Disusun Oleh:
1. Fajar Bintang Illahi, S. Farm 1902052
2. Desy Handayani, S. Farm 1902046
3. Nursinta Al Basit, S. Farm 1902066
4. Nurul Fikriyah, S. Farm 1902067
ANGKATAN III
PROGRAN STUDI PROFESI APOTEKER
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
OKTOBER - NOVEMBER 2020
KATA PENGANTAR
i
6. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, dukungan
dan do’a yang tiada hentinya selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi
Apoteker ini.
Semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda atas kebaikan yang
telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian
tugas studi kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan
selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan...............................................................................................1
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah cara pembuatan obat
yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai
dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. CPOB ini merupakan pedoman
2
yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai
persyaratan dan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek
produksi dan pengendalian mutu. Pada pembuatan obat, pengendalian
menyeluruh adalah sangat esensial untuk menjamin bahwa konsumen
menerima obat yang bermutu tinggi. Mutu obat tergantung pada bahan awal,
bahan pengemas, proses produksi dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan
yang dipakai dan personil yang terlibat.
Bentuk sediaan untuk produk ini dibuat dengan melarutkan obat dalam
pelarut dan selanjutnya diproses menjadi formulasi cair atau kapsul gelatin lunak
berisi cairan dimana obat dilarutkan dengan baik. Untuk mengatasi kerugian yang
terkait dengan kapsul gelatin lunak seperti kapasitas muat obat, variabilitas obat
dan kebutuhan pendinginan, telah dikembangkan kapsul gelatin keras dan
formulasi tablet. Meskipun lopinavir dan ritonavir adalah larut rendah dan
permeabel, pengurangan ukuran partikel atau bentuk kristal tidak akan berdampak
signifikan pada pelarutan atau ketersediaan hayati bentuk sediaan tablet. Bentuk
3
sediaan tablet yang tersedia saat ini diformulasikan menggunakan teknologi
ekstrusi lelehan panas (Meltrex), yang membantu meningkatkan ketersediaan
hayati dengan mendispersi bahan aktif di tingkat molekuler. Selain itu, teknologi
ini menguntungkan dibandingkan teknologi konvensional dengan menangguhkan
partikel obat untuk memisahkan diri dalam lelehan polimer karena pencampuran
dan pengadukan yang intens dan juga dengan memungkinkan pengisian obat yang
tinggi (Hedegaard, 2009).
BAB III
TUGAS STUDI KASUS
Industri anda akan membuat suatu produk Tablet kombinasi obat anti virus
Lopnavir dan Ritonavir (Copy Product). Jelaskan langkah2 yang harus dilakukan
sampai Produk mendapatkan ijin edarnya. Uraikan secara detail peran dan
implementasi yg dilakukan oleh bagian : R&D, Registrasi, PPIC, Produksi, QC
dan QA untuk tercapainya ijin edar produk tersebut!
(1) Lopinavir/Ritonavir
a. Indikasi
1. Sebagai Obat terdaftar: Terapi lini kedua HIV/ AIDS dalam
kombinasi dengan antivirus lain
2. Sebagai Obat Uji: Terapi COVID-19.
(BPOM, 2020).
b. Kontraindikasi
1. Hipersensitivitas terhadap lopinavir, ritonavir, maupun komponen
obat.
4
2. Tidak boleh diberikan bersama dengan antagonis adrenoreseptor α-1
(alfuzosin HCl), antiangina (ranolazin), antiaritmia (dronadron),
antibiotik (asam fusidat), antigout (kolkisin pada pasien dengan
kerusakan hati/ginjal), antihistamin (astemizol, terfenadin),
antipsikotik (blonanserin, lurasidon, pimozid), benzodiazepin
(midazolam, triazolam), derivat ergot (ergotamin, dihidroergotamin,
ergonovin, metilergonovin), motilitas saluran cerna (cisaprid),
produk herbal (St. John’s Wort/ Hypericum perforatum), agonis
adrenoseptor β kerja lama (salmeterol), neuroleptik (pimozide),
penghambat enzim PDE5 (sildenafil bila digunakan pada pengobatan
pulmonary arterial hypertension (PAH)).
3. Pasien dengan gangguan hati berat (BPOM, 2020).
c. Mekanisme Kerja
5
- Anak: berdasarkan dosis dewasa, tidak boleh lebih dari 10 hari.
e. Peringatan
6
5. Hati-hati pemberian pada pasien dengan gangguan struktur jantung
dan pasien yang menggunakan obat yang dapat memperpanjang
interval PR, seperti verapamil dan atazanavir (BPOM, 2020).
f. Efek Samping
7
pengemulsi; surfaktan nonionik; agen pelarut; zat pengikat; zat pembasah.
