Anda di halaman 1dari 21

BAB I PENDAHULUAN

Semua makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungan sekitar, demikian juga jasad renik. Pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel dimana pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh banyak sekali faktor luar. Faktor luar tersebut yang paling penting adalah faktor lingkungan. Satu satunya jalan untuk menyelamatkan diri dari pengaruh faktor lingkungan adalah dengan cara menyusuaikan diri ( adaptasi ) kepada pengaruh faktor dari luar. Penyesuaian mikroorganisme terhadap faktor lingkungan dapat terjadi secara cepat dan ada yang bersifat sementara, tetapi ada juga perubahan itu bersifat permanent sehingga mempengaruhi bentuk morfologi serta sifat sifat fisiologik secara turun temurun. Aktifitas mikroba dipengaruhi oleh lingkungan. Beberapa golongan mikroorganisme sangat tahan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan, sehingga cepat menyesuaiakan diri dengan kondisi baru. Ada pula golongan mikroorganisme sama sekali tidak dapat menyesuaiakan diri dengan lingkungannya. Penggunaan kemoterapi dikembangkan oleh Paul Ehrlich berdasarkan teori selective toxicity. Menurut teori ini, bahan yang digunakan sebagai obat bersifat racun bagi mikroorganisme tetapi tidak menyebabkan gangguan pada inang. Bahan antimicrobial yang mematikan bakteri dan menyebabkan gangguan pada inang tentu saja kurang bermanfaat. Paul Ehrlich pertama kali menemukan bahwa senyawa arsen ( arsphnamin ) memiliki sifat toksik yang selektif terhadap Treponema pallidum. Beberapa tahun kemudian Domagk menemukan bahwa protonsil ( zat warna merah ) berguna dalam pengobatan infeksi streptococcus. Ternyata kemudioan

bahwa protonsil mengandung sulfanilamida. Sebagian besar antibiotik umumnya bersifat lipofilik. Dinding sel bakteri gram (-) mengandung LPS dimana terdapat pori yang bersifat hidrofilik. Akibatnya antibotik yang bersifat lipofilik tidak dapat menembus dinding sel bakteri garm negatif. Sebagian besar antibiotik tidak efektif terhadap bakteri gram negatif. Sebelum Paul Ehrlich, pada abad ke-16, paracelcus menggunakan senyawa mercuri sebagai pengobatan sifilis. Pribumi amerika selatan istilah yang sering digunakan adalah sehubungan dengan bahan antimicrobial dan penggunaanya adalah : 1. Bakteriostatik Ini berarti bahwa bahan antimicrobial memiliki kemapuan untuk menghambat perkembangan bakteri ( kuman ). Jika bahan antimicrobial dihilangkan, perkembangbiakkan bakteri berjalan kembali seperti semula. Sebagai contoh adalah Tetracyclin, sulfanilamida dan chloramphenicol.

2. Bakterisidal Bahan antimikrobial kelompok ini memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri. Daya Bakterisidal berbeda dengan bakteriostatik oleh karena

prosesnya hanya berjalan searah, yaitu bakteri yang telah mati ini tidak dapat berkemibiobang biak kembali meskipun bahan bakterisidal dihilangkan. Sebagai contoh adalah : pecilin, streptomycine, polimyxin. Antibiotik. Antibiotik adalah bahan antimikrobal yang dihasilkan

mikroorganisme hidup. Pasteur (1877) pertama kali melaporkan adanya pencemaran di udara yang mengakibatkan sifat letal pada Bacillus antharacis. Pengamatan serupa dilaporkan juga oleh Flaming (1992); Penicillium notatum yang menghambat pertmbuhan Staphyloccocus aureus.

