DISUSUN OLEH :
NUR AINA RAHMAH 1748401110077
RAUDATUL HASANAH 1748401110030
i
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTER KERJA LAPANGAN
DI UPT INSTALASI FARMASI
KABUPATEN BANJAR
Tanggal 02 Maret –31 Maret 2020
Disetujui oleh
Mengetahui,
Ketua Program Studi D3 Farmasi
KATA PENGANTAR
ii
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana dengan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Instalasi
Farmasi Kabupaten Banjar tanggal 02 Maret sampai dengan 31 Maret 2020. Praktek Kerja
Lapangan ini bertujuan agar mahasiswa mampu menerapkan ilmu dan praktek yang
diperolehnya selama masa perkuliahan sehingga dapat menyelesaikan segala pekerjaannya
secara langsung dilapangan dan juga bermaksud untuk memenuhi kurikulum perkuliahan
sehingga mahasiswa tidak hanya mengetahui teori selama perkuliahan tetapi juga aplikasinya
di lapangan.
Tidak lupa kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dukungan dan doa selama menyelesaikan
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini. Yang diantaranya :
iii
Semoga Allah SWT. selalu meridhoi dan membalas semua bantuan yang telah diberikan
kepada penyusun. penyusun menyadari bahwa selama pelaksanaan pengantar praktik
kerja lapangan terdapat banyak kekurangan dan kekhilafan yang telah penyusun lakukan,
untuk itu penyusun memohon maaf kepada semua pihak yang terkait. Dan penyusun
menyadari pula bahwa laporan pengantar praktik kerja lapangan ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan. penyusun selalu mengharapkan saran
yang membangun agar pengantar praktik kerja lapangan ini memberikan manfaat bagi
kita semua dan ahli farmasi pada khususnya.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
iv
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................v
DAFTAR TABEL....................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................viii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Kompetensi Farmasi di Gudang Farmasi ................................................ 2
C. Tujuan Pengantar Praktek Kerja Lapangan...................................................2
D. Manfaat Pengantar Praktek Kerja Lapangan.................................................2
A. Kesimpulan..................................................................................................43
B. Saran.............................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….45
LAMPIRAN………………………………………………………………………...46
DAFTAR TABEL
v
Tabel 2.1 Metode Gabungan Analisis Kombinasi ABC dan VEN............................11
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 3.1 Struktur Organisasi UPT Instalasi Farmasi Kabupaten Banjar...........32
DAFTAR LAMPIRAN
vii
Lampiran 1. Jadwal Distribusi Obat ke Puskesmas
Lampiran 2. Kartu Stok
Lampiran 3. Laporan Stok dan Pemakaian Obat Jiwa
Lampiran 4. LPLPO
Lampiran 5. Faktur
Lampiran 6. Proses Pengepakan Obat
Lampiran 7. Ruangan Packaging dan Pengecekan Obat
Lampiran 8. Ruang Karantina Barang
Lampiran 9. Gudang Penyimpanan Obat
Lampiran 10. Ruangan Obat Program
Lampiran 11. Ruangan Obat Gigi, Narkotika dan Psikotropika
Lampiran 12. Ruangan Vaksin
Lampiran 13. Ruangan Obat ED
Lampiran 14. Rak Obat APBD
Lampiran 15. Rak Obat Buffer
Lampiran 16. Rak BAKHP
Lampiran 17. Cold Box
Lampiran 18. Proses Penerimaan Barang
Lampiran 19. Proses Distribusi Obat
Lampiran 20. Kulkas
Lampiran 21. Alat Pengontrol Suhu dan Kelembapan
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat merupakan salah satu komponen penting dan barang yang tidak
tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, obat perlu dikelola
dengan baik, efektif dan efisien. Tujuan pengelolaan obat dan perbekalan
kesehatan adalah untuk menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan
obat dengan jenis dan jumlah yang cukup, sehingga mudah diperoleh pada
tempat dan waktu yang tepat. Oleh karena itu, pengelolaan obat dan perbekalan
kesehatan di Kabupaten/Kota memegang peranan yang sangat penting dalam
menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat untuk pelayanan
kesehatan dasar (Anief, 2007).
