Anda di halaman 1dari 20

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SUMPIUH I
Jalan Raya Barat Sumpiuh, Kelurahan Kebokura
Kecamatan Sumpiuh, Kode Pos 53195, Telepon (0282) 497528
E-mail: puskesmassatusumpiuh@yahoo.co.id
Website: puskesmas1sumpiuh.banyumaskab.go.id

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SUMPIUH I


NOMOR 800/SK.07/I/2023
TENTANG
PERUBAHAN KESATU ATAS KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SUMPIUH I
NOMOR : 440/SK.61/I/2019 TENTANG PELAYANAN FARMASI
PUSKESMAS SUMPIUH I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA PUSKESMAS SUMPIUH I,

Menimbang : 1. bahwa dalam rangka peningkatan layanan farmasi


yang merupakan salah satu penunjang dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas
Sumpiuh I;
2. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan
Keputusan Kepala Puskesmas Sumpiuh I tentang
Perubahan atas Keputusan Kepala Puskesmas
Sumpiuh Nomor : 440/SK.61/I/2019 tentang
Pelayanan Farmasi Puskesmas Sumpiuh I;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang


Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 10, dan Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3671);

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang


Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran
-2-

Negara Republik Indonesia Nomor 5062);


4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 114, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5419);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 68 Tahun 2010
tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 nomor 124, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5044);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 206) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2020
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesma (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 1206;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Minimal bidang
Kesehatan;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016
tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017
-3-

tentang Keselamatan Pasien di Fasilitas Kesehatan;


13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017
tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Kesehatan;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
15. Peraturan Bupati Banyumas Nomor 117 Tahun 2021
tentang Pola Tata Kelola Badan Layanan Umum
Daerah Unit Pelaksana Teknis Pusat Kesehatan
Masyarakat Pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas;
16. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Nomor 24 Tahun 2021 tentang Pengawasan
Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2022
tentang Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat,
Klinik, Laboratorium Kesehatan, Unit Transfusi
Darah, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 1207);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SUMPIUH I
TENTANG PERUBAHAN KESATU ATAS KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS SUMPIUH I TENTANG
PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS SUMPIUH I.
KESATU : Kebijakan Pelayanan Farmasi Puskesmas Sumpiuh I
sebagaimana tercantum pada Lampiran merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
KEDUA : Kebijakan Pelayanan Farmasi sebagaimana tercantum
pada Diktum KESATU digunakan sebagai acuan dalam
pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di
-4-

Puskesmas Sumpiuh I.
KETIGA : Segala biaya yang dikeluarkan sebagai akibat
pelaksanaan surat keputusan ini dibebankan pada
anggaran Puskesmas Sumpiuh I.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Ditetapkan di : Sumpiuh
pada tanggal : 2 Januari 2023

KEPALA PUSKESMAS SUMPIUH I,

ANGGORO SUPRIYO

LAMPIRAN I : KEPUTUSANKEPALA
PUSKESMAS SUMPIUH I
PERUBAHAN KESATU
ATAS KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS
-5-

SUMPIUH I NOMOR :
440/SK.61/I/2019
TENTANG PELAYANAN
FARMASI PUSKESMAS
SUMPIUH I
NOMOR : 800/SK.07/I/2023
TANGGAL : 2 Januari 2023

PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS SUMPIUH I

A. PELAYANAN KEFARMASIAN
1. Pelayanan kefarmasian di puskesmas adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan puskesmas yang utuh dan
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
2. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan
farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya
manusia dan sarana dan prasarana.
3. Sediaan farmasi/ perbekalan farmasi terdiri dari obat, bahan medis
habis pakai, reagensia, dan gas medis.
4. Pelayanan farmasi dilaksanakan dengan sistem satu pintu.
5. Tahap manajemen penggunaan obat diatur dalam regulasi yang
ditetapkan oleh Puskesmas.
6. Pengawasan penggunaan obat dan pengamanan obat diatur oleh
prosedur yang ditetapkan oleh Puskesmas.
7. Penanggung jawab pelayanan obat di Puskesmas adalah Apoteker,
berijazah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker, yang telah memiliki Surat
Tanda Registrasi Apoteker dan Surat Izin Praktek Apoteker, yang
bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan-
peraturan famasi baik terhadap administrasi sediaan farmasi dan
pengawasan distribusi.
8. Ruang Farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan farmasi/
perbekalan farmasi yang beredar di Puskesmas.
-6-