Namun demikian , baru sebelas tahun setelah penemuan Fleming, Chain dan Florey mendapatkan penicillin yang bersifat antibacterial dengan daya racun yang rendah. Antibiotik yang dikembangkan setelah penicillin kebanyakan berasal dari streptomyces. Mikroorganisme lainnya yang dapat digunakan untuk menghasilkan antibiotik ialah bakteri, actinomycetes dan fungi. Selain itu sekarang ini dproduksi penicillin semi-sintetik yang berasal dari 6-amino-penicilinat.

Daya kerja bahan antimicrobial :

1.

Penghambatan pertumbuhan oleh analog. Dalam kelompok ini termasuk sulfanomida. Pada umumnyabakteri memerlukan para-aminobenzoat (PABA) untuk dintesis asam folat yang diperlukan dalam sintesis purin. Sulfanamida memiliki struktur seperti PABA, sehingga penggunaan sulfanamida menghasilkan asam folat yang tidak berfungsi. Analog yang lain dari PABA adalah sulfonamida dan PAS (para amino salisylic acid)yang digunakan dalam pengobatan TBC.

2.

Penghambatan sintesis dinding sel Perbedaan struktur sel antara bakteri dan eukariot menguntungkan bagi penggunaan bahan antimicrobial. Penicillin dan Cephalosporin merupakan contoh klasik. Kedua antibiotic ini menyebabkan penghambatan dan pembentukan ikatan sebrang silang.

Pada konsentrasi rendah, penicillin menghambat pembentukan ikatan glikosida, sehinngga pembentukan dinding sel baru akan terlihat bakteri sel yang panjang tanpa dinding sekat. Pada konsentrasi tinggi, ikatan sebrang silang terganggu dan pembentukan dinding sel terhenti. Penghambatan pembentukan ikatan sebrang silang disebabkan antibiotik tersebut merupakan analog dari D.ala D.ala.

Peptidoglikan yang merupakan sasaran utama kedua antibiotic ini tidak ditemukan pada eukariot sehingga efek toksiknya tidak ada pada inang. Perbedaan antara bakteri gram positive dan gram negative tergantung pada kandungan peptidoglikan kedua jenis bakteri ini. Kepekaan bakteri terhadap penisilin tergantung pada kemampuan mikroorganisme menghasilkan enzim beta-laktamase, enzim ini dapat merusak kerja penicillin.

Penicillin semisintetik. Keuntungan dari penicillin ini resistensinya terhadap btelaktamase. Sebagai contoh, methicillin akan mengikat beta-laktamase yang dihasilkan bakteri gram negative yaitu pseudomonas. Jika methicillin ini diberikan bersama dengan ampisillin maka ampisillin tidak akan dirusak oleh beta-laktamase. Ampisillin berdaya kerja terhadap bakteri gram negatif.

cincin beta-laktam
S C CH2 C O N H O H CH C CH N C C OH O CH3 CH3

penicillin G

Fosfomisin salah satu langkah pertama dalam sintesis peptidoglikan adalah produksi unit asam N-asetilmuramat. Langkah ini diselesaikan dengan penggabungan secara enzimatik fosfoenolpiruvat dengan N-

asetilglukosamin. Fosfomisin disebut sebagai antibiotik spektrum luas, karena bersifat bakterisida terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Resistensi terjadi terutama melalui hilangnya sistem pengangkutan secar mutasi yang melaluinya antibiotika memasuki sel.

Sefalosporin Antibiotika ini adalah antibiotika beta-laktam yang secara struktural sama dalam banyak hal dengan penicillin. Pada kenyataannya antibiotik ini lebih unggul daripada penisillin yaitu bahwa antibiotik ini lebih resisten terhadap inaktivasi oleh penicillinase. Cara kerja sefalosporin kelihatannya identik dengan cara kerja penicillin dan seperti diperkirakan kerjanya bersifat bakterisida.

Sefalosporin di inaktivasi oleh beta-laktamase tatapi tidak peka terhadap yang lain.