Untuk mencapai tujuan tersebut, perencanaan yang merupakan salah satu fungsi
dari pengelolaan obat harus dilaksanakan sebaik mungkin sehingga obat yang
telah direncanakan sesuai dengan kebutuhan, tepat sasaran dantepat guna.Untuk
mendukung hal ini, perencanaan obat secara terpadu antara obat untuk
pelayanan kesehatan dasar dengan obat program merupakan langkah yang harus
dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam perencanaan dan pengadaan
obat di sektor publik.
Praktek kerja lapangan merupakan suatu kesempatan yang baik bagi mahasiswa
untuk menggali ilmu sebanyak-banyaknya tentang cara pengelolaan obat di
2
Manfaat yang diperoleh dari hasil praktek kerja lapangan ini diharapkan:
1. Mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan Instalasi Farmasi
2. Memahami tugas dari Instalasi Farmasi
3. Mahasiswa memahami tentang cara pengelolaan perbekalan farmasi di Instalasi
Farmasi
4. Mahasiswa mampu memahami bagaimana cara pencatatan dan pelaporan
mengenai persediaan dan penggunaan obat, alat kesehatan dan perbekalan
farmasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Instalansi Farmasi
1. Definisi
Menurut PP No 53 Tahun 2010, Instalasi Farmasi adalah unit pelaksanaan
Teknis dari Dinas Kesehatan yang melaksankan tugas merencankan,
menerima, menyimpan, pendistribusian dan pemeliharaan barang, persedian
obat, alat kesehatan lainya yang digunakan untuk melaksankan program
kesehatan.
1) Metode Morbiditas/Epidemiologi
Jumlah kebutuhan obat yang digunakan untuk beban kesakitan
(morbidity load), yaitu didasarkan pada penyakit yang sering
muncul dimasyarakat.
Ada beberapa tahap – tahap yang dapat dilakukan dengan cara:
a) Dilakukan dengan cara menentukan beban penyakit
(1) Melakukan penentuan beban penyakit periode lalu, dan
memerkirakan beban penyakit yang akan dihadapi pada
periode mendatang (forecasting).
(2) Melakukan stratifikasi/pengelompokan masing- masing
jenis, misalnya anak atau dewasa, penyakit ringan, sedang,
atau berat, utama atau alternatif.
(3) Menentukan prediksi jumlah kasus tiap penyakit dan
presentase (prevalensi) tiap kelompok penyakit.
b) Menentukan pedoman pengobatannya
Menentukan pengobatan tiap kelompok penyakit, meliputi
nama obat, bentuk sediaan, dosis, frekuensi, dan durasi
pengobatan. Menghitung jumlah kebutuhan tiap obat per
episode sakit untuk masing – masing kelompok penyakit.
8
2) Metode Konsumsi
Data riil konsumsi obat periode yang lalu, dengan berbagai
penyesuaian dan koreksi. Langkah-langkah yang dapat dilakukan
ialah:
a) Memastikan beberapa kondisi dapat diasumsikan pola
pengobatan periode yang lalu baik atau rasional, apakah data
stock, distribusi, penggunaan obat lengkap dan akurat, apakah
banyak terjadi kecelakaan (obat rusak, tumpah, ED) dan
kehilangan obat, apakah jenis obat yang akan digunakan sama.
b) Melakukan estimasi jumlah kunjungan total untuk periode
yang akan datang dengan menghitung kunjungan baik pasien
rawat inap maupun rawat jalan periode yang lalu untuk
melakukan estimasi periode yang akan datang dengan
mempehatikan: perubahan populasi daerah, cakupan
pelayanan, perubahan cakupan pelayanan. Pola morbilitas,
kecenderungan insidensi, penambahan fasilitas pelayanan.
c) Perhitungan .Perhitungan dilakukan dengan cara menentukan
pemakaian tiap jenis obat dan alat kesehatan dalam periode
lalu, serta koreksi hasil pemakaian tiap jenis obat dalam
periode yang lalu terhadap kecelakaan dan kehilangan,
kemudian mengevaluasi terhadap langkah sebelumnya (hasil
pemakaian tiap jenis obat dalam periode lalu terhadap
kecelakaan dan kehilangan) terhadap stock out (stock kosong,
sehingga perlu pengadaan), lalu melakukan penyesuaian
terhadap kesepakatan langkah-langkah diatas dan
memperhitungan kebutuhan periode yang akan datang untuk
tiap jenis obat.
