Dosen Pengampu :
Safari Hasan, S.IP., MMRS.
Di susun oleh :
Ananda Ika Trisnawati (10822004)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan
rahmat, taufik hidayah- Nya sehingga penulis bisa menyusun tugas Manajemen
Logistik Medis dan Non Medis
ini dengan baik serta tepat waktu. Penulis berharap makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang Alur Distribusi
Obat dan Alat Kesehatan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Begitu pula atas
limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada penulis
sehingga makalah ini dapat tersusun melalui beberapa sumber yakni melalui
kajian pustaka maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
obat – obatan dan alat kesehatan sehingga tidak terjadi hal-hal yang dapat
merugikan pasien dan rumah sakit.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan tentang Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
2. Untuk mengetahui penjelasan tentang obat dan alat kesehatan.
3. Untuk mengetahui penjelasan tentang distribusi obat dan alat
kesehatan di Rumah Sakit.
4. Untuk mengetahui sistem pendistribusian obat pada Instalasi Farmasi.
5. Untuk mengetahui tentang alur dari pendistribusian obat dan alat
kesehatan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
2
BAB II
ISI
3
d. Peralatan kantor digunakan untuk administrasi dan arsip
e. Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah
f. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan pelayanan
informasi obat
g. Ruang distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai.
Selanjutnya pada kebijakan prosedur, Rumah sakit harus menerapkan
peraturan dan prosedur yang mencerminkan pada standar pelayanan
kefarmasian yang mutakhir atau sesuai dengan peraturan dan tujuan dari
pelayanan farmasi yang ada di rumah sakit itu sendiri.
4
Rumah Sakit memiliki tujuan dalam penggunaannya. Tujuan tersebut
antara lain :
a. Diagnosa, pencegahan, pemantauan, perlakuan atau
pengurangan penyakit
b. Diagnosa, pemantauan, perlakuan, pengurangan atau
kompensasi kondisi sakit
c. Penyelidikan, penggantian, pemodifikasian, mendukung
anatomi atau proses fisiologis
d. Mendukung atau mempertahankan hidup
e. Mengahalangi pembuahan
f. Desinfeksi alat kesehatan
g. Menyediakan informasi untuk tujuan medis atau diagnose
melalui pengujian in vitro terhadap specimen dari tubuh
manusia.
Dalam Klasifikasi alat kesehatan menurut Permenkes nomor 1190
tahun 2010 tentang izin edar alat kesehatan dan PKRT berdasarkan
risiko yang ditimbulkan alat terhadap pasien atau pengguna yang
terdiri atas :
a. Kelas I : alat kesehatan yang kegagalannya tidak
menyebabkan akibat yang berarti.
b. Kelas IIa : alat kesehatan yang kegagalannya atau salah
penggunaannya dapat memberikan akibat yang berarti kepada
pasien tetapi tidak menyebabkan kecelakaan yang serius.
c. Kelas IIb : alat kesehatan yang kegagalannya atau salah
penggunaannya dapat memberikan akibat yang sangat berarti
kepada pasien tetapi tidak menyebabkan kecelakaan yang
serius.
d. Kelas III : alat kesehatan yang kegagalannya atau salah
penggunaannya dapat memberikan akibat yang serius kepada
pasien, perawat, operator.
Sebelum alat kesehatan beredar adanya perlu mengisi formulir dan
pemenuhan syarat yang lengkap termasuk analisa risiko dan bukti
keamanannya untuk dinilai serta memrlukan uji klinis.
5
suatu aspek yang sangat penting dalam menjamin kualitas sediaan baik
sampai ke tangan konsumen.
Demi menjamin kualitas dari obat dan alat kesehatan agar tetap tersedia
maka Badan Pengawasan Obat dan Makanan menetapkan peraturan
Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi yang Baik.