S HO C O NH2 O H O H C N C CH CH2 CH2 CH2 C N CH CH C

CH3 CH3 C O OH

Vankomisin dan ritosetin Kedua antibiotika tersebut bersifat bakterisida terhadap bakteri gram positif dan spirochaeta, dan keduanya bertindak dengan menghambat sintesis peptidoglikan. Cara kerjanya rupanya identik dalam hal bahwa antibiotika terikat erat pada D-alanil-D-alanin terminal yang terdapat pada peptidoglikan dinding sel dan disini mencegah transpeptidisasi.

Bacitracin Antibiotic ini merupakan polipeptida yang dihasilkan oleh bacillus subtillis. Daya kerjanya ialah penghambatan pada pemindahan unit dinding sel. Daya kerjanya terutama pada gram positif. Daya racun yang kuat dari antibiotic ini menyebabkan untuk obat luar saja.

3. Penghambatan fungsi membran sel Membrane sel bakteri dan fungsi dapat dirusak oleh beberapa bahan tertentu tanpa merusak sel inang. Polymixin berdaya kerja terhadap bakteri gram negatif sedangkan antibiotic polyene terhadap fungsi. Namun demikian penggunaan kedua antibiotik ini tidak dapat ditukar balik. Ini berarti bahwa polimiksin tadak berdaya kerja terhadap fungsi. Hal ini disebabkan karena membrane sel bakteri pada umumnya tidak mengandung sterol, sedangkan pada fungi ditemukan sterol. Polyene harus bereaksi dengan sterol dalam membrane sel fungi sebelum mempunyai kemampuan merusak membrane. Sebagai contoh antibiotic polyene adalah amphotericin B dan Nystati.

Polymixin dihasilkan oleh bacillus polymyxa. Daya polymixin merusak membrane sel, sehingga isi sel akan keluar. Antibiotic ini berdaya kerja terhadap sel baik yang sedang tumbuh maupun yang tidak tumbuh.

4. Penghambatan sintesis protein Beberapa antibiotic menghambat sintesis protein pada bakteri. Sebagai contoh adalah chloramphenicol, tetracycline, erythromycin. Puromycin merupakan penghambat sintesis protein pada manusia. Bakteri memiliki ribosom dengan 70 S, sedangkan manusia 80 S. unit ribosom pada bakteri adalah 50 S dan 30 S. chloramphenicol meningkat ribosom 50 S, sehingga tidak berfungsi. Antibiotic ini berfungsi sebagai bakteriostatik, pertumbuhan bakteri dimulai kembali bila tidak ada antibiotic ini. Tetracyclin meningkat pada 30 S sehingga RNA tidak dapat diikat oleh ribosom. Tertrasiklin juga berfungsi sebagai bakteriostatik.

Erytromicin terikat pada ribosom 50 S sehingga akan bersaing dengan asam amino untuk berikatan pada ribosom. Aminoglikosida merupakan kelompok antibiotic yang berasal dari streptomyces. Aminoglokosida menghambat sintesis protein dengan merusak polisom. Kelompok ini akan terikat pada 30 S, sehingga terjadi gangguan pembacaan sandi dari mRNA. Sehingga akibat terjadinya kesalahan pada pengaturan asam amino dan terjadilah protein yang tidak berfungsi disebabkan penghambatan pembentukan rantai peptide.

Klorampenicol Klorampenikol disebut antibiotika berspektrum luas, karena antibiotika ini efektif terhadap bakteri gram positif dan negatif. Tidak seperti penicillin efeknya adalah bakteriostatis dan bukan bakterisida. Antibiotika ini mengeluarkan efeknya dengan bereaksi dengan bagian ribosom 50S, tempat antibiotik ini menghalangi enzim peptidil transferase. Enzim ini membentuk ikatan peptida antara asam amino baru yang masih melekat pada tRNA-nya, dan asam amino terakhir peptida yang sedang

berkembang. Sebagai akibat penghalangan ini, semua sintesis protein terhenti seketika.

