FAKULTAS FARMASI
JAKARTA
TAHUN AKADEMIK
2020/2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Farmasi industri.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………i
Daftar Pustaka………………………………………………………………………27
BAB I
PENDAHULUAN
Obat tradisional Indonesia atau obat asli Indonesia yang lebih dikenal dengan
nama jamu, umumnya campuran obat herbal, yaitu obat yang berasal dari tanaman.
Bagian tanaman yang digunakan dapat berupa akar, batang, daun, umbi atau mungkin
juga seluruh bagian.
Fitofarmaka adalah obat dari bahan alam terutama dari alam nabati, yang
khasiatnya jelas dan terbuat dari bahan baku, baik berupa simplisia atau sediaan
galenik yang telah memenuhi persyaratan minimal, sehingga terjamin keseragaman
komponen aktif, keamanan dan kegunaannya.
Dengan adanya perkembangan jenis produk obat bahan alam tidak hanya dalam
bentuk Obat Tradisional (Jamu), tetapi juga dalam bentuk Obat Herbal Terstandar dan
Fitofarmaka, dan diproduksi oleh industri farmasi yang merupakan salah satu tempat
Apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian terutama menyangkut pembuatan,
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan
pengembangan obat. Untuk menghasilkan produk obat yang bermutu, aman dan
berkhasiat diperlukan suatu tahap kegiatan yang sesuai CPOTB yang meliputi
perencanaan, pengendalian dan pemantauan bahan awal, proses pembuatan serta
pengawasan terhadap mutu, peralatan yang digunakan, bangunan, hygiene, sanitasi
serta personalia yang terlibat di setiap proses produksi.
Karena CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik) adalah pedoman
yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan RI SK Menkes RI No.43/Menkes/SK/II/1998 sebagai suatu persyaratan
dan ketentuan bagi setiap industri farmasi untuk dilaksanakan. Hal ini bertujuan agar
masyarakat dapat terjamin keamanannya dalam mengkonsumsi obat-obatan yang
dihasilkan dan mendapatkan mutu obat yang baik.
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa dapat memahami dan membandingkan Industri Framasi dan
Industri Fitofarmaka.
4. Bagaimana perbandingan sarana prasarana yang ada pada industri obat dengan
industri fitofarmaka?
5. Bagaimana cara sanitasi dan hygiene pada industri obat dengan industri
fitofarmaka ?
6. Bagiamana cara produksi dan pengawasan mutu yang dilakukan pada industri
obat dengan industri fitofarmaka?
7. Bagaimana kualifikasi dan validasi yang digunakan pada industri obat dengan
industri fitofarmaka?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Industri adalah suatu kelompok usaha yang menghasilkan produk yang serupa
atau sejenis. Industri adalah suatu kegiatan mengolah atau memproduksi bahan baku
agar diproduksi dan menghasilkan sesuatu yang berdaya guna. Jenis-jenis industri ada
bermacam-macam, misalnya industri perkebunan, industri perikanan, pertambangan
dan lain-lain. Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian industri adalah
kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi,
dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Proses pembuatan obat dan/atau bahan obat hanya dapat dilakukan oleh
industri farmasi. Setiap pendirian industri farmasi wajib memperoleh izin industri
farmasi dari Direktur Jenderal. Direktur Jenderal yang dimaksud adalah Direktur
Jenderal pada Kementerian Kesehatan yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan. Persyaratan untuk memperoleh
izin industri farmasi sebagaimana yang tercantum dalam Permenkes RI No.
1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah sebagai berikut:
4. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang Apoteker Warga Negara
Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi,
dan pengawasan mutu; dan
5. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung ataupun tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
Dikecualikan dari persyaratan di atas poin 1 dan 2, bagi pemohon izin industri farmasi
milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar
(registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena
tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk
pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi
dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para
pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan
dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan
diterapkan secara benar. Unsur dasar manajemen mutu adalah :
Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses dan sumber daya dan
Konsep dasar Pemastian Mutu, CPOB dan Pengawasan Mutu adalah aspek
manajemen mutu yang saling terkait. Konsep tersebut diuraikan di sini untuk
menekankan hubungan dan betapa pentingnya unsur-unsur tersebut dalam produksi
dan pengendalian obat.