(Rowe dkk, 2009).
(4) Colloidal silicon dioxide
Nama lain dari colloidal silicon dioxide adalah silika. Silika merupakan
serbuk amorf, tidak berbau, putih kebiruan dengan kelarutan praktis tidak
larut dalam air. Penyimpanan pada wadah tertutup rapat, digunakan
sebagai bahan abrasif. Silika dapat digunakan sebagai emulsion stabilizer
pada konsentrasi 1- 5%, glidan pada konsentrasi 0,1-1%, suspending agent
dan thickening agent pada konsentrasi 2-10%. Kegunaan lain dari silika
ialah sebagai adsorben, anticaking agent, thermal stabilizer dan penambah
viskositas (Rowe dkk, 2009).
(5) Sodium stearyl fumarate
Nama lain dari Sodium stearyl fumarate adalah Fumaric acid, octadecyl
ester, sodium salt, natrii stearylis fumaras, sodium monostearyl fumarate.
Sodium stearyl fumarate merupakan bubuk putih halus dengan aglomerat
partikel datar berbentuk lingkaran. Sodium stearyl fumarate praktis tidak
larut dalam aseton, kloform dan etanol, agak mudah larut dalam metanol
dan sangat mudah larut dalam air pada pemanasan 90⁰C. Penyimpanan
pada wadah tertutup rapat, digunakan sebagai bahan bahan lubrikan pada
tablet dan kapsul (Rowe dkk, 2009).
(6) Hypromellose
Nama lain dari hypromellose adalah hidroxypropil metilselulosa atau
dikenal HPMC. Hypromellose tidak berbau dan tidak berasa, putih atau
putih krem bubuk berserat atau butiran. Hypromellosa berfungsi sebagai
Bahan bioadhesif, agen pelapis; agen pelepas terkontrol, agen pendispersi,
penambah pembubaran, agen pengemulsi, agen rilis diperpanjang, agen
pembentuk film, bantuan granulasi, agen pelepasan yang dimodifikasi,
mukoadhesif (Rowe dkk, 2009).
(7) Polyethylen glycol 400
8
polietilen glikol sebagai suatu polimer adisi etilen oksida dan air.
Polietilen glikol nilai 200–600 adalah cairan; kelas 1000 ke atas adalah
padatan disuhu lingkungan. Nilai cair (PEG 200-600) tampak jernih, tidak
berwarna atau sedikit cairan kental berwarna kuning. Mereka memiliki
sedikit tetapi karakteristik bau dan rasa pahit, agak terbakar. PEG 600
dapat terjadi sebagai padat pada suhu kamar. Polyethylene glycol 400
dapat berfungsi sebagai Dasar salep, pelarut, dasar supositoria, tablet dan
pelumas kapsul (Rowe dkk, 2009).
(8) Polysorbat 80
Polysorbat 80 dapat berfungsi sebagai agen dispersi, agen pengemulsi,
surfaktan nonionik, zat pelarut, agen penangguhan, agen pembasahan.
Polysorbat 80 dapat larut dalam ethanol dan air, tetapi tidak larut dalam
minyak. Polysorbatb 80 memiliki karakteristik cairan yang berminyak
kuning (Rowe dkk, 2009).
(9) Titanium dioxide
Titanium dioxide memiliki karakteristik Bubuk nonhigroskopis berwarna
putih, amorf, tidak berbau, dan tidak berasa. Titanium dioksida dapat
terjadi pada beberapa kristal yang berbeda bentuk: rutile; anatase; dan
brookite. Dari jumlah tersebut, rutile dan anatase adalah satu-satunya
bentuk kepentingan komersial. Rutile lebih dari itu bentuk kristal stabil
secara termodinamika, tetapi anatase adalah bentuknya paling umum
digunakan dalam aplikasi farmasi. Fungsinya sendiri sebagai agen pelapis;
opacifier; pigmen (Rowe dkk, 2009).
(10) Ferric oxide yellow
Nama lain ferric oxide yellow ialah oksida besi. Ferric oxide yellow dapat
didefinisikan sebagai senyawa anorganik yang terdiri dari apa saja salah
satu atau kombinasi oksida besi yang dibuat secara sintetis, termasuk
bentuk terhidrasi. Ferric oxide yellow berfungsi sebagai pewarna (Rowe
dkk, 2009).