Linkomisin dan klindamisin Seperti beberapa antibiotika yang mengikat subunit 50S lain linkomisin berebut dengan kloramfenikol untuk tempat pengikatan pada ribosom. Jadi kelihatannya juga menghambat pembentukan iakatan peptida. Akan tetapi tidak seperti kloramfenikol linkomisin menyebabkan perombakan polisom yang ada ( ribosom multiple pada mRNA ) dan ini menyababkan disosiasi ribosom menjadi subunit 30S dan 50S. Klindamisin adalah antibiotika semisintetis yang disintesis dari linkomisin. Antibiotik ini mempunyai cara kerja yang sama karena antibiotika ini terikat pada reseptor yang sama pada ribosom 50S seperti eritromisin dan linkomisin.

Tetrasiklin Tetrasikllin adalah keluarga antibiotika yang hubungannya berbeda dengan identitas beberapa rantai samping. Semuanya mempunyai spektrum antibakteri yang luas yang mengeluarkan efek bakteriostatis pada semua bakteri kecuali mikobakteri. Antibiotik ini menghambat sintesis protein dengan terikat pada subunit ribosom 30S dengan demikian mencegah penempelan asam amino yang membawa tRNA.

Streptomisin Streptomisin merupakan salah satu antibiotik amino glikosida. Mengeluarkan pengaruh bakterisida pada sejumlah besar organisme gram positif dan negatif. Sebagai akibat gugusan guanidino yang sangat basa. Efek bakterisida yang khas bergantung pada kemampuannya untuk terikat secar khas pada salah satu protein dalam subunit ribosom 30S. Pengikatan ini berakibat 2 efek utama pada sintesis protein : Menyebabkan pembacaan yang salah pada mRNA

Mencegah gerakan ribosom setelah terikat pada asam amino pertama untuk membentuk protein

5. Penghambatan sintesis asam nukleat Asam Nalidiksat, novobiasin,pirimetamin, sulfonamide, trimetroprim. Senyawa sintetik ini menghambat sintesis DNA tanpa mengganggu sintesis RNA. Antibiotic ini terutama digunakan terhadap bakteri gram negatif. Dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran kencing enterik.

Rifampisin Antibiotik ini merupakan senyawa terutama dari rifampin, antibiotic yang berasal dari streptomyces. Daya kerjanya adalah menghambat RNA polymerase, sehingga sintesis RNA terganggu. Antibiotic ini efektif terhadap gram negatif dan digunakan dalam pengobatan tuberculosis.

Isoniazid Berguna dalam pengobatan tuberculosis, dengan menghambat pembentukan asam mikolat.
O C NH NH2

Griseofulvin Digunakan untuk mengobati infeksi fungi superfisial. Cara kerjanya tidak pasti tapi telah diperkirakan bahwa antibiotika ini menghalangi replikasi DNA.

6. Bahan antiviral Beberapa contoh bahan antiviral ialah amatadin, 5-Iodo-2deokseuridin ( IDU), methisazon, dan sitosan arabinosida. Amatadin mencegah perusakan virus pada sel inang. IDU dan sitosin arabinosida mencegah sintesis asam nukleat sedangkam methisazon menghambat proses translasi. Kelemahan bahan antiviral ini adalh efek sampingnya pada inangnya. 7. Penghambatan sintesis metabolit-metabolit penting Mekanismenya yaitu inhibitor kompetitif. PABA ( para amino benzoic acid ) menjadi asam folat yang merupakan coenzym purin atau pirimidin untuk sintesis asam nukleat atau asam amino. Struktur sulfonamid mirip dengan PABA.

