Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

EKSTRAKSI KAFEIN DARI DAUN TEH

Dosen

1. Dr. Tiah Rachmatiah, M.Si., Apt


2. Dra Herdini M.Si.,Apt
3. Ika Maruya Kusuma S.Si M.Si
4. Erwi Putri Setyaningsih, M.Si., Apt

NAMA : SARI LUHING LAMIANG

NIM : 17330093

TANGGAL PRAKTIKUM : 07 JUlI 2020

PROGRAM STUDI FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2020
I. Judul :
- Ekstraksi kafein dari daun teh
II. Prinsip :
- penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurnadan
pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai maka
pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari
III. Tujuan :
- Mahasiwa dapat mengetahi cara ekstraksi kafein dari daun teh

IV. Tinjauan Pustaka

A. Teh (Camellia sinensis)

1. Teh Hitam (Camellia sinensis O.K. Var. Assamica (Mast))


Berdasarkan varietasnya, teh dibagi menjadi dua yaitu Camellia sinensis
varietas Assamica dan Camellia sinensis varietas sinensis. Di Indonesia,
sebagian besar tanamannya berupa Camellia sinensis varietas Assamica. Teh
(Camellia sinensis) yang masuk dalam famili Theaceae diyakini mempunyai
manfaat kesehatan, yakni memiliki khasiat sebagai antiinflamasi, anti oksidasi,
anti alergi, dan anti obesitas. Teh mengandung beberapa senyawa metabolit
sekunder terutama bagian daun. Kandungan kimia daun teh sangat bervariasi
tergantung pada musim, kondisi tanah, perlakuan kultur teknis, umur daun,
dan banyaknya sinar matahari yang diterima (Pusat Penelitian Teh dan Kina
[PPTK], 2008). Keberadaan alkaloid biasanya sebagai garam organik dalam
tumbuhan dalam bentuk senyawa padat berbentuk kristal dan kebanyakan
berwarna. Pada daun atau buah segar biasanya keberadaan memberikan rasa
pahit (Simbala, 2009). Kafein merupakan alkaloid putih dengan rumus
senyawa kimia C8H10N4O2, dan rumus bangun 1,3,7-trimethylxanthine
(Isnindar et al.,2016).
Gambar Teh Hitam (Camellia sinensis O.K. Var. Assamica (Mast))
Klasifikasi tanaman teh berdasarkan Cronquist (1981) adalah sebagai berikut :
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Guttiferales
Famili : Tehaceae
Genus : Camelia
Spesies : Camelia sinensis

2. Ekologi Tanaman Teh


Tanaman teh merupakan tanaman perdu yang berdaun hijau yang dapat
tumbuh antara 15-30 kaki. Secara umum lingkungan fisik yang paling
berpengaruh terhadap pertumbuhan teh adalah iklim dan tanah. Faktor iklim
yang berpengaruh terhadap tanaman teh adalah curah hujan, suhu udara yang
tinggi, sinar matahari dan angin. Tanah yang sesuai untuk pertumbuhan
tanaman teh adalah tanah yang subur dengan mengandung bahan organik yang
cukup, tidak bercadas, serta terdapat pada tingkat keasaman 4,5-6,0.
Tanaman teh umumnya tumbuh pada ketinggian 200-2300 m di atas
permukaan air laut. Secara umum tanaman teh dapat tumbuh pada suhu udara
28- 30°C dan untuk pertumbuhan optimalnya pada suhu tanah antara 20-25°C.
Suhu harus berada pada kisaran normal selama 6 bulan setiap tahunnya. Curah
hujan dan kelembaban yang relatif tinggi juga sangat dibutuhkan. Di
Indonesia, perkebunan teh umumnya memiliki curah hujan rata-rata sebesar
1800 mm per tahun. Tanaman teh dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah yang
terbentuk dari berbagai batu induk dalam berbagai kondisi klimatik.