(11) Purified water
9
Purified water berfungsi sebagai solvent dalam pembuatan suatu sediaan
farmasi (Rowe dkk, 2009).
3.2.2 Kajian Formulasi
Percobaan dimulai dari skala laboratorium (besar bets minimal 300 tablet)
yang diiukuti uji stabilitas dipercepat untuk formula terpilih. Jika hasil baik,
dilanjutkan dengan trial skala pilot (besar bets minimal 1/10 dari skala produksi),
diikuti validasi proses dan uji stabilitas dipercepat serta long term. Data dua bets
skala pilot sudah boleh digunakan untuk proses registrasi ke Badan POM. Setelah
nomor ijin keluar, segera dilakukan pembuatan skala produksi yang diikuti
dengan uji stabilitas dipercepat dan long term.
10
No Bahan Jumlah/300 Tablet (mg)
1 Lopinavir 60.000
2 Ritonavir 15.000
3 Copovidone 256.140
4 Sorbitan monolaurate 25.170
5 Colloidal silicon dioxide 3.000
6 Sodium stearyl fumarate 3.690
7 Hypromellose 4.500
8 Polyethylene glycol 400 630
9 Polysorbate 80 90
10 Titanium dioxide 2.190
11 Ferric oxide yellow 90
12 Purified wate qs
11
No Bahan Jumlah/1.000.000 tab (kg)
1 Lopinavir 200
2 Ritonavir 50
3 Copovidone 853,8
4 Sorbitan monolaurate 83,9
5 Colloidal silicon dioxide 10
6 Sodium stearyl fumarate 12,3
7 Hypromellose 15
8 Polyethylene glycol 400 2,1
9 Polysorbate 80 0,3
10 Titanium dioxide 7,3
11 Ferric oxide yellow 0,3
12 Purified wate qs
1. Lopinavir/ Ritonavir
Berfungsi sebagai zat aktif yang memiliki aktivitas antiretroviral dengan
dosis 1 tablet 400mg/100mg atau 2 tablet 200mg/50mg 2 kali sehari atau
800mg/200mg 1 kali sehari.
2. Copovidone
Berfungsi sebagai pengikat tablet pada konsesntrasi 2-5%.
3. Sorbitan monolaurate
Berfungsi sebagai pengikat tablet.
4. Colloidal silicon dioxide
Berfungsi sebagai glidan pada konsesntrasi 0,1-1%.
5. Sodium stearyl fumarate
Berfungsi sebagai lubrikan tablet pada konsesntrasi 0,5-2%.
6. Hypromellose
Berfungsi sebagai salut film tablet pada konsesntrasi 2-20%.
7. Polyethylene glycol 400
Berfungsi sebagai salut film pada tablet.
8. Polysorbate 80
Berfungsi sebagai surfaktan pada salut film tablet.
9. Titanium dioxide
Berfungsi sebagai salut film pada tablet.
10. Ferric oxide yellow
12
Berfungsi sebagai pewarna pada salut film tablet.
11. Purified water
Berfungsi sebagai pelarut pada salut film tablet.
3.2.2 Prosedur Pembuatan (skala lab, skala pilot dan skala produksi)
8. Siapkan larutan penyalut film dan tablet bersalut untuk mendapatkan tablet
salut selaput.
Parameter kritis
13
Proses ekstrusi lelehan melibatkan persiapan ekstrudat dan
dilakukan dalam peralatan ekstrusi lelehan panas. Berbagai parameter
ekstruder lelehan panas adalah laju umpan, kecepatan sekrup, suhu zona,
suhu mati, suhu leleh, suhu chiller, dan kecepatan gulungan dingin untuk
mencapai produk akhir dalam bentuk dispersi padat dengan semua bentuk
sediaan dan stabilitas yang diinginkan. karakteristik. Kondisi pemrosesan
yang terlibat dalam pembuatan ekstrudat, membantu dalam distribusi
seragam obat di seluruh campuran dan juga meningkatkan ketersediaan
hayati.
14
Kiriman bahan awal harus dikarantina sampai disetujui dan diluluskan
untuk dipakai oleh Kepala Bagian Pengawasan Mutu.
15
pelaksanaan produksi yang rutin. Untuk perubahan yang signifikan juga
perlu divalidasi. Menurut CPOB, perlu dilakukan re-validasi secara
periodik untuk memastikan bahwa proses dan prosedur tetap (protap).
