Anda di halaman 1dari 33

CASE REPORT STUDY

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
“Pendistribusian Di Instalasi Farmasi RSUD M Zein Painan”

Clinical Preseptor:

apt. Yulia Rahmi Dasrul, S.Farm


apt. Yola Safitri,S.Farm

Disusun oleh:

Ni Wayan Sri Tanjung, S.Farm (2130122221)

Noni Afriva Sari, S.Farm (2130122222)

Nur Aulia Batasunah, S.Farm (2130122223)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Study Report Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Dr. Muhammad Zein
Painan.
Dalam proses penyelesaian laporan kasus ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. apt. Suhatri, M.Si dan Ibu apt. Mimi Aria, M.Farm selaku
pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
petunjuk, dan arahan sehingga laporan case study ini dapat di selesaikan.
2. Ibu apt. Yulia Rahmi Dasrul, S.Farm selaku preseptor yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan
sehingga laporan Case Study ini dapat diselesaikan.
3. Ibu apt. Yola Safitri, S.Farm selaku preseptor yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan sehingga laporan Case
Study ini dapat diselesaikan.
4. Staff instalasi farmasi Rumah Sakit Dr. Muhammad Zein Painan yang telah
memberikan bantuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan case
study ini.
Terimakasih atas semua bimbingan, bantuan dan dukungan yang telah
diberikan kepada penulis. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua untuk
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa mendatang khususnya tentang
“Pendistribusian Sediaan Obat, ALKES dan Bahan Medis Habis Pakai”
Penulis menyadari laporan kasus ini masih memiliki kekurangan dan jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak
Painan, Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................2
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................3
1.3 Tujuan..................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................4
2.1 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)................................................................4
2.2 Tujuan dan Tanggung Jawab IFRS......................................................................4
2.3 Fungsi IFRS.........................................................................................................5
2.4 Pendistribusian.....................................................................................................8
2.4.1 Definisi Distribusi.............................................................................................8
2.4.2 Tujuan Pendistribusian......................................................................................9
2.4.3 Pertimbangan Pemilihan Obat Model Distribusi Obat.....................................9
2.4.4 Sistem distribusi obat........................................................................................9
2.4.5 Alur Distribusi Obat di Rumah Sakit secara Umum.......................................14
2.5 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit......................................................14
BAB III PEMBAHASAN...........................................................................................17
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................23
4.1 Kesimpulan........................................................................................................23
4.2 Saran..................................................................................................................23
Lampiran......................................................................................................................25

1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyampaian obat dari apoteker ke pasien adalah bagian terakhir distribusi
obat. Di apotek, proses penyampaian ini dapat dilakukan langsung dari apoteker ke
pasien. Namun, hal ini tidak dapat terjadi di rumah sakit terhadap pasien rawat inap
karena jarak yang jauh antara penderita yang berada di ruangan dan apoteker yang
ada di instalasi farmasi (Rusli, 2016)

Instalasi Farmasi Rumah Sakit bertanggung jawab pada penggunaan obat


yang aman di rumah sakit. Tanggung jawab ini meliputi seleksi, pengadaan,
penyimpanan, penyiapan obat untuk dikonsumsi dan distribusi obat ke daerah
perawatan penderita. Berkaitan dengan tanggung jawab penyampaian dan distribusi
obat dari IFRS ke daerah perawatan pasien maka dibuat sistem distribusi obat (Rusli,
2016)

Distribusi merupakan proses penyerahan obat-obatan mulai dari sediaan


disiapkan oleh instalasi farmasi rumah sakit sampai obat diserahkan kepada petugas
kesehatan untuk diberikan kepada pasien. Distribusi besar sekali peranannya dalam
pelaksanaan kesehatan pasien rumah sakit karena dengan terlaksananya proses
disribusi yang baik maka obat-obatan dan alat kesehatan akan tersampaikan kepada
pasien secara tepat waktu dan dapat langsung digunakan tanpa harus menunggu lama.
Oleh karena itu harus terealisasikan dengan perencanaan manajemen yang matang
dalam proses distribusi tersebut (Rusdiana, Saputra, & Noviyanto, 2015).

Pemenuhan kebutuhan pasien akan obat dan informasi serta memberikan


pelayanan yang memuaskan pada pasien rawat jalan dan rawat inap adalah orientasi
utama dalam pelayanan kefarmasian. Faktor penting untuk memenuhi kebutuhan
perbekalan farmasi pasien rawat jalan dan rawat inap adalah pendistribusian obat.
Tujuan utama distribusi obat adalah tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit
pelayanan tepat waktu, tepat jenis dan tepat jumlah.

