Anda di halaman 1dari 19

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS AJIBARANG I
Jl. Raya Ajibarang, Kec. Ajibarang Kode Pos 53163
Telp.(0281) 571297 Email puskes1ajb@gmail.com
Website puskesmas1ajibarang.banyumaskab.go.id

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS AJIBARANG I


NOMOR : 449.1/122/2023
TENTANG
PERUBAHAN KESATU ATAS KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS AJIBARANG
I NOMOR : 440/SK.61/I/2017 TENTANG PELAYANAN FARMASI
PUSKESMAS AJIBARANG I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA PUSKESMAS AJIBARANG I

Menimbang : 1. bahwa dalam rangka peningkatan layanan


farmasi yang merupakan salah satu penunjang
dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di
Puskesmas Ajibarang I;
2. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan
Keputusan Kepala Puskesmas Ajibarang I
tentang Perubahan atas Keputusan Kepala
Puskesmas Ajibarang Nomor :
440/SK.61/I/2017 tentang Pelayanan Farmasi
Puskesmas Ajibarang I;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang


Psikotropika (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3671);
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4431);
3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5062);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 114, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5607);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5419);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 68 Tahun
2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat
Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemerintah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 nomor
124, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5044);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Puskesmas (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 206) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 26 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesma (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 1206;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Minimal bidang Kesehatan;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44
Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11
Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien di
Fasilitas Kesehatan;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27
Tahun 2017 tentang Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Kesehatan;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43
Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat;
15. Peraturan Bupati Banyumas Nomor 117
Tahun 2021 tentang Pola Tata Kelola Badan
Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis
Pusat Kesehatan Masyarakat Pada Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas;
16. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Nomor 24 Tahun 2021 tentang
Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat,
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34
Tahun 2022 tentang Akreditasi Pusat
Kesehatan Masyarakat, Klinik, Laboratorium
Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat
Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik
Mandiri Dokter Gigi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 1207);

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS AJIBARANG I
TENTANG PERUBAHAN KESATU ATAS
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS AJIBARANG I
TENTANG PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS
AJIBARANG I.
KESATU : Kebijakan Pelayanan Farmasi Puskesmas Ajibarang
I sebagaimana tercantum pada Lampiran
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.
KEDUA : Kebijakan Pelayanan Farmasi sebagaimana
tercantum pada Diktum KESATU digunakan
sebagai acuan dalam pelaksanaan standar
pelayanan kefarmasian di Puskesma Ajibarang I.
KETIGA : Segala biaya yang dikeluarkan sebagai
akibat pelaksanaan surat keputusan ini
dibebankan pada anggaran Puskesmas
Ajibarang I.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di : Ajibarang
Pada tanggal : 31 Januari 2023

KEPALA PUSKESMAS AJIBARANG I,

KABUL HARSONO
LAMPIRAN: KEPALA PUSKESMAS
AJIBARANG I PERUBAHAN
KESATU ATAS KEPUTUSAN
PUSKESMAS AJIBARANG I
NOMOR : 440 /SK.61/I/2017
TENTANG PELAYANAN
FARMASI PUSKESMAS
AJIBRANG I
NOMOR : 449.1/122/2023
TANGGAL : 31 JANUARI 2023

PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS AJIBARANG I

A. PELAYANAN KEFARMASIAN
1. Pelayanan kefarmasian di puskesmas adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan puskesmas yang utuh dan
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu
dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
2. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik.
Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia dan sarana
dan prasarana.
3. Sediaan farmasi/ perbekalan farmasi terdiri dari obat, bahan medis habis
pakai, reagensia, dan gas medis.
4. Pelayanan farmasi dilaksanakan dengan sistem satu pintu.
5. Tahap manajemen penggunaan obat diatur dalam regulasi yang
ditetapkan oleh Puskesmas.
6. Pengawasan penggunaan obat dan pengamanan obat diatur oleh
prosedur yang ditetapkan oleh Puskesmas.
7. Penanggung jawab pelayanan obat di Puskesmas adalah Apoteker,
berijazah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker, yang telah memiliki Surat Tanda
Registrasi Apoteker dan Surat Izin Praktek Apoteker, yang bertanggung
jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan- peraturan famasi
baik terhadap administrasi sediaan farmasi dan pengawasan distribusi.
8. Ruang Farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan farmasi/
perbekalan farmasi yang beredar di Puskesmas.
9. Ruang Farmasi bertanggung jawab untuk semua instrumen medis yang
digunakan di Puskesmas.
10. Jam buka pelayanan Farmasi mengikuti jam buka pelayanan di
Puskesmas Ajibarang I. Pelayanan farmasi di Puskesmas Ajibarang I yaitu
jam 07.15 – 14.15 WIB.
11. Pelayanan Obat 24 Jam
- Puskesmas Ajibarang I memberikan pelayanan farmasi secara
terbatas 24 jam kepada pasien di Ruang Persalinan
- Pelayanan farmasi secara terbatas dilakukan oleh petugas yang diberi
pelimpahan tugas.

B. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI


Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai merupakan
salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, dimulai dari perencanaan
kebutuhan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendisribusian,
pengendalian, pencatatan, pelaporan dan pengarsipan, serta pemantuan
dan evaluasi pengelolaan. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menjamin
kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai yang efektif, efisien dan rasional, meningkatkan
kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem
informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.
Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
meliputi:

1. Perencanaan kebutuhan;
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah
Sediaan Farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
a. perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan BMHP yang
mendekati kebutuhan;
b. meningkatkan penggunaan Obat secara rasional; dan
c. meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.
Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi
Sediaan Farmasi periode sebelumnya, data mutasi Sediaan Farmasi,
dan rencana pengembangan. Proses seleksi ini harus melibatkan
tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi,
bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan
pengobatan. Proses seleksi Sediaan Farmasi dan BMHP juga harus
mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), Formularium
Nasional, Formularium Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas dan
Formularium Puskesmas Ajibarang I.
Formularium Obat Puskesmas merupakan hasil dari proses
seleksi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di
Puskesmas, di dalamnya juga termasuk obat tambahan yang diajukan
oleh dokter puskesmas apabila obat tidak tercantum dalam
formularium nasional dan formularium kabupaten.
Formularium ditelaah minimal satu kali dalam tiga tahun,
dengan mempertimbangkan tentang kebutuhan pasien, keamanan dan
efisiensi. Penggunaan obat sesuai dengan diagnosa dan terapi sesuai
dengan formularium puskesmas. Evaluasi ketersediaan dan
penggunaan obat sesuai dengan formularium diatur dalam prosedur
yang telah ditetapkan.

2. Pengadaan
Sumber penyediaaan obat di Puskesmas Ajibarang I berasal dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas dan pengadaan dari anggaran
BLUD, tercantum dalam formularium nasional yang telah
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan yang masih berlaku.
a. Permintaan;
Tujuan dari permintaan obat adalah untuk memenuhi kebutuhan
obat di Puskesmas Ajibarang I sesuai dengan pola penyakit yang
ada di wilayah kerja Puskesmas Ajibarang I. Pengajuan permintaan
obat oleh Kepala Puskesmas Ajibarang I kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyumas melalui UPKF Dinas Kesehatan Kabupaten.

Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan dalam permintaan obat antara


lain :
1) Menentukan jenis permintaan obat :
a) Permintaan rutin;
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyumas untuk Puskesmas

Ajibarang I dengan menggunakan format LPLPO setiap 3 (tiga) bulan


sekali;
b) Permintaan khusus :
Dilakukan di luar jadwal rutin distribusi rutin
menggunakan permintaan kekurangan obat (PKO) apabila:
• Kebutuhan meningkat;
• Terjadi kekosongan;
• Terjadi KLB / bencana.
2) Menentukan jumlah permintaan obat Data yang diperlukan antara
lain :
a) Data pemakaian obat periode sebelumnya;
b) Sisa stok;
c) Kekosongan obat;
d) Waktu tunggu;
e) Stok Pengaman; dan
f) Perkembangan pola kunjungan
b. Pengadaan Mandiri
Pengadaan mandiri dilakukan untuk mendukung pelayanan obat di
Puskesmas Ajibarang I jika terjadi kekosongan persediaan obat di UPKF
Dinas Kesehatan Kabupaten. Puskesmas Ajibarang I melakukan
pemesanan obat kepada distributor melalui e-purchasing dan non e-
purchasing dengan menggunakan anggaran dana BLUD Puskesmas.