(3) Pencegahan Pencemaran silang
Risiko pencemaran pasti bisa terjadi dan bisa didapat dari
pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain
dimana pencemaran ini harus dihindarkan. Pencemaran silang ini
diperoleh akibat tidak terkendalinya debu, gas, uap, percikan atau
organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa-sisa
bahan yang tertinggal pada alat serta dari pakaian kerja operator.
Pencemaran yang berbahaya adalah bahan yang dapat menimbulkan
sensitivitas kuat, preparat biologis yang mengandung mikroba hidup,
hormon tertentu, bahan sitotoksik dan bahan berpotensi tinggi.
(4) Sistem Penomoran Bets/Lot
Sistem penomoran bertujuan untuk memastikan bahwa tiap
bets/lot produk antara, produk ruahan atau produk jadi dapat
diidentifikasi. Sistem penomoran selanjutnya harus saling berkaitan.
Sistem penomoran harus menjamin bahwa nomor tidak digunakan secara
berulang. Alokasi nomor bets/lot segera dicatat dalam suatu buku log.
Catatan tersebut mencakup pemberian nomor, identitas produk dan
ukuran bets/lot yang bersangkutan.
(5) Penimbangan/Penyerahan
Metode penanganan, penimbangan, perhitungan dan penyerahan
bahan dan produk tercakup dalam prosedur tertulis. Semua pengeluaran
bahan dan produk didokumentasikan. Bahan awal, bahan pengemas,
produk antara dan produk ruahan yang boleh diserahkan apabila telah
diluluskan oleh Pengawasan Mutu. Untuk menghindarkan terjadinya
kecampurbauran, pencemaran silang, hilangnya identitas, maka bahan
dan produk yang terkait dari satu bets/lot saja yang boleh ditempatkan
dalam area penyerahan.
16
Sebelum penimbangan dan penyerahan, tiap wadah bahan awal
diperiksa kebenaran dari penandaannya, termasuk label pelulusan dari
Pengawasan Mutu. Setelah penimbangan, penyerahan dan penandaan,
bahan dan produk produk tersebut diangkut dan disimpan dengan benar
sehingga terjamin keutuhannya sampai pengolahan berikutnya.
(6) Pengembalian
Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk
ruahan yang dikembalikan ke tempat penyimpanan harus
didokumentasikan dengan baik dan direkonsiliasi. Semua bahan yang
diperlukan untuk proses produksi tidak boleh dikembalikan ke gudang,
kecuali bila tidak memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
(7) Pengolahan Produk Antara dan Produk Ruahan
Semua bahan dan peralatan yang akan digunakan harus diperiksa
terlebih dahulu sebelum digunakan. Peralatan hendaknya dinyatakan
bersih secara tertulis sebelum digunakan. Kondisi daerah pengolahan
dipantau dan dikendalikan. Semua kegiatan pengolahan harus mengikuti
prosedur tertulis yang telah ditentukan dan penyimpangan yang terjadi
wajib dipertanggung jawabkan dan dilaporkan.
Wadah dan penutup untuk bahan dan produk harus selalu bersih
dan terbuat dari bahan yang tepat, kemudian wadah dan peralatan yang
berisi bahan dan produk harus diberi label yang tepat. Semua produk
diberi label yang tepat yang menunjukkan tahap pengolahan. Seluruh
pengawasan dalam proses harus dicatat dengan akurat. Hasil
sesungguhnya dari tahap pengolahan, harus dicatat dan disesuaikan dengan
hasil teoritis.
(8) Bahan dan Produk Kering
Masalah debu dan pencemaran silang adalah masalah yang terjadi
saat proses produksi terjadi. Penggunaan sistem penghisap udara yang
efektif dipasang dengan letak pembuangan untuk mencegah penyebaran
debu. Pemakaian alat penghisap debu pada pembuatan tablet dan kapsul
sangat dianjurkan. Produk juga harus dilindungi dari pencemaran serpihan
17
logam atau gelas serta mencegah tablet atau kapsul tidak ada yang
terselip atau tertinggal di dalam mesin.
(9) Pencampuran dan Granulasi
Mesin pencampur, pengayak dan pengaduk dilengkapi dengan
sistem pengendalian debu. Parameter operasional yang kritis, seperti
waktu, suhu, kecepatan untuk tiap proses produksi, harus tercantum
dalam Dokumen Produksi Induk. Untuk bahan yang berisiko tinggi atau
yang dapat menimbulkan senstivitas tinggi, digunakan kantong filter
khusus bagi masing-masing produk. Pada pembuatan dan penggunaan
larutan atau suspensi dicegah terjadinya pencemaran atau pertumbuhan
mikroba.