9. Ruang Farmasi bertanggung jawab untuk semua instrumen medis


yang digunakan di Puskesmas.
10. Jam buka pelayanan Farmasi mengikuti jam buka pelayanan di
Puskesmas Sumpiuh I. Pelayanan farmasi di Puskesmas Sumpiuh I
yaitu jam 07.15 – 14.15 WIB.
11. Pelayanan Obat 24 Jam
- Puskesmas Sumpiuh I memberikan pelayanan farmasi secara
terbatas 24 jam kepada pasien di Ruang Persalinan, Ruang Rawat
Inap dan Ruang Gawat Darurat.
- Pelayanan farmasi secara terbatas dilakukan oleh petugas yang
diberi pelimpahan tugas.

B. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI


Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, dimulai dari
perencanaan kebutuhan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
pendisribusian, pengendalian, pencatatan, pelaporan dan pengarsipan,
serta pemantuan dan evaluasi pengelolaan. Kegiatan tersebut bertujuan
untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai yang efektif, efisien dan rasional,
meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan
sistem informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu
pelayanan.
Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
meliputi:
1. Perencanaan kebutuhan;
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan
jumlah Sediaan Farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan
Puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
a) perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan BMHP yang
mendekati kebutuhan;
b) meningkatkan penggunaan Obat secara rasional; dan
c) meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.
Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi
Sediaan Farmasi periode sebelumnya, data mutasi Sediaan Farmasi,
-7-

dan rencana pengembangan. Proses seleksi ini harus melibatkan


tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi,
bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan
pengobatan. Proses seleksi Sediaan Farmasi dan BMHP juga harus
mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), Formularium
Nasional, dan Formularium Dinas Kesehatan Kabupaten.
Formularium Obat Puskesmas merupakan hasil dari proses
seleksi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas,
di dalamnya juga termasuk obat tambahan yang diajukan oleh dokter
puskesmas apabila obat tidak tercantum dalam formularium nasional
dan formularium kabupaten.
Formularium ditelaah minimal satu kali dalam tiga tahun,
dengan mempertimbangkan tentang kebutuhan pasien, keamanan dan
efisiensi. Penggunaan obat sesuai dengan diagnosa dan terapi sesuai
dengan formularium puskesmas. Evaluasi ketersediaan dan
penggunaan obat sesuai dengan formularium diatur dalam prosedur
yang telah ditetapkan.

2. Pengadaan
Sumber penyediaaan obat di Puskesmas Sumpiuh I berasal dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas dan pengadaan dari anggaran
BLUD, tercantum dalam formularium nasional yang telah ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan yang masih berlaku.
a. Permintaan;
Tujuan dari permintaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan
obat di Puskesmas Sumpiuh I sesuai dengan pola penyakit yang
ada di wilayah kerja Puskesmas Sumpiuh I.
Pengajuan permintaan obat oleh Kepala Puskesmas Sumpiuh I
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas melalui UPKF
Dinas Kesehatan Kabupaten.

Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan dalam permintaan obat


antara lain :
1) Menentukan jenis permintaan obat :
a) Permintaan rutin;
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas untuk Puskesmas
-8-

Sumpiuh I dengan menggunakan format LPLPO setiap 3


(tiga) bulan sekali;
b) Permintaan khusus :
Dilakukan di luar jadwal rutin distribusi rutin
menggunakan permintaan kekurangan obat (PKO) apabila:
 Kebutuhan meningkat;
 Terjadi kekosongan;
 Terjadi KLB / bencana.
2) Menentukan jumlah permintaan obat
Data yang diperlukan antara lain :
a) Data pemakaian obat periode sebelumnya;
b) Sisa stok;
c) Kekosongan obat;
d) Waktu tunggu;
e) Stok Pengaman; dan
f) Perkembangan pola kunjungan
b. Pengadaan Mandiri
Pengadaan mandiri dilakukan untuk mendukung pelayanan obat
di Puskesmas Sumpiuh I jika terjadi kekosongan persediaan obat
di UPKF Dinas Kesehatan Kabupaten. Puskesmas Sumpiuh I
melakukan pemesanan obat kepada distributor melalui e-
purchasing dan non e-purchasing dengan menggunakan anggaran
dana BLUD Puskesmas.

