Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR KEFARMASIAN

Oleh:
Zahra Wulandari 1910070160001
Rahmat Khurniawan 1910070160004

Dosen Pengampu:

Tosi Rahmaddian, SKM, MARS

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KEBIJAKAN DAN PROSEDUR KEFARMASIAN’’ dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Bapak Tosi Rahmadian, SKM, MARS
pada mata kuliah Manajemen Risiko Rumah Sakit Kesehatan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Baiurrahamah. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Penilaian Faktor Risiko.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Tosi


Rahmadian, SKM, MARS selaku dosen pengampu mata kuliah. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Padang, 29 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1

1.3 Tujuan.....................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Pengertian Manajemen Risiko................................................................3

2.2 Evaluasi Risiko.......................................................................................3

2.3 Pengelolaan Risiko (Risk Control).........................................................4

2.4 Pengendalian Risiko...............................................................................7

BAB III..................................................................................................................12

PENUTUP..............................................................................................................12

3.1 Kesimpulan...........................................................................................12

DAFTAR ISI..........................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam peraturan pemerintah nomor 25 tahun 1980, yang dimaksud dengan
apotek adalah suatu tempat tertentu dimana dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran obat kepada masyarakat. Tugas dan fungsi apotek adalah sebagai
tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan, sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat, dan sarana penyalur
perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat
secara meluas dan merata (Anonim, 1980).
Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.Upaya kesehatan diselenggarakan
dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif), yang dilaksanakan secaramenyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan
Rumah sakit mempunyai peranan yang penting untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Di Indonesia rumah sakit merupakan rujukan pelayanan
kesehatan untuk puskesmas terutama upaya penyembuhan dan pemulihan. Mutu
pelayanan di rumah sakit sangat dipengaruhui oleh kualitas dan jumlah tenaga
kesehatan yang dimiliki rumah sakit tersebut.
Pelayanan kefarmasian sebagai salah satu unsur dari pelayanan utama di
rumah sakit, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pelayanan
di rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat. Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan terpadu, dengan
tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan obat dan kesehatan.

1
Apoteker harus mengelola apotek secara tertib, teratur dan berorientasi bisnis.
Tertib artinya disiplin dalam mentaati peraturan perundangan dalam pelayanan
obat, membuat laporan narkotika, tidak membeli maupun menjual obat-obat yang
tidak terdaftar, memberikan informasi obat kepada pasien dan sebagainya. Teratur
artinya pemasukan dan pengeluaran uang dan obat dicatat dengan baik untuk
evaluasi dan pembuatan laporan keuangan. Berorientasi bisnis artinya tidak lepas
dari usaha dagang, yaitu harus mendapatkan keuntungan supaya usaha apotek bisa
terus berkembang.

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit
yang menunjang pelayanan kesehatan yang bernutu. Hal tersebut di perjelaskan
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi
rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari system pelayanan
kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyedian obat
yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang tejangkau bagi semua
lapisan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengelolaan pembekalan farmasi?
2. Bagaimana pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat
kesehatan di rumah sakit?

1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Risiko dan memberikan
pengetahuan kepada pembaca tentang kebijakan dan prosedur kefarmasian

Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan pembekalan farmasi di rumah
sakit
2. Untuk mengetahui pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat
kesehatan di rumah sakit

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Standar Pelayanan Kefarmasian


Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian (PMK No.58 2014/Keputusan Menteri Kesehatan sebelumnya adalah
No.1197 Tahun 2004). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang
terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan
masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit bertujuan untuk:
1. meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian.
2. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
3. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit harus menjamin ketersediaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman,
bermutu, bermanfaat, dan terjangkau. Untuk menjamin mutu Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, harus dilakukan Pengendalian Mutu Pelayananan
Kefarmasian yang meliputi monitoring dan evaluasi (monev).
Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit sebagaimana tercantum dalam
Standar Pelayanan Rumah Sakit masih bersifat umum, maka untuk membantu
pihak rumah sakit dalam mengimplementasikan Standar Pelayanan Rumah Sakit
tersebut perlu dibuat Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit yang bersifat
paripurna sesuai tuntutan rumah sakit dan pasien. Sehubungan dengan berbagai
kendala sebagaimana disebut di atas, maka sudah saatnya pula farmasi rumah
sakit menginventarisasi semua kegiatan farmasi yang harus dijalankan dan
berusaha mengimplementasikan secara prioritas dan simultan sesuai kondisi
rumah sakit.
Praktik Kefarmasian adalah sautu kegiatan yang dilakukan oleh tenaga
farmasi dalam menjalankan pelayanan farmasi yang meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat

3
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

2.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi


Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di rumah sakit
merupakan salah satu unsur penting dalam fungsi manajerial rumah sakit
secara keseluruhan, karena ketidakefisienan akan memberikan dampak negatif
terhadap rumah sakit baik secara medis maupun secara ekonomis. Tujuan
pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di rumah sakit adalah
agar obat yang diperlukan tersedia setiap saat dibutuhkan, dalam jumlah yang
cukup, mutu yang terjamin dan harga yang terjangkau untuk mendukung
pelayanan yang bermutu.
Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di rumah sakit
diharapkan dapat berjalan dengan baik dan saling mengisi sehingga dapat
tercapai tujuan pengelolaan yang efektif dan efisien agar sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan yang diperlukan selalu tersedia setiap saat dibutuhkan
dalam jumlah cukup dan mutu terjamin untuk mendukung pelayanan yang
bermutu. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan berhubungan
erat dengan anggaran dan belanja rumah sakit.
Evaluasi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan diperlukan bagi
kegiatan pelayanan kefarmasian dengan tujuan agar diperoleh pengelolaan
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang efektif dan efisien, menerapkan
farmakoekonomi dalam pelayanan farmasi, meningkatkan kompetensi atau
kemampuan tenaga farmasi, mewujudkan sistem informasi manajemen berdaya
guna dan tepat guna serta melaksanakan pengendalian mutu pelayanan farmasi.

2.2.1 Pemilihan obat


Seleksi atau pemilihan obat merupakan proses kegiatan sejak dari
meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan
terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan
obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.
Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif Panitia Farmasi dan Terapi (PFT).

4
Pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah
kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan
dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,
standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan
pemilihan obat merupakan peran aktif tenga farmasi yang berada dalam organisasi
panitia farmasi dan terapi untuk menetapkan kualitas dan efektivitas, serta
jaminan purna transaksi pembelian.
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai ini berdasarkan:
1. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi.
2. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
telah ditetapkan.
3. Pola penyakit.
4. Efektivitas dan keamanan.
5. Pengobatan berbasis bukti.
6. Mutu.
7. Harga.
8. Ketersediaan di pasaran.
Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium
Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf
medis fungsional, disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) yang ditetapkan
oleh Pimpinan Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk
semua penulis resep, pemberi obat, dan penyedia obat di rumah Sakit. Evaluasi
terhadap Formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai
kebijakan dan kebutuhan rumah sakit.
Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit dikembangkan
berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan obat agar
dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi
kebutuhan pengobatan yang rasional.

5
2.2.2 Perencanaan Obat
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah
dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar perencanaan
yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode
konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:
1. Anggaran yang tersedia.
2. Penetapan prioritas.
3. Sisa persediaan.
4. Data pemakaian periode yang lalu.
5. Waktu tunggu pemesanan.
6. Rencana pengembangan.
Tujuan perencanaan adalah untuk menyusun kebutuhan obat yang tepat
dan sesuai kebutuhan untuk mencegah terjadinya kekurangan atau kelebihan
persediaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta meningkatkan
penggunaan secara efektif dan efisien.
Tujuan perencanaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan perencanaan tersebut
yaitu:
a. Mengenal dengan jelas rencana jangka panjang apakah program dapat
mencapai tujuan dan sasaran.
b. Persyaratan barang meliputi: kualitas barang, fungsi barang, pemakaian
satu merk dan untuk jenis obat narkotika harus mengikuti peraturan yang
berlaku.
c. Kecepatan peredaran barang dan jumlah peredaran barang.
d. Pertimbangan anggaran dan prioritas.

6
Prinsip perencanaan ada 2 cara yang digunakan dalam menetapkan
kebutuhan yaitu berdasarkan:
a. Data statistik kebutuhan dan penggunaan perbekalan farmasi, dari data
statistik berbagai kasus pasien dengan dasar formularium rumah sakit,
kebutuhan disusun menurut data tersebut.
b. Data kebutuhan obat disusun berdasarkan data pengelolaan sistem
administrasi atau akuntansi Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
2.2.3 Pengadaan Obat
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari
pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan
dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi
kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika
proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus
melibatkan tenaga kefarmasian. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:
1. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.
2. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS).
3. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
mempunyai Nomor Izin Edar dan.
4. Expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan
lain-lain).
Rumah Sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah kekosongan stok
obat yang secara normal tersedia di Rumah Sakit dan mendapatkan Obat saat
Instalasi Farmasi tutup. Pengadaan dapat dilakukan melalui:

7
1) Pembelian
Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan
pengadaan barang dan jasa yang berlaku. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pembelian adalah:
a. Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai, yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu obat.
b. Persyaratan pemasok.
c. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
d. Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.
2) Produksi Sediaan Farmasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat
memproduksi sediaan tertentu apabila:
a. Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran.
b. Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri.
c. Sediaan Farmasi dengan formula khusus.
d. Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking.
e. Sediaan Farmasi untuk penelitian dan.
f. Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat
baru (recenter paratus).
3) Sumbangan/Dropping/Hibah Instalasi Farmasi harus melakukan
pencatatan dan pelaporan terhadap penerimaan dan penggunaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sumbangan/dropping/hibah.
Seluruh kegiatan penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dengan cara sumbangan/dropping/hibah harus disertai
dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat membantu
pelayanan kesehatan, maka jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan kebutuhan pasien di Rumah
Sakit. Instalasi Farmasi dapat memberikan rekomendasi kepada pimpinan
Rumah Sakit untuk mengembalikan/ menolak sumbangan/dropping/hibah

8
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
tidak bermanfaat bagi kepentingan pasien Rumah Sakit.

2.3 Pengelolaan Risiko (Risk Control)


Perlakukan risiko adalah upaya untuk menyeleksi pilihan-
pilihan yang dapat mengurangi atau meniadakan dampak serta
kemungkinan terjadi risiko. Teknik penanganan resiko antara lain:
1) Pengendalian
Merupakan upaya-upaya untuk mengubah risiko yang
merupakan langkah-langkah antisipatif yang direncanakan dan
dilakukan secara rutin untuk mengurangi risiko.
2) Penanganan
Merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi
risiko jika tindakan pengendalian belum memadai. Dapat juga
bermakna langkah-langkah yang telah direncanakan dan akan
dilakukan apabila risiko benar-benar terjadi.

Sementara menurut NHS (National Health System) pengelolaan


risiko dapat dijabarkan sebagai berikut.

1) Mengambil kesempatan dengan kondisi yang ada dengan


mempertimbangkan keuntungan lebih besar daripada kerugian
2) Mentolerasi risiko

3) Mentransfer risiko pada pihak ke 3 seperti asuransi

4) Menghentikan aktivitas yang menimbulkan risiko

Opsi Perlakuan Risiko


Klasifikasi Jenis Pengendalian
Menghindari  Menghentikan kegiatan
risiko  Tidak melakukan kegiatan

9
 Membuat Kebijakan
 Membuat SPO
 Mengganti atau membeli alat
 Mengembangkan sistem informasi
 Melaksanakan prosedur
 Pengadaan, Perbaikan dan pemeliharaan
Mengurangi bangunan dan instrumen yang sesuai
risiko dengan persyaratan
 Pengadaan bahan habis pakai sesuai dengan
prosedur dan persyaratan
 Pembuatan dan pembaruan prosedur,
standar dan check-list, Pelatihan
penyegaran bagi personil, seminar,
pembahasan kasus, poster, stiker
Mentransfer
 Asuransi
risiko
 Mengambil kesempatan dengan kondisi
Mengeksploitasi
yang ada dengan mempertimbangkan
risiko
keuntungan lebih besar daripada kerugian
 Tidak melakukan tindakan pengendalian
Menerima risiko
apapun

2.4 Pengendalian Risiko


Risiko bahaya di rumah sakit yang disebabkan oleh faktor biologi, fisik,
kimia, fisiologi, dan psikologi dapat menyebabkan penyakit dan kecelakaan akibat
kerja bagi pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat sekitar lingkungan rumah
sakit. Pekerja rumah sakit memiliki risiko kerja yang lebih tinggi dibanding
pekerja industri lain sehingga risiko bahaya tersebut harus dikendalikan.  Berikut
merupakan penjelasan mengenai sistem pengendalian risiko bahaya yang harus
dilakukan di rumah sakit (Modul Pelatihan Dasar Wajib Pengendalian Risiko
Bahaya di Rumah Sakit) :

10
1. Risiko bahaya fisik
 Risiko bahaya mekanik
Risiko yang paling sering terjadi adalah tertusuk jarum, terpeleset ataupun
menabrak dinding/pintu kaca. Pengendalian yang harus dilakukan antara
lain : penggunaan safety box limbah tajam, kebijakan dilarang menutup
kembali jarum bekas, pemasangan keramik anti licin pada koridor dan
lantai yang miring, pemasangan rambu “awas licin”, pemasangan kaca
film dan stiker pada dinding/pintu kaca agar lebih kelihatan.
 Risiko bahaya radiasi
Risiko ini terdapat di ruang radiologi, radio therapy, kedokteran nuklir dan
beberapa kamar operasi yang memiliki x-ray. Pengendalian yang harus
dilakukan antara lain : pemasangan rambu peringatan bahaya radiasi,
pengecekan tingkat paparan radiasi secara berkala dan pemantauan
paparan radiasi.

 Risiko bahaya kebisingan


Risiko ini terdapat pada ruang boiler, generator listrik dan ruang chiller.
Pengendalian yang harus dilakukan antara lain : substitusi peralatan
melalui alat-alat baru dengan intensitas kebisingan yang lebih rendah,
penggunaan pelindung telinga dan pemantauan tingkat kebisingan secara
berkala oleh sanitasi.
 Risiko bahaya pencahayaan
Risiko bahaya pencahayaan ini seperti di kamar operasi dan laboratorium.
Pengendalian yang harus dilakukan adalah pemantauan tingkat
pencahayaan secara berkala oleh sanitasi dan hasil pemantauan dilaporkan
ke petugas teknisi untuk tindak lanjut ruangan yang tingkat
pencahayaannya tidak memenuhi persyaratan.
 Risiko bahaya listrik
Risiko bahaya listrik terdiri dari konsleting dan kesetrum. Pengendalian
yang harus dilakukan adalah adanya kebijakan penggunaan peralatan

11
listrik harus memenuhi SNI, serta dilakukan pengecekan secara rutin baik
fungsi dan kelayakan peralatan listrik di rumah sakit.
2. Risiko bahaya biologi
Risiko bahaya biologi yang paling banyak adalah akibat kuman patogen
dari pasien yang ditularkan melalui darah, cairan tubuh, dan udara. Pengendalian
yang harus dilakukan adalah melalui sanitasi dan harus didukung dengan
housekeeping yang baik dari seluruh karyawan dan penghuni rumah sakit.
3. Risiko bahaya kimia
Risiko ini terdapat pada bahan-bahan kimia golongan berbahaya dan
beracun. Pengendalian yang harus dilakukan adalah dengan identifikasi bahan-
bahan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), pelabelan standar, penyimpanan
standar, penyiapan MSDS (Material Safety Data Sheet) atau lembar data
keselamatan bahan, penyiapan P3K, serta pelatihan teknis bagi petugas pengelola
B3. Selain itu pembuangan limbah B3 cair harus dipastikan melalui saluran air
kotor yang akan masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

4. Risiko bahaya fisiologi


Risiko ini terdapat pada sebagian besar kegiatan di rumah sakit berupa
kegiatan angkat angkut, posisi duduk, ketidaksesuaian antara peralatan kerja dan
ukuran fisik pekerja. Risiko ini misalnya terjadi pada pekerjaan angkat dan angkut
baik pasien maupun barang. Selain itu pemilihan sarana dan prasarana rumah sakit
juga harus mempertimbangan faktor fisiologi, terutama peralatan yang dibeli dari
negara lain yang secara fisik terdapat perbedaan ukuran badan. Pengendalian yang
harus dilakukan yaitu melalui melakukan gerak tubuh secara rutin.
5. Risiko bahaya psikologi
Risiko bahaya psikologi dapat terjadi di seluruh rumah sakit berupa
ketidakharmonisan hubungan antar manusia didalam rumah sakit, baik sesama
staff, staff dengan pasien, maupun staff dengan pimpinan. Risiko psikologi akan
memberikan pengaruh pada perilaku atau semangat kerja petugas sehingga
produktivitas akan menurun. Upaya pengendalian yang dilakukan untuk risiko ini
adalah dengan mengadakan pertemuan antar satuan kerja, antar staff, dan

12
pimpinan pada acara-acara bersama yang bertujuan agar terjalin komunikasi
dengan baik. Sehingga secara psikologi hal ini berdampak baik pada proses
pengakraban, dengan harapan risiko bahaya psikologi dapat ditekan seminimal
mungkin.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Proses evaluasi risiko akan menentukan risiko-risiko mana yang


memerlukan perlakuan dan bagaimana prioritas perlakuan atas risiko-
risiko tersebut dengan mengacu pada “kriteria risiko”. Dengan kata lain
hasil dari evaluasi risiko menunjukkan peringkat risiko yang memerlukan
penanganan (mitigasi) lebih lanjut dengan mengacu pada tingkat risiko
yang dapat diterima.

2. Perlakukan risiko adalah upaya untuk menyeleksi pilihan-


pilihan yang dapat mengurangi atau meniadakan dampak serta
kemungkinan terjadi risiko. Teknik penanganan resiko antara
lain:
1) Pengendalian
2) Penanganan

3. Risiko bahaya di rumah sakit yang disebabkan oleh faktor biologi, fisik,
kimia, fisiologi, dan psikologi dapat menyebabkan penyakit dan
kecelakaan akibat kerja bagi pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat
sekitar lingkungan rumah sakit.

14
DAFTAR ISI

NHS. NHS Bradford City Clinical Commissioning Group & NHS Bradford
Districts CLinical Commissioning Group; Risk Management

Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen Implementasi K3 di


Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press; 2008.

15

Anda mungkin juga menyukai