Masalah dalam pendistribusian sediaan farmasi yang sering terjadi di rumah


sakit yaitu apabila obat-obatan datang terlambat tiba di depo atau satelit farmasi
rumah sakit. Membuat pasien merasa dirugikan karena harus menunggu obat yang
datangnya terlambat. Selain itu jika obat yang dibutuhkan tidak ada atau sedang
kosong maka pasien harus membelinya di apotek luar, jika obat tersebut benar-benar
sedang dibutuhkan maka akan berakibat fatal bagi pasien. Oleh karena itu distribusi
di rumah sakit harus ditingkatkan lagi demi menunjang kesehatan bagi pasien-pasien
rumah sakit (Rusdiana et al., 2015).

2
Berdasarkan uraian diatas, laporan ini akan membahas tentang evaluasi
pendistribusian sediaan farmasi, alkes, dan BMHP (bahan medis habis pakai) di
RSUD Dr.Muhammad Zein Painan dan membandingkan dengan Permenkes nomor
72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasiaan Dirumah Sakit.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana sistem pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai di RSUD Dr.Muhammad Zein Painan berdasarkan Permenkes
No.72 Tahun 2016.

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana sistem pendistribusian sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di RSUD Dr.Muhammad Zein Painan
berdasarkan permenkes No.72 Tahun 2016.

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah sakit
tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk
keperluan rumah sakit dan pasien. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud adalah
kegiatan yang menyangkut pembuatan, pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengelolaan perbekalan farmasi (perencanaan,pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
distribusi, pencatatan, pelaporan, pemusnahan/penghapusan), pelayanan resep,
pelayanan informasi obat, konseling, dan farmasi klinik di ruangan pasien (Rusli,
2016).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit merupakan suatu organisasi pelayanan di


rumah sakit yang memberikan pelayanan produk yaitu sediaan farmasi, perbekalan
kesehatan dan gas medis habis pakai serta pelayanan jasa yaitu farmasi klinik (PIO,
Konseling, Meso, Monitoring Terapi Obat, Reaksi Merugikan Obat) bagi pasien atau
keluarga pasien (Rusli, 2016). Instalasi farmasi rumah sakit adalah fasilitas pelayanan
penunjang medis, di bawah pimpinan seorang Apoteker yang memenuhi persyaratan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, yang
bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri
atas pelayanan paripurna mencakup perencanaan; pengadaan; produksi; penyimpanan
perbekalan kesehatan atau sediaan farmasi; dispensing obat berdasarkan resep bagi
penderita rawat inap dan rawat jalan; pengendalian mutu dan pengendalian distribusi
dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit; serta pelayanan
farmasi klinis (Rusli, 2016).

2.2 Tujuan dan Tanggung Jawab IFRS


Tugas IFRS melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan
perbekalan kesehatan. Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang dimaksud
adalah obat, bahan obat, gas medis dan alat kesehatan, mulai dari pemilihan,
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,

4
penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi
kegiatan pelayanan rawat jalan dan rawat inap. IFRS berperan sangat sentral terhadap
pelayanan di rumah sakit terutama pengelolaan dan pengendalian sediaan farmasi dan
pengelolaan perbekalan kesehatan (Rusli, 2016). Tanggung jawab IFRS yaitu
mengembangkan pelayanan farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan
tepat untuk memenuhi kebutuhan unit pelayanan yang bersifat diagnosis dan terapi
untuk kepentingan pasien yang lebih baik (Rusli, 2016).

2.3 Fungsi IFRS


Fungsi IFRS yaitu berfungsi sebagai unit pelayanan dan unit produksi. Unit
pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan yang bersifat manajemen (nonklinik)
adalah pelayanan yang tidak bersentuhan langsung dengan pasien dan tenaga
kesehatan lain. Pelayanan IFRS yang menyediakan unsur logistik atau perbekalan
kesehatan dan aspek administrasi. IFRS yang berfungsi sebagai pelayanan non
manajemen (klinik) pelayanan yang bersentuhan langsung dengan pasien atau
kesehatan lainnya. Fungsi ini berorientasi pasien sehingga membutuhkan
pemahaman yang lebih luas tentang aspek yang berkaitan dengan penggunaan obat
dan penyakitnya serta menjunjung tinggi etika dan perilaku sebagai unit yang
menjalankan asuhan kefarmasian yang handal dan profesional (Rusli, 2016).