3. Kandungan Teh Hitam


 Metabolit Sekunder
Pada makhluk hidup terjadi suatu proses reaksi kimia yang disebut
dengan metabolisme. Tumbuhan sebagai salah satu makhluk hidup
menghasilkan 2 senyawa organik dari hasil metabolisme yaitu
metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit primer merupakan
senyawa utama yang dibutuhkan untuk proses perkembangan dan
pertumbuhan makhluk hidup. Metabolit primer meliputi karbohidrat,
protein, lemak dan vitamin. Metabolit sekunder merupakan senyawa
yng dihasilkan oleh tumbuhan dan tidak diperlukan secara langsung
tetapi tetap diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidupnya
(Salisbury dan Ross, 1992). Metabolit sekunder dikelompokan menjadi
tiga, yaitu fenolat, terpen, dan senyawa yang mengandung nitrogen.
Fenolat merupakan senyawa aromatik alami yang mengandung gugus
fenol. Beberapa senyawa yang termasuk fenolat antara lain selulosa,
lignin, flavonoid, dan tanin. Terpen merupakan senyawa yang
disintesis dari senyawa asetil ko-A atau senyawa perantara dalam
glikolisis. Senyawa yang termasuk terpenoid antara lain
monoterpenoid, diterpenoid, triterpenoid, dan sterol. Senyawa yang
mengandung nitrogen adalah alkaloid. Sejumlah metabolit sekunder
memiliki aktifitas biologi seperti, flavonoid, tanin, dan alkaloid
(Robinson, 1995). Metabolit sekunder yang terkandung di dalam teh
antara lain, flavonoid, alkaloid, dan tanin.
 Flavonoid
Katekin dalam teh merupakan senyawa kompleks yang termasuk
golongan flavonoid dan termasuk kelas flavanol. Flavanol mempunyai
peran sebagai antioksidan dalam teh. Katekin tidak mempunyai efek
yang merugikan pada saluran pencernaan. Katekin teh bersifat
antibakteri, antioksidan, antiradiasi, memperkuat pembuluh darah,
memperlancar sekresi air seni dan menghambat pertumbuhan sel
kanker. Flavonoid merupakan salah satu senyawa golongan fenol yang
sering terdapat sebagai glikosida. Senyawa ini juga merupakan
senyawa golongan polifenol yang larut dalam air. Flavonoid berfungsi
sebagai pengatur pada fotosintesis, sebagai antimikroba dan antivirus.
Flavonoid sebagai antimikroba dapat merusak membran plasma, dapat
menyebabkan kebocoran sel dan merusak susunan perubahan
premeabilitas dinding sel bakteri pada konsentrasi rendah, sedangkan
pada konsentrasi tinggi dapat berkoagulasi dengan protein seluler
sehingga menyebabkan kematian (Robinson, 1995). Senyawa ini jarang
ditemukan dalam bentuk tunggal melainkan ditemukan dalam bentuk
campuran. Senyawa fenol dari tumbuhan mempunyai kemampuan
untuk membentuk kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen,
sehingga dapat merusak membran sel bakteri .
 Alkaloid
Senyawa alkaloid yang terdapat dalam daun teh adalah kafein.
Alkaloid yang terkandung dalam teh mempunyai sifat penyegar, yaitu
sebesar 3-4% dari berat kering daun. Alkaloid merupakan senyawa
metabolit sekunder yang terbesar yang terdapat dalam tumbuhan
terutama biji, daun, ranting, dan kulit kayu. Alkaloid bersifat toksik
terhadap mikroba sehingga efektif membunuh bakteri dan virus
Alkaloid dapat berfungsi sebagai antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Gram negatif dan Gram positif. Alkaloid
diperkirakan mempunyai kemampuan melindungi tumbuhan dari
serangan parasit (Robinson, 1995).
 Tanin
Senyawa ini tidak berwarna dan paling penting pada daun teh karena
dapat menentukan kualitas daun teh dalam pengolahannya,
perubahannya selalu dihubungkan dengan semua sifat teh yaitu rasa,
warna, dan aroma.. Dalam pengolahannya, senyawa tidak berwarna ini,
baik langsung maupun tidak langsung selalu dihubungkan dengan
semua sifat produk teh, yaitu rasa, warna, dan aroma. Tanin atau
katekin dalam teh merupakan senyawa yang sangat kompleks. Tanin
merupakan golongan senyawa tumbuhan bersifat fenol yang memiliki
rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Berdasarkan
perbedaan struktur molekulnya tanin dibagi menjadi dua yaitu tanin
yang terhidrolisasi dan tanin terkondensasi. Beberapa tanin terbukti
mempunyai aktifitas antioksidan, menghambat pertumbuhan tumor,
dan mengambat enzim reverse transcriptase dan DNA topoisomerase.
Kedua enzim tersebut merupakan enzim yang berperan dalam replikasi
DNA pada bakteri (Robinson, 1995).
4. Proses Pengolahan Teh Hitam
Langkah pertama dalam proses pengolahan teh hitam adalah pelayuan.
Kemudian dilakukan proses penggilingan untuk mengubah pola proses
biokimia pada daun teh. Fase ini merupakan usaha menciptakan kondisi
fisik terbaik untuk bertemunya enzim polifenol dengan katekin. Pada saat
penggilingan terjadi proses perubahan kimia yang merupakan awal dari
peristiwa oksidasi katekin menjadi theaflavin, thearubigin, dan
theanapthoquinone, yang memberikan ciri khas teh hitam (Alamsyah,
2006). Enzim polifenol oksidase merupakan bagian terpenting dalam
pengolahan teh karena bertanggung jawab baik secara langsung maupun
secara tidak langsung pada sebagian atau keseluruhan reaksi yang terjadi
selama proses oksidasi. Selama proses tersebut katekin masuk dan
mengalami kontak langsung dengan enzim polifenol oksidase. Enzim ini
merupakan senyawa yang paling bertanggung jawab atas oksidasi ketekin
(Alamsyah, 2006). Daun teh yang sudah mengalami proses fermentasi
kemudian dikeringkan yang bertujuan untuk menghentikan proses
oksidase enzimatis. Suhu 90-95°C yang dipakai untuk mengurangi kadar
air 2-3% yang membuat teh kering, tahan lama, dan ringan (Alamsyah,
2006).

