Anda di halaman 1dari 21

SKRINING FITOKIMIA

Mira Ariana M. Salahuddin


150 2012 0391
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Usaha penelitian ke arah pencarian obat baru semakin
berkembang pesat seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi
serta peningkatan jumlah dan jenis penyakit. Tumbuhan sebagai
sumber senyawa bioaktif alami merupakan bahan baku yang potensial
yang menunjang usaha pencarian senyawa-senyawa yang memiliki
aktivitas biologik terhadap sel hidup, khususnya sebagai senyawa
bioaktif medisinal. Munculnya berbagai dampak negatif dari
pemakaian zat-zat kimia sintetik atau sering disebut dengan
pengobatan kemoterapi, menyebabkan penggunaan bahan alam saat
ini lebih banyak dilakukan.
Obat tradisional adalah bahan obat-obat yang berasal dari alam
misalnya dari tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik
(sarian). Dalam bahan obat tradisional tersebut umumnya terdiri dari
beberapa jenis simplisia yang berkhasiat farmakologis, baik dalam bentuk
rajangan kasar dan rajangan halus. Bahkan beberapa sediaan bahan
alam telah berbentuk sediaan fitofarmaka (seperti temulawak dan daun
jambu).
Perbedaan kondisi lingkungan tempat tumbuh dapat menyebabkan
perbedaan jenis dan jumlah dari metabolit sekunder yang terkandung
dalam tanaman (Kardono, 2003). Selain itu hal yang menyebabkan
SKRINING FITOKIMIA
Mira Ariana M. Salahuddin
150 2012 0391
perbedaan kandungan metabolit sekunder yaitu genetik, metode
budidaya, waktu pengumpulan, serta pengolahan pasca panen (Biradar,
2010).
Analisis suatu obat tradisional yaitu dengan mengetahui komponen
kimia yang terdapat dalam bahan alam tersebut dengan melakukan
beberapa pengujian pertama dengan melakukan pemeriksaan
organoleptis, lalu dilakukan uji pendahuluan, ektraksi, penguapan pelarut,
partisi ektrak, dan identifikasi bercak dengan KLT.
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu
penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti.
Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian
warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna. Hal penting yang
berperan penting dalam skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan
metode ekstraksi (Kristianti dkk., 2008).
Salah satu tumbuhan berkhasiat yang sering digunakan sebagai
sumber obat adalah tumbuhan petai cina (Leucaena glauca L.). Bagian
yang digunakan sebagai obat adalah daun, akar, biji, dan seluruh bagian
tanaman. Keseluruhan tanaman ini dapat digunakan sebagai sumber
bahan obat-obatan tradisional (Dalimartha, 2000).
Tumbuhan petai Cina atau lamtoro (Leucaena glauca L.) merupakan
tumbuhan yang diminati masyarakat karena mempunyai banyak manfaat.
Bagian dari tanaman lamtoro yang paling banyak dimanfaatkan adalah
SKRINING FITOKIMIA
Mira Ariana M. Salahuddin
150 2012 0391
bijinya. Manfaat utama biji lamtoro adalah sebagai aenthelmintikum (obat
cacing), biji petai cina juga bermanfaat sebagai peluruh air seni, peluruh
haid, penawar racun serangga serta pengobatan untuk penyakit kencing
manis. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai pemeriksaan
identitas dan kemurnian simplisia biji petai cina pada pengeringan oven
dan sinar matahari, sehingga diperoleh informasi teknik pengeringan
mana yang terbaik.
Dari penelitian terdahulu diketahui bahwa pada batang petai cina
terdapat senyawa tannin dan pada daunnya dilakukan analisa Karotenoid
.Penelitian menunjukkan bahwa infusa daun petai cina dengan
konsentrasi 40% mempunyai efek antiinflamasi pada tikus jantan galur
Wistar yang diinduksi dengan 0,1 ml karagenin 1% dengan nilai AUC
(ml.Jam) sebesar 0,24 ( Fauziyah, 2008 ).
B. Maksud dan Tujuan
B.1 Maksud Praktikum
Untuk menentukan skrining fitokimia dari tanaman lamtoro
B.2 Tujuan Praktikum
Menentukan kandungan kimia dari tanaman dengan cara melakukan
suatu reaksi kimia.



