DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BETOAMBARI
Jl. Wawokia no. 5, Kel. Bone-bone, Kec. Batupoaro
Telp. (0402) 2822689 KodePos 93723, e-mail: puskesmas.betoambari@asia.com
TENTANG
Ditetapkan di : Baubau
Pada tanggal : 01 Februari 2018
HARSIAH HAMZAH
LAMPIRAN I : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BETOAMBARI
NOMOR : 52 /SK/PUSK.BTRI/II/2018
TENTANG PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS BETOAMBARI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
Tujuan penyusunan pedoman ini sebagai panduan bagi tenaga kefarmasian di
Puskesmas betoambari untuk :
1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas
2. Memberikan pelayanan kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,
keamanan dan efisiensi obat dan bahan medis habis pakai
3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien
yang terkait dalam pelayanan kefarmasian
4. Melaksanakan kebijakan obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan obat secara rasional.
C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah tenaga apoteker dan tenaga teknis kefarmasian
dalam menjalankan tugasnya di Puskesmas betoambari.
D. Ruang Lingkup
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan
yang bersifat manajerial berupa pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dan
kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber
daya manusia, sarana dan prasarana.
E. Batasan Operasional
Standar pelayanan kefarmasian merupakan tolok ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Bahan medis habis pakai adalah alat
kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar
produknya diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga
yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas
Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker.Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi standar
pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai yang meliputi perencanaan
kebutuhan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
pencatatan, pelaporan, pengarsipan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan. Dan
pelayanan farmasi klinik yang meliputi pengkajian resep, penyerahan obat, dan
pemberian informasi obat, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, pemantauan
dan pelaporan efek samping obat, pemantauan terapi obat dan evaluasi penggunaan
obat.
Penyelenggaraan standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus didukung
oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian, pengorganisasian yang berorientasi
kepada keselamatan pasien, dan standar prosedur operasional sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Sumber daya kefarmasian meliputi sumber daya
manusia, sarana dan prasarana. Pengorganisasian harus menggambarkan uraian
tugas, fungsi, dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar
pelayanan kefarmasian yang ditetapkan oleh pimpinan Puskesmas. Untuk menjamin
mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas, harus dilakukan pengendalian mutu
pelayananan kefarmasian meliputi monitoring dan evaluasi.
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Puskesmas dilaksanakan pada unit
pelayanan berupa ruang farmasi. Ruang farmasi dipimpin oleh seorang apoteker
sebagai penanggung jawab. Setiap apoteker dan/atau tenaga teknis kefarmasian yang
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian di Puskesmas wajib mengikuti standar
pelayanan kefarmasian. Bagi Puskesmas yang belum memiliki apoteker sebagai
penanggung jawab, penyelenggaraan pelayanan kefarmasian secara terbatas
dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian atau tenaga kesehatan lain.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Tenaga kefarmasian di Puskesmas Betoambari berjumlah 1 (Satu) orang.
Pengaturan kerja diatur 1 (satu) orang tenaga tehnik kefarmasian sebagai
penanggung jawab yang memiliki STRTTK dan SIP serta 5 Orang yang membantu
tugas dalam pelayanan.
C. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan kefarmasian dalam gedung disepakati dan disusun
bersama tenaga kefarmasian dengan tenaga kesehatan lainnya yang terkait,
sedangkan kegiatan kefarmasian luar gedung disepakati dan disusun dengan lintas
program terkait dalam pertemuan lokakarya mini.
Pelayanan obat dilakukan setiap hari sesuai jadwal pelayanan
Senin-kamis : 07.30 – 16.00 WITA istrahat 12.00 – 13.00 WITA
Jumat : 07.30 – 17.00 WITA istrahat 11.30 – 13.30 WITA
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Koordinasi pelaksanaan kegiatan kefarmasian dilakukan oleh tenaga kefarmasian
yang menempati ruang apotek dan gudang obat Puskesmas betoambari.
4. Ruang Konseling
Ruang konseling meliputi satu set dan kursi konseling, lemari buku, buku-buku
referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku catatan
konseling, formulir jadwal konsumsi obat (lampiran), formulir catatan pengobatan
pasien (lampiran), dan lemari arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set komputer, jika
memungkinkan.
8. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai
dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:
a. mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan obat
dan bahan medis habis pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun
pemerataan pelayanan
b. memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan obat dan bahan medis habis
pakai
c. memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
Penjabaran
1. Pengkajian Resep, Penyerahan Obat, dan Pemberian Informasi Obat
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis.
Kegiatan:
a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif dan
pasif
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,
surat atau tatap muka
c. Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding dan lain-lain
d. Melakukan kegiatan penyuluhan
e. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya terkait dengan obat dan bahan medis habis pakai.
f. Mengoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
a. Sumber informasi obat
b. Tempat
c. Tenaga
d. Perlengkapan.
3. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat inap,
serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan
pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain
tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek
samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan obat.
Kegiatan:
a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien
b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter kepada
pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question), misalnya apa
yang dikatakan dokter mengenai obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek
yang diharapkan dari obat tersebut, dan lain-lain
c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat
d. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat untuk
mengoptimalkan tujuan terapi.
6. Petugas yang diberikan kewenangan dalam Penyediaan Obat Jika Petugas yang
memenuhi persyaratan tidak ada di tempat
PETUGAS PELATIH
PESERTA DILATIH
c. Pengelolaan Obat
Pengelolaan obat di gudang obat dilakukan oleh petugas farmasi meliputi
kegiatan perencanaan, permintaan, penerimaan,penyimpanan,distribusi,
administrasi dan pelaporan.
a. Dokter penulis resep adalah dokter yang telah memiliki ijin praktek dokter
di Puskesmas Betoambari.
b. Resep Narkotika ditulis dengan jelas dan dapat dibaca tanpa menimbulkan
kemungkinan salah tafsir.
c. Setiap resep dilengkapi dengan:kekuatan takaran, jumlah yang harus
diberikan, dosis pemakaian, cara pemakaian dan dibubuhi tandatangan penuh
oleh dokter penulis resep.
Kriteria :
1. Terdapat tim antar disiplin utnuk mengelola program keselamatan pasien.
2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadianyang memerlukan
perhatian, mulai dari “ Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) sampai dengan “Kejadian
Tidak Diharapkan” (Adverse event).
3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari Puskesmas
terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
4. Tersedia prosedur “cepat tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien
yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi
yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5. Tersedia mekanisme palaporan internaldan eksternal berkaitan dengan insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah
(RCA) “ Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) dan “ Kejadian Sentinel” pada saat
program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani
“Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko,
termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”
7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan di dalam Puskesmas dengan pendekatan antar disiplin.
8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja Puskesmas dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi
berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif
untuk mengevaluasi efektifitas perbaikan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien,
termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Standar :
Puskesmas merencanakan dan mendesain proses menajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria :
1. Perlu disediakan anggaran untuk merncanakan dan mendesain proses manajemen
untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan
pasien.
2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
1. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkann pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
2. Pakailah jas (dokter, dokter gigi, analis) saat kerja
3. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran, eye
shower, respirator, dan alat keselamatan kerja yang lainnya.
4. Buanglah sampah pada tempatnya
5. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik
6. Dilarang merokok
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Ditetapkan di : Baubau
Pada tanggal : 01 Februari 2018
HARSIAH HAMZAH