Resistensi terhadap bahan antimikrobial 1. Menghasilkan enzim yang menguraikan antibiotic 2. Perubahan permeabilitas terhadap bahan antimicrobial 3. Perubahan stuktur sasaran dari bahan antimicrobial Faktor yang mempengaruhi resistensi terhadap bahan antimicrobial : 1. Faktor mekanisme genetic Mungkin diakibatkan oleh kekebalan kromosomal Juga mungkin terjadi akibat mutasi kromosomal yang mengubah struktur reseptor terhadap obat atau permeabilitas obat. Dapat terjadi akibat masuknya plasmid yang mengkodekan enzim yang mengubah obat dengan memecahkan ikatan (-laktamasa) atau yang menambah ataupun mengurangi gugus fungsional (asetil-transferasa). Sering diakibatkan oleh masuknya plasmid faktor pemindah kekebalan (Resistance Transfer factor = RTF) ke dalam kuman.

10

2. Factor mekanisme non genetic Mungkin berupa hilangnya struktur target obat yang khas misalnya dinding sel pada kuman-kuman bentuk L Dapat diakibatkan oleh inaktifnya suatu metabolism kuman

Cara pengujian daya antimikrobakterial dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain : Uji pengenceran Antibiotic diencerkan dan kemudian ditambahkan bakteri penguji dengan cara ini dapat ditentukan jumlah terendah yang dapat diperlukan untuk menghambat pertuumbuhan mikroorganisme secara invitro. Jumlah terendah ini biasanya disebut minimal inhibitori consentration (MIC). MIC dapat juga ditentukan dengan penggunaan satu konsentrasi antibiotic dan membandingkannya dengan kecepatan pertumbuhan mikroorganisme dalam tabung control dan tabung yang berisi antibiotic, ataupun juga dapat dengan menggunakan cairan tubuh tanpa harus mengisolasi atau mengidentifikasi mikroorganisme penyebab penyakit. dengan mengetahui MIC dan sifat faal cairan tubuh seperti darah, urin dapat ditentukan jenis antibiotic yang ampuh pada pengobatan, besarnya dosis yang diperlukan dan cara pemberian antibiotic. Lazimnya batas keamanan penggunaan antibiotic untuk pengobatan adalah 10 X dosis MIC. Uji koefisien fenol/ Uji daya kerja disinfektan Koefisien fenol adalah cara mengukur kemampuan bahan antimicrobial dibandingkan fenol. Jika koefisien fenol kurang dari satu, berarti bahwa bahan antimicrobial tersebut kurang efektif dibanding dengan fenol, dan sebaliknya jika lebih besar maka, bahan tersebut lebih aktif dibandingkan dengan fenol. Koefisien ini

11

ditentukan dari membagi pengenceran tertinggi dari fenol yang mematikan mikroorganisme dalam waktu 10 menit tapi tidak mematikan dalam waktu 5 menit. Uji difusi Biasanya disebut metode cakram kertas yang mengandung antibiotic dengan konsentrasi tertentu. Uji difusi cakram hanya sesudah suatu kuman patogen diasingkan secara murni dari bahan pemeriksaan klinis. Wilayah jernih disekitar cakram kertas dipengaruhi oleh tebal medium, macam medium, inokulum dan laju difusi antibiotik. Metode ini biasanya digunakan metode Kirby-Baurer yang diperkenalkan olek William Kirby dan Alfret Baurer pada tahun 1966. Pada uji ini lempengan agar disemai dengan mikroorganisme penguji. Cakram kertas yang berisi berbagai antibiotic diletakkan diatas lempengan agar yang telah disemai dengan mikroorganisme penguji. Penghambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh antibiotic terlihat sebagai wilayah jernih sekitar pertumbuhan mikrooranisme. Luas wilayah jernih merupakan petunjuk kepekaan mikroorganisme terhadap antibiotic. Selain itu, luas wilayah juga berkaitan dengan kecepatan berdifusi antibiotic dalam medium. Kecepatan berdifusi ini harus diperhitungkan dalam penentuan keampuhan antibiotic. Pada metode Kirby Baurer dan MIC tidak hanya terbatas pada pengujian keampuhan antibiotic namun dapat pula digunakan untuk berbagai bahan anti mikrobia. Uji kerentanan kirby-bauer Uji ini menggunakan lempengan antibiotika kertas filter

berkekuatan tinggi yang diletakkan pada medium agar mueler-hinton yang permukaannya telah dioles organisme uji. Setelah inkubasi, garis tengah daerah penghambatan pertumbuhan diukur dengan kapiler. Antibiotika yang berbeda berdifusi dengan laju yang berbeda dan