3. Penerimaan;
Penerimaan Sediaan Farmasi dan BMHP bertujuan agar Sediaan
Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu. Tenaga Kefarmasian wajib
melakukan pengecekan terhadap Sediaan Farmasi dan BMHP yang
diserahkan, diantaranya mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan
jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi
dokumen LPLPO atau arsip surat pesanan, kondisi fisik barang
termasuk segel label/penandaan dalam keadaan baik, dan tanggal
kadaluarsa obat sesuai dengan yang tercantum pada LPLPO atau
surat pengiriman barang.
-9-

4. Penyimpanan;
Penyimpanan obat bertujuan untuk menjamin stabilitas dan
kualitas obat sesuai dengan kondisi standar penyimpanan dan
memudahkan pencarian dan pengawasan obat.
Penyimpanan obat harus mempertimbangkan hal - hal sebagai
berikut :
a. Bentuk dan jenis sediaan;
b. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan
sediaan farmasi seperti suhu penyimpanan, cahaya dan
kelembaban;
c. Mudah atau tidaknya meledak / terbakar;
d. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang - undangan;
e. Tempat penyimpanan sediaan farmasi tidak diperbolehkan untuk
menyimpan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.

Penyimpanan sediaan farmasi di Puskesmas Sumpiuh I:


a. Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya,
b. Menurut suhu dan kestabilannya,
c. Tahan/tidaknya terhadap cahaya,
d. Penyusunan obat secara farmakologi, alfabetis, FEFO (First
Expired First Out) dan FIFO (First In First Out).

Sediaan farmasi khusus obat-obat narkotik dan psikotropik, obat-


obat High Alert, elektrolit konsentrat tinggi, bahan berbahaya dan
beracun, produk nutrisi dikelola dengan prosedur yang telah
ditetapkan puskesmas.
a. Pelaporan narkotika dan psikotropika dilakukan secara berkala 1
bulan sekali ke UPKF dinas kesehatan atau SIPNAP secara online.
b. Penyimpanan narkotika dan psikotropika pada lemari terkunci
ganda.
c. Peningkatan keamanan obat yang harus diwaspadai (High Alert)
atau obat dengan resiko tinggi terjadinya kesalahan dikelola
dengan peraturan yang ditetapkan oleh Puskesmas.
d. Penyimpanan Sediaan Farmasi yang penampilan dan penamaan
yang mirip (LASA / Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan
berdekatan / diletakkan secara terpisah dan harus diberi
penandaan berupa label khusus berwarna hijau bertuliskan LASA
- 10 -

untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat.


e. Setiap unit pelayanan obat harus tersedia daftar obat High Alert,
Obat LASA, elektrolit konsentrat tinggi, serta panduan
penatalaksanaan obat High Alert.
f. Setiap staf klinis terkait harus tahu penatalaksanaan obat High
Alert.
g. Obat High Alert harus disimpan terpisah, akses terbatas, diberi
label yang jelas.

Penyediaan, penyimpanan, dan monitoring obat emergensi


dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh Puskesmas.
Obat emergensi adalah persediaan perbekalan farmasi yang digunakan
untuk menangani kasus darurat di masing masing ruangan. Tujuan
penyediaan obat emergensi adalah menjamin ketersediaan obat
emergensi di unit pelayanan untuk kebutuhan kegawatdaruratan,
menjamin jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi
yang telah ditetapkan. Obat emergensi tersedia di ruang Gawat
Darurat, ruang rawat inap, ruang bersalin, ruang pemeriksaan umum,
ruang kesehatan gigi dan mulut, Puskesmas pembantu dan PKD.
Pengelolaan obat emergensi harus menjamin :
a. Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang
telah ditetapkan di unit masing – masing pelayanan;
b. Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan
lain;
c. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti
maksimal 1 x 24 jam;
d. Obat emergensi disimpan dalam kotak tertutup yang bersegel dan
diletakkan di tempat yang aman, strategis dan mudah dijangkau;
e. Dalam setiap kotak diberi kartu stok obat;
f. Di cek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa.

5. Pendistribusian;
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi
dan BMHP secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan
sub unit farmasi Puskesmas dan jaringannya. Tujuannya adalah
untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit pelayanan
- 11 -

kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu,


jumlah dan waktu yang tepat.
Sub-sub unit di Puskesmas Sumpiuh 1 dan jaringannya antara
lain:
a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas
Sumpiuh 1;
b. Puskesmas Pembantu;
c. Puskesmas Keliling; dan
d. Posyandu;
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-
lain) dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang
diterima (floor stock), pemberian Obat per satu hari (one day dose
dispensing) atau kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan
Puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan Obat sesuai dengan
kebutuhan (floor stock).