B. Metode Ekstraksi
Kandungan kimia dari suatu tanaman atau simplisia nabati yang berkasiat obat
umumnya mempunyai sifat kepolaran yang berbeda-beda, sehingga perlu
dipisahkan secara selektif menjadi kelompok-kelompok tertentu. Salah satu
contohnya adalah alkaloid yang banyak terdapat pada tanaman berbunga. Secara
kimia alkaloid merupakan basa organik yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen di dalam satu cincin. Alkaloid di dalam tanaman berada dalam bentuk
garam dari asam-asam organik lemah. Alkaloid bebas dapat larut dalam pelarut
organik seperti kloroform, Prinsip dasar ekstraksi adalah melarutkan senyawa
polar dalam pelarut polar dan senyawa non-polar dalam pelarut non-polar. Serbuk
simplisia diekstraksi berturut-turut dengan pelarut yang berbeda polaritasnya
(Harbone, 1996). Proses ekstraksi merupakan penarikan zat pokok yang
diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih
dengan zat yang diinginkan larut (Voight, 1994).
Menurut Darwis (2000), ada beberapa metode ekstraksi senyawa yang umum
digunakan, diantaranya adalah: sedangkan garam-garam organik larut dalam
larutan air (Goeswin, 2007).
1. Maserasi
Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik yang
digunakan pada suhu ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi
senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan
terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di
dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma
akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna
karena dapat diatur lama perendaman yang digunakan. Pemilihan pelarut
untuk proses maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan
memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam pelarut tersebut.
2. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses melewatkan pelarut organik pada sampel
sehingga pelarut akan membawa senyawa organik bersama-sama pelarut.
Efektivitas dari proses ini hanya akan lebih besar untuk senyawa organik yang
sangat mudah larut dalam pelarut yang digunakan. Keuntungan dari metode
ini adalah tidak diperlukannya proses pemisahan ekstrak sampel, sedangkan
kerugiannya adalah selama proses tersebut, pelarut menjadi dingin sehingga
tidak melarutkan senyawa dari sampel secara efisien.
3. Sokletasi
Sokletasi merupakan proses ekstraksi yang menggunakan penyarian berulang
dan pemanasan. Penggunaan metode sokletasi adalah dengan cara
memanaskan pelarut hingga membentuk uap dan membasahi sampel. Pelarut
yang sudah membasahi sampel kemudian akan turun menuju labu pemanasan
dan kembali menjadi uap untuk membasahi sampel, sehingga penggunaan
pelarut dapat dihemat karena terjadi sirkulasi pelarut yang selalu membasahi
sampel. Proses ini sangat baik untuk senyawa yang tidak terpengaruh oleh
panas.
4. Destilasi uap
Destilasi uap merupakan suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Proses
destilasi uap lebih banyak digunakan untuk senyawa organik yang tahan
terhadap suhu tinggi, yang lebih tinggi dari titik didih pelarut yang digunakan.
Pada umumnya lebih banyak digunakan untuk minyak atsiri. Keuntungan dari
metode ini antara lain adalah kualitas ekstrak yang dihasilkan cukup baik,
suhu dan tekanan selama proses ekstraksi dapat diatur serta waktu yang
diperlukan singkat.
5. Pengempasan
Pengempasan merupakan metode pemisahan dengan menggunakan tekanan
untuk mendesak suatu bahan yang akan diekstrak dengan alat pengepres.
Metode ini lebih banyak digunakan dalam proses industri seperti pada isolasi
senyawa dari buah kelapa sawit dan isolasi katekin dari daun gambir. Pada
proses ini tidak menggunakan pelarut.
V. Gambar Rangkaian Alat
VI. Bahan & Alat