Cara distribusi obat yang baik atau disingkat CDOB adalah cara distribusi
atau penyaluran obat dan bahan obat yang bertujuan memastikan mutu
sepanjang jalur distribusi atau penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan
penggunaannya. Pedoman pada teknis CDOB antara lain : manajemen
mutu; organisasi, manajemen, dan personalia; bangunan dan peralatan;
operasional; inspeksi diri; keluhan, Obat, dan/atau Bahan Obat kembalian,
diduga palsu dan penarikan kembali; transportasi; fasilitas distribusi
berdasarkan kontrak; dokumentasi; ketentuan khusus Bahan Obat;
ketentuan khusus produk rantai dingin; dan ketentuan khusus narkotika,
psikotropika, dan prekursor farmasi. Pedoman ini tidak dapat dipisahkan
dari peraturan Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pedoman Teknis Cara
Distribusi yang Baik.
Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Semua pihak yang
terlibat dalam distribusi obat atau bahan obat bertanggungjawab untuk
memastikan mutu obat atau bahan obat dan mempertahankan integritas
rantai distribusi selama proses distribusi. Selain itu . Semua pihak yang
terlibat dalam proses distribusi harus menerapkan prinsip kehati-hatian
(due diligence) dengan mematuhi prinsip CDOB, misalnya dalam prosedur
yang terkait dengan kemampuan telusur dan identifikasi risiko. Dalam
menjaga distribusi obat agar sampai ditangan konsumen agar tetap aman
maka sebelum diserahkan pada pihak farmasi Rumah Sakit, sudah
terdapat kerja sama antara semua pihak termasuk pemerintah, bea dan
cukai, lembaga penegak hukum, pihak yang berwenang, industri farmasi,
fasilitas distribusi dan pihak yang bertanggung jawab untuk penyediaan
obat, memastikan mutu dan keamanan obat serta mencegah paparan obat
palsu terhadap pasien.
Demi lebih memastikan mutu sepanjang alur pendistribusian, maka
Rumah Sakit harus memantau atau mengawasi kualitas produk mulai dari
produk masuk gudang hingga sampai ke tangan konsumen. Untuk
pengawasan secara komprehensif, rumah sakit perlu menerapkan Good
Storage Practice (GSP) agar rumah sakit dapat menjamin mutu, khasiat,
keamanan, dan keabsahan obat. Berikut prinsip dalam penerapan GSP
yang meliputi:
a. Area Penyimpanan
Pada area penyimpanan, Rumah sakit harus menyediakan area ini
dengan kapasitas yang cukup dan dirancang untuk memastikan
kondisi penyimpanan yang baik. Area penyimpanan harus dalam
keadaan bersih, kering, dan dipelihara dalam batas suhu yang
dapat diterima. Pada kondisi khusus, area penyimpanan
6
memerlukan label suhu dan kelembaban relative, yang harus
dipantau oleh petugas farmasi.
b. Kondisi Penyimpanan
Pada kondisi penyimpanan untuk produk farmasi harus sesuai
dengan hasil pengujian stabilitas.
c. Monitoring Kondisi Penyimpanan
Monitoring ini dilakukan dengan menggunakan peralatan yang
nantinya peralatan tersebut diperiksa pada interval yang telah
ditentukan sebelumnya dan hasil dari pemeriksaan tersebut harus
dicatat dan disimpan. Peralatan yang digunakan untuk pemantauan
harus dikalibrasi pada interval yang ditentukan. Peralatan yang
digunakan untuk memonitoring kondisi penyimpanan berupa
thermometer atau alat pemantau suhu.
d. Dokumentasi, meliputi instruksi tertulis dan rekap data
Segala informasi sangat diperlukan dalam dokumentasi, baik
informasi tertulis maupun elektronik harus ada di setiap produk
disertai dengan kondisi penyimpanannya.Prosedur harus disertai
dengan pemetaan suhu, keamanan gudang, penghancuran stok
yang tidak dapat dijual dan penyimpanan catatan juga harus
tersedia.
e. Peputaran dan Pengendalian Stock
Rekonsiliasi stok secara periodik dilakukan untuk membandingkan
stok secara aktual dan stok yang terekap sebelumnya. Perbedaan
yang signifikan harus diinvestigasi sebagai tindakan pencegahan
terhadap kemungkinan terjadinya mix up dan atau pendataan yang
salah.