(10) Pencetakan Tablet
Mesin pencetak tablet dilengkapi dengan fasilitas pengendali debu
yang memadai, dilakukan pengendalian secara fisik, prosedural dan
penandaan untuk menghindari campur aduk antar produk. Untuk
pemantauan bobot tablet selama proses, diperlukan alat timbang yang telah
distara. Tablet yang diambil untuk diuji tidak boleh dikembalikan dan
tablet yang ditolak atau disingkirkan harus ditempatkan dalam wadah
yang ditandai dengan jelas serta dicatat pada Catatan Pengolahan Bets.
Sebelum digunakan, Punch and Dyes alat cetak harus diperiksa
kesesuaiannya terhadap spesifikasi.
(11) Penyalutan
18
oleh Kepala Bagian Manajemen Mutu. Selama proses pengolahan dan
pengemasan, diambil sampel pada awal, selama proses dan akhir proses
serta hasil pengujiannya dicatat dan menjadi bagian dari catatan bets.
Spesifikasi pengawasan selama proses hendaknya konsisten dengan
spesifikasi produk, yang asalnya dari hasil rata-rata proses sebelumnya
yang diterima dan bila mungkin dari hasil estimasi variasi proses dan
ditentukan dengan metode statistik yang sesuai bila ada.
19
3.2.3 Evaluasi sediaan (termasuk IPC)
20
2. Letakkan sebuah tablet diantara pengapit tetap dengan plat datar
yang diam, tablet dijepit dengan memutar alat penekan. Angka
yang ditunjukkan oleh jarum pada skala dinyatakan sebagai titik
nol.
3. Alat penekan diputar kembali sampai tablet retak atau pecah.
4. Catat skala yang diukur, kekerasan tablet adalah selisih skala
terukur saat tablet pecah dengan skala yang dianggap sebagai titik
nol.
5. Kekerasan tablet adalah harga rata-rata ke sepuluh tablet.
6. Variasi kekerasan dilihat dari harga standar deviasi.
(3) Friabilitas atau Kerapuhan Tablet
o Tujuan: Untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.
o Persyaratan: - Persen friabilitas yang dapat diterima adalah <0,8%.
-Persen friabilitas pada FDT adalah <1%.
o Rumus : %F = (Wo-Wt)/Wo x 100%
o Alat : Friabilator Roche
o Prosedur:
21
1. Percobaan dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak.
2. Tablet dibersihkan dari debu kemudian ditimbang (Wo).
3. Masukkan tablet kedalam alat dan lakukan pemutaran alat
friabilator sebanyak 100 kali putaran.
4. Bersihkan tablet dan timbang kembali (Wt).
5. Hitung persen friabilitas tablet.
(4) Friksibilitas
o Tujuan : Untuk menguji ketahanan tablet jika tablet mengalami
gesekan antara sesama.
o Rumus : %F = (Wo – Wt)/Wo x 100%
o Alat : Abration Tester
22
o Persyaratan : Zat aktif yang terdapat di dalam sediaan FDT CTM
adalah ≤ 25 mg atau ≤ 25%.
o Alat : Kadar sediaan FDT CTM diukur dengan menggunakan
instrumen spektrofotometer UV.
(6) Uji Waktu Hancur
o Tujuan: Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang
tertera dalam masing-masing monografi, kecuali dinyatakan lain.
o Persyaratan:
1. Bila satu tablet atau dua tablet tidak hancur sempurna, ulangi
pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet
yang diuji harus hancur sempurna.
2. Masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan
air bersuhu 37o ± 2o sebagai media kecuali dinyatakan
menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi.
23
Gambar 5. Alat Disintegration Tester
24
3.2.4 Persyaratan ruang produksi dan penyimpanan
3. Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang
sedang dalam proses hendaklah memadai untuk memungkinkan
penempatan peralatan dan bahan secara teratur dan sesuai dengan alur
proses, sehingga dapat memperkecil risiko terjadi kekeliruan antara
produk obat atau komponen obat yang berbeda, mencegah
pencemaran silang dan memperkecil risiko terlewat atau salah
melaksanakan tahapan proses produksi atau pengawasan.
25
memungkinkan pelaksanaan pembersihan (bila perlu desinfeksi) yang
mudah dan efektif.
26
silang, serta dilengkapi dengan sistem pengendalian suhu dan
kelembaban udara sesuai dengan kebutuhan produk yang diproses.