6. Pengendalian;
Pengendalian Sediaan Farmasi dan BMHP adalah suatu kegiatan
untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak
terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan Obat di unit pelayanan
kesehatan dasar.
Kegiatan pengendalian Sediaan Farmasi dan BMHP terdiri dari:
a. Pengendalian persediaan meliputi:
1) Menjamin ketersediaan obat dengan stok minimum 25% dari
perkiraan penggunaan per 3 bulan
2) Membuat laporan LPLPO setiap 3 bulan
3) Melaksanakan stok opname setiap 6 bulan
4) Pengadaan obat dengan sistem satu pintu

b. Pengendalian penggunaan
Pengendalian penggunaan obat dan pengamanan obat diatur oleh
prosedur yang ditetapkan oleh puskesmas. Tujuan
dilaksanakannya pengendalian penggunaan obat adalah untuk
menjaga kualitas pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi
pemanfaatan dana obat.
- 12 -

Pengendalian penggunaan meliputi :


1) Prosentase penggunaan antibiotika pada pasien diare
nonspesifik dan pasien ISPA non pneumonia;
2) Prosentase rata – rata jumlah R/;
3) Prosentase penggunaan obat generik;
4) Kesesuaian peresepan dengan formularium

c. Penanganan Sediaan Farmasi rusak dan kadaluarsa


Tujuan dilaksanakannya penanganan obat kadaluarsa untuk
melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat
kadaluwarsa.
Obat kadaluwarsa dikeluarkan dari persediaan obat puskesmas,
di identifikasi dan disimpan terpisah dari sediaan yang lain, dan
dilaporkan ke Kepala Puskesmas, dan diserahkan ke UPKF Dinas
Kesehatan Kabupaten. Prosedur mengikuti ketentuan yang
ditetapkan oleh Puskesmas.
Penarikan obat dilakukan pada kondisi obat kadaluarsa atau
ketinggalan jaman, dan pada kondisi penarikan dari produsen
yang bersangkutan.
Langkah - langkah yang dilakukan untuk meminimalkan obat
kadaluarsa adalah :
1) Identifikasi nama obat dan waktu kadaluarsa dalam kartu
stok;
2) Memisahkan dan memberikan label kuning pada kemasan
luar obat 3 (tiga) bulan menjelang kadaluarsa;
3) Komunikasi aktif kepada dokter dan dokter gigi penulis resep
untuk meresepkan obat-obat yang hampir kadaluarsa;
4) Penggunaan obat berdasar :
a) FEFO ( First Expired First Out ) yaitu obat yang mendekati
kadaluarsa harus dikeluarkan lebih dahulu;
b) FIFO ( First In First Out ) yaitu obat yang datang pertama
kali datang harus dikeluarkan lebih dahulu.

7. Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan


Pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian kegiatan
dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP, baik sediaan yang
- 13 -

diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau


unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:
a. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai telah dilakukan;
b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian;
c. Sumber data untuk pembuatan laporan.

8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan


Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan
BMHP dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:
a. mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan;
b. memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
c. memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.

C. PELAYANAN FARMASI KLINIK


1. Pengkajian Resep Dan Penyerahan Obat
1) Penulisan Resep
Peresepan adalah proses pemesanan atau permintaan obat
tertulis dari dokter, dokter gigi kepada pengelola obat/apoteker di
Puskesmas Sumpiuh I untuk menyediakan atau meracik obat dan
menyerahkan obat kepada pasien. Resep merupakan sarana
komunikasi profesional antara dokter, penyedia obat dan pasien
(pengguna obat). Isi resep merupakan refleksi dari proses
pengobatan. Untuk itu, agar pengobatan berhasil maka resep
harus rasional.