Ruang lingkup IFRS yaitu memberikan pelayanan farmasi berupa pelayanan


nonklinik dan klinik. Pelayanan nonklinik biasanya tidak secara langsung dilakukan
sebagai bagian terpadu, pelayanan ini sifatnya administrasi atau manajerial seperti
pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan dan interaksi
profesional dengan tenaga kesehatan lainnya. Pelayanan klinik mencakup fungsi
IFRS yang dilakukan dalam program rumah sakit yaitu pelayanan obat di
apotik/depo, konseling pasien, pelayanan informasi obat, evaluasi
penggunaan obat, monitoring efek samping obat, dan pemantauan terapi obat.
Pelayanan non klinik diantaranya yaitu (Rusli, 2016) :
1. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.

5
Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan merupakan suatu
siklus kegiatan dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan
pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan. Tujuan
pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yaitu:
a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien
b. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan
c. Meningkatkan kompetensi atau kemampuan tenaga farmasi
d. Mewujudkan system informasi manajemen berdaya guna dan tepat guna
e. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan. Pelayanan farmasi klinik adalah
pelayanan langsung yang diberikan kepada pasien dalam rangka meningkatkan
terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat.
2. Pelayanan farmasi klinik meliputi (Rusli, 2016) :
a. Pengkajian pelayanan dan resep Pelayanan resep dimulai dari penerimaan,
pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi
termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian
informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan
terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error). Tujuan untuk
menganalisa adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah terkait obat
harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep.
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat Penelusuran riwayat penggunaan obat
adalah proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh obat/sediaan
farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat
diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan obat
pasien.
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
PIO (Pelayanan Informasi Obat) adalah kegiatan penyediaan dan pemberian
informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan
komprehensif yang diberikan kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan

6
lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit. Kegiatan yang dilakukan pada
PIO meliputi (Rusli, 2016) :
a. Menjawab pertanyaan
b. Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter
c. Menyediakan informasi bagi komite atau subkomite farmasi dan terapi
d. Sehubungan dengan penyusunan formularium rumah sakit
e. Bersama dengan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap
f. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya
g. Melakukan penelitian
h. Konseling
Konseling obat adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan
pasien/keluarga pasien yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan
kesempatan kepada pasien atau keluarga pasien mengeksplorasikan diri dan
membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran, sehingga
pasien/keluarga pasien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam
penggunaan obat yang benar termasuk swamedikasi. Tujuan umum konseling adalah
meningkatkan keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi, meminimalkan risiko
efek samping, meningkatkan cost effectiveness dan menghormati pilihan pasien
dalam menjalankan terapi.
i. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi
klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi
obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional,
dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan
lainnya. Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit atas
permintaan pasien yang biasa disebut dengan pelayanan kefarmasian di rumah (home
pharmacy care). Sebelum melakukan kegiatan visite apoteker harus mempersiapkan

7
diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi
obat dari rekam medis atau sumber lain.
j. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan terapi obat adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk
memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Tujuan
pemantauan terapi obat adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan
risiko ROTD.
k. Monitoring efek samping obat (MESO)
MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respons terhadap obat yang
tidak dikehendaki (ROTD) yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa, dan terapi. Efek samping obat adalah
reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja
farmakologi.
l. Evaluasi penggunaan obat (EPO)
EPO merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan
berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.
m. Dispensing sediaan khusus.
Dispensing sediaan khusus steril dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit
dengan tekhnik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya
kesalahan pemberian obat. Tujuan dilakukan dispensing sediaan khusus adalah untuk
menjamin sterilitas dan stabilitas produk, melindungi petugas dari paparan zat
berbahaya, dan menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat.
2.4 Pendistribusian
2.4.1 Definisi Distribusi
Disttribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan
atau menyerahkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dari tempat
penyimpanan sampai kepada unit pelayanan atau pasien dengan tetap menjamin
mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. IFRS harus menentukan sistem

8
distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan diunit pelayanan.
2.4.2 Tujuan Pendistribusian
1. Tersedianya perbekalan farmasi diunit-unit pelayanan secara tepat waktu
tepat jenis dan jumlah.
2. Distribusi harus aman, efektif dan efisien
3. Menjamin obat benar bagi penderita, dengan dosis yang tepat, pada waktu
yang ditentukan dan cara penggunaan yang benar
2.4.3 Pertimbangan Pemilihan Obat Model Distribusi Obat
1. Jangkauan dan cakupan pelayanan RS
2. Menjaga ketersediaan obat
3. Menjaga mutu dan kondisi obat tetap stabil
4. Meminimalkan kesalahan obat
5. Menjamin keamanan obat sampai kepada pasien
6. Efisiensi dalam SDM
7. Meminimalkan kehilangan, pencurian, pemborosan, dan penyalahgunaan
Pemilihan sistem distribusi harus dapat menjamin terlaksananya pengawasan
dan pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan media habis pakai diunit
pelayanan.
2.4.4 Sistem distribusi obat, Alkes dan BMHP
Distribusi obat, alat kesehatan, BMHP berdasarkan tempat pelayanan
kefarmasian dapat dilakukan dengan salah satu atau kombinasi system di bawah ini.
a. Sistem distribusi sentralisasi,
Sentralisasi merupakan penyimpanan dan pendistribusian semua obat/barang
farmasi dipusatkan pada satu tempat. Seluruh kebutuhan obat/barang farmasi setiap
unit perawatan/pelayanan baik untuk kebutuhan individu maupun kebutuhan dasar
ruangan disuplai langsung dari pusat pelayanan farmasi tersebut.

