DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BIRAYANG
Jl. Merdeka RT. 009 Lok Besar Kode Pos 71381 (17080401pkm.bry@gmail.com)
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di Birayang
Pada tanggal 16 Januari 2023
KEPALA PUSKESMAS BIRAYANG
MUHAMMAD NOOR
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BIRAYANG
NOMOR 445 / 055 /PKM-BRY/ 2023
TENTANG PELAYANAN FARMASI DI
PUSKESMAS BIRAYANG
2. Perencanaan Tahunan
6. Pendistribusian
Pendistribusian adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan sediaan
farmasi dan BMHP yang diperlukan ruangan sebagai penunjang pelayanan.
Dilakukan dengan sistem satu pintu dan terjadwal dari gudang obat
kepada ruang pelayanan seperti ruang pelayanan obat, ruang UGD, ruang
poli gigi, ruang poli KIA, dan ruang VK. Langkah – langkah distribusi obat
harus memperhatikan :
a) Jumlah ketersediaan di ruangan
b) Jumlah permintaan diperhitungkan untuk stok 1 minggu
c) Bila dilakukan permintaan diluar hari pendsitribusian, petugas mengecek
dan memperhitungkan kembali sisa stok di ruangan dan jumlah
kunjunngan
d) Melakukan pencatatan kebutuhan yang diperlukan di buku permintaan
ruangan
Permintaan diserahkan kepada petugas ruangan yang
ditandatangani oleh petugas farmasi di buku permintaan
7. Pemusnahan dan penarikan obat
a) Sediaan farmasi yang kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan
sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan dan penarikan
dilakukan kepada seluruh ruangan yang terdapat stok obat dengan
melakukan recall internal melalui pemberitahuan kepada penanggung
jawab ruangan untuk melakukan pengecekan dan pengembalian obat
kadaluarsa atau rusak kepada petugas farmasi.
1. Peresepan
1. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication
error) seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau
interaksi Obat. Kesalahan Obat (medication error) rentan terjadi pada
pemindahan pasien dari satu Puskesmas ke puskesmas lain, antar
ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit
ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
2. Tujuan dilakukannya rekonsiliasi Obat adalah:
1) memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang digunakan
pasien
2) mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya
instruksi dokter dan
3) mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi
dokter.
3. Tahap proses rekonsiliasi Obat yaitu:
1) Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi Obat yang sedang dan akan
digunakan pasien, meliputi nama Obat, dosis, frekuensi, rute,
Obat mulai diberikan, diganti, dilanjutkan dan dihentikan,
riwayat alergi pasien serta efek samping Obat yang pernah
terjadi. Khusus untuk data alergi dan efek samping Obat,
dicatat tanggal kejadian, Obat yang menyebabkan terjadinya
reaksi alergi dan efek samping, efek yang terjadi, dan tingkat
keparahan. Data riwayat penggunaan Obat didapatkan dari
pasien, keluarga pasien, daftar Obat pasien, Obat yang ada pada
pasien, dan rekam medik/medication chart. Data Obat yang
dapat digunakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sebelumnya.
Semua Obat yang digunakan oleh pasien baik Resep maupun
Obat bebas termasuk herbal harus dilakukan proses
rekonsiliasi.
2) Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data Obat yang pernah,
sedang dan akan digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan
adalah bilamana ditemukan ketidakcocokan/perbedaan
diantara data-data tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi
bila ada Obat yang hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti
tanpa ada penjelasan yang didokumentasikan pada rekam
medik pasien. Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja
(intentional) oleh dokter pada saat penulisan Resep maupun
tidak disengaja (unintentional) dimana dokter tidak tahu adanya
perbedaan pada saat menuliskan Resep.
3) Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan
ketidaksesuaian dokumentasi. Bila ada ketidaksesuaian , maka
dokter harus dihubungi kurang dari 24 jam. Hal lain yang harus
dilakukan oleh Apoteker adalah:
A. menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja
atau tidak disengaja;
B. mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau
pengganti; dan
C. memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya
rekonsilliasi Obat.
4) Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga
pasien atau perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi.