3) Metode Kombinasi
Kombinasi metode konsumsi dan metode morbiditas disesuaikan
dengan anggaran yang tersedia.
9
b. Evaluasi Perencanaan
Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi untuk
tahun yang akan datang, biasanya akan diperoleh jumlah kebutuhan,
dan idealnya diikuti dengan evaluasi.
Cara/teknik evaluasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Sistem Pareto (ABC)
Sistem analisis ABC ini berguna dalam sistem pengelolaan obat,
yaitu dapat menimbulkan frekuensi pemesanan berdasarkan nilai
atau harga obat. Dalam sistem persediaan metode ini digunakan
untuk menganalisis tingkat konsumsi dan nilai total konsumsi
semua item. Analisis ABC merupakan metode pengadaan yang
didasarkan atas nilai ekonomis barang dimana barang-barang
persediaan dikategorikan dalam golongan A, B, dan C. Golongan A
jika obat tersebut mempunyai nilai kurang lebih 80 % sedangkan
jumlah obat tidak lebih dari 20 %, golongan B jika obat tersebut
mempunyai nilai sekitar 15 % dengan jumlah obat sekitar 10 % -
80 %, dan golongan C jika obat mempunyai nilai 5 % dengan
jumlah obat sekitar 80%-100%.
A B C
V VA VB VC
E EA EB EC
N NA NB NC
Mekanismenya adalah:
Obat yang masuk kategori NC menjadi prioritas utama untuk
dikurangi atau dihilangkan dari rencana kebutuhan, bila dana masih
kurang, maka obat kategori NB menjadi prioritas selanjutnya dan
obat yang masuk kategori NA menjadi prioritas berikutnya. Jika
setelah dilakukan dengan pendekatanini dana yang tersedia masih
juga kurang lakukan langkah selanjutnya. Pendekatan yang sama
dengan pada saat pengurangan obat pada kriteria NC, NB, NA
dimulai dengan pengurangan obat kategori
EC, EB, dan EA.
2. Pengadaan
Pengadaan Merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan dapat dilakukan,
melalui :
a) Pembelian :
1) Tender Terbuka (Open Tender)
Merupakan suatu prosedur formal pengadaan obat yang
dilakukan dengan cara mengundang berbagai pabrik baik
nasional maupun internasional. Metode ini di lakukan dalam
jangka waktu tertentu, karena proses tender memerlukan
waktu yang lama dan harga lebih mahal. Metode ini biasanya
digunakan oleh pemerintah.
2) Tender Terbatas (Restricted Tender)
Metode ini pada umumnya digunakan pada lingkungan PBF
yang terbatas, tidak diumumkan di koran, biasanya
berdasarkan kenalan, nominalnya tidak banyak.
3) Sistem Kontrak (Competitif Negotiation)
Pembeli membuat persetujuan dengan pihak suplier untuk
mendapatkan harga khusus atau persetujuan pelayanan dan
pembeli dapat membayar dengan harga termurah.Metode
kontrak jauh lebih menguntungkan, karena pihak rumah sakit
dapat melakukan negosiasi langsung dengan pihak suplier
mengenai harga.
4) Metode Langsung
Metode ini merupakan cara yang paling mudah dan
sederhana, namun cenderung lebih mahal karena jarang
memperoleh diskon. Metode langsung ialah pihak Puskesmas
melakukan pengadaan perbekalan farmasi secara langsung
(bila barang hampir habis) kepada PBF.
13
c) Sumbangan/droping/hibah
Seluruh kegiatan penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai dengan cara sumbangan/ dropping/
hibah harus disertai dokumen administrasi yanglengkap dan jelas.