SKRINING FITOKIMIA
Mira Ariana M. Salahuddin
150 2012 0391
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Uraian Tanaman Lamtoro
A.1 Klasifikasi Tanaman lantoro
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : fabales
Famili : Mimosaceae
Genus : Leucaena
Spesies : Leucaena glauca L.
A.2 Nama Daerah
Sumatera: pete selong, pete Cina; Jawa: lamtoro, kemlandingan;
Sunda: peuteuy selong, kamalandingan.
A.3 Morfologi Tanaman
Petai cina merupakan perdu ataupun pohon kecil dengan tinggi 2-10
m, memiliki batang pohon keras dan berukuran tidak besar serta batang
bulat silindris dan bagian ujung berambut rapat. Daun majemuk terurai
dalam tangkai, menyirip genap ganda dua sempurna, anak daun kecil-
kecil terdiri dari 5-20 pasang, bentuknya lanset, ujung runcing, tepi rata,
panjang 6-21 mm dan lebar 2-5 mm. Bunga majemuk terangkai dalam
karangan berbentuk bongkol yang bertangkai panjang dan berwarna putih
kekuningan atau sering disebut cengkaruk. Buahnya mirip buah petai
SKRINING FITOKIMIA
Mira Ariana M. Salahuddin
150 2012 0391
(parkia speciosa ) tetapi ukurannya jauh lebih kecil dan berpenampang
lebih tipis, termasuk buah polong yang berisi biji biji kecil dengan jumlah
cukup banyak, pipih, dan tipis bertangkai pendek, panjang 10-18 cm, lebar
2 cm dan diantara biji ada sekat. Biji terdiri dari 15-30 butir, letak
melintang, bentuk bulat telur sungsang, panjang 8 mm, lebar 5 mm,
berwarna coklat kehijauan atau coklat tua dan licin mengkilap.
Petai cina dipakai untuk pupuk hijau dan sering ditanam sebagai
tanaman pagar sedangkan daun muda, tunas bunga, dan polong bisa
dimakan sebagai lalap mentah ataupun dimasak terlebih dahulu.
Perbanyakan selain dengan penyebaran biji yang sudah tua juga dapat
dilakukan dengan cara stek batang (Dalimarta, 2000).
A.4 Ekologi Tumbuhan
Petai cina cocok hidup didataran rendah sampai ketinggian 1500
meter DPL. Di pedesaan sering ditanam sebagai tanaman pagar, pupuk
hijau dan sebagainya.
A.5 Manfaat Lamtoro
Biji, daun, dan seluruh bagian tanaman dapat digunakan untuk
mengobati beberapa penyakit. Diantaranya adalah kencing manis
(diabetes melitus), patah tulang, cacingan, bisul, terlambat haid, radang
ginjal ( nephritis ) dan susah tidur (Dalimarta, 2000).