3. Penerimaan;
Penerimaan Sediaan Farmasi dan BMHP bertujuan agar Sediaan
Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu. Tenaga Kefarmasian wajib
melakukan pengecekan terhadap Sediaan Farmasi dan BMHP yang
diserahkan, diantaranya mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan
jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi
dokumen LPLPO atau arsip surat pesanan, kondisi fisik barang
termasuk segel label/penandaan dalam keadaan baik, dan tanggal
kadaluarsa obat sesuai dengan yang tercantum pada LPLPO atau
surat pengiriman barang.

4. Penyimpanan;
Penyimpanan obat bertujuan untuk menjamin stabilitas dan
kualitas obat sesuai dengan kondisi standar penyimpanan dan
memudahkan pencarian dan pengawasan obat.
Penyimpanan obat harus mempertimbangkan hal - hal sebagai berikut
:
a. Bentuk dan jenis sediaan;
b. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan sediaan
farmasi seperti suhu penyimpanan, cahaya dan kelembaban;
c. Mudah atau tidaknya meledak / terbakar;
d. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang - undangan;
e. Tempat penyimpanan sediaan farmasi tidak diperbolehkan untuk
menyimpan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
Penyimpanan sediaan farmasi di Puskesmas Ajibarang I:
a. Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya,
b. Menurut suhu dan kestabilannya,
c. Tahan/tidaknya terhadap cahaya,
d. Penyusunan obat secara farmakologi, alfabetis, FEFO (First
Expired First Out) dan FIFO (First In First Out).
Sediaan farmasi khusus obat-obat narkotik dan psikotropik, obat-
obat High Alert, elektrolit konsentrat tinggi, bahan berbahaya dan
beracun, produk nutrisi dikelola dengan prosedur yang telah
ditetapkan puskesmas.
a. Pelaporan narkotika dan psikotropika dilakukan secara berkala 1
bulan sekali ke UPKF dinas kesehatan atau SIPNAP secara online.
b. Penyimpanan narkotika dan psikotropika pada lemari terkunci
ganda.
c. Peningkatan keamanan obat yang harus diwaspadai (High Alert)
atau obat dengan resiko tinggi terjadinya kesalahan dikelola dengan
peraturan yang ditetapkan oleh Puskesmas.
d. Penyimpanan Sediaan Farmasi yang penampilan dan penamaan
yang mirip (LASA / Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan
berdekatan / diletakkan secara terpisah dan harus diberi
penandaan berupa label khusus berwarna hijau bertuliskan LASA

Untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat.


e. Setiap unit pelayanan obat harus tersedia daftar obat High Alert,
Obat LASA, elektrolit konsentrat tinggi, serta panduan
penatalaksanaan obat High Alert.
f. Setiap staf klinis terkait harus tahu penatalaksanaan obat High
Alert.
g. Obat High Alert harus disimpan terpisah, akses terbatas, diberi
label yang jelas.

Penyediaan, penyimpanan, dan monitoring obat emergensi


dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh Puskesmas.
Obat emergensi adalah persediaan perbekalan farmasi yang digunakan
untuk menangani kasus darurat di masing masing ruangan. Tujuan
penyediaan obat emergensi adalah menjamin ketersediaan obat
emergensi di unit pelayanan untuk kebutuhan kegawatdaruratan,
menjamin jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi
yang telah ditetapkan. Obat emergensi tersedia di ruang Gawat
Darurat, ruang rawat inap, ruang bersalin, ruang pemeriksaan umum,
ruang kesehatan gigi dan mulut, Puskesmas pembantu dan PKD.
Pengelolaan obat emergensi harus menjamin :
a. Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang
telah ditetapkan di unit masing – masing pelayanan;
b. Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan
lain;
c. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti
maksimal 1 x 24 jam;
d. Obat emergensi disimpan dalam kotak tertutup yang bersegel
(Kunci disposable) dan diletakkan di tempat yang aman, strategis
dan mudah dijangkau;
e. Dalam setiap kotak ditempel link Google Spreadsheet atau link
barcode;
f. Di cek secara berkala apakah ada stok yang mau habis dan yang
mau kadaluwarsa.
5. Pendistribusian;
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi
dan BMHP secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan
sub unit farmasi Puskesmas dan jaringannya. Tujuannya adalah
untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit pelayanan
kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu,
jumlah dan waktu yang tepat.
Sub-sub unit di Puskesmas Ajibarang 1 dan jaringannya antara
lain:
a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas
Ajibarang 1;
b. Puskesmas Pembantu;
c. Puskesmas Keliling; dan
d. Posyandu;
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain- lain)
dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang diterima (floor
stock), pemberian Obat per satu hari (one day dose dispensing) atau
kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan
dengan cara penyerahan Obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).

