau
membuatkan obat dan menyerahkannya kepada pasien. Resep
merupakan sarana komunikasi profesional antara dokter, penyedia
obat dan pasien (pengguna obat). Isi resep merupakan refleksi dari
proses pengobatan. Untuk itu, agar obat berhasil, resep harus
rasional. Kriteria resep yang tepat, aman dan rasional yaitu:

1) Tepat obat sesuai dengan diagnosis penyakitnya.


2) Tepat indikasi penyakit.
3) Tepat pemilihan obat.
4) Tepat dosis.
5) Tepat cara pemberian obat.
6) Tepat pasien.
Bahasa dalam penulisan resep menggunakan bahasa latin
yang sudah digunakan sebagai bahasa ilmu kesehatan karena
bahasa latin tidak mengalami perubahan (statis), sehingga resep obat
yang ditulis dalam bahasa latin tidak akan terjadi salah tafsir.

Penulisan resep yang baik harus lengkap dan jelas. Dalam


resep untuk pasien rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas
Birayang harus tercantum:

1) Tanggal penulisan resep.


2) Nama pasien.
3) Umur pasien.
4) Alamat pasien.
5) Diagnosis penyakit.
6) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan obat.
7) Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan per oral.
8) Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan parenteral
pada kolom suntikan.
9) Tanda tangan dan nama terang petugas penulis resep.
10) Tanda seru dan paraf penulis resep untuk resep yang
mengandung obat yang jumlahnya melebihi dosis maksimum.
2. Penyiapan Obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang
diresepkan oleh dokter atau praktisi lain yang berizin harus
memahami isi resep dan memperhatikan:
1) Nama obat
2) Jenis dan bentuk sediaan obat
3) Nama dan umur pasien
4) Dosis
5) Cara pemakaian dan aturan pemberian
6) Menanyakan kepada penulis resep apabila tulisan tidak jelas
7) Konsultasi alternatif obat kepada penulis resep apabila obat
yang dimaksud tidak tersedia
8) Penggunaan sendok atau spatula pada saat mengambil obat
dari tempatnya
9) Pemasangan etiket / label obat pada kemasan obat
3. Penyerahan Obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang
diresepkan oleh dokter atau praktisi lain yang berizin harus
memperhatikan:
a. Pengecekan akhir pada identitas pasien dan isi resep
b. Pemberian obat melalui loket
c. Penerima obat adalah pasien atau keluarga pasien
d. Pemberian informasi tentang cara pemakaian, aturan pakai
dan efek samping obat kepada pasien atau keluarga pasien.
VIII. KETENTUAN REKONSILIASI OBAT

1. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication
error) seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau
interaksi Obat. Kesalahan Obat (medication error) rentan terjadi pada
pemindahan pasien dari satu Puskesmas ke puskesmas lain, antar
ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit
ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
2. Tujuan dilakukannya rekonsiliasi Obat adalah:
1) memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang digunakan
pasien
2) mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya
instruksi dokter dan
3) mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi
dokter.
3. Tahap proses rekonsiliasi Obat yaitu:
1) Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi Obat yang sedang dan akan
digunakan pasien, meliputi nama Obat, dosis, frekuensi, rute,
Obat mulai diberikan, diganti, dilanjutkan dan dihentikan,
riwayat alergi pasien serta efek samping Obat yang pernah
terjadi. Khusus untuk data alergi dan efek samping Obat,
dicatat tanggal kejadian, Obat yang menyebabkan terjadinya
reaksi alergi dan efek samping, efek yang terjadi, dan tingkat
keparahan. Data riwayat penggunaan Obat didapatkan dari
pasien, keluarga pasien, daftar Obat pasien, Obat yang ada pada
pasien, dan rekam medik/medication chart. Data Obat yang
dapat digunakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sebelumnya.
Semua Obat yang digunakan oleh pasien baik Resep maupun
Obat bebas termasuk herbal harus dilakukan proses
rekonsiliasi.
2) Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data Obat yang pernah,
sedang dan akan digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan
adalah bilamana ditemukan ketidakcocokan/perbedaan
diantara data-data tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi
bila ada Obat yang hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti
tanpa ada penjelasan yang didokumentasikan pada rekam
medik pasien. Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja
(intentional) oleh dokter pada saat penulisan Resep maupun
tidak disengaja (unintentional) dimana dokter tidak tahu adanya
perbedaan pada saat menuliskan Resep.
3) Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan
ketidaksesuaian dokumentasi. Bila ada ketidaksesuaian , maka
dokter harus dihubungi kurang dari 24 jam. Hal lain yang harus
dilakukan oleh Apoteker adalah:
A. menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja
atau tidak disengaja;
B. mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau
pengganti; dan
C. memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya
rekonsilliasi Obat.
4) Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga
pasien atau perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi.
Apoteker bertanggung jawab terhadap informasi Obat yang
diberikan. (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
Di Rumah Sakit
FORMULIR DAFTAR OBAT YANG DIBAWA PASIEN ATAU KELUARGA
Nama Pasien : Ruang :
No. Rekam Medis : Dokter :
Tgl Lahir :