Agar penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dapat membantu pelayanan kesehatan, maka
jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai harus sesuai dengan kebutuhan pasien di Rumah Sakit.
Instalasi Farmasi dapat memberikan rekomendasi kepada
pimpinan instalasi farmasi untuk mengembalikan / menolak
sumbangan / dropping / hibah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak bermanfaat bagi
kepentingan pasien Rumah Sakit.
e) Penerimaan
Penerimaan Merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian
jenis, spesifikasi, jumlah, mutut, waktu penyerahan dan harga
14
f) Penyimpanan
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan
dengan persyaratan kefarmasian.Persyaratan kefarmasian yang
dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi,
cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Komponen yang harus diperhatikan antara lain:
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat
diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama
kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus.
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali
untuk kebutuhan klinis yang penting.
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan
pasien dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang
jelasdan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk
mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati; dan
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat
diidentifikasi.
a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan
diberi tanda khusus bahan berbahaya
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi
penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas
medis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung
gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis di
ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.
Sistem penyimpanan berdasarkan:
1. Alphabetis
2. Farmakologis
3. Bentuk sediaan obat
4. First in first out (FIFO), dan
5. First expired first out (FEFO).
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip Look
AlikeSound Alike (LASA) tidak ditempatkan berdekatan dan harus
diberipenandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan
pengambilan Obat.
Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat
emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan.Tempat penyimpanan harus
mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.
DPT 2 oC – 8 oC
TT
DT
DPT/HB
Hepatitis B 2 oC – 8 oC
Rubella
Vaksin yang berasal dari virus hidup (polio, campak) pada pedoman
sebelumnya harus disimpan pada suhu dibawah 0oC. Dalam
perkembangan selanjut, hanya vaksin Polio yang masih memerlukan
suhu dibawah 0oC di provinsi dan kabupaten/kota, sedangkan vaksin
campak lebih baik disimpan di refrigerator pada suhu 2 – 8oC. Adapun
vaksin lainnya harus disimpan pada suhu 2 – 8 oC. Vaksin Hepatitis B,
DPT, TT dan DT tidak boleh terpapar pada suhu beku karena vaksin
akan rusak akibat meningkatnya konsentrasi zat pengawet yang
merusak antigen. Di Puskesmas yang mempunyai freezer pembuat cold
18
5. Pendistribusian
Distribusi Merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
mennyalurkan/ menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/ pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis,
jumlah, dan ketetapan waktu.
6. Pengendalian
Pengendalian persedian adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan
program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/ kekosongan obat di unit-unit pelayanan.
7. Pemusnahan
Pemusnahan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan
farmasi yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak
memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan
perbekalan farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
Fungsi:
1) Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi perbekalan farmasi
(penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak, atau kadaluwarsa),
23
b. Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan
kesehatan yang disajikan kepadapihak yang berkepentingan.
25
Tujuan:
1) Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi,
2) Tersedianya informasi yang akurat,
3) Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan
laporan.
4) Mendapat data yang lengkap untuk membuat perencanaan
(Depkes RI, 2008).
2. Tenaga Kerja
a. Penggunaan tenaga kerja seefektif mungkin.
b. Mengurangi risiko kecelakaan.
c. Memungkinkan pengawasan yang baik
3. Barang
a. Menghindari kerusakan barang ataupun yang mempengaruhi
kualitasnya.
b. Menghindari terjadinya kehilangan barang.
c. Mengatur letak agar hemat tempat atau ruang.
d. Pengaturan aliran keluar-masuknya barang (Priyambodo, 2007).
26
BAB III
TINJAUAN UMUM INSTALASI FARMASI KABUPATEN BANJAR
2. Profil Umum
a. Nama Institusi : UPT. Instalasi Farmasi Kabupaten Banjar
b. Status Organisasi : UPT. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar
b. Misi
Menjaga mutu obat terjamin, memenuhi kreteria khasiat dan keamanan
obat.
2) Obat yang tersedia sesuai kebutuhan nyata baik dalam jumlah dan jenis
secara kontinyu.