Pada saat penyimpanan, produk farmasi harus selalu dijaga sampai pada
saat proses pengiriman. Semua penyimpangan terkait kondisi
penyimpanan harus dikonsultasikan dengan pihak manufaktur. Terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat proses pengiriman yakni:
1. Kondisi khusus yang diperlukan selama proses pengiriman harus
dipantau dan dicatat.
2. Pada saat proses pengiriman tidak boleh memberikan efek negative
terhadap integritas dan kualitas.
3. Pada prosedur tertulis harus disertai selama proses untuk dilakukan
investigasi terhadap segala penyimpangan terkait kondisi
penyimpanan, contohnya jika suhu tempat penyimpanan produk
saat proses pengiriman tidak sesuai.
7
eksternal dan internal termasuk dapat terkontaminasi oleh mikroba.
Lebel yang ditempelkan di wadah harus jelas, tidak ambigu.
Pada rekap data pengiriman produk farmasi harus memuat informasi
sebagai berikut:
1. Waktu pengiriman
2. Nama dan identitas pengirim
3. Deskripsi produk meliputi nama, bentuk, dan kekuatan sediaan
4. Jumlah produk
5. No batch dan tanggal kadaluarsa
6. Kondisi transportasi dan penyimpanan
8
Selain keuntungan, Desentralisasi juga memiliki kelemahan yang
tidak dapat dipungkiri. Kelemahan tersebut antara lain :
a. Waktu yang digunakan untuk distribusi obat tergantung pada
ketersediaan asisten apoteker bermutu dan berkompeten.
b. Pada pengendalian inventori obat dalam IFRS keseluruhan akan
lebih sulit karena anggota staf yang berpraktik dalam lapangan lebih
banyak dibandingkan pada IFRS desentralisasi
c. Lebih banyak membutuhkan alat, seperti acuan pustaka informasi
obat “Laminar air flow”, lemari pendingin, rak obat, dan alat untuk
meracik obat.
d. Jumlah pasien biasanya lebih banyak yang menyebabkan beban
kerja pada distribusi obat yakni dapat melebihi kapasitas ruangan
dan personil unit IFRS desentralisasi yang kecil.
9
b. Dapat memberikan kesempatan berinteraksi professional antara
apoteker-dokter-perawat-pasien atau penderita.
c. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas perbekalan
d. Mempermudah penagihan obat penderita.
10
yang jarang digunakan otau obat yang sangat mahal. Persediaan
obat di ruang dipasok oleh IFRS. Biasanya sekali seminggu personil
IFRS memeriksa persediaan obat di ruang, lalu menambah
menambah persediaan obat yang persediaannya sudah sampai
tanda batas pengisian kembali . Obat yang di-dispensing dibawah
sistem ini terdiri atas obat penggunaan umum yang biayanya
dibebankan pada biaya paket perawatan menyeluruh dan order obat
yang harus dibayar sebagai biaya obat. Obat penggunaan umum ini
terdiri atas obat yang tertera dalam daftar yang telah ditetapkan oleh
PFT dan IFRS yang tersedia di unit perawat, misalnya kapas
pembersih luka, larutan antiseptik, dan obat tidur. Biasanya obat ini
dibayar sebagai bagian dari biaya pelayanan perawatan. Obat yang
harus dibayar tersedia pada tiap unit perawat dan penderita yang
menggunakannya akan membayarnya sebagai biaya obat.
Sistem distribusi ini memiliki keuntungan antara lain :
a. Obat yang diperlukan pasien atau penderita selalu tersedia.
b. Peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai ke IFRS
c. Pengurangan penyalinan kembali order obat
d. Pengurangan jumlah SDM IFRS yang diperlukan.