6. Pengendalian;
Pengendalian Sediaan Farmasi dan BMHP adalah suatu kegiatan
untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak
terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan Obat di unit pelayanan
kesehatan dasar.
Kegiatan pengendalian Sediaan Farmasi dan BMHP terdiri dari:
a. Pengendalian persediaan meliputi:
1) Menjamin ketersediaan obat dengan stok minimum 25% dari
perkiraan penggunaan per 3 bulan
2) Membuat laporan LPLPO setiap 3 bulan
3) Melaksanakan stok opname setiap 3 bulan
4) Pengadaan obat dengan sistem satu pintu

b. Pengendalian penggunaan
Pengendalian penggunaan obat dan pengamanan obat diatur oleh
prosedur yang ditetapkan oleh puskesmas. Tujuan dilaksanakannya
pengendalian penggunaan obat adalah untuk menjaga kualitas
pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat.
Pengendalian penggunaan meliputi :
1) Prosentase penggunaan antibiotika pada pasien diare
nonspesifik dan pasien ISPA non pneumonia;
2) Prosentase rata – rata jumlah R/;
3) Prosentase penggunaan obat generik;
4) Kesesuaian peresepan dengan formularium

c. Penanganan Sediaan Farmasi rusak dan kadaluarsa


Tujuan dilaksanakannya penanganan obat kadaluarsa untuk
melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat kadaluwarsa.
Obat kadaluwarsa dikeluarkan dari persediaan obat puskesmas, di
identifikasi dan disimpan terpisah dari sediaan yang lain, dan
dilaporkan ke Kepala Puskesmas, dan diserahkan ke UPKF Dinas
Kesehatan Kabupaten. Prosedur mengikuti ketentuan yang ditetapkan
oleh Puskesmas.
Penarikan obat dilakukan pada kondisi obat kadaluarsa atau
ketinggalan jaman, dan pada kondisi penarikan dari produsen yang
bersangkutan.
Langkah - langkah yang dilakukan untuk meminimalkan obat
kadaluarsa adalah :
1) Identifikasi nama obat dan waktu kadaluarsa dalam kartu stok;
2) Memisahkan dan memberikan label kuning pada kemasan luar
obat 3 (tiga) bulan menjelang kadaluarsa;
3) Komunikasi aktif kepada dokter dan dokter gigi penulis resep
untuk meresepkan obat-obat yang hampir kadaluarsa;
4) Penggunaan obat berdasar :
a) FEFO ( First Expired First Out ) yaitu obat yang mendekati
kadaluarsa harus dikeluarkan lebih dahulu;
b) FIFO ( First In First Out ) yaitu obat yang datang pertama kali
datang harus dikeluarkan lebih dahulu.

7. Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan


Pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian kegiatan
dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP, baik sediaan yang
diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau
unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:
a. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai telah dilakukan;
b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian;
c. Sumber data untuk pembuatan laporan.

8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan


Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP
dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:
a. mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan;
b. memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
c. memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.

C. PELAYANAN FARMASI KLINIK


1. Pengkajian Resep Dan Penyerahan Obat
1) Penulisan Resep
Peresepan adalah proses pemesanan atau permintaan obat tertulis dari
dokter, dokter gigi kepada pengelola obat/apoteker di Puskesmas
Ajibarang I untuk menyediakan atau meracik obat dan menyerahkan obat
kepada pasien. Resep merupakan sarana komunikasi profesional antara
dokter, penyedia obat dan pasien (pengguna obat). Isi resep merupakan
refleksi dari proses pengobatan. Untuk itu, agar pengobatan berhasil
maka resep harus rasional.
Kriteria resep yang tepat, aman dan rasional adalah :
a. Tepat obat sesuai dengan diagnosis penyakit;
b. Tepat indikasi penyakit;
c. Tepat pemilihan obat;
d. Tepat dosis;
e. Tepat cara pemberian obat;
f. Tepat pasien;
g. Waspada efek samping;
Bahasa dalam penulisan resep menggunakan bahasa latin yang sudah
digunakan sebagai bahasa ilmu kesehatan, karena bahasa latin tidak
mengalami perubahan (statis), sehingga resep obat yang ditulis dalam
bahasa latin tidak akan terjadi salah tafsir. Penulisan resep yang baik
harus lengkap dan jelas. Dalam resep untuk pasien rawat jalan di
Puskesmas Ajibarang I harus tercantum :
a. Tanggal penulisan resep;
b. Nama pasien;
c. TTL / umur pasien;
d. Alamat pasien;
e. Nomor rekam medis pasien;
f. Tanda R/ pada bagian kiri pada setiap penulisan obat;
g. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan per oral;
h. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan parenteral;
i. Tanda tangan dan nama terang petugas penulis resep;
j. Paraf penulis resep untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimum;
k. Kode pasien umum dan BPJS.