3) Meningkatkan profesionalisme dalam penyimpanan obat dan distribusi
obat dan alat kesehatan.
4) Meningkatkan pencatatan dan pelaporan obat dan Alat Kesehatan.
5. Distribusi
Distribusi adalah suatu kegiatan penyaluran obat atau perbelkes ke unit
pelayanan kesehatan.Tujuan pendistribusian adalah menjamin ketersediaan
obat atau perbelkes sehingga diterima tepat waktu dan tepat sasaran.Distribusi
terbagi menjadi dua yaitu distribusi terjadwal dan tidak terjadwal.Distribusi
terjadwal adalah distribusi yang dilakukan setiap satu bulan sekali sesuai
jadwal yang sudah ditentukan dan menggunakan LPLPO dari pihak terkait
sedangkan distribusi tidak terjadwal adalah permintaan obat atau perbelkes
diluar jadwal distribusi yang sudah ditentukan berkaitan dengan keperluan
yang mendadak.
D. Manajemen SDM
UPT Instalasi Farmasi kabupaten Banjar memiliki sumber daya manusia secara
keseluruhan sebanyak 18 orang yaitu 1 orang apoteker sebagai kepala UPT; 1
orang sebagai Ka. Subbag TU; 5 orang sebagai Sub bagian tata usaha yang
diantaranya yaitu bendahara operasional, kepegawaian, umum & perlengkapan,
kebersihan dan keamanan; 5 orang kelompok jabatan fungsional yang diantaranya
yaitu perencanaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan & pelaporan dan
monitoring & evaluasi; serta
6 tenaga honor dalam membantu kegiatan di UPT Instalasi Farmasi kabupaten
Banjar.
1. Kepala UPT Instalasi farmasi
Tugasnya: mengikuti dan memenuhi petunjuk-petunjuk kepala dinas kesehatan
kabupaten banjar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan semua unsur
dilingkungan gudang farmasi dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi
pelaksanaan tugas bawahannya.
2. Sub bagian tata usaha
Tugasnya: melaksanakan urusan tata usaha, keuangan dan kepegawaian.
3. Kelompok jabatan fungsional tugasnya:
BAB IV
PEMBAHASAN
Perencanaan tersebut untuk satu tahun sekali biasa dibuat 18 bulan alasannya 6
bulan dilebihkan digunakan untuk waktu tunggu dan sebagai buffer stock ini untuk
mengantisipasi kekosongan. Sebelum menjadi perencanaan terpadu tingkat
kabupaten tersebut dibentuk tim perencanaan terpadu tingkat kabupaten yang
ditunjuk oleh kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar secara langsung. Namun
terkadang bisa saja ditambahkan obat-obat program jika dirasa perlu.
33
2. Pengadaan
Setelah hasil perencanaan tingkat Kabupaten didapatkan, diserahkan perencenaan
pada tim pengadaan tingkat Kabupaten Banjar untuk dilakukan proses pengadaan.
Proses pengadaan di UPT. Instalasi Farmasi Kabupaten Banjar menggunakan dua
metode, yaitu lewat e-catalog dan pengadaan system tender .Untuk obat yang
terdaftar di e-catalog menggunakan sistem e-catalog, sedangkan obat yangtidak
tercantum di e-catalog dan obat PKD menggunakan tender. Untuk kelebihan sistem
e-catalog sendiri yaitu mudah, aman, dan transparan. Selain itu pengadaannya juga
berdasarkan hibah dari Provinsi atau pusat yaitu untuk obat-obat program seperti
vaksin,obat TB, obat tablet tambah darah dan obat gizi.
Pengadaan dibuat 18 bulan alasannya 6 bulan setelah 1 tahun digunakan untuk
waktu tunggu dan sebagai buffer stock ini untuk mengantisipasi kekosongan barang
karena pengadaannya hanya dilakukan 1 tahun sekali.
