Dosen
NIM : 17330093
JAKARTA
2020
I. Judul :
- Ekstraksi kafein dari daun teh
II. Prinsip :
- penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurnadan
pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai maka
pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari
III. Tujuan :
- Mahasiwa dapat mengetahi cara ekstraksi kafein dari daun teh
B. Metode Ekstraksi
Kandungan kimia dari suatu tanaman atau simplisia nabati yang berkasiat obat
umumnya mempunyai sifat kepolaran yang berbeda-beda, sehingga perlu
dipisahkan secara selektif menjadi kelompok-kelompok tertentu. Salah satu
contohnya adalah alkaloid yang banyak terdapat pada tanaman berbunga. Secara
kimia alkaloid merupakan basa organik yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen di dalam satu cincin. Alkaloid di dalam tanaman berada dalam bentuk
garam dari asam-asam organik lemah. Alkaloid bebas dapat larut dalam pelarut
organik seperti kloroform, Prinsip dasar ekstraksi adalah melarutkan senyawa
polar dalam pelarut polar dan senyawa non-polar dalam pelarut non-polar. Serbuk
simplisia diekstraksi berturut-turut dengan pelarut yang berbeda polaritasnya
(Harbone, 1996). Proses ekstraksi merupakan penarikan zat pokok yang
diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih
dengan zat yang diinginkan larut (Voight, 1994).
Menurut Darwis (2000), ada beberapa metode ekstraksi senyawa yang umum
digunakan, diantaranya adalah: sedangkan garam-garam organik larut dalam
larutan air (Goeswin, 2007).
1. Maserasi
Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik yang
digunakan pada suhu ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi
senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan
terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di
dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma
akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna
karena dapat diatur lama perendaman yang digunakan. Pemilihan pelarut
untuk proses maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan
memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam pelarut tersebut.
2. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses melewatkan pelarut organik pada sampel
sehingga pelarut akan membawa senyawa organik bersama-sama pelarut.
Efektivitas dari proses ini hanya akan lebih besar untuk senyawa organik yang
sangat mudah larut dalam pelarut yang digunakan. Keuntungan dari metode
ini adalah tidak diperlukannya proses pemisahan ekstrak sampel, sedangkan
kerugiannya adalah selama proses tersebut, pelarut menjadi dingin sehingga
tidak melarutkan senyawa dari sampel secara efisien.
3. Sokletasi
Sokletasi merupakan proses ekstraksi yang menggunakan penyarian berulang
dan pemanasan. Penggunaan metode sokletasi adalah dengan cara
memanaskan pelarut hingga membentuk uap dan membasahi sampel. Pelarut
yang sudah membasahi sampel kemudian akan turun menuju labu pemanasan
dan kembali menjadi uap untuk membasahi sampel, sehingga penggunaan
pelarut dapat dihemat karena terjadi sirkulasi pelarut yang selalu membasahi
sampel. Proses ini sangat baik untuk senyawa yang tidak terpengaruh oleh
panas.
4. Destilasi uap
Destilasi uap merupakan suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Proses
destilasi uap lebih banyak digunakan untuk senyawa organik yang tahan
terhadap suhu tinggi, yang lebih tinggi dari titik didih pelarut yang digunakan.
Pada umumnya lebih banyak digunakan untuk minyak atsiri. Keuntungan dari
metode ini antara lain adalah kualitas ekstrak yang dihasilkan cukup baik,
suhu dan tekanan selama proses ekstraksi dapat diatur serta waktu yang
diperlukan singkat.
5. Pengempasan
Pengempasan merupakan metode pemisahan dengan menggunakan tekanan
untuk mendesak suatu bahan yang akan diekstrak dengan alat pengepres.
Metode ini lebih banyak digunakan dalam proses industri seperti pada isolasi
senyawa dari buah kelapa sawit dan isolasi katekin dari daun gambir. Pada
proses ini tidak menggunakan pelarut.
V. Gambar Rangkaian Alat
VI. Bahan & Alat
Alat Bahan
Beaker Gelas 250 ml & 50 ml, Bahan yang digunakan adalah Teh
gelas ukur 100 ml & 600 ml, Labu hitam. Etanol 96%, NaOH
ukur 500 ml & 100 ml, cawan 0,001%, CHCl3, CaCO3 padat,
petridish, kaca arloji, seperangkat H2SO4 98%, Akuades, Kantong
alat ekstraksi, oven, timbangan Soklet dan alat ekstraksi soklet,
analitik, oil bath, kertas saring, dan aluminium foil.
corong pisah 250 ml, tanur,
pengering vakum dan hot plate.
B. Prosedur penelitian terdiri atas 2 prosedur yaitu penentuan kadar kafein awal
sampel teh hitam dan penentuan kadar kafein setelah proses ekstraksi sokletasi
dilakukan.
1. Analisa kadar kafein awal teh hitam
Teh hitam diuji kadar kafeinnya untuk mengetahui kadar kafein awal teh hitam
yang digunakan sebagai sampel penelitian
2. Analisa kadar kafein teh setelah ekstraksi
Prosedur ini sama dengan prosedur untuk analisa kadar kafein awal teh hitam.