9
Gambar 2. Alur Distribusi Sentralisasi
b. Sistem distribusi desentralisasi
Merupakan sistem distribusi yang dilakukan oleh beberapa cabang IFRS di
sebuah Rumah Sakit.  Pada  dasarnya sama dengan system distribusi obat persediaan
lengkap di ruang, hanya saja dikelola seluruhnya oleh apoteker  yang  sama dengan
pengelola dan pengendalian oleh IFRS sentral.

Gambar 3. Alur distribusi Desentralisasi


Sistem distribusi obat dosis unit kombinasi sentralisasi dan desentralisasi,
yaitu distribusi obat biasanya hanya untuk dosis mula dan dosis dalam keadaan
darurat dilayani cabang IFRS. Dosis selanjutnya dilayani IFRS sentral. Semua

10
pekerjaan tersentralisasi, seperti pengemasan dan pencampuran sediaan intravena
juga dimulai dari IFRS sentral.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 72 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit di unit pelayanan dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu :
1. Sistem persedian lengkap di ruangan (Floor stock)
a) Pada sistem ini, Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh
Instalasi Farmasi.
b) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang disimpan
di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.
c) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola (di
atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung
jawab ruangan.
d) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock kepada
petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
e) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan interaksi
Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.
- Keuntungan sistem ini, yaitu :
a. Obat yang diperlukan segera tersedia bagi pasien
b. Peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai ke IFRS
c. Pengurangan penyalinan resep 
d. Pengurangan jumlah personel IFRS
- Keterbasan sistem ini, yaitu :
a. Kesalahan obat sangat meningkat karena resep obat tidak dikaji langsung oleh
apoteker
b. Persediaan obat di ruang perawat meningkat dengan fasilitas ruangan yang
sangat terbatas
c. Pencurian obat meningkat
d. Meningkatnya bahaya karena kerusakan obat

11
e. Penambahan modal investasi untuk menyediakan fasilitas penyimpanan obat
sesuai di setiap daerah perawatan pasien
f. Diperlukan waktu tambahan bagi perawat untuk menangani obat
g. Meningkatnya kerugian karena kerusakan obat
2. Sistem Resep Perorangan
Pada sistem ini, Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan
rawat inap melalui Instalasi Farmasi.
Sistem distribusi obat resep individu Resep individual adalah resep yang
ditulis oleh dokter untuk tiap penderita. Pada sistem ini, kebutuhan barang farmasi
individu pasien tidak tersedia di ruang perawatan, tetapi harus diambil/ditebus di
tempat pelayanan farmasi dengan membawa resep/instruksi pengobatan dari dokter.
Tempat pelayanan farmasi tersebut dapat di instalasi farmasi rumah sakit, apotek baik
yang ada di dalam maupun di luar rumah sakit. Waktu yang dibutuhkan untuk
menyiapkan obat menjadi lama, akan tetapi farmasi rumah sakit atau farmasi
komunitas terlibat dalam proses review maupun penyiapan resep. Semua obat yang
ditebus tersebut di bawa keruang perawatan untuk di serahkan kepada perawat untuk
di simpan. Biaya pengobatan yang ditanggung pasien tinggi karena setiap sisa obat
yang tidak digunakan tetap harus dibayar.