12

karena itu, perlu mengacu tabel standart untuk memastikan derajat kerentanan organisme uji terhadap antibiotika yang bersangkutan. Hasilnya mungkin dilaporkan sebagai rentan. Daerah ukuran pertengahan mungkin juga dilaporkan, tetapi biasanya dianggap dalam kategori resisten. Uji penentuan toksisitas selektif antibiotic Bahan antimicrobial yang mampu menghambat atau mematikan berbagai mikroorganisme disebut antimicrobial dengan kisaran luas (Broad Spectrum antimicrobial). Sebaliknya bahan antimicrobial yang dapat menghambat atau mematikan beberapa mikroorganisme saja disebut antimicrobial dengan kisaran sempit (Nerrow Spectrum Antimikrobial). Beberapa antimicrobial berdaya kerja terhadap satu mikroorganisme tapi tidak mempengaruhi mikroorganisme lain. Uji daya oligodinamik Beberapa logam berat pada konsentrasi rendah memiliki

kemampuan untuk mematikan bakteri. Kemampuan ini disebut daya oligodinamik. Pengikatan logam beratoleh sel bakteri disebabkan afilitas protein yang tinggi. Pengaruh akumulasi ion logam menyebabkan kematian sel bakteri. Jika sekeping uang logam diletakkan diatas lempengan agar yang telah diinokulasi maka akan terlihat beberapa daerah disekeliling kepingan logam setelah 24 jam. a. Disekeliling kepingan logam terlihat daerah jernih dimana tidak terlihat pertumbuhan bakteri. Daerah ini disebut daerah

oligodinamik. b. Daerah oligodinamik dikelilingi oleh daerah sempit dengan pertumbuhan subur yang disebut daerah subur. Logam berat dalam konsentrasi akan merangsang pertumbuhan. c. Setelah daerah subur terlihat pertumbuhan normal.

13

BAB II METODE KERJA

Tujuan : Melakukan pengujian daya antimikroba dengan metode difusi agar menggunakan silinder cup Prosedur Kerja : a. Suspensikan biakan (umur 18-24 jam) bakteri Escherichia coli ke dalam larutan NaCl 0,85 %, kemudian encerkan suspense sel dengan pelarut yang sama hingga diperoleh T = 25% (pada 580 nm) b. Cairkan antibiotik medium 1 (agar) dan masukkan kedalam water bath hingga suhunya mencapai 55C. setelah dingin tambahkan suspensi bakteri yang telah disiapkan sebanyak 100 l (untuk 12,5 ml media ) c. Homogenkan campuran dan tuang ke dalam cawan petri steril, biarkan membeku d. Letakkan 4 buah cylinder cup di atas media yang telah beku dan isi masing-masing dengan larutan uji ( yaitu larutan amoksisilin dalam aquadest dengan konsentrasi 15, 30, 60 g/ml dan aquadest sebagai control. e. Biarkan cawan-cawan tersebut pada suhu kamar selama 30 menit untuk member kesempatan larutan antibiotic berdifusi ke dalam media agar. f. Selanjutnya inkubasi cawan-cawan tersebut pada suhu 37C selama 24-48 jam. g. Amati dan ukur daerah hambatan pertumbuhan bakteri. Sebagai control digunakan pelarut antibiotic yaitu aquadest steril.