SKRINING FITOKIMIA
Mira Ariana M. Salahuddin
150 2012 0391
A.6 Kandungan Kimia Lamtoro
Biji mengandung mimosin, leukanin, leukanol, dan protein. Daun
mengandung alkaloid, saponin, flavonoida, tanin, protein, lemak, kalsium,
fosfor, besi, serta vitamin ( A, B, C ) (Dalimartha, 2000).
A.7 Efek farmakalogis
Efek farmakologis Petai cina diantaranya adalah menyembuhkan
luka luar, abses paru, meluruhkan urine ( diuretik ), melancarkan darah,
dan anti anti-inflamasi (Dalimartha, 2000).
B. Uraian Kandungan
Tanin merupakan senyawa fenolik yang kerjanya bersifat adstringen
(menciutkan selaput usus/ pengelat) yang dapat mengurangi kontraksi
usus, menghambat diare, mengurangi penyerapan, dan melindungi usus
dengan cara melapisi permukaan lumen (Harbone, 1987).
Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu
atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari
system siklik. Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak
mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol, jadi digunakan secara luas
dalam bidang pengobatan. Uji sederhana, tapi sama sekali tidak
sempurna untuk alkaloid dalam daun atau buah segar adalah rasa
pahitnya di lidah (Harbone, 1996).
Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida, golongan terbesar
flavonoid berciri mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga
karbon dengan salah satu dari cincin benzene. Efek flavonoid terhadap
SKRINING FITOKIMIA
Mira Ariana M. Salahuddin
150 2012 0391
macam - macam organisme sangat banyak macamnya dan dapat
menjelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoid dipakai
dalam pengobatan tradisional. Flavonoid tertentu merupakan komponen
aktif tumbuhan yang digunakan secara tradisional untuk mengobati
gangguan hati (Robinson, 1995).
Dioksiantrakinon bebas adalah senyawa senyawa ini banyak
terdapat dalam bentuk bebas dan berbeda beda, serta derajat oksidasi
yang berbeda pula, seperti antron, oksantron, dan autrano. Serbuk dalam
tabung reaksi ditambahkan kalium hidroksida etanol LP, warna merah.
Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat menimbulkan
busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering
menyebabkan hemolisis sel darah merah. Saponin digunakan sebagai
bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang
kesehatan. Dua jenis saponin yang sering dikenal yaitu glikosida
triterpenoid alkohol dan glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai
rantai samping spiroketal. Kedua jenis saponin ini larut dalam air dan
etanol tetapi tidak larut dalam eter (Robinson, 1995).
Steroid adalah terpenoid yang kerangka dasarnya terbentuk dari
sistem cincin siklopentana prehidrofenantrena. Steroid merupakan
golongan senyawa metabolik sekunder yang banyak dimanfaatkan
sebagai obat. Hormon steroid pada umumnya diperoleh dari senyawa
senyawa steroid alam terutama dalam tumbuhan (Djamal, 1988).

SKRINING FITOKIMIA
Mira Ariana M. Salahuddin
150 2012 0391
BAB III
PROSEDUR KERJA
A. Alat dan Bahan
A.1 Alat
Alat alat yang digunakan adalah Aluminium Foil, Blender, Bunsen,
Cawan Porselin, Headrayer, Kertas Saring, Korek, Pipet Tetes, Rak
Tabung, Sendok Tanduk, Tabung Reaksi.
A.2 Bahan
Bahan bahan yang digunakan adalah Air Panas, AlCl3, Brom,
Etanol 95%, Eter, FeCl3, HCL, KOH 10%, Liebermann-Buchard Pereaksi
Mayer/Bauchardat/Dragendorff.
B. Cara Kerja
B.1 Reaksi Identifikasi Golongan Tanin
a. Reaksi identifikasi terhadap katekol
Sampel dibasahi dengan larutan FeCl
3
1 N, jika mengandung
katekol akan menghasilkan warna hijau. Untuk sampel yang
ditambahkan dengan larutan Brom, jika mengandung katekol
akan terjadi endapan.
b. Reaksi identifikasi terhadap pirogalotanin
Sampel dibasahi dengan larutan FeCl
3
1 N, jika
mengandung pirogalotanin akan menghasilkan warna biru. Jika
SKRINING FITOKIMIA
Mira Ariana M. Salahuddin
150 2012 0391
sampel ditambahkan dengan larutan Brom, jika mengandung
pirogalotanin maka tidak terjadi endapan.
B.2 Reaksi identifikasi Golongan Dioksiantrakinon
Sedikit serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditetesi
dengan KOH 10 % P b/v dalam etanol 95% P, jika mengandung
dioksiantrakinon akan menghasilkan warna merah.
B.3 Reaksi Identifikasi Golongan Alkaloid
Ekstrak metanol dimasukkan kedalam masing-masing tabung reaksi
kemudian ditetesi HCl 0,5 N dan pereaksi Mayer, jika mengandung
alkaloid maka akan menghasilkan endapan kuning. Untuk HCl 0,5 N dan
pereaksi Bauchardat, jika mengandung alkaloid akan menghasilkan
endapan coklat. Dan HCl 0,5 N dan pereaksi Dragendroff, jika
mengandung alkaloid akan menghasilkan endapan warna jingga.
B.4 Reaksi Identifikasi Golongan Steroid
Serbuk dihaluskan dengan etanol kemudian didihkan selama 15
menit lalu disaring, filtrat diuapkan sampai kering. Ekstrak kering
ditambahkan eter setelah terlebih dahulu disuspensikan dengan sedikit
air, bagian yang larut dalam eter dipisahkan. Lapisan eter kemudian
ditetesi dengan pereaksi Liebermann-Burchard jika mengandung steroid
akan menghasilkan warna merah jambu.