12
Gambar 1. Alur resep individu rumah sakit

13
- Keuntungan menggunakan sistem ini, yaitu :
a. Semua resep dikaji langsung oleh apoteker yang dapat memberi keterangan
atau informasi kepada perawat berkaitan dengan obat yang dipakai.
b. Memberi kesempatan interaksi profesional antara apoteker-dokter-perawat-
penderita.
c. Pengendalian perbekalan yang mudah
d. Mempermudah penagihan biaya kepada pasien
- Keterbatasan menggunakan sistem ini, yaitu :
a. Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai ke penderita
b. Jumlah kebutuhan personel di IFRS meningkat
c. Memerlukan jumlah perawat waktu yang lebih banyak untuk penyimpanan 
obat di ruangan  pada waktu konsumsi obat
d. Terjadinya kesalahan obat karena kurang pemeriksaan sewaktu penyiapan
konsumsi.
3. Sistem One Daily Dose Dispensing (ODD)
Sistem ini mirip dengan resep individual, peresepan tetapi hanya diberikan
untuk pemakaian satu hari. System ini diberikan untuk pasien rawat inap, pasien yang
sedang diobservasi untuk menentukan diagnosa, pasien masuk dari IGD ke rawat
inap.
4. Sistem Unit Dosis
Pada sistem ini, Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit
dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis
ini digunakan untuk pasien rawat inap.
5. Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b + c
atau a + c.
- Keuntungan sistem ini, yaitu :
a. Semua resep individu dikaji langsung oleh apoteker

14
b. Adanya kesempatan interaksi profesional antara apoteker-dokter-perawat-
pasien
c. Obat yang diperlukan dapat segera tersedia bagi pasien
d. Beban IFRS dapat berkurang
- Keterbatasan sistem ini, yaitu :
a. Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai ke pasien (obat resep
individu)
b. Kesalahan obat dapat terjadi (obat dari floor stock lengkap)
2.4.5 Alur Distribusi Obat di Rumah Sakit secara umum
Alur distribusi obat di rumah sakit secara umum berawal dari gudang
farmasi ke instalasi farmasi lalu ke ruangan dan menyerahkannya ke pasien yang
berada di ruangan tersebut. Pertama-tama petugas gudang farmasi cek obat di gudang
apakah ada atau tidak, jika obat yang dibutuhkan tersedia maka petugas gudang
memberikannya ke petugas depo farmasi. Lalu kedua petugas ini melakukan serah
terima dan tanda tangan. Setelah itu petugas depo akan membawanya ke setiap
departeman.
2.5 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Sebagai salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan, Rumah Sakit sering mengalami kesulitan dalam
pengelolaan informasi baik untuk kebutuhan internal maupun eksternal. sehingga
perlu diupayakan peningkatan pengelolaan informasi yang efisien, cepat, mudah,
akurat, murah, aman, terpadu dan akuntabel. Salah satu bentuk penerapannya melalui
sistem pelayanan dengan memanfaatkan teknologi informasi melalui penggunaan
sistem Sistem Informasi berbasis komputer. Pesatnya kemajuan teknologi di bidang
informasi telah melahirkan perubahan tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Dalam kaitan ini, peran dan fungsi pelayanan data dan informasi yang
dilaksanakan oleh Rumah Sakit sebagai salah satu unit kerja pengelola data dan
Informasi dituntut untuk mampu melakukan berbagai penyesuaian dan perubahan.

15
Sistem Informasi dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pelayanan data dan informasi
dengan lebih produktif, transparan, tertib, cepat, mudah, akurat, terpadu, aman dan
efisien, khususnya membantu dalam memperlancar dan mempermudah pembentukan
kebijakan dalam meningkatkan sistem pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang
penyelenggaraan Rumah Sakit di Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut di atas, Direktorat Jenderal yang menyelenggarakan


urusan di bidang Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan memandang
perlunya membangun kerangka acuan kerja (framework) dan perangkat lunak
(software) aplikasi sistem informasi Rumah Sakit yang bersifat sumber terbuka
umum (open source generic) untuk Rumah Sakit di Indonesia. Dengan adanya
software aplikasi open source generik ini diharapkan Rumah Sakit di Indonesia dapat
menggunakan, mengembangkan, mengimplementasi dan memelihara sendiri.
Sehingga akan terdapat keseragaman data yang dikirim kepada Kementerian
Kesehatan.
1. Pelayanan Utama (Front Office)

Setiap Rumah Sakit memiliki prosedur yang unik (berbeda satu dengan
lainnya), tetapi secara umum atau generik memiliki prosedur pelayanan terintegrasi
yang sama yaitu proses pendaftaran, proses rawat (jalan atau inap) dan proses pulang
(seperti pada gambar berikut).

16
Data yang dimasukan pada proses rawat akan digunakan pada proses rawat
dan pulang. Selama proses perawatan, pasien akan menggunakan sumber daya,
mendapat layanan dan tindakan dari unit-unit seperti farmasi, laboratorium, radiologi,
gizi, bedah, invasive, diagnostic non invasive dan lainnya. Unit tersebut mendapat
order/pesanan dari dokter (misalnya berupa resep untuk farmasi, formulir lab dan
sejenisnya) dan perawat.