Kriteria resep yang tepat, aman dan rasional adalah :


a. Tepat obat sesuai dengan diagnosis penyakit;
b. Tepat indikasi penyakit;
c. Tepat pemilihan obat;
d. Tepat dosis;
e. Tepat cara pemberian obat;
- 14 -

f. Tepat pasien;
g. Waspada efek samping;
Bahasa dalam penulisan resep menggunakan bahasa latin
yang sudah digunakan sebagai bahasa ilmu kesehatan, karena
bahasa latin tidak mengalami perubahan (statis), sehingga resep
obat yang ditulis dalam bahasa latin tidak akan terjadi salah tafsir.
Penulisan resep yang baik harus lengkap dan jelas. Dalam
resep untuk pasien rawat jalan di Puskesmas Sumpiuh I harus
tercantum :
a. Tanggal penulisan resep;
b. Nama pasien;
c. TTL / umur pasien;
d. Alamat pasien;
e. Nomor rekam medis pasien;
f. Tanda R/ pada bagian kiri pada setiap penulisan obat;
g. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan per oral;
h. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan parenteral;
i. Tanda tangan dan nama terang petugas penulis resep;
j. Paraf penulis resep untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimum;
k. Kode pasien umum dan BPJS.

2) Petugas yang Berhak Memberikan Resep


a. Petugas yang berhak menuliskan resep adalah dokter dan
dokter gigi sesuai kompetensinya dengan persyaratan :
- Memiliki surat tanda registrasi ( STR )
- Memiliki surat ijin praktek ( SIP ) di Puskesmas Sumpiuh I
b. Apabila dokter / dokter gigi tidak dapat menjalankan tugas
karena tidak berada di tempat, maka pelayanan pengobatan
dan penulisan catatan penulisan obat didelegasikan kepada
tenaga kesehatan yang ada (perawat, perawat gigi dan bidan),
yang sudah mendapatkan pelatihan;
c. Petugas yang berhak memberikan obat di ruang farmasi
adalah petugas yang mempunyai kompetensi di bidang farmasi
yaitu :
– Apoteker yang telah memiliki STRA dan SIPA;
– Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang memiliki SIKTTK.
- 15 -

– Dalam pemberian obat pada pasien rawat inap, wewenang


pemberian obat dilimpahkan kepada perawat. Perawat
yang berwenang memberikan obat adalah perawat yang
telah ditentukan kewenangannya sesuai Penugasan Klinis
Perawat dan yang mengikuti pelatihan pengelolaan obat
emergensi dan pemberian obat pasien.

3) Petugas yang Berhak Meresepkan Obat Psikotropika dan Narkotika


Obat psikotropika dan narkotika hanya boleh diresepkan oleh :
a. Dokter;
b. Dokter gigi.
Pemberian obat psikotropika dan narkotika, memperhatikan:
a. Diberikan sesuai diagnosis;
b. Penyerahan obat oleh petugas farmasi;
c. Resep diberi penandaan khusus dengan tinta berwarna pada
nama obat psikotropika dan obat narkotika;
d. Identifikasi pasien penerima resep dan verifikasi saat
penyerahan obat.

4) Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik
untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
b. Nama, dan paraf dokter.
c. Tanggal resep.
d. Ruangan/unit asal resep.

Persyaratan farmasetik meliputi:


a. Bentuk dan kekuatan sediaan.
b. Dosis dan jumlah Obat
c. Stabilitas dan ketersediaan.
d. Aturan dan cara penggunaan.
e. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).
Persyaratan klinis meliputi:
- 16 -

a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.


b. Duplikasi pengobatan.
c. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
d. Kontra indikasi
e. Efek adiktif

5) Penyiapan Obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang
diresepkan oleh dokter dan dokter gigi, harus memahami isi resep
dan memperhatikan :
a. Nama obat;
b. Jenis dan bentuk sediaan obat;
c. Nama dan umur pasien;
d. Dosis;
e. Cara pemakaian dan aturan pemberian;
f. Tanggal kadaluarsa obat pada blister/wadah obat agar tidak
terjadi pemberian obat kadaluarsa;
g. Bertanya kepada penulis resep apabila tulisan tidak jelas;
h. Konsultasi alternatif obat kepada penulis resep apabila obat
yang dimaksud tidak tersedia;
i. Penggunaan sendok atau spatula pada saat mengambil obat dari
tempatnya;
j. Pemasangan etiket atau label obat pada kemasan obat.

6) Penyerahan obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang
diresepkan oleh dokter dan dokter gigi, harus memperhatikan :
a. Pengecekan akhir pada identitas pasien dan isi resep;
b. Pemberian obat melalui loket obat untuk resep rawat jalan dan
pemberian langsung kepada pasien untuk pasien rawat inap;
c. Penerima obat adalah pasien atau keluarga pasien;
d. Pemberian informasi tentang nama obat, cara pakai,
penyimpanan, indikasi, kontaindikasi, stabilitas, efek samping
obat dan interaksi kepada pasien atau keluarga pasien.