Alat Bahan
Beaker Gelas 250 ml & 50 ml, Bahan yang digunakan adalah Teh
gelas ukur 100 ml & 600 ml, Labu hitam. Etanol 96%, NaOH
ukur 500 ml & 100 ml, cawan 0,001%, CHCl3, CaCO3 padat,
petridish, kaca arloji, seperangkat H2SO4 98%, Akuades, Kantong
alat ekstraksi, oven, timbangan Soklet dan alat ekstraksi soklet,
analitik, oil bath, kertas saring, dan aluminium foil.
corong pisah 250 ml, tanur,
pengering vakum dan hot plate.

VII. Prosedur/Cara Kerja


A. Prosedur kerja Penuntun Pratikum
1. Serbuk 100 g daun teh sampai halus, ektraksi dgn 400ml etanol dalam soxhlet
selama 3 jam.
2. Kemudian kafein dijerap dgn MgO + as. Sulfat 10% sebanyak 50ml.
3. Ektraksi dengan kloroform.
4. Kafein diperoleh sbg jarum halus spt sutra dgn TL 235˚C yang dapat
direkristalisasi dgn air panas.

B. Prosedur penelitian terdiri atas 2 prosedur yaitu penentuan kadar kafein awal
sampel teh hitam dan penentuan kadar kafein setelah proses ekstraksi sokletasi
dilakukan.
1. Analisa kadar kafein awal teh hitam
Teh hitam diuji kadar kafeinnya untuk mengetahui kadar kafein awal teh hitam
yang digunakan sebagai sampel penelitian
2. Analisa kadar kafein teh setelah ekstraksi
Prosedur ini sama dengan prosedur untuk analisa kadar kafein awal teh hitam.
Etanol 96% sebanyak 150 ml dimasukkan ke dalam labu destilat 250 ml. Sampel
sebanyak ± 3 gram dimasukkan ke dalam kantong soklet kemudian diekstraksi
selama ±2,5 jam dengan menggunakan oil bath. Hasil ekstraksi dicampur dengan
larutan suspensi CaCO3 dalam 60 ml air dan mengkisatkan hingga kering dengan
menggunakan rotavapor. Residu yang terbentuk dilarutkan ke dalam 100 ml air
panas kemudian disaring dalam keadaan panas (dengan vakum) yang dilakukan
sebanyak 3 kali pengulangan. Larutan H2SO4 sebanyak 10 ml diuapkan hingga
volumenya menjadi 1/3 volume awal. Melakukan ekstraksi pada filtrat dengan
menambahkan 5 ml CHCl3 sebanyak 5 kali. Warna kuning yang terbentuk dibilas
dengan NaOH encer dilanjutkan dengan air. Tahapan selanjutnya adalah
menguapkan CHCl3 sehingga diperoleh kafein.