2. Pelayanan Administratif (Back-Office)


Rumah Sakit merupakan unit yang mengelola sumber daya fisik (manusia,
uang, mesin atau alat kesehatan atau aset, material seperti obat, reagen, alat tulis
kantor, barang habis pakai dan sejenisnya). Walaupun proses bisnis setiap Rumah
Sakit unik tapi tetap terdapat proses umum, diantaranya perencanaan,
pembelian/pengadaan, pemeliharaan stok atau inventory, pengelolaan Aset,
pengelolaan SDM, pengelolaan uang (hutang, piutang, kas, buku besar dan lainnya).
Proses back office ini berhubungan/link dengan proses pada front office,
digambarkan berikut ini. Proses bisnis data tidak terstruktur proses-proses bisnis
tersebut di atas yang melibatkan data-data terstruktur, yang dapat dikelola dengan
relational database management system, selain itu terdapat proses bisnis yang
melibatkan data yang tidak terstruktur seperti alur kerja, surat diposisi, email,
manajemen proyek, kolaborasi, team work, manajemen dokumen dan sejenisnya.

17
18
BAB III PEMBAHASAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan no 72 tahun 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasian di rumah sakit, Standar pelayanan kefarmasian merupakan
tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian di rumah
sakit meliputi standar pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis
pakai yang aman, bermutu, bermanfaat dan terjangkau, serta pelayanan farmasi
klinik. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
dimaksud terdiri dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian dan administrasi yang
diperlukan bagi kegiatan pelayanan. Apoteker bertanggung jawab terhadap
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di Rumah
Sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan perbekalan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta
memastikan kualitas, manfaat dan keamanannya.
Pada studi kasus kali ini akan dibahas tentang standar pelayanan kefarmasian
dirumah sakit yang berhubungan dengan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai yaitu tentang “Pendistribusian” di Instalasi Farmasi
RSUD Dr. M. Zein Painan”. Pendistribusian merupakan kegitan menyalurkan sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP) di rumah sakit untuk pelayanaan
pasien dalam proses terapi baik pada pasien rawat inap maupun rawat jalan serta
untuk menunjang pelayanan medis dan BMHP. Apoteker yang bertanggung jawab
terhadap pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap
menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Sistem pendistribusian sediaan farmasi dan BMHP yang dilakukan di RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan menggunakan sistem distribusi desentralisasi. Sistem
distribusi desentralisasi yaitu distribusi dilakukan oleh beberapa depo/satelit yang
merupakan cabang pelayanan dirumah sakit sehingga penyimpanan dan
pendistribusian kebutuhan obat atau barang farmasi unit perawatan atau pelayanaan

19
untuk kebutuhan individu maupun kebutuhan dasar ruangan tidak lagi dilayani dari
pusat farmasi. Berikut adalah flow chart distribusi sediaan farmasi dan BMHP yang
dilakukan di instalasi farmasi RSUD Dr. M. Zein Painan.
Rawat
Apotek Jalan
Central
Poli
Rawatan
Perynatologi
Rawatan
Obgyn
ICU
Depo Rawatan
Pobi Bedah
Ruang
Depo Ok Rawatan
Operasi
Vip
Rawatan Kelas
Gudang 1 Terpadu
Farmasi Depo Rawatan Kelas
Neurologi 2 Terpadu
Rawatan Neurologi

Ruang Hemodialisa
Rawatan
Anak
Depo Rawatan
Interne Penyakit dalam
Rawatan Kelas 3
Terpadu
Rawat Jalan
Depo Paru
Paru Rawat Inap
Paru
Pasien
IGD IGD

Gambar 1. Flow Chart system desentralisasi di RSUD M. Zein Painan

20
Dapat dilihat pada bagan, gudang farmasi mendistribusikan obat ke tiap depo
rawatan. Masing – masing depo memiliki penanggung jawab oleh seorang apoteker
yang akan bertanggung jawab pada setiap ruang rawatan maupun rawat jalan dalam
meyalurkan sediaan farmasi dan BMHP pada setiap pasien. Di RSUD Dr. M. Zein
Painan. Pendistribusian sediaan farmasi, alkes dan BMHP dilakukan berdasarkan
pemesanan dari masing-masing depo farmasi dan unit-unit yang ada di rumah sakit,
Dengan melalui sistem amprahan yang dilakukan melalui SIM RS berdasarkan
amprahan dari tiap-tiap depo dengan memuat nama barang, tujuan ruangan, jumlah
sediaan farmasi, alkes dan BMHP. Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian pada
masing-masing depo bertanggung jawab dalam hal mengecek stok yang kurang,
kosong, dan overstock. Setelah depo menginput amprahan, pemesanan akan masuk ke
dalam sistem SIM RS yang akan diterima oleh admin gudang farmasi, kemudian
pihak gudang menyediakan barang yang tertera pada daftar permintaan dari depo
yang memesan. Jika terdapat barang yang kosong atau jenis barang berubah bentuk /
sediaannya dan atau jumlah dari barang yang tersedia sedikit dari barang yang
dipesan maka pihak gudang yang berwewenang untuk mengkonfirmasi ulang
permintaan jika ada hal yang perlu atau stok kosong.