14

BAB III HASIL PRAKTIKUM

A. uji daya antimikroba dengan metode difusi agar menggunakan silinder cup

Hasil praktikum :

60g

30g

15g

15

Larutan
Kontrol ( pelarut) Amoksisilin 15 g/ml

Diameter daerah hambatan


0 2,4 +2,3+2,5 =7,2 rata-rata = 2,4 cm

Amoksisilin 30 g/ml

3,1+3,3+3,2 = 9,6 rata-rata = 3,2 cm

Amoksisilin 60 g/ml

3,5+3,3+3,2 = 10 rata-rata = 3,3 cm

16

BAB IV PEMBAHASAN

Dasar percobaan ini ialah dengan membiarkan obat berdifusi ke dalam pembenihan padat. Kadar obat tertinggi tercapai pada daerah di dekat tempat pemberian obat dan makin jauh makin berkurang. Dalam praktikum ini, biakan Escherichia coli disuspensikan dan dituangkan dalam cawan petri hingga membeku, diletakkan 4 buah silinder cup diatas media yang telah beku dan diisi masing masing dengan larutan uji untuk memastikan apakah antibiotika tersebut dapat mencegah pertumbuhan mikro organisme, lalu diinkubasi 24 jam. Pemberian silinder cup ini bertujuan supaya lempengan agar disemai dengan mikroorganisme penguji. Setelah diinkubasi, wilayah jernih yang terlihat menunjukkan adanya penghambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh

antibiotic, karena antibiotik berdifusi dari cylinder cup ke dalam agar. Semakin jauh dari cylinder cup konsentrasi antibiotik akan menurun. Sehingga tercipta daerah hambatan. Begitu juga sebaliknya. Lalu dihitung luas wilayah masing-masing, luas wilayah daerah jernih merupakan petunjuk kepekaan mikroorganisme terhadap antibiotic. Selain itu luas wilayah juga berkaitan dengan kecepatan berdifusi antibiotic dalam medium. Kecepatan berdifusi ini harus diperhitungkan dalam penentuan keampuhan

antibiotik. Lebarnya zona hambatan menunjukkan derajat kepekaan kuman tersebut terhadap antibiotika yang bersangkutan. Hasilnya dilaporkan sebagai peka atau resisten. Dalam hasil praktikum kami, aquadest tidak memberikan hasil batas atau daerah hambatan terhadap bakteri escherichia coli. Hal ini dikarenakan karena aquadest hanya sebagai larutan kontrol, yang artinya hanya untuk membuktikan apakah pelarut yang digunakan bersifat steril atau tidak.

17

Sedangkan larutan amoksisilin memberikan hasil batas atau luas daerah hambatan yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan beberapa hal, yaitu : Konsentrasi atau kadar dari antibiotik ( amoksisilin ) tersebut. Pada konsentrasi rendah menghambat pembentukan ikatan glikosida, sehingga pembentukan dinding sel baru akan terganggu. Pada konsentrasi tinggi ikatan silang terganggu dan pembentukan dinding sel berhenti karena merupakan analog dari D.ala-D.ala. Semakin besar kadar atau konsentrasi amoksisilin yang digunakan akan memberikan batas atau luas daerah hambatan yang cukup luas. Begitu juga sebaliknya semakin kecil konsentrasi amoksisilin yang diberikan maka luas daerah hambatan tidak cukup luas/ sedikit saja. Tapi dalam pemberian antibiotik harus berhati-hati karenapemberian antibiotik yang cukup banyak dapat menyebabkan bakteri tersebut dapat bersifat resisten. Sehingga dalam pemakaiannya harus secara tepat dan sesuai dosisnya untuk mencapai hasil yang maksimal. Tempat pemberian antibiotik/ obat ( amoksisilin ) Tempat pemberian antibiotik juga harus diperhatikan. Semakin jauh antibiotik berdifusi dari tempat pemberian antibiotik maka kadar/ konsentrasi antibiotik akan berkurang. Sehingga pada batas tertentu akan habis dan tercipta batas atau luas daerah hambatan. Daerah yang dekat dengan tempat pemberian memiliki konsentrasi yang lebih besar daripada yang jauh dari tempat pemberian. Daerah tersebut merupakan daerah yang mana tidak ditumbuhi oleh mikroba. Sensitifitas mikroba terhadap antibiotik Mikroba yang sensitif terhadap antibiotik yang diberikan akan terhambat pertumbuhannya. Sehingga mikroba tersebut tidak akan bertambah banyak. Sedangkan mikroba yang bersifat tidak peka/ resisten tidak akan terhambat pertumbuhannya dan dapat