VIII. Pengamatan & Hasil

1. Kadar kafein awal teh hitam


Kadar kafein teh hitam dari bahan baku diperoleh persentase 3,97%. Sesuai
prasyarat menurut The Food and Drug Administration (FDA) bahwa kadar kafein
yang diperbolehkan dalam bahan makanan dan minuman tidak melebihi 0,02%.
Sedangkan kadar kafein yang terkandung dalam bahan melebihi ambang batas
dengan selisih yang masih cukup tinggi yaitu 3,95%.
2. Analisis kadar kafein teh setelah ekstraksi
Hasil ekstraksi dengan metode sokletasi diperoleh data
pada Tabel berikut:

Konsentrasi pelarut (%) Kadar Kafein (%)


10% 0,1099%
20% 0,0699%
30% 0,0500%
40% 0,0206%
50% 0,0199%

3. KLT Hasil Fraksinasi


Bercak yang positif kafein ditandai dengan adanya bercak berwarna coklat gelap
yang diamati pada cahaya visibel
Pengamatan spot yang dihasilkan menggunakan metode penotolan menghasilkan
data Rf pada pengamatan UV 254 nm yaitu pada penotolan 1 menghasilkan
1 spot dengan Rf 0,57, pada penotolan 2 menghasilkan 3 spot dengan Rf 0,57,
0,83, dan 0,96, pada penotolan 3 menghasilkan 2 spot dengan Rf 0,57 dan 0,83,
dan pada penotolan 4 menghasilkan 1 spot dengan Rf 0,57. Sedangkan
pengamatan UV 366 nm pada penotolan 1 tidak menghasilkan spot, penotolan 2, 3
dan 4 menghasilkan 1 spot dengan Rf 0,83.

Hasil Pengamatan pada Plat KLT UV 254 nm (A), UV 366 nm (B), dan Sinar
Tampak (C); pada plat KLT menunjukan adanya spot kafein (a) dan fluoresensi dari
pelarut (b)
IX. Pembahasan
Pada percobaan ekstraksi kafein dari daun teh digunakan sampel serbuk kering
Teh hitam (Camellia sinensis O.K. Var. Assamica (Mast)) dengan metode sokletasi.
Sokletasi adalah metode pemisahan suatu komponen yang terdapat di dalam contoh
padat dengan cara penyarian secara berulang-ulang dengan pelarut tertentu, sehingga
semua komponen yang diinginkan akan terisolas sempurna. Pelarut yang digunakan
tergantung pada jenis komponen yang akan dipisahkan. Pelarut yang digunakan harus
sesuai dengan jenis zat yang digunakan. Senyawa polar hanya dapat larut dalam
pelarut polar, begitu juga dengan senyawa non polar hanya dapat larut dalam pelarut
non polar.Pelarut yang digunakan adalah etanol.
Etanol disebut juga etil alkohol atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah
menguap, mudah terbakar, tak berwarna dan merupakan alkohol yang paling sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan
dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol termasuk
ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris
C2H6O. Senyawa ini merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Sifat-sifat
fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan pendeknya
rantai karbon etanol. Peralatan yang digunakan dalam sokletasi disebut soklet.
Senyawa organik yang terdapat dalam bahan alam tersebut harus tahan terhadap suhu
panas atau senyawa organik tersebut tidak mengalami degradasi karena suhu panas.
Pelarut dan sampel ditempatkan secara terpisah dan penyarian dilakukan secara
berulang-ulang. Cara ini merupakan metode yang lazim digunakan dalam
laboratorium dan industri. Bila penyarian telah selesai maka pelarutnya diuapkan
kembali dan sisanya adalah zat yang tersaring. Keuntungan dari metode sokletasi
adalah sampel dapat terekstaksi dengan senyawa secara sempurna, karena metode ini
penyarian dilakukan beberapa kali atau secara kontinu, menggunakan pelarut yang
tidak banyak dan pelarut yang digunakan tersebut tidak habis (karena penyarian yang
dilakukan beberapa kali) dan dapat digunakan lagi setelah hasil isolasi dipisahkan dan
proses ekstraksi cepat. Ekstrak daun teh yang ingin diketahui adalah kafein.
Senyawa alkaloid yang terdapat dalam daun teh adalah kafein. Alkaloid yang
terkandung dalam teh mempunyai sifat penyegar, yaitu sebesar 3-4% dari berat
kering daun. Alkaloid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terbesar yang
terdapat dalam tumbuhan terutama biji, daun, ranting, dan kulit kayu. Kafein
merupakan alkaloid putih dengan rumus senyawa kimia C8H10N4O2, dan rumus
bangun 1,3,7-trimethylxanthine. Kafein memiliki efek farmakologi sebagai stimulan
dari sistem saraf pusat dan metabolisme, digunakan secara baik untuk pengobatan
dalam mengurangi keletihan fisik dan juga dapat meningkatkan tingkat kewaspadaan
sehingga rasa ngantuk dapat ditekan. Kafein juga merangsang sistem saraf pusat
dengan cara menaikkan tingkat kewaspadaan, sehingga fikiran lebih jelas dan
terfokus dan koordinasi badan menjadi lebih baik. Konsumsi kafein secara rutin
dapat menyebabkan terjadinya toleransi. Tanda-tanda dan gejala-gejala dari konsumsi
kafein secara berlebihan antara lain kecemasan, insomnia, wajah memerah, diuresis,
gangguan saluran cerna, kejang otot, takikardia,