Kemudian pihak oleh pihak gudang sediaan farmasi, alkes, dan BMHP yang
sudah di ambil dicatat pada masing-masing kartu stok yang ada digudang, kemudian
sisa stok dihitung kembali. Jika semua permintaan sudah sesuai maka surat
pengiriman akan diprint dari pihak gudang, dan pihak gudang akan mengrimkan
barang melalui loper dan membawa surat pemesanan dan pengiriman barang yang
dikeluarkan oleh admin gudang. Barang yang diantarkan ke pihak depo akan
disesuaikan kembali dengan melakukan pengecekkan bersama dengan melihat
pesanan di surat pemesanan dan surat pengiriman apakah jumlah dan jenis barang
sudah sesuai dengan yang di pesan, jika sudah maka surat pemesanan dan pengiriman
ditandatangani oleh petugas depo dan petugas gudang dan surat dibawa kembali
kegudang sebagai arsip.

21
Jika terdapat obat yang kosong di gudang farmasi, petugas depo bias
mengecek stok obat tersebut di depo lainnya yang telah terdata di SIM RS. Jika obat
tersebut terdapat di depo lainnya maka petugas depo yang ingin melakukan
pemesanan meng-amprah barang tersebut ke depo yang menyediakan obat tersebut
sebanyak yang dibutuhkan dan diterima oleh depo yang obatnya tersedia. Kemudian
obat dapat diambil oleh petugas depo yang memesan barang dan telah terinput di SIM
RS. Dapat dilihat dari skema ambar dibawah ini.

22
Apoteker/
TTK/admin
depo
Cek stock

Kosong atau Ada


tinggal sedikit

Amprahan
Pemesanan menggunakan sistem
SIM RS sesuai dengan obat yang
stock nya kurang di depo

pesanan yang masuk di terima


oleh admin di gudang farmasi
mengecek stok obat (jika ada),
kemudian mengambil dan
mempersiapkan permintaan
barang yang di pesan
Menuliskan jumlah obat yang sudah
diambil pada masing-masing kartu stock
obat yang ada digudang dan sisa stok di
Mencetak surat hitung ulang
pengiriman barang ke
ruangan sesuai dengan
obat yang dipesan

Mengirim obat
oleh loper atau
kurir farmasi

depo
Petugas Petugas
gudang

Melakukan pengecekkan jenis


dan jumlah barang yang dipesan
dan diterima secara bersamaan

barang diterima petugas depo.


petugas gudang, petugas depo
menandatangani surat pengiriman
barang serta petugas depo
menandatangani surat pemesanan

Skema Alur pemesanan Barang ke Gudang

23
Sistem Distribusi ODD/UDD
Unit Dose One Daily Dose
Rawatan Keterangan
Dispensing Dispensing
Perynatologi √ Sistem ODD dan
Obgyn √ UDD pemberian
ICU √ obat pada pasien
Bedah √
Ruang Operasi √
VIP √
Kelas 1 Terpadu √
Kelas 2 Terpadu √
Neurologi √
Anak √
Penyakit Dalam √
Kelas 3 Terpadu √
Rawat Inap Paru √
Rawat Jalan Paru
IGD √
Apotek sentral √

Sistem Distribusi Perorangan


Rawatan Peresepan Perorangan Keterangan
Perynatologi √ Peresepan perorangan
Obgyn √ dilakukan pada pasien poli
ICU √ atau rawat jalan
Bedah √
Ruang Operasi √
VIP √
Kelas 1 Terpadu √
Kelas 2 Terpadu √
Neurologi √
Anak √
Penyakit Dalam √
Kelas 3 Terpadu √
Rawat Inap Paru √
Rawat Jalan Paru √
IGD √
Apotek sentral √

