Oleh:
Zahra Wulandari 1910070160001
Rahmat Khurniawan 1910070160004
Dosen Pengampu:
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Bapak Tosi Rahmadian, SKM, MARS
pada mata kuliah Manajemen Risiko Rumah Sakit Kesehatan di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Baiurrahamah. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Penilaian Faktor Risiko.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................12
3.1 Kesimpulan...........................................................................................12
DAFTAR ISI..........................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Apoteker harus mengelola apotek secara tertib, teratur dan berorientasi bisnis.
Tertib artinya disiplin dalam mentaati peraturan perundangan dalam pelayanan
obat, membuat laporan narkotika, tidak membeli maupun menjual obat-obat yang
tidak terdaftar, memberikan informasi obat kepada pasien dan sebagainya. Teratur
artinya pemasukan dan pengeluaran uang dan obat dicatat dengan baik untuk
evaluasi dan pembuatan laporan keuangan. Berorientasi bisnis artinya tidak lepas
dari usaha dagang, yaitu harus mendapatkan keuntungan supaya usaha apotek bisa
terus berkembang.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit
yang menunjang pelayanan kesehatan yang bernutu. Hal tersebut di perjelaskan
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi
rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari system pelayanan
kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyedian obat
yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang tejangkau bagi semua
lapisan masyarakat.
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Risiko dan memberikan
pengetahuan kepada pembaca tentang kebijakan dan prosedur kefarmasian
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan pembekalan farmasi di rumah
sakit
2. Untuk mengetahui pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat
kesehatan di rumah sakit
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
4
Pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah
kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan
dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,
standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan
pemilihan obat merupakan peran aktif tenga farmasi yang berada dalam organisasi
panitia farmasi dan terapi untuk menetapkan kualitas dan efektivitas, serta
jaminan purna transaksi pembelian.
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai ini berdasarkan:
1. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi.
2. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
telah ditetapkan.
3. Pola penyakit.
4. Efektivitas dan keamanan.
5. Pengobatan berbasis bukti.
6. Mutu.
7. Harga.
8. Ketersediaan di pasaran.
Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium
Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf
medis fungsional, disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) yang ditetapkan
oleh Pimpinan Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk
semua penulis resep, pemberi obat, dan penyedia obat di rumah Sakit. Evaluasi
terhadap Formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai
kebijakan dan kebutuhan rumah sakit.
Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit dikembangkan
berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan obat agar
dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi
kebutuhan pengobatan yang rasional.
5
2.2.2 Perencanaan Obat
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah
dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar perencanaan
yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode
konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:
1. Anggaran yang tersedia.
2. Penetapan prioritas.
3. Sisa persediaan.
4. Data pemakaian periode yang lalu.
5. Waktu tunggu pemesanan.
6. Rencana pengembangan.
Tujuan perencanaan adalah untuk menyusun kebutuhan obat yang tepat
dan sesuai kebutuhan untuk mencegah terjadinya kekurangan atau kelebihan
persediaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta meningkatkan
penggunaan secara efektif dan efisien.
Tujuan perencanaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan perencanaan tersebut
yaitu:
a. Mengenal dengan jelas rencana jangka panjang apakah program dapat
mencapai tujuan dan sasaran.
b. Persyaratan barang meliputi: kualitas barang, fungsi barang, pemakaian
satu merk dan untuk jenis obat narkotika harus mengikuti peraturan yang
berlaku.
c. Kecepatan peredaran barang dan jumlah peredaran barang.
d. Pertimbangan anggaran dan prioritas.
6
Prinsip perencanaan ada 2 cara yang digunakan dalam menetapkan
kebutuhan yaitu berdasarkan:
a. Data statistik kebutuhan dan penggunaan perbekalan farmasi, dari data
statistik berbagai kasus pasien dengan dasar formularium rumah sakit,
kebutuhan disusun menurut data tersebut.
b. Data kebutuhan obat disusun berdasarkan data pengelolaan sistem
administrasi atau akuntansi Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
2.2.3 Pengadaan Obat
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari
pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan
dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi
kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika
proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus
melibatkan tenaga kefarmasian. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:
1. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.
2. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS).
3. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
mempunyai Nomor Izin Edar dan.
4. Expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan
lain-lain).
Rumah Sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah kekosongan stok
obat yang secara normal tersedia di Rumah Sakit dan mendapatkan Obat saat
Instalasi Farmasi tutup. Pengadaan dapat dilakukan melalui:
7
1) Pembelian
Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan
pengadaan barang dan jasa yang berlaku. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pembelian adalah:
a. Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai, yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu obat.
b. Persyaratan pemasok.
c. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
d. Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.