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek
pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan,
peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang
dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial
hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh
dan terpadu.
Higiene Perorangan
7. Tiap personil yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka yang dapat
merugikan mutu produk hendaklah dilarang menangani bahan awal, bahan
pengemas, bahan yang sedang diproses dan obat jadi sampai dia sembuh kembali.
Pengawasan Mutu.
Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah seorang apoteker yang
terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman
praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk
melaksanakan tugasnya secara profesional. Kepala bagian Manajemen Mutu
hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh untuk
c) higiene pabrik;
d) validasi proses;
e) pelatihan;
i) penyimpanan catatan;
Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang
Baik), ada beberapa macam pedoman cara pembuatan obat yang baik salah satunya
satunya adalah Cara Pembuatan Pembuatan Obat Tradisional Tradisional Yang Baik
(CPOTB) (CPOTB) dimana menyangkut menyangkut seluruh aspek seluruh aspek
produksi produksi dan pengendalian pengendalian mutu serta bertujuan untuk
menjamin agar produk obat tradisional yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan
mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya.Mutu produk
tergantung dari bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan,
peralatan dan personalia yang menangani.
2.3.3 Personalia Industri Fitofarmaka
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi
dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk
memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Letak bangunan sedemikian rupa
untuk menghindari pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran
udara, tanah air serta kegiatan industri yang lain. Dan peralatan yang digunakan dalam
pembuatan produk hendaklah memiliki rancang bangun konstruksi yang tepat, ukuran
yang memadai, serta ditempatkan dengan tepat agar mutu yang dirancang bagi tiap
produk terjamin secara terjamin secara seragam dari seragam dari bets ke bets untuk
memudahkan memudahkan pembersihan dan perawatan.
Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari cara pembuatan pembuatan
obat tradisional tradisional yang baik. Pengawasan mutu hendaklah dilakukan
terhadap bahan baku, bahan pengemas, proses pembuatan, produk antara, produk
ruahan produk antara, produk ruahan dan produk jadi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perbandingan Industri Obat Farmasi dan Industri Fitofarmaka
Persamaan
Perbedaan : 1.1
Konsep dasar Pemastian Mutu, Konsep dasar Pemastian Mutu,
Cara Pembuatan Obat yang Baik CPOTB, Pengawasan Mutu dan
(CPOB), Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu
Manajemen Risiko Mutu adalah adalah aspek Manajemen Mutu yang
aspek manajemen mutu yang saling terkait. Konsep tersebut
saling terkait. Konsep tersebut
diuraikan di sini
diuraikan di sini untuk
untuk menekankan hubungan dan
menekankan hubungan dan betapa
penting konsep tersebut dalam betapa penting konsep tersebut
produksi dan pengawasan produk. dalam produksi dan
pengawasan produk obat tradisional.
3.3.2 Personalia
Persamaan :
Perbedaan :
Perbedaan :
Ruang lingkup sanitasi dan higiene Ruang lingkup sanitasi dan higiene
meliputi personil, bangunan, meliputi personil, bangunan,
peralatan dan perlengkapan, bahan peralatan dan perlengkapan, bahan
produksi serta wadahnya, bahan produksi serta wadahnya, dan segala
pembersih dan desinfeksi, dan sesuatu yang dapat merupakan
segala sesuatu yang dapat
sumber pencemaran produk.
merupakan sumber pencemaran
produk.