24
Sistem distribusi obat yang ada di RSUD Dr. M. Zein Painan menggunakan
sistem One Daily Dose Dispensing (ODD), Unit Dose Dispensing (UDD) dan sistem
perorangan. Digunakan sistem ODD karena apoteker penanggung jawab tiap-tiap
depo bekerja dalam satu shift sehingga obat diberikan untuk satu hari kepada pasien
langsung, ruang rawatan tersebut yaitu ruang anak, ruang perynatologi, dan IGD. One
Daily Dose (ODD) merupakan pendistribusian perbekalan farmasi dimana pasien
mendapat obat yang sudah dipisah-pisah untuk pemakaian sekali pakai, tetapi obat
diserahkan untuk sehari pakai pada pasien. Sistem ini digunakan dimana peran
farmasi sampai pada penyediaan obat diruang perawatan untuk meningkatkan peran
farmasi agar proses penyampaian obat ke pasien mudah dan cepat sehingga
memberikan waktu yang lebih banyak bagi perawat untuk menjalankan fungsi
keperawatan, menghindari terjadinya obat sisa, dan memungkinkan pasien
mendapatkan obat lebih cepat. Dengan sistem ini, obat sisa yang tidak dikonsumsi
pasien akan dikembalikan ke instalasi farmasi sehingga pasien tidak mengalami
kerugian biaya. Di ruang rawatan obgyn, ICU, bedah, ruang operasi, VIP, kelas
terpadu 1,2,3, neurologi, interne, rawat inap paru, dan apotek sentral menggunakan
sistem UDD. Merupakan metode pelayanan dimana sediaan farmasi obat oral dan
injeksi pada pasien rawat inap dalam bentuk dosis tunggal dan diserahkan untuk
sekali pemakaian selama pengobatan berlangsung.

Menurut Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan


kefarmasian di rumah sakit, sistem Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan
untuk pasien rawat inap karena tingkat kesalahan pemberian obat dapat diminimalkan
sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan system floor stock atau resep individu
yang mencapai 18%. Kelebihan sistem UDD yaitu adanya pengecekan obat oleh
apoteker. Apoteker mempunyai tanggung jawab untuk memonitoring obat pasien
yang dirawat inap pada rumah sakit. Permasalahan clinical error yaitu adanya alergi,
interaksi obat dengan obat, interaksi obat dengan penyakit, lamanya terapi yang tidak
sesuai, dan ketidaksesuaian obat dapat dihindarkan atau dikoreksi dahulu. Sementara
itu untuk pasien pulang dan rawat jalan sistem distribusi yang digunakan berdasarkan

25
resep perindivual dimana obat yang disiapkan berdasarkan resep dokter. Kelemahan
dari sistem ini yaitu sering terjadinya bila obat berlebih, pasien harus tetap membayar
sesuai jumlah yang tercantum dalam resep. Pada pasien yang menggunakan kartu
BPJS obat diberikan sesuai dengan ketentuan formula rumah sakit yang mnegacu
pada formularium nasional. Obat rawat inap untuk pasien pulang hanya diberikan
selama 5 hari terkecuali pada pasien dengan kondisi khusus. Untuk rawat jalan pasien
diberikan obat minimal 1 minggu dan maksimal 1 bulan, sesuai ketentuan obat
prolamir.

26
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pendistribusian di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan melakukan system
distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP menggunakan sistem
desentralisasi. Dimana sistem distribusi ini pendistribusian dilakukan dari gudang
farmasi ke depo atau satelit terdekat dengan ruang rawatan. Sistem rawatan yang
digunakan di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan yaitu menggunakan sistem UDD,
ODD dan peresepan perorangan dimana sudah sudah mengikuti Permenkes No.72
Tahun 2016 tentang standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
4.2 Saran
Diharapkan apoteker lebih berperan aktif terhadap sistem pendistribusian
sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP di IFRS Dr. M. Zein Painan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan..2019.Petunjuk Teknis standar


pelayanan kefarmasian di Rumah sakit.Jakarta: Kementrian kesehatan RI
Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasan di Rumah Sakit. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Nita Rusdiana, Fajrin Noviyanto.2015. Alur Distribusi Obat Dan Alat Kesehatan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum.Malingping: Sekolah Tinggi Farmasi
Muhammadiyah Tangerang
Rusli. 2016. Farmasi Rumah Sakit dan Klinik. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

28
Lampiran

Lampiran 1. Surat Pemesanan Barang dari Depo – Gudang Farmasi

Lampiran 2. Surat Pengiriman Barang yang akan dikirimkan dari Gudang

29
Farmasi - Depo

Lampiran 3. Kartu Stok

Lampiran 4. Gudang Obat

30
Lampiran 5. Gudang BMHP

Lampiran 6. Gudang B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya)

31

Anda mungkin juga menyukai