2) Petugas yang Berhak Memberikan Resep


a. Petugas yang berhak menuliskan resep adalah dokter dan dokter
gigi sesuai kompetensinya dengan persyaratan :
- Memiliki surat tanda registrasi ( STR )
- Memiliki surat ijin praktek ( SIP ) di Puskesmas Ajibarang I
b. Apabila dokter / dokter gigi tidak dapat menjalankan tugas karena
tidak berada di tempat, maka pelayanan pengobatan dan penulisan
catatan penulisan obat didelegasikan kepada tenaga kesehatan yang ada
(perawat, perawat gigi dan bidan), yang sudah mendapatkan pelatihan;
c. Petugas yang berhak memberikan obat di ruang farmasi adalah
petugas yang mempunyai kompetensi di bidang farmasi yaitu :
- Apoteker yang telah memiliki STRA dan SIPA;
- Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang memiliki SIKTTK.
- Dalam pemberian obat pada pasien rawat inap, wewenang
pemberian obat dilimpahkan kepada perawat. Perawat yang
berwenang memberikan obat adalah perawat yang telah
ditentukan kewenangannya sesuai Penugasan Klinis Perawat dan
yang mengikuti pelatihan pengelolaan obat emergensi dan
pemberian obat pasien.

3) Petugas yang Berhak Meresepkan Obat Psikotropika dan Narkotika


Obat psikotropika dan narkotika hanya boleh diresepkan oleh :
a. Dokter;
b. Dokter gigi;
Pemberian obat psikotropika dan narkotika, memperhatikan:
a. Diberikan sesuai diagnosis;
b. Penyerahan obat oleh petugas farmasi;
c. Resep diberi penandaan khusus pada nama obat psikotropika dan
obat narkotika dengan tinta berwarna merah;
d. Identifikasi pasien penerima resep dan verifikasi saat
penyerahan obat.
4) Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk
pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
b. Nama, dan paraf dokter.
c. Tanggal resep.
d. Ruangan/unit asal resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
a. Bentuk dan kekuatan sediaan.
b. Dosis dan jumlah Obat
c. Stabilitas dan ketersediaan.
d. Aturan dan cara penggunaan.
e. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat). Persyaratan klinis meliputi:

a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.


b. Duplikasi pengobatan.
c. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
d. Kontra indikasi
e. Efek adiktif

5) Penyiapan Obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat yang diresepkan
oleh dokter dan dokter gigi, harus memahami isi resep dan
memperhatikan :
a. Nama obat;
b. Jenis dan bentuk sediaan obat;
c. Nama dan umur pasien;
d. Dosis;
e. Cara pemakaian dan aturan pemberian;
f. Tanggal kadaluarsa obat pada blister/wadah obat agar tidak terjadi
pemberian obat kadaluarsa;
g. Bertanya kepada penulis resep apabila tulisan tidak jelas;
h. Konsultasi alternatif obat kepada penulis resep apabila obat yang
dimaksud tidak tersedia;
i. Penggunaan sendok atau spatula pada saat mengambil obat dari
tempatnya;
j. Pemasangan etiket atau label obat pada kemasan obat.
6) Penyerahan obat
Petugas farmasi yang bertugas menyediakan obat
yang diresepkan oleh dokter dan dokter gigi, harus memperhatikan :
a. Pengecekan akhir pada identitas pasien dan isi resep;
b. Pemberian obat melalui loket obat untuk resep rawat jalan dan
pemberian langsung kepada pasien untuk pasien rawat inap;
c. Penerima obat adalah pasien atau keluarga pasien;
d. Pemberian informasi tentang nama obat, cara pakai, penyimpanan,
indikasi, kontaindikasi, stabilitas, efek samping obat dan interaksi
kepada pasien atau keluarga pasien.