Perbedaan : Perbedaan : Bangunan dan fasilitas
Penanggung jawab untuk serta peralatan hendaklah
pembersihan alat; dibersihkan dan, di mana perlu,
b) Jadwal pembersihan, termasuk didisinfeksi menurut prosedur
sanitasi, bila perlu; tertulis yang rinci dan tervalidasi,
c) Deskripsi lengkap dari metode
pembersihan dan bahan pembersih
Karena sumbernya, bahan obat
yang digunakan termasuk tradisional dapat mengandung
pengenceran bahan pembersih cemaran mikrobiologis; di samping
yang digunakan; itu, proses
d) Instruksi pembongkaran dan
pemanenan/pengumpulan dan
pemasangan kembali tiap bagian
alat, bila perlu, untuk memastikan proses produksi obat tradisional
pembersihan yang benar; sangat mudah tercemar oleh mikroba
e) Instruksi untuk menghilangkan
atau meniadakan identitas bets
sebelumnya;
f) Instruksi untuk melindungi alat
yang sudah bersih terhadap
kontaminasi sebelum digunakan;
g) Inspeksi kebersihan alat segera
sebelum digunakan; dan
h) Menetapkan jangka waktu
maksimum yang sesuai untuk
pelaksanaan pembersihan alat
setelah selesai digunakan produksi
3.3.5 Produksi dan Pengawasan Mutu
Kantong filter yang dipasang pada Kantong filter yang dipasang pada
mesin pengering fluid bed tidak mesin pengering fluid bed tidak boleh
boleh dipakai untuk produk yang
dipakai untuk produk yang berbeda
berbeda tanpa pencucian lebih
tanpa pencucian lebih dahulu. Untuk
dahulu. Untuk produk yang
berisiko tinggi atau yang dapat produk yang berrisiko tinggi atau
menimbulkan sensitisasi yang dapat menimbulkan sensitisasi
hendaklah digunakan kantong hendaklah digunakan kantong filter
filter khusus bagi masing-masing khusus bagi masing-masing produk.
produk. Udara yang masuk ke Udara yang masuk ke dalam alat
dalam alat pengering ini hendaklah pengering ini hendaklah disaring.
disaring. Hendaklah dilakukan Hendaklah dilakukan tindakan
tindakan pengamanan untuk pengamanan untuk mencegah
mencegah pencemaran silang oleh kontaminasi silang oleh debu yang
debu yang keluar dari alat keluar dari alat pengering tersebut.
pengering tersebut.
Pembuatan dan penggunaan larutan
Pembuatan dan penggunaan atau suspensi hendaklah
larutan atau suspensi hendaklah
dilaksanakan sedemikian rupa
dilaksanakan sedemikian rupa
sehingga risiko pencemaran atau
sehingga risiko kontaminasi atau
pertumbuhan mikroba dapat pertumbuhan mikroba dapat
diperkecil diperkecil.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan
untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. sedangkan
Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan
dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar,
ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan
kriteria memenuhi syarat ilmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang
kompeten, memenuhi prinsip etika, tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat.
3. Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat tradisional dan industri farmasi
hendaklah didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi
yang baik dan Hendaklah disediakan sarana yang memadai untuk penyimpanan
pakaian personil dan milik pribadinya di tempat yang tepat.
4. Sanitasi dan hygiene pada CPOTB adalah tiap orang yang masuk ke area
pembuatan hendaklah mengenakan pakaian pelindung untuk menghindarkan
bahan yang berpotensi menimbulkan alergi. Hendaklah menggunakan sarung
tangan, penutup kepala, masker, pakaian dan sepatu kerja selama produksi.
Sedangkan sanitasi dan hygiene pada CPOB adalah tiap personil yang masuk ke
area pembuatan endaklah mengenakan pakaian pelindung sesuai dengan kegiatan
yang dilaksanakannya.
DAFTAR PUSTAKA
− Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 tahun 2012 tentang
Industri dan Obat Tradisional
− Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 tahun 2002 tentang
Registrasi Obat Tradisional
− Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2005 Pedoman Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik Nomor Pembuatan Obat Tradisional yang
Baik Nomor :HK.00.0 :HK.00.05.4.1380. Jakarta: Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia