Anda di halaman 1dari 8

1.

Metode Analisis Stabilitas Obat


Dalam dunia industri, suatu obat perlu dilakukan pengujian
stabilitasnya

menggunakan metode-metode yang sesuai.

Berikut adalah beberapa contoh instrumen yang sudah biasa


digunakan untuk analisis stabilitas obat:
a. Differential Scanning Calorimetry (DSC)
DSC adalah suatu instrumen yang digunakan untuk
melihat perubahan kalori pada sampel yang terjadi akibat
degradasi kimia atau fisika dari suatu sediaan atau zat
(Yoshioka and Stella, 2000). Degradasi yang terjadi dapat
berupa transisi konformasi suatu makromolekul biologi,
contohnya

adalah

perubahan

struktur

protein

atau

perubahan untaian DNA dari untai ganda menjadi untai


tunggal (Bruylants et al., 2005).

Gambar 1. Contoh instrumen DSC.


Instrumen DSC memberikan hasil analisis kualitatif dan
kuantitatif meliputi proses eksotermik / endotermik atau
perubahan kapasitas panas. Parameter-parameter yang
dapat diukur menggunakan DSC adalah transisi gelas, titik
leleh dan titik didih, waktu dan suhu kristalisasi, persen
kristalinasi, reaksi panas, kapasitas panas spesifik (Cp),
stabilitas suhu/oksidatif, kinetika reaksi, dan kemurnian

(Elmer, 2014). Data parameter-parameter tersebut dapat


berupa

bentuk

thermogram

seperti

pada

Gambar

(Departement of Chemistry, 2015).

Gambar 2. Thermogram DSC.


Penerapan DSC banyak digunakan dalam proses
penemuan dan pengembangan obat diantaranya untuk
melakukan studi interaksi ligan, karakterisasi dan seleksi
protein yang paling stabil atau yang berpotensi dalam
pengembangan bioterapi, optimasi secara cepat kemurnian
dan

kondisi

produksi

obat,

serta

penentuan

kondisi

optimum dalam formulasi sediaan cair. Teknik analisis


menggunakan metode ini adalah teknik dimana suhu dari
sampel dibandingkan dengan baku pembanding inert
selama perubahan suhu terprogram. Suhu sampel dan
baku pembanding akan sama jika tidak terjadi perubahan,
namun

saat

terjadi

peristiwa

thermal

(pelelehan,

dekomposisi, atau perubahan struktur kristal pada sampel),


suhu

dari

sampel

dapat

berada

di

bawah

apabila

perubahannya bersifat endotermik, atau suhu sampel


dapat berada di atas suhu baku pembanding apabila
perubahan bersifat eksotermik.
b. Powder X-Ray Diffraction (PXRD)

PXRD adalah suatu metode analisis obat yang dapat


digunakan untuk karakterisasi dan identifikasi fase padat
yang dapat muncul akibat terjadinya bentuk kompleks atau
fase padat yang terdapat dalam dispersi molekular padat.
PXRD dapat memeriksa ketidakstabilan suatu obat yang
terjadi akibat proses produksi atau penyimpanan (Chung
and Smith, 2000). Aspek-aspek stablitas obat yang dapat
diperoleh melalui XRD mencakup (Particle Sciences, 2012):
1. Identifikasi bentuk polimorfisme suatu senyawa obat.
2. Karakterisasi bentuk kristal yang terlarut atau
terhidrasi. Contoh: terbentuknya kristal hidrat yang
stabil pada senyawa obat anhidrat yang diproduksi
dengan cara granulasi basah.
3. Pembentukan ko-kristal. Hal

ini

terjadi

akibat

interaksi dua kristal padatan membentuk struktur


kristal baru yang melibatkan adanya ikatan hidrogen.
Ko-kristal dapat membantu meningkatkan kelarutan
zat aktif.
4. Deteksi dan kuantifikasi kandungan kristal dalam
matrix amorf.
Hasil

analisis

XRD

dapat

berupa

kualitatif

dan

kuantitatif. Hasil kualitatif dari XRD berupa identifikasi


struktur kristal atau amorf berdasarkan jarak d (jarak
yang berulang antara kristal). Jarak d dapat diperoleh
juga melalui hukum Bragg = 2d sin . Hasil analisis
kuantitatif XRD berupa hubungan antara intensitas
puncak pada hasil difraksi dengan jumlah komponen
yang

terlibat

dalam

proses

difraksi.

Berdasarkan

Gambar 3, dapat dilihat perbedaan pola difraksi untuk


bentuk sediaan yang mengandung kristal dan amorf.
Bentuk sediaan yang amorf akan memiliki pola yang

lebar dan tidak memiliki puncak yang terpisah dengan


jarak tertentu (d) seperti pola difraksi pada kristal
(Young, 2012).

Gambar 3. Perbedaan pola difraksi bentuk ristal dan


amorf.

c. High Performance Liquid Chromatography (HPLC)


HPLC atau Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
adalah suatu metode analisis yang mampu memisahkan
komponen-komponen suatu campuran dengan kepekaan
yang tinggi. Metode ini dapat digunakan untuk melihat
profil kelarutan atau ketersediaan zat aktif suatu obat
dalam waktu dan suhu penyimpanan tertentu, sehingga
dapat menjadi parameter penentu kestabilan suatu obat.
Hasil analisis dari HPLC dapat berupa kualitatif (waktu
retensi)

dan

kuantitatif

(luas

puncak

yang

akan

berhubungan dengan konsentrasi senyawa obat) (Gandjar


dan Rohman, 2012).
d. Spektroskopi inframerah.

Metode spektroskopi inframerah dapat digunakan untuk


mengetahui struktur suatu senyawa. Metode ini dapat
digunakan pula untuk karakterisasi bentuk polimorfisme
suatu senyawa obat karena perbedaan frekuensi stretching
suatu ikatan (Niazi, 2006). Dari hasil spektrum, dapat
diperoleh informasi berupa identifikasi gugus fungsional
suatu senyawa, serta perlu dibandingkan spektrum sampel
dengan spektrum dari senyawa bakunya. Pita absorpsi
inframerah untuk berbagai gugus fungsi dapat dilihat pada
Gambar 4. Hasil analisis spektrum inframerah berguna
untuk

karakterisasi

pengaruhnya

terhadap

interaksi
suatu

intermolekular

sediaan.

Interaksi

dan
yang

terjadi dapat mempengaruhi stabilitas fisik zat aktif dilihat


dari perubahan pola spektrum inframerahnya. Contohnya
adalah melihat interaksi antara suatu zat aktif dengan
polimernya pada sediaan dispersi padat.

Gambar 4. Pita absorpsi inframerah

Daftar Pustaka
Bruylant, G., J. Wouters., and C. Michaux. 2005. Differential
Scanning Calorimetry in Life Science: Thermodynamics,
Stability, Molecular Recognition, and Application in Drug
Design. Current Medicinal Chemistry. 12 (17): 2011-2020.
Chung, F.H. and D.K. Smith. 2000. Industrial Applications of X-Ray
Diffraction. USA: Marcel Dekker.
Departement

of

Calorimetry:

Chemistry.
First

and

2015.
Second

Differential
Order

Scanning

Transitions

in

Polymers. Maine: Colby College.


Elmer,

P.

2014.

Differential

Scanning

Calorimetry.

USA:

PerkinElmer.
Gandjar, I.G. dan Rohman, A. 2012. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Niazi,

S.K.

2006.

Handbook

of

Preformulation:

Chemical,

Biological, and Botanical Drugs. USA: CRC Press.


Particle Sciences. 2012. Solid State Characterization. Technical
Brief. 5.
Yoshioka, S. and V.J. Stella. 2000. Stability of Drugs and Dosage
Forms. USA: Plenum Publishers.
Young, A.L. 2012. Powder X-Ray Diffraction and its Application to
Biotherapeutic

Formulation

Development.

Tersedia

di:

http://www.americanpharmaceuticalreview.com/FeaturedArticles/38371-Powder-X-ray-Diffraction-and-its-Applicationto-Biotherapeutic-Formulation-Development/ (Diakses pada


8 Otober 2015).

Anda mungkin juga menyukai