SKRINING FITOKIMIA
Mira Ariana M. Salahuddin
150 2012 0391
B.5 Reaksi Identifikasi Golongan Saponin
Serbuk dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air
panas, didingankan kemudian kocok kuat-kuat selama 10 deetik,
terbentuk buih, lalu tambahkan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang.
B.6 Reaksi Identifikasi Golongan Flavonoid
Serbuk ditambahkan dengan FeCl
3
dan HCl P, jika terjadi warna
merah menunjukkan adanya flavonoid.










SKRINING FITOKIMIA
Mira Ariana M. Salahuddin
150 2012 0391
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
NO
Golongan
Komponen tumbuhan
Pereaksi/
Perlakuan
PENGAMATAN
DAUN
KOMARA
LENGKUAS LAMTORO LOBE-LOBE
1 TANIN
Katekol
FeCl3
+ tanin
katekol
- + +
Brom
Pirogalotanin
FeCl3
- - - -
Brom
2 DIOKSIANTRAKINON KOH 10% - + + -
3 ALKALOID
Mayer + HCl - - + -
Bauchardat + HCl - - + +
Dragendroff + HCl - + + +
4 FLAVONOID
FeCL3 + HCl - - - -
AlCl3 + HCl + - + +
5 SAPONIN Air Panas + HCl + - - -
6 STEROID
Estrak etanol + eter
- - + -
Lapisan eter +
B.Lieberman