27
didesain dan dilengkapi dengan peralatan yang sesuai untuk kebutuhan
pembersihan wadah barang bila perlu sebelum dipindahkan ke tempat
penyimpanan. Apabila status karantina dipastikan dengan cara penyimpanan di
area terpisah, maka area tersebut hendaklah diberi penandaan yang jelas.
3.2.5 Pengemasan
28
Label, karton dan bahan pengemas serta bahan cetak lain memerlukan
prakodifikasi dengan nomor bets/lot, tanggal kadaluarsa, dan informasi lainnya.
Proses prakodifikasi bahan pengemas dan bahan cetak lain dilakukan di area yang
terpisah dari kegiatan pengemasan lain serta dilakukan pemeriksaan sebelum
ditransfer ke area pengemasan. Pemerikaan kesiapan jalur segera sebelum
menempatkan bahan pengemas dan bahan cetak lain oleh personel dari bagian
pengemasan dilakukan untuk memastikan bahwa semua bahan dan produk yang
sudah dikemas dari kegiatan pengemasan sebelumnya telah disingkirkan dari jalur
pengemasan dan area sekitarnya, memeriksa kebersihan jalur dan area sekitarnya
dan memastikan kebersihan peralatan yang akan dipakai.
Wadah yang dipakai untuk menyimpan produk ruahan, produk yang baru
sebagian dikemas diberi label atau penandaan. Wadah yang akan diisi hendaknya
diserahkan pada jalur atau tempat pengemasan yang bersih. Area pengemasan
dibersihkan secara teratur.
Risiko kesalahan yang terjadi dalam pengemasan dapat diperkecil dengan cara:
a. Menggunakan label
b. Pemberian penandaan bets pada jalur pemasangan label
c. Menggunakan alat pemindai dan penghitung label elektronis
d. Desain label dan bahan cetak lain sedemikian rupa
e. Pemeriksaan secara independen oleh Pengawasan Mutu selama dan pada
akhir proses pengemasan
29
Pada tahap penyelesaian pengemasan, dilakukan pemeriksaan secara cermat
agar sesuai dengan Prosedur Pengemasan Induk. Hanya produk yang berasal
dari satu bets dari satu kegiatan pengemasan saja yang boleh ditempatkan
pada satu palet.
3.2.6 Uji Stabilitas
diluluskan dan beredar di pasaran. Dengan uji stabilitas dapat diketahui pengaruh
stabilitas produk seperti kadar zat aktif, pH, berat jenis dan netto volume sehingga
dilakukan setiap 3 bulan sekali pada tahun pertama dan setiap 6 bulan
sekali pada tahun kedua. Pada tahun ketiga dan seterusnya, pengujian
hingga 3 tahun pengujian dialkukan pada bulan ke-3, 6, 9, 12, 18, 24 dan
30
36. Sedangkan produk yang memiliki ED selama 20 bulan akan diuji pada
bulan ke-3, 6, 9, 12, 18 dan 20.Untuk uji stabilitas jangka panjang, sampel
Ada pula Climatic chamber, dimana suhu dan kelembapan yang dapat
diatur sesuai dengan yang diinginkan. Climatic chamber ini biasa diatur pada suhu
Uji stabilitas dilakukan terhadap produk baru atau setiap kali terjadi
formula, perubahan bahan awal dan bahan pengemas. Sedangkan pada produk
yang sudah tervalidasi namun tidak mengalami perubahan selama proses produksi
maka dilakukan post marketing stability test. Uji ini dilakukan dengan mengambil
31
sampel dari salah satu batch pertahun dari suatu produk, kemudian dilakukan
Untuk retained sample dengan klaim penyimpanan pada suhu kamar, disimpan
untuk dapat dilakukan dua kali analisis. Retained sample yang diambil meliputi
produk jadi, raw material dan bahan kemas. Finished goods retained sample
kadaluwarsanya.
Pra registrasi di persyaratkan untuk pendaftaran obat baru, produk biologi, obat
generik pertama, obat generik yang memerlukan uji bioekivalensi, dan obat impor
dengan timeline 6 jam untuk obat-obat yang digunakan untuk pengobatan
COVID-19 (BPOM, 2020).
32
2. Registrasi Khusus Obat Generik Baru untuk Penatalaksanaan COVID-19
Badan POM memberikan jalur prioritas dan percepatan (fast track) untuk
perizinan obat-obat yang digunakan dalam penatalaksanaan COVID-19 dan
memberikan dispensasi berdasarkan analisis risiko antara lain untuk ukuran bets
obat, data uji stabilitas, dan data uji bioekivalensi. Hal ini diharapkan dapat
mempercepat akses obat ke masyarakat dan membantu mengatasi pandemi
COVID-19 di Indonesia (BPOM, 2020).