11
Gambar 3 Alur Sistem Distribusi Obat Persediaan Lengkap di Ruangan
(Floorstock)
12
persediaan yang cukup untuk jangka waktu tertentu. Pasien hanya
membayar obat yang dikonsumsi saja. Pada sistem distribusi obat
dosis unit adalah metode dispensing dan pengendalian obat yang di
koordinasi oleh instalasi farmasi dan rumah sakit. Sistem dosis setiap
unit berbeda karena menyesuaikan kebutuhan khusus rumah sakit.
Kebutuhan khusus tersebut berupa obat dikandung dalam kemasan
unit tunggal, didispensing dalam bentuk siap konsumsi, untuk jangka
waktu obat tidak lebih dari 24 jam persediaan dosis, diantarkan ke
ruang perawatan atau tersedia pada ruang perawatan pasien atau
penderita setiap waktu.
Sistem distribusi ini memiliki keuntungan antara lain :
a. Pasien atau penderita menerima pelayanan IFRS selama 24 jam
sehari dan pasien hanya membayar obat yang dikonsumsinya saja.
b. Semua dosis yang diperlukan pada unit perawatan telah disiapkan
oleh petugas IFRS, untuk perawat lebih banyak mempunyai waktu
untuk merawat langsung pasien atau penderita.
c. Memperluas cakupan dan pengendalian IFRS dirumah sakit secara
keseluruhan. Dari dokter menulis resep atau order sampai pasien
atau penderita menerima dosis unit.
d. Apoteker dapat datang ke unit perawat atau ruang pasien untuk
melakukan konsultasi obat, membantu memberikan masukan
kepada tim sebagai upaya yang diperlukan untuk perawatan
penderita yang lebih baik.
e. Peningkatan pengendalian obat dan pemantauan penggunaan obat
menyeluruh
f. Pengedalian yang lebih besar dilakukan oleh apoteker atas beban
kerja IFRS dan penjadwalan staf.
13
2.5 Alur Pendistribusian Obat dan Alat Kesehatan
Pada proses alur distribusi obat dan alat kesehatan, dimulai dari
ruangan membuat permintaan kebagian distribusi, kemudian dari
distribusi merekap permintaan barang yakni obat dan alat kesehatan ke
gudang, setelah dari gudang melakukan pengeluaran barang ke bagian
distribusi dan dari distribusi dikeluarkan ke masing-masing ruangan. Dari
ruangan bertanggung jawab atas obat yang digunakan oleh pasien atau
penderita.
Pendistribusian dilakukan setiap hari, pendistribusian obat dan alat
kesehatan merupakan kegiatan penyaluran obat dan alat kesehatan habis
pakai, dalam melakukan permintaan barang tentunya ada cara pengisian
data untuk proses pendistribusian barang. Pendistribusian dapat
dilakukan secara komputerisasi atau tidak dilakukan secara manual.
Dalam melakukan proses ini tentunya tidak hanya satu orang saja
malainkan lebih dari satu orang. Cara pengisian data sesuai dengan
standar operasional prosedur atau prosedur tetap dari masing-masing
rumah sakit. Adapun tujuan dari Pendistribusian obat dan alat kesehatan
antara lain :
a. Memastikan ketersediaan obat dan alat kesehatan yang cukup
untuk merespons kebutuhan pasien.
b. Mengelola persediaan obat dan alat kesehatan untuk memastikan
tidak terjadi kekurangan atau kelebihan persediaan.
c. Memastikan distribusi obat dan alat kesehatan dilakukan dengan
efisien untuk menghemat waktu dan biaya.
d. Memastikan distribusi obat dan alat kesehatan dilakukan dengan
efisien untuk menghemat waktu dan biaya.
e. Memastikan bahwa obat-obatan dan alat kesehatan didistribusikan
dengan aman, mengurangi risiko kesalahan dalam pengiriman atau
penggunaan.
f. Memastikan bahwa obat-obatan dan alat kesehatan didistribusikan
dengan aman, mengurangi risiko kesalahan dalam pengiriman atau
penggunaan.
g. Memastikan bahwa semua distribusi mematuhi peraturan dan
kebijakan yang berlaku.