Ket :
Sampel I = Bagian tumbuhan dengan tekstur lunak / daun komara
Sampel II = Bagian tumbuhan dengan tekstur keras / lengkuas
Sampel III = biota laut / lamtoro
Sampel IV = Lobe - lobe
SKRINING FITOKIMIA
Mira Ariana M. Salahuddin
150 2012 0391
B. Pembahasan
Lamtoro (Leucaena leucocephala) sudah dikenal di Indonesia sejak
dulu dengan nama petai Cina. Tanaman ini termasuk kacang-kacangan
yang berasal dari Amerika Tengah. Tanaman ini dibawa ke Indonesia
pada abad ke-20 sebagai tanaman peneduh di perkebunan-perkebunan
(Budiman dkk, 1994). Sekarang tanaman ini tersebar di seluruh pelosok
pedesaan karena mudah tumbuh hampir di semua tempat yang mendapat
curah hujan cukup.
Lamtoro memiliki rasa agak pahit dan bersifat netral. Beberapa
bahan kimia yang terkandung dalam daun lamtoro di antaranya protein,
lemak, kalsium, fosfor, besi, serta vitamin (A,B
1
, dan C). Sementara bijinya
mengandung mimosin, leukanin, protein, dan leukanol.
Pengambilan sampel dari daun petai cina yaitu dengan mengambil
daun kelima dari pucuk daun, diambil dari daun kelima karena pada daun
kelima diperkirakan mengandung senyawa kimia yang kompleks. Daun ini
diambil pada pukul 09.00-11.00, karena pada waktu tersebut terjadi
proses fotosintesis yang sempurna. Dalam pengambilan, tidak digunakan
alat logam, karena bahan logam tersebut dapat bereaksi dengan
senyawa-senyawa kimia yang terkandung di dalam daun . Daun yang
telah diambil dikumpulkan, lalu dibersihkan dari kotoran yang melekat.
Kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan sehari diruang
terbuka kemudian dirajang halus atau digunting kecil kecil dengan
ukuran tertentu, lalu dimasukkan dalam wadah.
SKRINING FITOKIMIA
Mira Ariana M. Salahuddin
150 2012 0391
Pengolahan sampel ini dilakukan dengan cara yaitu sampel daun
petai cina dikumpulkan, kemudian dilakukan sortasi basah yaitu
membersihkannya dari kotoran yang melekat hingga semua kotoran yang
melekat dapat hilang. Setelah itu digunting kecil kecil kemudian
dikeringkan dengan cara mengangin-anginkan daun petai cina. Tujuan
pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Mengurangi
kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik bisa mencegah penurunan
mutu atau kerusakan mutu. Air yang masih tersisa dalam simplisia dalam
kadar tertentu dapat menjadi media pertumbuhan kapang dan jasad renik
lainnya. Setelah itu dilakukan sortasi kering. Sortasi setelah pengeringan
merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi ialah
memisahkan benda-benda asing, seperti bagian-bagian tanaman yang
tidak diinginkan dan pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal.
Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus atau dikemas dan
disimpan. Setelah itu lalu dimasukkan ke dalam wadah sebagian sampel
dapat diserbukkan untuk melakukan uji pendahuluan.
Skrining fitokimia ditujukan sebagai langkah awal untuk menentukan
kandungan kimia dari tanaman dengan cara melakukan suatu reaksi
warna. Metode yang digunakan dalam skrining fitokimia harus memiliki
persyaratan seperti metodenya sederhana dan cepat, peralatan yang
digunakan sesedikit mungkin, selektif dalam mengidentifikasi senyawa-
SKRINING FITOKIMIA
Mira Ariana M. Salahuddin
150 2012 0391
senyawa tertentu, dan dapat memberikan informasi tambahan mengenai
keberadaan senyawa tertentu dalam kelompok senyawa yang diteliti.
Sebagai informasi awal dalam mengetahui senyawa kimia apa yang
mempunyai aktivitas biologi dari suatu tanaman. Informasi yang diperoleh
dari pendekatan ini juga dapat digunakan untuk keperluan sumber bahan
yang mempunyai nilai ekonomi lain seperti sumber tani, minyak untuk
industri sumber gum, dll. Metode yang telah dikembangkan dapat
mendeteksi adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, senyawa
fenolat, tanin, saponin, steroid/ terpenoid.
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum skrining fitokimia
adalah : Aluminium Foil, Blender, Bunsen, Cawan Porselin, Headrayer,
Kertas Saring, Korek, Pipet Tetes, Rak Tabung, Sendok Tanduk, Tabung
Reaksi
Bahan-Bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : Air Panas,
AlCl3, Brom, Etanol 95%, Eter, FeCl3, HCL, KOH 10%, Liebermann-
Buchard Pereaksi Mayer/Bauchardat/Dragendorff.
Pertama-tama sampel di haluskan dengan menggunakan Blender.
Untuk Reaksi Identifikasi Golongan Tanin dibedakan menjadi Katekol dan