BERLANJUT
ALASAN SAAT RAWAT
NAMA LAMA
TGL DOSIS MAKAN INAP
OBAT PEMAKAIAN
OBAT
YA TIDAK

IX. PENANGANAN OBAT KADALUWARSA


1. Penyimpanan
- Penarikan obat kadaluarsa diruangan dilakukan 1 bulan
sebelum tanggal kadaluwarsa
- Obat yang sudah kadaluwarsa dipisahkan dengan obat
yang masih digunakan
- Obat disimpan dalam box / lemari tertutup rapat dan
diberi label “obat kadaluwarsa” untuk memastikan tidak
terpakai kembali
2. Pencatatan
- Obat kadaluarsa dicatat di buku obat kaduarsa
3. Pelaporan
- Pelaporan dilakukan di LPLPO bulan obat tersebut kadaluwarsa
- Pada akhir tahun dilakukan pemeriksaan kembali dengan
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) obat kadaluarsa
- Pelaporan dilanjutkan ke UPT. Farmasi pada akhir
tahun dengan mengirimkan nota dinas.
4. Pemusnahan
- Pemusnahan dilakukan oleh UPT. Farmasi secara komulatif dengan
UPT Puskemas lain.
X. ADMINISTRASI

Kegiatan administrasi terdiri dari pencatatan dan pelaporan semua


kegiatan pelayanan kefarmasian di Puskesmas

1. Pencatatan (dokumentasi)
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memonitor keluar masuknya obat dan memonitoring penyimpanan
obat di Puskesmas. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan kartu
stok, buku maupun formulir.
2. Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi sediaan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan
yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan. Jenis laporan yang
dibuat meliputi
1. Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Obat
2. Laporan Obat Rusak/Kadaluarsa Melaporkan obat yang
rusak/kadaluarsa
3. Laporan Penggunaan Psikotropika dan narkotika, Mengetahui
penerimaan dan pengeluaran narkotik dan psikotropik
Pelaporan ditujukan ke Dinkes kab/kota
4. Ketersediaan obat terhadap formularium Puskesmas
5. evaluasi kesesuaian penggunaan obat dengan Formularium
Puskesmas
6. Laporan pelayanan Kefarmasian (PIO dan Konseling)
7. Penggunaan Obat Rasional
8. Laporan Obat Program
9. Laporan Penggunaan Obat Rasional untuk Antibiotik terapi
ISPA Non Pneumoni dan Diare
XI. PELAYANAN FARMASI KLINIK
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan yang langsung dan
bertanggungjawab yang diberikan kepada pasien dalam rangka
meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya
efek samping karena Obat, untuk tujuan keselamatan dan
menjamin kualitas hidup pasien. Pelayanan Farmasi Klinis
dilakukan oleh Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian bila
Apoteker berhalangan. Pelayanan farmasi klinik meliputi