33
Registrasi obat generik COVID-19 yang dipersyaratkan uji Bioekivalensi (BE)
dapat disubmit meskipun belum lengkap, paralel dengan menyerahkan data Uji
Disolusi Terbanding (UDT) terhadap inovator atau produk existing yang telah
bioekivalen terhadap produk inovator dengan dilengkapi komitmen kesediaan
melakukan uji BE terhadap produk inovator dilengkapi roadmap pelaksanaan uji
BE mulai dari pengajuan persetujuan pelaksanaan uji BE hingga penyerahan
laporan uji BE ke BPOM (BPOM, 2020).
34
Penyerahan laporan uji bioekivalensi obat yang bertujuan untuk
pencegahan dan terapi COVID-19 akan diprioritaskan untuk dilakukan evaluasi
dan persetujuan melalui fast track (5 HK) setelah dokumen lengkap diserahkan ke
Badan POM. Pengajuan laporan uji bioekivalensi diajukan melalui e-mail:
penilaian.ujibe@pom.go.id dengan kelengkapan dokumen sebagai berikut:
35
Alur :
1. Pendaftar melakukan registrasi akun (jika belum memiliki akun new aero)
yang terdiri dari:
•Akun sponsor uji BE (industri farmasi)
•Akun laboratorium uji bioekivalensi dan laboratorium klinik
2. Log in menggunakan username dan password (password dikirimkan ke e-
mail untuk pendaftar yang baru melakukan registrasi akun)
3. Pilih pengajuan PPUB
4. Melakukan pengisian formulir dan mengunggah dokumen yang
dipersyaratkan
5. Surat Perintah Bayar (SPB) terbit untuk pembayaran pengajuan PPUB
6. Melakukan pembayaran dan mengunggah bukti bayar
7. Dokumen pengajuan PPUB dievaluasi, perhitungan timeline dimulai
8. Hasil evaluasi berupa permintaan tambahan data (jika diperlukan),
persetujuan atau penolakan pengajuan PPUB yang diterbitkan dalam 2 Hari
Kerja (HK).
36
Syarat:
e. Standarisasi kemasan.
37
h. Melakukan uji stabilitas produk obat.
Pengembangan Formulasi
38
Ide Produk Dari Marketing
Ditolak
Evaluasi Ide Produk Baru Oleh Tim
Validasi Metode
Formulasi (Penentuan Spesifikasi Produk)
Analisa
Ditolak
Trial Skala Laboratorium + Uji Stabilitas Dipercepat
Scale Up Skala
Uji Stabilitas (Dipercepat Dan Real Time)
Produksi
Pra Registrasi
Registrasi
Validasi Proses
Launching Produk
Pengembangan Kemasan
39
spesifikasi. Kemasan berisi nama obat, kandungan zat aktif, kekuatan sediaan,
indikasi, aturan pakai, kontraindikasi, peringatan (untuk obat bebas terbatas),
mekanisme farmakologi, logo obat (bebas/bebas terbatas/keras), nomor registrasi
obat, nomor bets, tanggal pembuatan, tanggal kadaluwarsa, nama dan lambang
industri serta harga eceran tertinggi (HET) obat.
Registrasi
Pada saat melakukan registrasi produk obat baru maupun produk obat copy
perlu melampirkan data-data tentang uji stabilitas produk untu mengetahui masa
kadaluwarsanya. Stabilitas didefenisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk
mempertahankan sifat kimia, fisika, mikrobiologi dan biofarmasi sebelum batas
kadaluwarsanya. Stabilitas yang dinyatakan sebagai batas waktu atau periode,
dimana obat itu masih memenuhi persyaratan, juga disebut selflife.
Pada prinsipnya,ada dua macam uji stabilitas, yaitu uji stabilitas jangka
panjang (long term testing) yang berguna untuk menentukan kadaluwarsa riil dan
uji stabilitas dipercepat (accelerated testing) yang berguna untuk memprediksi
waktu kadaluwarsa. Uji stabilitas jangka panjang dilakukan dengan menyimpan
sampel produk pada suhu kamar selama 3 tahun atau lebih, sedangkan uji
stabilitas dipercepat dilakukan dengan menyimpan sampel produk dalam climatic
chamber yang suhunya dapat diatur sesuai yang ditentukan selama periode 6
bulan.