3. Penerimaan
Setelah dilakukan tahap pengadaan maka tahap selanjutnya adalah tahap
penerimaan. Penerimaan dilakukan oleh tim penerimaan barang di UPT. Instalasi
Farmasi Kab.Banjar yaitu tenaga teknis kefarmasiaan (TTK).Alasannya karena TTK
memiliki wewenang dan tanggung jawab terhadap obat yang telah diterima dari
distributor.
Sebelum dilakukan pengecekan barang maka TTK akan mengecek antara faktur
barang yang datang dengan surat pesanan e-Purchasing. Apabila sudah sesuai maka
dilakukan pengecekan
4. Penyimpanan
Penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan di UPT. Instalasi FarmasiKabupaten
Banjar dilakukan berdasarkan:
1. Bentuk Sediaan
Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan meliputi tablet, salep, sirup,
ampul,vial dan seterusnya. Namun ada juga penyimpanan yang
dipisahkandiruangan khusus seperti infus, obat gigi, narkotik, dan psikotropik.
35
2. Tahun anggaran
Penyimpanan di UPT. Instalasi Farmasi Kabupaten Banjar salah satunya
berdasarkan tahun anggaran, tujuannya untuk membedakan nilai aset dan
memudahkan dalam monitoring .Misalnya APBD 2016, 2017 dan disimpan
terpisah.
4. Suhu Penyimpanan
Penyimpanan sediaan dan perbekalan kesehatan di UPT. Instalasi Farmasi
Kabupaten Banjar ada 3 suhu penyimpanan yang dipakai yaitu pada suhu 27°C
sampai 29 °C untuk obat tablet, syrup,infuse dan sebagainya, sedangkan untuk
obat yang memerlukan penyimpanan khusus seperti vaksin disimpan pada suhu
2-8°C yang diletakan pada cold chain namun untuk vaksin polio disimpan pada
suhu -20°C hal ini karena untuk menjaga mutu vaksin. Sedangkan untuk obat
injeksi dan suppositoria pada suhu 8°C -15°C diletakkan dalam lemari
pendingin.
6. Alfabetis
Penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan di UPT.Instalasi Farmasi
Kabupaten Banjar juga berdasarkan alfabetis atau seuai abjad secara berurutan.
7. Suhu Penyimpanan
Penyimpanan sediaan dan perbekalan kesehatan di UPT. Instalasi Farmasi
Kabupaten Banjar ada 3 suhu penyimpanan yang dipakai yaitu pada suhu 27°C
sampai 29 °C untuk obat tablet, syrup,infuse dan sebagainya, sedangkan untuk
obat yang memerlukan penyimpanan khusus seperti vaksin disimpan pada suhu
2-8°C yang diletakan pada cold chain namun untuk vaksin polio disimpan pada
suhu -20°C hal ini karena untuk menjaga mutu vaksin. Sedangkan untuk obat
injeksi dan suppositoria pada suhu 8°C -15°C diletakkan dalam lemari
pendingin.
9. Alfabetis
Penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan di UPT.Instalasi Farmasi
Kabupaten Banjar juga berdasarkan alfabetis atau seuai abjad secara berurutan.
Dari beberapa macam penyimpanan yang lebih sering digunakan adalah
berdasarkan FIFO & FEFO,jenis dan bentuk sediaan,suhu penyimpanan serta
tahun anggaran dan jenis obat untuk obat gigi, psikotropika dan narkotik.Dari
37
Selain itu untuk ruang penyimpanan di UPT. Instalasi Farmasi Kabupaten Banjar
sudah memenuhi syarat seperti bebas banjir dan hewan pengerat, aman,
penerangan yang cukup dan memadai,ruangan yang cukup luas, bersih dan
setiap ujung dinding bersudut tumpul. Akan tetapi ada beberapa syarat yang
masih kurang memenuhi syarat yaitu lantainya masih dari keramik dan bercelah
serta terkadang suhu dan kelembabapan melebihi syarat yang ditentukan.