Apoteker bertanggung jawab terhadap informasi Obat yang
diberikan. (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
Di Rumah Sakit
FORMULIR DAFTAR OBAT YANG DIBAWA PASIEN ATAU KELUARGA
Nama Pasien : Ruang :
No. Rekam Medis : Dokter :
Tgl Lahir :
BERLANJUT
ALASAN SAAT RAWAT
NAMA LAMA
TGL DOSIS MAKAN INAP
OBAT PEMAKAIAN
OBAT
YA TIDAK
1. Pencatatan (dokumentasi)
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memonitor keluar masuknya obat dan memonitoring penyimpanan
obat di Puskesmas. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan kartu
stok, buku maupun formulir.
2. Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi sediaan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan
yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan. Jenis laporan yang
dibuat meliputi
1. Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Obat
2. Laporan Obat Rusak/Kadaluarsa Melaporkan obat yang
rusak/kadaluarsa
3. Laporan Penggunaan Psikotropika dan narkotika, Mengetahui
penerimaan dan pengeluaran narkotik dan psikotropik
Pelaporan ditujukan ke Dinkes kab/kota
4. Ketersediaan obat terhadap formularium Puskesmas
5. evaluasi kesesuaian penggunaan obat dengan Formularium
Puskesmas
6. Laporan pelayanan Kefarmasian (PIO dan Konseling)
7. Penggunaan Obat Rasional
8. Laporan Obat Program
9. Laporan Penggunaan Obat Rasional untuk Antibiotik terapi
ISPA Non Pneumoni dan Diare
XI. PELAYANAN FARMASI KLINIK
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan yang langsung dan
bertanggungjawab yang diberikan kepada pasien dalam rangka
meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya
efek samping karena Obat, untuk tujuan keselamatan dan
menjamin kualitas hidup pasien. Pelayanan Farmasi Klinis
dilakukan oleh Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian bila
Apoteker berhalangan. Pelayanan farmasi klinik meliputi
3. Pelayanan Konseling
Konseling obat merupakan salah satu metode edukasi
pengobatan secara tatap muka atau wawancara dengan pasien
dan/atau keluarganya yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman pasien yang membuat terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan obat. Kegiatan
pelayanan konseling dilakukan oleh apoteker, secara private di
ruang khusus konseling, dilakukan kepada pasien atau
keluarga pasien. Adapun kriteria pasien/ keluarga pasien yang
perlu diberi konseling:
o Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi
hati dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).
o Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis
(misalnya: TB, DM, AIDS, epilepsi).
o Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off).
- Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi
sempit (digoksin, fenitoin, teofilin).
o Pasien dengan polifarmasi (pasien menerima beberapa
obat untuk indikasi penyakit yang sama. Dalam
kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu
obat untuk jenis penyakit yang diketahui dapat
disembuhkan dengan satu jenis obat.
o Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah
- Pelaksanaan Konseling dilakukan dengan cara :
o Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
o Menulis identitas pasien (nama, jenis kelamin, tanggal
lahir), nama dokter, nama obat yang diberikan, jumlah
obat, aturan pakai, waktu minum obat (pagi, siang, sore,
malam
o Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat
melalui Three Prime Questions, yaitu:
(1) Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda?
(2) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara
pemakaian obat anda?
(3) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang
diharapkan setelah anda menerima terapi obat tersebut?
o Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi
kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi
masalah penggunaan obat
o Memberikan penjelasan kepada pasien untuk
menyelesaikan masalah penggunaan obat
o Memberikan informasi dan edukasi obat kepada pasien/
keluarga, terutama untuk obat yang akan digunakan
secara mandiri oleh pasien mengenai: indikasi, dosis,
waktu dan cara minum/ menggunakan obat, hasil terapi
yang diharapkan, cara penyimpanan obat, efek samping
obat jika diperlukan, dan hal-hal lain yang harus
diperhatikan selama penggunaan obat.
o Meminta pasien/keluarga pasien untuk mengulangi
penjelasan terkait penggunaan obat yang telah
disampaikan.
o Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan
pemahaman pasien apoteker mendokumentasikan
konseling dengan meminta tanda tangan pasien sebagai
Ditetapkan di Birayang
Pada tanggal 16 Januari 2023
KEPALA PUSKESMAS BIRAYANG