14
Gambar 5 Langkah-langkah Pelaksanaan Distribusi
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu kegiatan yang menjadi bagian penting dalam Rumah sakit
ialah pada kegiatan pendistribusian. Pendistribusian yang berada di
bawah tanggung jawab dari Instalasi Farmasi yakni pada pendistribusian
obat dan alat kesehatan. Pendistribusian obat dan alat kesehatan sendiri
adalah suatu kegiatan yang bertujuan agar tersalurkannya obat,alat
kesehatan dengan menjamin ketersediaan, keamanan, ketepatan waktu,
dan memenuhi standar mutu pelayanan rumah sakit.
Pada kegiatan distribusi tidak akan berjalan dengan baik tanpa
andanya sistem dan alur yang jelas dalam proses distribusi ini. Sistem
dalam pendistribusian dibagi menjadi lima sistem antara lain :
desentralisasi, sistem distribusi obat resep individu, sistem distribusi obat
persediaan lengkap di ruang (Floor Stock), sistem distribusi obat
kombinasi resep individu dan persediaan di ruang rumah sakit, dan
sistem distribusi obat dosis unit (UDDS). Selain sistem, alur distribusi juga
berperan sangat penting dalam melakukan pendistribusian obat dan alat
kesehatan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Pada proses alur distribusi
obat dan alat kesehatan, dimulai dari ruangan membuat permintaan
kebagian distribusi, kemudian dari distribusi merekap permintaan barang
yakni obat dan alat kesehatan ke gudang, setelah dari gudang melakukan
pengeluaran barang ke bagian distribusi dan dari distribusi dikeluarkan ke
masing-masing ruangan. Dari ruangan bertanggung jawab atas obat yang
digunakan oleh pasien atau penderita.
Adanya kegiatan pendisitribusian obat dan alat kesehatan di Instalasi
Farmasi rumah sakit, dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang
diberikan, serta mutu pelayanan dapat meningkat karena obat dan alat
kesehatan adalah barang yang paling penting di Rumah Sakit, jika terjadi
keterlambatan dalam pendistribusian obat dan alat kesehatan, maka
mungkin terjadi mutu pelayanan menurun dan kepuasan pasien sangat
kurang bahkan pasien tidak lagi berobat di rumah sakit tersebut dan
rumah sakit mengalami penurunan dalam penerimaan pasien.
3.2 Saran
Pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit, kegiatan yang sangat penting untuk
menunjang berjalannya suatu rumah sakit yakni pendistribusian obat dan
alat kesehatan. Suatu Rumah sakit harus terus mengawasi kegiatan
pendistribusian agar tidak terjadi keterlambatan dalam pendistribusian
obat dan alat kesehatan. Ketepatan waktu pendistribusian , ketersediaan
obat adalah salah satu kunci rumah sakit tersebut terus beroperasi dan
tetap memberikan pelayanan kesehatan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Kurniaji, B. (2021). Alur Distribusi Obat dan Alat Kesehatan di Instalasi Farmasi
RSUD DR.M. ASHARI Pemalang. 1-107.
Rusdiana, N., Saputra, B., & Noviyanto, F. (2015). Alur Distribusi Obat dan Alat
Kesehatan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Malingping. 24-
29.
Siregar, C. (2003). Farmasi Rumah Sakit , Teori dan Terapan. Jakarta: Buku
Kedokteran, EGC.
Siregar, C., & Amalia , L. (2004). Teori dan Penerapan Farmasi Rumah Sakit.
Buku Kedokteran EGC.
17