5. Distribusi
Untuk Distribusi di UPT. Instalasi Farmasi Kabupaten Banjar terbagi menjadi dua
yaitu terjadwal dan tidak terjadwal. Distribusi terjadwal yaitu distribusi yang
dilakukan setiap satu bulan sekali sesuai jadwal yang sudah ditentukan selama 1
tahundanmenggunakan LPLPO dari pihak terkait sedangkan distribusi tidak
terjadwal yaitu permintaan obat atau perbekalan kesehatan diluar jadwal distribusi
yang sudah ditentukan berkaitan dengan keperluan yang mendesak seperti bon obat,
permintaan dari rumah sakit atau dinas kesehatan.
b. Pengecekkan LPLPO
Sebelum obat dan perbekalan kesehatan disiapkan ada beberapa hal yang
harus dicek terlebih dahulu, meliputi nama puskesmas, bulan permintaan,
jumlah permintaan, stok optimum, stok sisa, jumlah obat yang ada dan
Expired date di UPT. Instalasi Farmasi KabupatenBanjar.
38
c. Kolom Pemberian
Setelah dicek LPLPO maka dibuatkan kolom pemberian obat yang berisi
daftar nama obat dan jumlah yang diminta oleh pihak puskesmas tertentu
sesuai dengan stok persediaan yang ada di gudang dan juga berdasarkan
stok optimum tiap obat dari masing-masing puskesmas.
d. Penyiapan
Tahap selanjutnya adalah penyiapan obat dan perbekalan kesehatan yang
dilakukan di ruangan ritel.Hal ini dilakukan setelah pemberiaan dari LPLPO
masing-masing puskesmas di isi.Obat disiapkan sesuai permintaan dan
pemberian dari LPLPO yang ada lalu di susun agar mudah dalam
melakukan pengecekan ulang.
e. Pengecekkan
Setelah obat dan perbekalan kesehatan telah selesai disiapkan maka
dilakukkan pengecekkan ulang oleh TTK yang berbeda di instalasi farmasi.
Selain itu juga dari pihak masing-masing puskesmas akan datang untuk
mengcek. Hal ini bertujuan agar adanya kontrol dan meminimalisir
kesalahan dalam pengambilan jumlah atau item obat yang telah di siapkan
tadi.Akan tetapi ada beberapa puskesmas yang tidak dapat dating untuk
pengecekan dikarenakan jarak yang jauh.
g. Pengiriman
Tahap ahir dari alur pendistribusian di UPT Instalasi Farmasi Kabupaten
Banjar adalah pengiriman ke puskesmas terkait dengan membawa LPLPO,
Berita Acara Serah Terima Barang dan SPPD.Pendistribusiaan obat ke
puskesmas dengan menggunakan mobil distribusi UPT Instalasi
Farmasi.Biasanya dalam 1 hari melakukan pendistribusian ke 2
puskesmas.Pendistribuasin dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah di
susun selama 1 tahun.
8. Pemusnahan Obat
merupakan kegiatan penyelesaian terhadap obat-obatan yang tidak terpakai
karena kadaluarsa, rusak, ataupun mutunya sudah tidak memenuhi standar.
Tujuan dilakukan pemusnahan ini ialah untuk melindungi masyarakat dari
bahaya.
9. Pemusnahan Obat
merupakan kegiatan penyelesaian terhadap obat-obatan yang tidak terpakai
karena kadaluarsa, rusak, ataupun mutunya sudah tidak memenuhi standar.
Tujuan dilakukan pemusnahan ini ialah untuk melindungi masyarakat dari
bahaya.
B. Manajemen SDM
SDM di UPT. Instalasi Farmasi Kabupaten Banjar terdiri dari 18 orang yaitu 1
orang apoteker sebagai kepala UPT; 1 orang sebagai Ka.Subbag TU; 5 orang
sebagai Sub bagian tata usaha yang diantaranya yaitu bendahara operasional,
kepegawaian, umum & perlengkapan, kebersihan dan keamanan; 5 orang
kelompok jabatan fungsional yang diantaranya yaitu perencanaan, penyimpanan,
pendistribusian, pencatatan & pelaporan dan monitoring & evaluasi; serta 6
tenaga honor dalam membantu kegiatan di UPT. Instalasi Farmasi Kabupaten
Banjar. Masing-masing SDM memiliki tugasnya masing-masing, tetapi dalam
pelaksanaan di lapangan seluruhnya saling membantu satu sama lain.