18

memperbanyak jumlahnya. Resistensi ini disebabkan karena mikroba menghasilkan enzim yang menguraiakan antibiotik, merubah

permeabilitas terhadap bahan antimikrobial, perubahan struktur sasaran dari bahan antimikrobial. Jenis antibiotik yang diberikan Jenis antibiotik yang diberikan harus sesuai dengan kepekaan mikroba tersebut. Mikroba yang sensitif akan mati/ terhambat pertumbuhannya. Sedangkan yang tak peka/ resisten dapat bertahan terhadap antibiotik yang diberikan. Jika semua kondisi percobaan dipertahankan konstan ( susunan media biak, tebal lapisan, kerapatan penaburan bibit, masa inkubasi, suhu inkubasi dan lain-lain ), akan sebanding dengan logaritma kadar antibiotik.

Uji difusi agar dilakukan hanya sesudah suatu kuman pathogen diasingkan secara murni dari bahan pemerikasaan klinis. Uji kepekaan hanya dilakukan terhadap kuman patogen dan tidak terhadap kuman komensal. Jika kita memerlukan hasil uji kepekaan terhadap obat-obatan secara cepat bahan pemeriksaan klinik langsung ditanamkan secara merata pada permukaan lempeng agar yang ditempeli cakram antibiotika. Cara ini hanya dilakuan dalam keadaan darurat dan hasilnya harus dikuatkan dengan hasil pemeriksaan dari biakan murni hasil pengasingan.

19

BAB V KESIMPULAN

Aquadest tidak memiliki kemampuan daya hambat terhadap bakteri Escherichia coli Antibiotik ( amoksisilin ) dengan konsentrasi yang lebih besar mempunyai kemampuan daya hambat terbesar terhadap bakteri Escherichia coli, Sedangkan antibotik ( amoksisilin ) dengan konsentrasi yang lebih kecil mempunyai kemampuan daya hambat yang kecil terhadap bakteri Escherichia coli Luas daerah hambatan antibiotik terhadap pertumbuhan bakteri menunjukkan bersangkutan Semakin jauh dari tempat pemberian antibiotik, maka kadar antibiotik tersebut semakin sedikit, begitu juga sebaliknya Antibiotik kontrol positif merupakan antibiotik yang mempunyai kemampuan daya hambat terhadapap bakteri, Sedangkan kontrol negatif untuk mengetahui apakah pelarut yang digunakan steril atau tidak Amoksisilin efektif terhadap bakteri gram negatif sensitivitas bakteri terhadap antibiotik yang

20

DAFTAR PUSTAKA

Bibiana. W. Lay, hastowo sugyo. Mikrobiologi.1992. Cv rajawali. Tortora, Funke, Case. Mikrobiology ninth edition. 2007. San fransisco. Johnston G. Arthur, ricard ziegler, friends. Mikrobiologi dan imunologi. 1993. Binarupa aksara: jakarta barat. Volk Wesley A., Wheeler margareth F. Mikrobiologi dasar edisi kelima jilid 1. 1988. Erlangga. Paul A. ketchum. Microbiology concepts and applications. 1988. John wiley and sons, inc. P. Gupte satish. Mikrobiologi dasar edisi ketiga. 1990. Binarupa aksara : jakarta. Rekzar, michael J., Roger D. Reid. Microbiology third edition. 1972. The university of west florida

21

Anda mungkin juga menyukai