7) Petugas yang Berhak Menyediakan Obat


Persyaratan petugas yang berhak menyediakan obat adalah :
- 17 -

a. Apoteker yang telah memiliki STR dan SIPA;


b. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang memiliki SIKTTK;
c. Tenaga kesehatan lain yang diberi pelimpahan tugas dan sudah
mengikuti pelatihan kefarmasian.

8) Pelatihan Petugas yang Diberi Kewenangan dalam Penyediaan Obat


Jika Petugas yang Memenuhi Persyaratan Tidak Ada
Apabila persyaratan petugas yang diberi kewenangan
melaksanakan penyediaan obat tidak dapat dipenuhi, maka
petugas tersebut harus mengikuti pelatihan khusus yang diberikan
oleh penanggung jawab pengelola obat Puskesmas untuk
melaksanakan tugas penyediaan obat. Pelatihan yang diberikan
meliputi :
a. Jenis obat dan penggolongannya;
b. Cara membaca resep;
c. Penulisan etiket;
d. Cara pemakaian dan aturan pakai obat;
e. Efek samping obat;
f. Penyampaian informasi cara pemakaian dan aturan pakai obat
kepada pasien;
g. Distribusi obat berdasarkan FIFO dan FEFO;

2. Pemberian Informasi Obat (PIO);


Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker
untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada
dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

3. Konseling;
Faktor yang perlu diperhatikan:
1) Kriteria pasien:
a. Pasien rujukan dokter.
b. Pasien dengan penyakit kronis.
c. Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli
farmasi.
- 18 -

d. Pasien geriatrik.
e. Pasien pediatrik.
f. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
2) Sarana dan prasarana:
a. Ruangan khusus.
b. Kartu pasien/catatan konseling.

Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki


kemungkinan mendapat risiko masalah terkait Obat misalnya
komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial, karateristik Obat,
kompleksitas pengobatan, kompleksitas penggunaan Obat,
kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang
bagaimana menggunakan Obat dan/atau alat kesehatan perlu
dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care)
yang bertujuan tercapainya keberhasilan terapi Obat.

3. Visite Pasien (Khusus Puskesmas Rawat Inap)


Kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara
mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari
dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Memahami cara berkomunikasi yang efektif.
g. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan tim.
h. Memahami teknik edukasi.
i. Mencatat perkembangan pasien.

Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada


kemungkinan terputusnya kelanjutan terapi dan kurangnya
kepatuhan penggunaan Obat. Untuk itu, perlu juga dilakukan
pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) agar
terwujud komitmen, keterlibatan, dan kemandirian pasien dalam
penggunaan Obat sehingga tercapai keberhasilan terapi Obat.

5. Rekonsiliasi Obat;
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan obat yang telah dibawa pasien. Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan ( medication error )
- 19 -

seperti obat tidak diberikan, duplikasi obat, kesalahan dosis atau


interaksi obat.
Tujuan rekonsiliasi obat :
1) Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan
pasien;
2) Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak
terdokumentasikannya instruksi dokter;
3) Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi
dokter.
Pada pasien yang telah membawa obat sendiri, petugas harus
mengkomunikasikan dengan dokter tentang obat – obat tersebut dan
dokter yang menentukan status obat tersebut, apakah dilanjutkan,
ditunda atau dihentikan. Apabila obat tidak dibawa, maka riwayat
pengobatan sebelumnya dihentikan. Petugas mencatat hasil
rekonsiliasi pada lembar riwayat penggunaan obat di Form Rekam
Medis Pasien.

6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Untuk memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi
Obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.
Kriteria pasien:
a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
b. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
c. Adanya multidiagnosis.
d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
e. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
f. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat
yang merugikan.

7. Evaluasi Penggunaan Obat


Penggunaan Obat harus dievaluasi secara terstruktur dan
berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional). Setiap kegiatan
pelayanan farmasi klinik, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur
operasional. Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh
- 20 -

Kepala Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat yang mudah


dilihat.

KEPALA PUSKESMAS SUMPIUH I,

ANGGORO SUPRIYO

Anda mungkin juga menyukai