Pirogalotanin. Untuk Reaksi identifikasi terhadap Katekol : Sampel
dibasahi dengan larutan FeCl
3
1 N, jika mengandung katekol akan
menghasilkan warna hijau. Untuk sampel ditambahkan dengan larutan
Brom, jika mengandung katekol akan terjadi endapan. Dari perlakuan
untuk golongan Katekol baik menggunakan pereaksi FeCl
3
maupun Brom
SKRINING FITOKIMIA
Mira Ariana M. Salahuddin
150 2012 0391
diperoleh hasil : Untuk Daun Komara Positif mengandung tanin katekol,
untuk Lengkuas Negatif mengandung tanin katekol, untuk Lamtoro Positif
mengandung tanin katekol, dan untuk Lobe-lobe Positif mengandung tanin
katekol.
Untuk Reaksi identifikasi terhadap Pirogalotanin : Sampel dibasahi
dengan larutan FeCl
3
1 N, jika mengandung pirogalotanin akan
menghasilkan warna biru. Untuk sampel ditambahkan dengan larutan
Brom, jika mengandung pirogalotanin tidak terjadi endapan. Dari
perlakuan untuk golongan Pirogalotanin baik menggunakan pereaksi
FeCl
3
maupun Brom diperoleh hasil : Untuk Daun Komara Negatif
mengandung tanin pirogalotanin, untuk Lengkuas Negatif mengandung
tanin pirogalotanin, untuk Lamtoro Negatif mengandung tanin
pirogalotanin, dan untuk Lobe-lobe Negatif mengandung tanin
pirogalotanin.
Pada Reaksi identifikasi Golongan Dioksiantrakinon pertama-tama,
serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditetesi dengan KOH 10
% P b/v dalam etanol 95% P, jika mengandung dioksiantrakinon akan
menghasilkan warna merah. Dan diperoleh hasil : Untuk Daun Komara
dan Lobe-lobe Negatif mengandung Dioksiantrakinon. Sedangkan
Lengkuas dan Lamtoro Positif.
Pada Reaksi Identifikasi Golongan Alkaloid pertama-tama, ekstrak
metanol dimasukkan kedalam masing-masing tabung reaksi kemudian
ditetesi dengan HCl 0,5 N dan pereaksi Mayer, jika mengandung alkaloid
SKRINING FITOKIMIA
Mira Ariana M. Salahuddin
150 2012 0391
maka akan menghasilkan endapan kuning. Kemudian HCl 0,5 N dan
pereaksi Bauchardat, jika mengandung alkaloid akan menghasilkan
endapan coklat. Yang terakhir HCl 0,5 N dan pereaksi Dragendroff, jika
mengandung alkaloid akan menghasilkan endapan warna jingga. Dan
diperoleh hasil : Untuk Daun Komara baik menggunakan pereaksi Mayer,
Bauchardat, maupun Dragendroff itu Negatif mengandung Alkaloid. Untuk
Lengkuas dengan menggunakan pereaksi Mayer ataupun Bauchardat
adalah Negatif, dan untuk pereaksi Dragendroff itu Positif mengandung
Alkaloid. Untuk Lamtoro baik menggunakan pereaksi Mayer, Bauchardat,
maupun Dragendroff hasilnya Positif mengandung Alkaloid. Untuk sampel
Lobe-lobe dengan menggunakan pereaksi Mayer adalah Negatif,
sedangkan untuk Bauchardat dan Dragendroff hasilnya Positif
mengandung Alkaloid.
Pada Reaksi Identifikasi Golongan Steroid, serbuk dihaluskan
dengan etanol kemudian didihkan selama 15 menit lalu disaring, filtrat
diuapkan sampai kering. Ekstrak kering ditambahkan eter setelah terlebih
dahulu disuspensikan dengan sedikit air, bagian yang larut dalam eter
dipisahkan. Lapisan eter kemudian ditetesi dengan pereaksi Liebermann-
Burchard jika mengandung steroid akan menghasilkan warna merah
jambu. Dan diperoleh hasil : Untuk Daun Komara, Lengkuas dan Lobe-
lobe Negatif mengandung Steroid. Sedangkan untuk Lamtoro Positif
mengandung Steroid.
SKRINING FITOKIMIA
Mira Ariana M. Salahuddin
150 2012 0391
Pada Reaksi Identifikasi Golongan Saponin, serbuk dimasukkan
kedalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air panas, didingankan
kemudian kocok kuat-kuat selama 10 deetik, terbentuk buih, lalu
tambahkan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang. Dan diperoleh
hasil: Untuk Lengkuas, Lamtoro dan Lobe-lobe adalah Negatif
mengandung Saponin. Sedangkan untuk Daun Komara Positif
mengandung Saponin.
Pada Reaksi Identifikasi Golongan Flavonoid, serbuk ditambahkan
dengan FeCl
3
dan HCl P, jika terjadi warna merah menunjukkan adanya
flavonoid, begitupun untuk AlCl
3
. Dan diperoleh hasil : Untuk Pereaksi
FeCL
3
baik Daun Komara, Lengkuas, Lamtoro, maupun Lobe-lobe
hasilnya Negatif mengandung Flavonoid. Sedangkan dengan pereaksi
AlCl
3
baik Daun Komara, Lamtoro maupun Lobe-lobe Positif mengandung
Flavonoid, sedangkan Lengkuas Negatif mengandung Flavonoid.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa lamtoro sebagai
aenthelmintikum (obat cacing), biji petai cina juga bermanfaat sebagai
peluruh air seni, peluruh haid, penawar racun serangga serta pengobatan
untuk penyakit kencing manis.