X. Kesimpulan
Eksrak kafein dari daun Teh Hitam hitam (Camellia sinensis O.K. Var. Assamica
(Mast)) dengan metode sokletasi. Keuntungan metode ini sampel dapat terekstaksi
dengan senyawa secara sempurna, karena metode ini penyarian dilakukan beberapa
kali atau secara kontinu, menggunakan pelarut yang tidak banyak dan pelarut yang
digunakan tersebut tidak habis (karena penyarian yang dilakukan beberapa kali) dan
dapat digunakan lagi setelah hasil isolasi dipisahkan dan proses ekstraksi cepat.
Kafein memiliki efek farmakologi sebagai stimulan dari sistem saraf pusat dan
metabolisme.

XI. Daftar Pustaka


1. Alamsyah, Andi Nur. (2006). Taklukan Penyakit dengan Teh Hijau. Jakarta:
Agro. Media Pustaka
2. Andi Muhamad Iqbal Akbar Asfar, Efektifitas Penurunan Kadar Kafein Pada Teh
Hitam Dengan Metode Ekstraksi, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Ujung
Pandang, Journal INTEK. 2017, Volume 4 (2): 100-102 2.
3. Cronquist, A., 1981, An Integrated System of Classification of Flowering Plants,
New York, Columbia University Press,
4. Harborne, J., 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis.
Tumbuhan. Cetakan kedua. Penerjemah: Padmawinata, K. dan I. Soediro.
5. Ibrahim, Sanusi dkk. 1980. Diktat Kimia Organik. Padang: Unand.
6. L, Gotermann. 1952. Laboratory Methods of Organic Chemistry. London:
Macmillan and Co Limited St. Martins Street.
7. Manjang, Yunazar. 1985. Kimia Analisis Organik. Padang : Unand.
8. Paiva, Lampanan. 1995. Organic Laboratory Techniques.
9. P. D. Wilantari1, N. R. A. Putri, D. G. P. Putra, I. G. A. A. K. Nugraha,
Syawalistianah, Prawitasari, D.N.D., P. O. Samirana, Isolasi Kafein Dengan
Metode Sublimasi dari Fraksi Etil Asetat Serbuk Daun Teh Hitam (Camelia
sinensis), pISSN: 2301-7716; eISSN: 2622-4607 Jurnal Farmasi Udayana, Vol 7,
No 2, Tahun 2018, 53-62
10. Salisbury, F. B. & C. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1. Terjemahan:
Diah
11. R. Penerbit ITB, Bandung.
12. Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, 572-574, diterjemahkan
oleh Soedani, N., Edisi V, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada Press.

Anda mungkin juga menyukai