2) Produksi Sediaan Farmasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat
memproduksi sediaan tertentu apabila:
a. Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran.
b. Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri.
c. Sediaan Farmasi dengan formula khusus.
d. Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking.
e. Sediaan Farmasi untuk penelitian dan.
f. Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat
baru (recenter paratus).
3) Sumbangan/Dropping/Hibah Instalasi Farmasi harus melakukan
pencatatan dan pelaporan terhadap penerimaan dan penggunaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sumbangan/dropping/hibah.
Seluruh kegiatan penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dengan cara sumbangan/dropping/hibah harus disertai
dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat membantu
pelayanan kesehatan, maka jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan kebutuhan pasien di Rumah
Sakit. Instalasi Farmasi dapat memberikan rekomendasi kepada pimpinan
Rumah Sakit untuk mengembalikan/ menolak sumbangan/dropping/hibah
8
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
tidak bermanfaat bagi kepentingan pasien Rumah Sakit.
9
Membuat Kebijakan
Membuat SPO
Mengganti atau membeli alat
Mengembangkan sistem informasi
Melaksanakan prosedur
Pengadaan, Perbaikan dan pemeliharaan
Mengurangi bangunan dan instrumen yang sesuai
risiko dengan persyaratan
Pengadaan bahan habis pakai sesuai dengan
prosedur dan persyaratan
Pembuatan dan pembaruan prosedur,
standar dan check-list, Pelatihan
penyegaran bagi personil, seminar,
pembahasan kasus, poster, stiker
Mentransfer
Asuransi
risiko
Mengambil kesempatan dengan kondisi
Mengeksploitasi
yang ada dengan mempertimbangkan
risiko
keuntungan lebih besar daripada kerugian
Tidak melakukan tindakan pengendalian
Menerima risiko
apapun
10
1. Risiko bahaya fisik
Risiko bahaya mekanik
Risiko yang paling sering terjadi adalah tertusuk jarum, terpeleset ataupun
menabrak dinding/pintu kaca. Pengendalian yang harus dilakukan antara
lain : penggunaan safety box limbah tajam, kebijakan dilarang menutup
kembali jarum bekas, pemasangan keramik anti licin pada koridor dan
lantai yang miring, pemasangan rambu “awas licin”, pemasangan kaca
film dan stiker pada dinding/pintu kaca agar lebih kelihatan.
Risiko bahaya radiasi
Risiko ini terdapat di ruang radiologi, radio therapy, kedokteran nuklir dan
beberapa kamar operasi yang memiliki x-ray. Pengendalian yang harus
dilakukan antara lain : pemasangan rambu peringatan bahaya radiasi,
pengecekan tingkat paparan radiasi secara berkala dan pemantauan
paparan radiasi.
11
listrik harus memenuhi SNI, serta dilakukan pengecekan secara rutin baik
fungsi dan kelayakan peralatan listrik di rumah sakit.
2. Risiko bahaya biologi
Risiko bahaya biologi yang paling banyak adalah akibat kuman patogen
dari pasien yang ditularkan melalui darah, cairan tubuh, dan udara. Pengendalian
yang harus dilakukan adalah melalui sanitasi dan harus didukung dengan
housekeeping yang baik dari seluruh karyawan dan penghuni rumah sakit.
3. Risiko bahaya kimia
Risiko ini terdapat pada bahan-bahan kimia golongan berbahaya dan
beracun. Pengendalian yang harus dilakukan adalah dengan identifikasi bahan-
bahan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), pelabelan standar, penyimpanan
standar, penyiapan MSDS (Material Safety Data Sheet) atau lembar data
keselamatan bahan, penyiapan P3K, serta pelatihan teknis bagi petugas pengelola
B3. Selain itu pembuangan limbah B3 cair harus dipastikan melalui saluran air
kotor yang akan masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
12
pimpinan pada acara-acara bersama yang bertujuan agar terjalin komunikasi
dengan baik. Sehingga secara psikologi hal ini berdampak baik pada proses
pengakraban, dengan harapan risiko bahaya psikologi dapat ditekan seminimal
mungkin.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3. Risiko bahaya di rumah sakit yang disebabkan oleh faktor biologi, fisik,
kimia, fisiologi, dan psikologi dapat menyebabkan penyakit dan
kecelakaan akibat kerja bagi pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat
sekitar lingkungan rumah sakit.
14
DAFTAR ISI
NHS. NHS Bradford City Clinical Commissioning Group & NHS Bradford
Districts CLinical Commissioning Group; Risk Management
15