1. Pengkajian resep, penyerahan obat,dan pemberian informasi obat


- Pengkajian dan pelayanan resep merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
pengkajian resep, penyiapan termasuk peracikan obat, dan
penyerahan disertai pemberian informasi. Pengkajian dan
pelayanan resep dilakukan untuk semua resep yang masuk
tanpa kriteria khusus pasien
- Tujuan Kegiatan pengkajian dan pelayanan resep dilakukan
dengan tujuan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat
dan sebagai upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian
obat (medication error)
- Pengkajian dan pelayanan resep dilakukan oleh apoteker dan
dapat dibantu oleh TTK. TTK dapat membantu pengkajian
pelayanan resep dengan kewenangan terbatas dalam
persyaratan administrasi dan farmasetik
- Pelaksanaan Pengkajian :
a. Terima resep elektronik yang diserahkan ke bagian farmasi.
b. Periksa kelengkapan adminisitratif.
c. Lakukan pengkajian resep dengan menceklis form
verifikasi resep di belakang resep manual sesuai dengan
kertas kerja.
d. Berikan tanda ceklis pada
e. Jika ada hal yang perlu dikonfirmasi, hubungi dokter
penulis resep. Hasil konfirmasi dengan dokter dicatat
pada resep.
f. Setelah melakukan pengkajian, siapkan obat sesuai resep
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan
penyediaan dan pemberian informasi dan rekomendasi obat
yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, perawat, profesi
kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar
Puskesmas.
- Tujuan pelayanan PIO
o Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien
dan tenaga kesehatan di lingkungan Puskesmas dan
pihak lain di luar Puskesmas
o Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang
berhubungan dengan obat/sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai. -
Meningkatkan penggunaan obat yang rasional
- Pelaksanaan PIO
o Memberikan dan menyebarkan informasi kepada
konsumen secara pro aktif atau pasif.
o Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga
kesehatan melalui telepon, surat atau tatap muka.

o Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah


dinding dan lain-lain.
o Memberikan penyuluhan bagi pasien rawat jalan,
rawat inap dan masyarakat

3. Pelayanan Konseling
Konseling obat merupakan salah satu metode edukasi
pengobatan secara tatap muka atau wawancara dengan pasien
dan/atau keluarganya yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman pasien yang membuat terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan obat. Kegiatan
pelayanan konseling dilakukan oleh apoteker, secara private di
ruang khusus konseling, dilakukan kepada pasien atau
keluarga pasien. Adapun kriteria pasien/ keluarga pasien yang
perlu diberi konseling:
o Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi
hati dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).
o Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis
(misalnya: TB, DM, AIDS, epilepsi).
o Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off).
- Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi
sempit (digoksin, fenitoin, teofilin).
o Pasien dengan polifarmasi (pasien menerima beberapa
obat untuk indikasi penyakit yang sama. Dalam
kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu
obat untuk jenis penyakit yang diketahui dapat
disembuhkan dengan satu jenis obat.
o Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah
- Pelaksanaan Konseling dilakukan dengan cara :
o Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
o Menulis identitas pasien (nama, jenis kelamin, tanggal
lahir), nama dokter, nama obat yang diberikan, jumlah
obat, aturan pakai, waktu minum obat (pagi, siang, sore,
malam
o Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat
melalui Three Prime Questions, yaitu:
(1) Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda?
(2) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara
pemakaian obat anda?
(3) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang
diharapkan setelah anda menerima terapi obat tersebut?
o Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi
kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi
masalah penggunaan obat
o Memberikan penjelasan kepada pasien untuk
menyelesaikan masalah penggunaan obat
o Memberikan informasi dan edukasi obat kepada pasien/
keluarga, terutama untuk obat yang akan digunakan
secara mandiri oleh pasien mengenai: indikasi, dosis,
waktu dan cara minum/ menggunakan obat, hasil terapi
yang diharapkan, cara penyimpanan obat, efek samping
obat jika diperlukan, dan hal-hal lain yang harus
diperhatikan selama penggunaan obat.
o Meminta pasien/keluarga pasien untuk mengulangi
penjelasan terkait penggunaan obat yang telah
disampaikan.
o Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan
pemahaman pasien apoteker mendokumentasikan
konseling dengan meminta tanda tangan pasien sebagai

4. Monitoring Efek samping Obat


- Petugas menerima laporan terjadinya efek samping obat dari
tenaga kesehatan lain
- Petugas mengevaluasi laporan tersebut diatas dengan
melakukan assessment terapi yang diminum baik yang
diberikan oleh dokter puskes atau obat non resep dan
menganalisa dengan sumber/literature yang mendukung
dan disesuaikan dengan kondisi pasien
- Petugas mencatat kejadian efek samping obat rekam medis
meliputi tanggal kejadian, identitas pasien, dan riwayat
pengobatan, efek samping obat yang ditimbulkan.
- Petugas mencatat dan melaporkan kejadian dalam form
Monitoring Efek Samping Obat melaporkan ke Pusat
Monitoring Efek Samping Obat Nasional Setiap kejadian
ESO dilaporkan dalam form MESO maupun secara
elektronik ke BPOM

Ditetapkan di Birayang
Pada tanggal 16 Januari 2023
KEPALA PUSKESMAS BIRAYANG

Anda mungkin juga menyukai