SKRINING FITOKIMIA
Mira Ariana M. Salahuddin
150 2012 0391
BAB V
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengamatan tentang Skrining Fitokimia maka
dapat disimpulkan bahwa Lamtoro Positif mengandung komponen kimia
antara lain Tanin, Dioksiantrakinon, Alkaloid, Flavonoid, dan Steroid. Dan
Negatif mengandung Saponin.
B. Saran
Metode tabung merupakan metode yang paling sederhana karena
tidak menggunakan alat yang canggih dan masih manual. Sebelum
melakukan uji tabung terlebih dahulu lakukan uji pendahuluan dengan
menggunakan larutan KOH 5% yang menghasilkan warna intensif.
Selanjutnya melakukan pengujian metode tabung pada beberapa
senyawa misalnya alkaloid, tanin, saponin dll dengan menggunakan
beberapa pelarut diantaranya NaCl 2%, FeCl, NaOH 2N dll.





SKRINING FITOKIMIA
Mira Ariana M. Salahuddin
150 2012 0391
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia I.
Universitas Muslim Indonesia. Makassar.

Biradar, Y.S. 2010. TLC Densitometric Quantification of Vasicine,
Vasicinone and Embelin from Adhatoda zeylanica Leaves and
Embelia ribes Fruits (Tesis). P. 140.

Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat di Indonesia. Jakarta : Trubus
Agriwidya.

Djamal, R. 1998. Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Pusat
Penelitian. Universitas Negeri Andalas.

Fauziyah, N. 2008. Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Petai Cina
(Leucaena glauca, Benth) pada Tikus Putih Jantan Galur
Wistar. Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta.

Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan, Edisi Kedua, Diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Penerbit ITB,
Bandung.

Hariana, A. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Kardono LBS. 2003. Kajian kandungan Kimia Mahkota Dewa (Phaleria
marcocarpa). Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Farmasi dan Obat Tradisional Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. P.56

Kristianti, A. N, N. S. Aminah, M. Tanjung, dan B. Kurniadi. 2008. Buku
Ajar Fitokimia. Surabaya: Jurusan Kimia Laboratorium Kimia
Organik FMIPA Universitas Airlangga. P.47-48.

Nararto P. 1995. Penelitian pendahuluan aktivitas biologik
antineoplastik ekstrak herbaL Dendropthoe petandra yang
tumbuh pada pohon mangga. Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga. Surabaya.

Robinson, T. 1991. The Organic Constituen of HigherPlants. University of
Massachusetts

SKRINING FITOKIMIA
Mira Ariana M. Salahuddin
150 2012 0391
LAMPIRAN
















Dioksiantrakinon Alkaloid Bauchardat













Alkaloid Mayer Alkaloid Dragendroff













Alkaloid
SKRINING FITOKIMIA
Mira Ariana M. Salahuddin
150 2012 0391













Tanin Flavonoid

















Steroid Saponin

Anda mungkin juga menyukai