7) Petugas yang Berhak Menyediakan Obat


Persyaratan petugas yang berhak menyediakan obat adalah :
a. Apoteker yang telah memiliki STR dan SIPA;
b. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang memiliki SIKTTK;
c. Tenaga kesehatan lain yang diberi pelimpahan tugas dan sudah
mengikuti pelatihan kefarmasian.

8) Pelatihan Petugas yang Diberi Kewenangan dalam Penyediaan Obat


Jika Petugas yang Memenuhi Persyaratan Tidak Ada
Apabila persyaratan petugas yang diberi kewenangan melaksanakan
penyediaan obat tidak dapat dipenuhi, maka petugas tersebut harus
mengikuti pelatihan khusus yang diberikan oleh penanggung jawab
pengelola obat Puskesmas untuk melaksanakan tugas penyediaan obat.
Pelatihan yang diberikan meliputi :
a. Jenis obat dan penggolongannya;
b. Cara membaca resep;
c. Penulisan etiket;
d. Cara pemakaian dan aturan pakai obat;
e. Efek samping obat;
f. Penyampaian informasi cara pemakaian dan aturan pakai obat
kepada pasien;
g. Distribusi obat berdasarkan FIFO dan FEFO;

2. Pemberian Informasi Obat (PIO);


Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

3. Konseling;
Faktor yang perlu diperhatikan:
1) Kriteria pasien:
a. Pasien rujukan dokter.
b. Pasien dengan penyakit kronis.
c. Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi.
d. Pasien geriatrik.
e. Pasien pediatrik.
f. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
2) Sarana dan prasarana:
a. Ruangan khusus.
b. Kartu pasien/catatan konseling.

Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan


mendapat risiko masalah terkait Obat misalnya komorbiditas, lanjut usia,
lingkungan sosial, karateristik Obat, kompleksitas pengobatan,
kompleksitas penggunaan Obat, kebingungan atau kurangnya
pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana menggunakan Obat
dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan pelayanan kefarmasian di
rumah (Home Pharmacy Care) yang bertujuan tercapainya keberhasilan
terapi Obat.

4. Visite Pasien (Khusus Puskesmas Rawat Inap Persalinan)


Kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap persalinan yang dilakukan
secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari
dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Memahami cara berkomunikasi yang efektif.
g. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan tim.
h. Memahami teknik edukasi.
i. Mencatat perkembangan pasien.

Pasien rawat inap persalinan yang telah pulang ke rumah ada


kemungkinan terputusnya kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan
penggunaan Obat. Untuk itu, perlu juga dilakukan pelayanan
kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) agar terwujud komitmen,
keterlibatan, dan kemandirian pasien dalam penggunaan Obat sehingga
tercapai keberhasilan terapi Obat.

5. Rekonsiliasi Obat;
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan obat yang telah dibawa pasien. Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan ( medication error )
seperti obat tidak diberikan, duplikasi obat, kesalahan dosis atau
interaksi obat.

Tujuan rekonsiliasi obat :


1) Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan
pasien;
2) Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak
terdokumentasikannya instruksi dokter;
3) Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi
dokter.
Pada pasien yang telah membawa obat sendiri, petugas harus
mengkomunikasikan dengan dokter tentang obat – obat tersebut dan
dokter yang menentukan status obat tersebut, apakah dilanjutkan,
ditunda atau dihentikan. Apabila obat tidak dibawa, maka riwayat
pengobatan sebelumnya dihentikan. Petugas mencatat hasil rekonsiliasi
pada lembar riwayat penggunaan obat di Form Rekam Medis Pasien.

6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Untuk memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi Obat
yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.
Kriteria pasien:
a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
b. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
c. Adanya multidiagnosis.
d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
e. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
f. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang
merugikan.

7. Evaluasi Penggunaan Obat


Penggunaan Obat harus dievaluasi secara terstruktur dan
berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional). Setiap kegiatan
pelayanan farmasi klinik, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur
operasional. Standar Operasional Prosedur (SOP) ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas. SOP tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat.
KEPALA PUSKESMAS AJIBARANG I,

KABUL HARSONO, SKM

Anda mungkin juga menyukai