40
Kriteria sampel yang diguanakan dalam pelaksanaan uji stabilitas :
1. Berasal dari formula dan bentuk sediaan, kemasan yang sama dengan yang
akan dipasarkan.
2. Dapat mewakili proses pembuatan baik produksi skala kecil maupun skala
besar.
3. Minimal 3 bets dengan mencantumkan jumlah produk tiap bets, kondisi
penyimpanan dan frekuensi pengujian.
3.2.8.2 PPIC
41
c. Memantau semua inventory baik untuk proses produksi, stok yang ada di
gudang, maupun barang yang didatangkan, sehingga pelaksanaan proses
dan pemasukan tetap berjalan lancar dan seimbang.
d. Membuat evaluasi hasil produksi, hasil penjualan, maupun kondisi
inventory.
e. Mengolah data dan menganalisa mengenai rencana dan realisasi produksi
dan penjualan serta data inventory.
f. Menghitung standar kerja karyawan tiap tahun berdasarkan masukan dari
bagian produksi atas pengamatan langsung.
g. Menghitung standar yield berdasarkan realisasi produksi tiap tahun.
h. Aktif berkomunikasi dengan semua pihak yang terkait sehingga diperoleh
data yang akurat dan up to date.
i. Sebagai juru bicara perusahaan dalam bekerja sama dengan perusahaan
lain, seperti toll manufacturing.
3.2.8.3 Produksi
42
c. Memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan
ditandatangani oleh kepala bagian Produksi sebelum diserahkan
kepada kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
43
c. Memberi persetujuan dan memantau semua analisis berdasarkan
kontrak.
d. Memastikan pelaksanaan kualifikasi dan pemeliharaan bangunan
fasilitas serta peralatan dibagian produksi pengawasan mutu.
e. Memastikan bahwa validasi yang tepat telah dilaksanakan.
f. Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi
personel di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai
kebutuhan.
g. Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk
antara, produk ruahan dan produk jadi sesuai hasil evaluasi.
44
untuk pengambilan sampel dan penyelidikan yang diperlukan. Tugas
pokok bagian pengawasan mutu, yaitu:
1. Laboratorium
Laboratorium pengujian meliputi: bangunan dan alat-alat
penunjang yang lengkap dan memadai, personalia yang terlatih dan
45
bertanggung jawab, peralatan/instrument yang cocok untuk
pengujian dan dikalibrasi secara berkala, pereaksi dan media
pembiakan yang sesuai, baku resmi yang sesuai dengan monografi
yang bersangkutan, spesifikasi dan prosedur pengujian yang
divalidasi dengan fasilitas yang digunakan, catatan pengujian yang
mencakup seluruh aspek yang diperlukan dan contoh pertinggal
untuk disimpan yang dipergunakan dalam pengujian selanjutnya.
2. Pengawasan pada bahan awal, produk antara, produk ruahan dan
obat jadi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah
spesifikasi, cara pengambilan contoh, pengujian terhadap bahan
baku, pengemas, produk antara, produk ruahan dan obat jadi, uji
sterilitas untuk produk steril, uji pirogenitas serta pengawasan
lingkungan secara berkala terhadap mutu kimiawi dan mikrobiologi
air dan lingkungan produksi.
3. Proses produksi dan perubahannya
Bagian Pengawasan Mutu ikut serta dalam pembuatan
prosedur pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk.
4. Peninjauan catatan produksi dan bets produk
Semua catatan produksi dan pengawasan tiap bets disimpan
oleh bagian Pengawasan Mutu dan bets yang menyimpang
diselidiki secara tuntas.
5. Penelitian stabilitas
6. Laboratorium luar
46
Seluruh hasil pengujian yang dilakukan oleh
laboratorium lain diluar pabrik, tetap menjadi tanggung jawab
pabrik yang besangkutan. Sifat dan luas analisis harus disepakati
dan persetujuan akhir merupakan wewenang pabrik tersebut yang
bersangkutan.
47
4. Memastikan bahwa obat tidak dijual sebelum ada persetujan dari
Kepala Manajemen Mutu.
48
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. 2017. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 24
Tahun 2017 Tentang Kriteria Dan Tata Laksana Registrasi Obat. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makan RI.
BPOM RI. 2018. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 34
Tahun 2018 tentang pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik.
Fegade J. D, Chawla N.D, Chaudhari R.Y dan Patil V.R. 2012. High Performance
Thin Layer Chromatography Method for The Simultaneus Quantitation of
Lopinavir and Ritonavir in Tablet Formulation. India: Indian Drugs
50(01): 23-29.
49