Dalam pelaksanaan pengelolaan di UPT.Instalasi Farmasi Kabupaten Banjar
selalu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang berkualitas di UPT.Instalasi
Farmasi Kabupaten Banjar disamping pendidikan formal, petugas gudang
farmasi juga diikutkan pelatihan-pelatihan, khususnya masalah kefarmasian baik
yang diadakan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar atau Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah kami melakukan kegiatan praktek kerja lapnagn dari tanggal 02 maret sampai
dengan 31 Maret 2020 di UPT. Instalasi Farmasi Kabupaten Banjar, dapat
disimpulkan:
1. SDM di UPT. Instalasi Farmasi Kabupaten Banjar terdiri dari 18 yaitu 1 orang
apoteker sebagai kepala UPT; 1 orang sebagai Ka. Subbag TU; 5 orang sebagai
Sub bagian tata usaha yang diantaranya yaitu bendahara operasional,
kepegawaian, umum & perlengkapan, kebersihan dan keamanan; 5 orang
kelompok jabatan fungsional yang diantaranya yaitu perencanaan, penyimpanan,
pendistribusian, pencatatan & pelaporan dan monitoring & evaluasi; serta 6
tenaga honor dalam membantu kegiatan di UPT. Instalasi Farmasi Kabupaten
Banjar.
2. Manajemen perbekalan farmasi di UPT. Instalasi Farmasi Kabupaten
Banjar
a. Perencanaan
Perencanaan dilakukan dengan lebih menekankan pada metode konsumsi.
b. Pengadaan
Pengadaan dilakukan dengan metode e-catalog , tender dan hibahprovinsi.
c. Penerimaan
Penerimaan dilakukan oleh tim penerimaan barang dan dilakukan
pemeriksaan barang, tujuan, keadaan fisik barang, jumlah barang, jenis
barang, dan expired date yang disesuaikan dengan faktur
d. Penyimpanan
Penyimpanan obat berdasarkan pada tahun anggaran, bentuk dan jenis
sediaan, FEFO, FIFO, suhu penyimpanan, alfabetes, psikotropika dan
narkotik.
e. Distribusi
Alur distribusi sebagai berikut:
44
1) Penyerahan LPLPO
2) Pengecekkan LPLPO
3) Kolom Pemberian
4) Disiapkan
5) Pengecekkan oleh pihak UPT. Instalasi Farmasi Kabupaten Banjar
6) Pengecekkan oleh pihak puskesmas terkait
7) Pengemasan dan Penandaan
8) Pengiriman
f. Pencatatan dan Pelaporan
Macam-macam pencatatan yaitu ada LPLPO, kartu stok, buku penerimaan
barang, buku pengeluaran, SBBK, buku BON, buku ED. Dan pelaporan ada
laporan bulanan dan laporan tahunan.
g. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan setiap ahir tahun meliputi dari sarana
prasarana, SDM, SOP, dan manajemen perbekalan farmasi kemudian dibuat
dalam bentuk laporan tahunan.
h. Pemusnahan
Pemusnahan dilakukan dengan cara menggunakan alat incinerator pada akhir
tahun. Obat dan perbekalan farmasi yang ED harus dibawah 5% dari
pengadaan setelah dikonversi ke rupiah.
B. Saran
1. Menjaga kebersihan ruangan agar obat dan alat kesehatan tetap bersih, terhindar dari
kotoran terutama debu.
2. Lebih merapikan karrdus-kardus bekas atau kardus yang tidak digunakan lagi.
45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 4. LPLPO
Lampiran 5. Faktur
LEMBAR KONSULTASI
PENGANTAR PRAKTEK KERJA LAPANGAN
NAMA MAHASISWA : 1. Nur aina rahmah (1748401110077)
2. Raudatul hasanah (1748401110030)
Pencatatan&Pelapora
4. Kamis, 23 april n,
2020 Monitoring Evaluasi
dan Pemusnahan