Etanol 96% sebanyak 150 ml dimasukkan ke dalam labu destilat 250 ml. Sampel
sebanyak ± 3 gram dimasukkan ke dalam kantong soklet kemudian diekstraksi
selama ±2,5 jam dengan menggunakan oil bath. Hasil ekstraksi dicampur dengan
larutan suspensi CaCO3 dalam 60 ml air dan mengkisatkan hingga kering dengan
menggunakan rotavapor. Residu yang terbentuk dilarutkan ke dalam 100 ml air
panas kemudian disaring dalam keadaan panas (dengan vakum) yang dilakukan
sebanyak 3 kali pengulangan. Larutan H2SO4 sebanyak 10 ml diuapkan hingga
volumenya menjadi 1/3 volume awal. Melakukan ekstraksi pada filtrat dengan
menambahkan 5 ml CHCl3 sebanyak 5 kali. Warna kuning yang terbentuk dibilas
dengan NaOH encer dilanjutkan dengan air. Tahapan selanjutnya adalah
menguapkan CHCl3 sehingga diperoleh kafein.
Hasil Pengamatan pada Plat KLT UV 254 nm (A), UV 366 nm (B), dan Sinar
Tampak (C); pada plat KLT menunjukan adanya spot kafein (a) dan fluoresensi dari
pelarut (b)
IX. Pembahasan
Pada percobaan ekstraksi kafein dari daun teh digunakan sampel serbuk kering
Teh hitam (Camellia sinensis O.K. Var. Assamica (Mast)) dengan metode sokletasi.
Sokletasi adalah metode pemisahan suatu komponen yang terdapat di dalam contoh
padat dengan cara penyarian secara berulang-ulang dengan pelarut tertentu, sehingga
semua komponen yang diinginkan akan terisolas sempurna. Pelarut yang digunakan
tergantung pada jenis komponen yang akan dipisahkan. Pelarut yang digunakan harus
sesuai dengan jenis zat yang digunakan. Senyawa polar hanya dapat larut dalam
pelarut polar, begitu juga dengan senyawa non polar hanya dapat larut dalam pelarut
non polar.Pelarut yang digunakan adalah etanol.
Etanol disebut juga etil alkohol atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah
menguap, mudah terbakar, tak berwarna dan merupakan alkohol yang paling sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan
dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol termasuk
ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris
C2H6O. Senyawa ini merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Sifat-sifat
fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya
rantai karbon etanol. Peralatan yang digunakan dalam sokletasi disebut soklet.
Senyawa organik yang terdapat dalam bahan alam tersebut harus tahan terhadap suhu
panas atau senyawa organik tersebut tidak mengalami degradasi karena suhu panas.
Pelarut dan sampel ditempatkan secara terpisah dan penyarian dilakukan secara
berulang-ulang. Cara ini merupakan metode yang lazim digunakan dalam
laboratorium dan industri. Bila penyarian telah selesai maka pelarutnya diuapkan
kembali dan sisanya adalah zat yang tersaring. Keuntungan dari metode sokletasi
adalah sampel dapat terekstaksi dengan senyawa secara sempurna, karena metode ini
penyarian dilakukan beberapa kali atau secara kontinu, menggunakan pelarut yang
tidak banyak dan pelarut yang digunakan tersebut tidak habis (karena penyarian yang
dilakukan beberapa kali) dan dapat digunakan lagi setelah hasil isolasi dipisahkan dan
proses ekstraksi cepat. Ekstrak daun teh yang ingin diketahui adalah kafein.
Senyawa alkaloid yang terdapat dalam daun teh adalah kafein. Alkaloid yang
terkandung dalam teh mempunyai sifat penyegar, yaitu sebesar 3-4% dari berat
kering daun. Alkaloid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terbesar yang
terdapat dalam tumbuhan terutama biji, daun, ranting, dan kulit kayu. Kafein
merupakan alkaloid putih dengan rumus senyawa kimia C8H10N4O2, dan rumus
bangun 1,3,7-trimethylxanthine. Kafein memiliki efek farmakologi sebagai stimulan
dari sistem saraf pusat dan metabolisme, digunakan secara baik untuk pengobatan
dalam mengurangi keletihan fisik dan juga dapat meningkatkan tingkat kewaspadaan
sehingga rasa ngantuk dapat ditekan. Kafein juga merangsang sistem saraf pusat
dengan cara menaikkan tingkat kewaspadaan, sehingga fikiran lebih jelas dan
terfokus dan koordinasi badan menjadi lebih baik. Konsumsi kafein secara rutin
dapat menyebabkan terjadinya toleransi. Tanda-tanda dan gejala-gejala dari konsumsi
kafein secara berlebihan antara lain kecemasan, insomnia, wajah memerah, diuresis,
gangguan saluran cerna, kejang otot, takikardia,
X. Kesimpulan
Eksrak kafein dari daun Teh Hitam hitam (Camellia sinensis O.K. Var. Assamica
(Mast)) dengan metode sokletasi. Keuntungan metode ini sampel dapat terekstaksi
dengan senyawa secara sempurna, karena metode ini penyarian dilakukan beberapa
kali atau secara kontinu, menggunakan pelarut yang tidak banyak dan pelarut yang
digunakan tersebut tidak habis (karena penyarian yang dilakukan beberapa kali) dan
dapat digunakan lagi setelah hasil isolasi dipisahkan dan proses ekstraksi cepat.
Kafein memiliki efek farmakologi sebagai stimulan dari sistem saraf pusat dan
metabolisme.