Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH SEMI SOLIDA & LIQUID

“GEL ANTI JERAWAT”

KELOMPOK 6

Disusun oleh :
Putri Andriani (18330079)
Cinta Zalwa Anisa Fasya (18330080)
Arlya Mahayani Putri (18330082)
Aam Amanah (18330084)
Dara Rustri Ardana (18330086)
Sefia Martina (18330087)

FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
pertolonganNya sehingga Kami dapat menyelesaikan Makalah ini. Melalui makalah ini, Kami
juga mengucapkan terimakasih kepada kerja sama teman-teman yang turut membantu
terselesainya makalah ini.
Dalam Makalah ini kami membahas tentang Gel Anti Jerawat. Telah kita ketahui bahwa
pembelajaran kita dalam pengantar teknologi sediaan semi solid & liquid ini menyangkut
pembelajaran tentang sediaan semi solida seperti gel salah satunya dan hal terpenting dalam
tercapainya Gel anti jerawat yg baik dan sesuai dengan prosedur. Oleh karena itu timbul dalam
pemikiran kami untuk mengambil tema dalam pembuatan makalah Gel Anti Jerawat ini agar kita
lebih memahami dan mengerti apa dan bagaimana pengkajian lebih dalam mengenai gel.
Makalah ini akan menjelaskan seluas-luasnya mengenai Gel Anti Jerawat yang kami
rangkum dari berbagi sumber baik melalui buku penunjang maupun dari sumber-sumber lainnya.
Untuk itu semoga makalah yang kami buat ini dapat menjadi dasar dan acuan agar kita
menjadi lebih kreatif lagi dalam membuat suatu laporan atau makalah.

Penulis

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................................................I

Daftar Isi........................................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1


1.2 Tujuan...............................................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................3

2.1 Teori Sediaan....................................................................................................................3


2.1.1 Pendahuluan............................................................................................................3
2.1.2 Keuntungan, Kerugian, Manfaat.............................................................................4
2.1.3 Komponen Sediaan dan Contoh bahannya.............................................................5
2.1.4 Macam-macam Metode Pembuatan.......................................................................10
2.1.5 Macam-macam Evaluasi........................................................................................10
2.1.6 Wadah dan Kemasan.............................................................................................12
2.2 Monografi Bahan yang Digunakan..............................................................................13
2.2.1 Sulfur Praecipitatum.............................................................................................13
2.2.2 CMC-Na...............................................................................................................13
2.2.3 Propylenglycolum.................................................................................................14
2.2.4 Methylis Parabenum.............................................................................................15
2.2.5 Propylis Parabenum..............................................................................................16
2.2.6 Aqua Rosae...........................................................................................................17
2.2.7 Aqua Destilata......................................................................................................18

BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................................19

3.1 Formula Sediaan Gel Anti Jerawat.............................................................................19


3.2 Alat dan Bahan..............................................................................................................19

II
3.2.1 Alat.......................................................................................................................19
3.2.2 Bahan...................................................................................................................19
3.3 Perhitungan dan Penimbangan...................................................................................19
3.3.1 Perhitungan..........................................................................................................20
3.3.2 Penimbangan Bahan.............................................................................................22
3.4 Cara Kerja.....................................................................................................................22
3.4.1 Pembuatan Gel......................................................................................................22
3.4.2 Evaluasi Sediaan ..................................................................................................23
3.5 Permasalahan Farmasetik dan Penyelesaian..............................................................24

BAB V KESIMPULAN.............................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................26

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Jerawat adalah penyakit kulit peradangan kronik folikel polisebasea yang umumnya
terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papul, pustul, nodus dan
kista pada permukaan luarnya yaitu muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas dan
lengan bagian atas. Bentuknya seperti bisul berisi dan kadang-kadang berubah jadi keras.
Pada kulit terutama wajah terdapat benjolan-benjolan kecil, berkepala kuning, berisi nanah,
terasa gatal dan sedikit nyeri. Pada sebuah penelitian menyatakan bahwa jerawat terjadi
karena penyumbatan pada pilosebaseus dan peradangan yang umumnya dipicu oleh bakteri
Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus aureus.
Beberapa bentuk sediaan obat yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit seperti
salep, krim lotio, larutan topikal dan tinktur menggambarkan bentuk sediaan dermatologi
yang paling sering dipakai. Preparat yang digunakan pada kulit antara lain untuk efek fisik
yaitu kemampuan bekerja sebagai pelindung kulit, pelembut, pelembab dan lain-lain, atau
untuk efek khusus dari bahan obat yang ada. Preparat bebas, sering mengandung campuran
dari bahan obat yang digunakan dalam pengobatan kondisi tertentu seperti infeksi kulit,
gatal-gatal, luka bakar, sengatan dan gigitan serangga, kutu air, mata ikan, penebalan kulit
dan keras, kutil,ketombe, jerawat, penyakit kulit kronis dan eksim.
Bentuk sediaan gel lebih mudah digunakan dan penyebarannya di kulit juga mudah,
dilihat juga dari warna yang bening, sehingga banyak pasien yang lebih memilih
menggunakan produk kosmetik dalam bentuk gel dibandingkan sediaan lainnya. Zat aktif
dalam sediaan gel masuk ke dalam basis atau pembawa yang akan membawa obat untuk
kontak dengan permukaan kulit. Bentuk gel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya
tidak lengket, gel mempunyai aliran tiksotropik dan pseudoplastik yaitu gel berbentuk padat
apabila disimpan dan akan segera mencair bila dikocok, konsentrasi bahan pembentuk gel
yang dibutuhkan hanya sedikit untuk membentuk massa gel yang baik, viskositas gel tidak
mengalami perubahan yang berarti pada suhu penyimpanan.

1
1.2 TUJUAN
1. Untuk mendapatkan konsentrasi basis pembentuk gel yang baik untuk sediaan gel anti
jerawat
2. Untuk mendapatkan suatu sediaan gel anti jerawat yang efektif terhadap bakteri
penyebab jerawat
3. Untuk mengevaluasi serta mendapatkan sediaan gel anti jerawat yang memenuhi
persyaratan

1.3 RUMUSAN MASALAH


1. Apa komponen sediaan gel anti jerawat ?
2. Bagaimana formula gel anti jerawat yang akan dibuat?
3. Metode apa yang digunakan untuk membuat gel anti jerawat ?
4. Evaluasi apa saja yang dilakukan untuk gel anti jerawat ?
5. Bagaimana wadah dan kemasan yang akan dibuat ?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TEORI SEDIAAN


2.1.1 Pendahuluan
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semi padat yang, jernih, tembus cahaya,
dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang
disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (Ansel, 1989).
Zat-zat pembentuk gel digunakan sebagai pengikat dalam granulasi, koloid
pelindung dalam suspensi, pengental untuk sediaan oral dan sebagai basis
supositoria. Secara luas sediaan gel banyak digunakan pada produk obat obatan,
kosmetik dan makanan juga pada beberapa proses industri. Pada kosmetik yaitu
sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo, sediaan pewangi dan pasta gigi
(Herdiana, 2007).
Makromolekul pada sediaan gel disebarkan keseluruh cairan sampai tidak terlihat ada
batas diantaranya, disebut dengan gel satu fase. Jika masa gel terdiri dari kelompok
kelompok partikel kecil yang berbeda, maka gel ini dikelompokkan dalam sistem dua fase
(Ansel, 1989).Polimer polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik
meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, serta bahan bahan sintetis
dan semisintetis seperti metil selulosa, hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, clan
karbopol yang merupakan polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang terionisasi. Gel
dibuat dengan proses peleburan, atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan dengan
sifat mengembang dari gel (Lachman., dkk, 1994).
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya
dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang
disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (Ansel, 1989).
Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil.
Senyawa anorganik atau makromolekul senyawa organik, masing masing terbungkus
dan saling terserap oleh cairan (Formularium Nasional, hal 315). Gel adalah sediaan

3
bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawa anorganik
atau makromolekul senyawa organik, masing masing terbungkus dan saling terserap
oleh cairan (Formularium Nasional, hal 315).
Sediaan gel (dari bahasa Latin gelu = membeku, dingin, es atau gelatus =
membeku) adalah campuran koloidal antara dua zat berbeda fase: padat dan cair.
Penampilan gel seperti zat padat yang lunak dan kenyal (seperti jelly), namun pada
rentang suhu tertentu dapat berperilaku seperti fluida (mengalir). Berdasarkan berat,
kebanyakan gel seharusnya tergolong zat cair, namun mereka juga memiliki sifat
seperti benda padat. Contoh gel adalah gelatin, agar agar, dan gel rambut.
Biasanya gel memiliki sifat tiksotropi (Ing.: thyxotropy) : menjadi cairan ketika
digoyang, tetapi kembali memadat ketika dibiarkan tenang. Beberapa gel juga
menunjukkan gejala histeresis.
Dengan mengganti cairan dengan gas dimungkinkan pula untuk membentuk
aerogel (‘gel udara’), yang merupakan bahan dengan sifat-sifat yang khusus, seperti
massa jenis rendah, luas permukaan yang sangat besar, dan isolator panas yang
sangat baik.
Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi, perkembangan di
dunia farmasi pun tak mau ketinggalan. Semakin hari semakin banyak kebutuhan,
terutama untuk menunjang penampilan. Berbagai macam bentuk sediaan farmasi,
baik itu liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan
industri.

2.1.2 Keuntungan, Kerugian, Manfaat


Keuntungan
1. Kemampuan penyebarannya baik pada kulit
2. Efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit
3. Tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis
4. Kemudahan pencuciannya dengan air yang baik

4
Kerugian
Untuk hidrogel: harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih
pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau
hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan
iritasi dan harga lebih mahal.
Untuk hidroalkaholik: gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat
menyebabkan pedih pada mata, penampilan yang buruk pada kulit bila terkena
pemaparan cahaya matahari, alkohol akan menguap dengan cepat dan meninggalkan
film yang berpori atau pecah pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak
dengan zat aktif.

2.1.3 Komponen sediaan dan contoh bahannya

 Komponen gel
 Zat aktif/berkhasiat
 Gelling Agent
Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur yaitu gum arab,
turunan selulosa, dan karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam
media air, selain itu ada yang membentuk gel dalam cairan nonpolar.

Beberapa partikel padat koloidal dapat berperilaku sebagai pembentuk gel


karena terjadinya flokulasi partikel. Konsentrasi yang tinggi dari beberapa surfaktan
nonionik dapat digunakan untuk menghasilkan gel yang jernih di dalam sistem yang
mengandung sampai 15% minyak mineral.

Contoh bahan :

Tragacanth

5
 Polisakarida komplek alami dengan variasi sifat reologi dan kualitas
mikrobiologinya
 Diperoleh dari getah tanaman genus Astragalus
 Viskos, tidak berbau, tidak berwarna
 Konsentrasi yang diperlukan 5%
 Perlu dibasahi dengan etanol atau gliserin sebelum didispersi dalam air
 Digunakan untuk treatmen luka bakar topikal
 Bersifat asam dan memiliki BM 840.000
 Berfungsi sebagai ‘demulscent’ dan ‘suspending agent’
Fenugreek Mucilage
 Diekstrakdengan multiple maserasi biji jinten hitam
 Mengandung polisakarida galaktomanan
 Larut lambat dalam air, cepat dalam air panas membentuk larutan koloidal
viskous
 Ceiling concentration 2,5-3,5

TurunanSelulosa
Hidroksi propil metilselulose (HPMC)
HPMC merupakan turunan dari metal selulosa yang memiliki ciri-ciri serbuk atau
butiran putih, tidak memiliki bau dan rasa. Sangat sukar larut dalam eter, etanol atau
aseton. Dapat mudah larut dalam air panas dan akan segera menggumpal dan
membentuk koloid.Mampu menjaga penguapan air sehingga secara luas banyak
digunakan dalam aplikasi produk kosmetik dan aplikasi lainnya (Anonim, 2006;
Rowe., dkk, 2005).

Metilselulosa
 Larut dalam air dingin tapi tidak larut dalam air panas
 Nonionik dan stabil dalam spektrum pH luas
 Non toksik
 Kompatibel dengan air, alkohol (70%), dan propilenglikol (50%)

6
 Kejernihan, hidrasi, dan viskositas maksimum tercapai jika gel didinginkan 0-I0°
C selama 1 jam
 Merk pasarannya Methocel HG dan Methocel MC

Hidroksietilselulosa
 Membentuk lapisan oklusif ketika diaplikasikan ke kulit dan dibiarkan kering
 pH 5,5 8,5
 Larut dalam air dingin dan panas
 Pendispersian lebih mudah dengan bantuan pengadukan pada suhu 20-25° C
kemudian dipanaskan hingga 60-70°C
Hidroksipropilselulosa
 Terhidrasi dan swelling dalam air
 Gel yang terbentuk lebih encer
 pH 5,5 8,5
 Larut dalam air dingin< 38°C membentuk koloidal halus dan jernih, suhu 40-
45°C presipitasi
 Larut dalam pelarut organic dingin maupun panas (exzetanol)
 Gel stabil pada pH 6 8, pada pH rendah dan asam akan terhidrolisis dan
viskositas menurun, demikian juga kenaikan suhu hingga 45 C juga menurunkan
viskositas
Hidroksipropilmetilselulosa = Hipromelose
 Membentuk gel kental tapi toleransi terhadap ion muatan positif rendah
 Terdispersi dalam air dingin praktis tidak larut dalam air panas
 Penggunaan sebagai ‘thickening agent 0,25 5%
 Bersifat nonionic sehingga tidak bereaksi dengan garam metal membentuk
presipitat
 Inkompatibel dengan senyawa pengoksidasi
CMC
 Umum digunakan dalam bentuk garam sodium, dikenal sebagai carmellose
sodium

7
 Membentuk gel kental
 Stabilitas maksimum pH 7-9
 Konsentrasi untuk gel 3-6%
 Larut dalam air di segala temperatur
 Presipitasi terjadi pada pH < 2 dan bila dicampur dengan ethanol 95%

Carbopol=carbomer
 Membentuk larutan asam pH 3,0
 Penetralisir ditambahkan untuk menaikan pH dan menyebabkan disperse mengental
membentuk gel (KOH, NaOH, TEA)
Zattambahan
Polietilen (gelling oil)
Zat digunakan dalam gel hidrofobik menghasilkan gel yang lembut, mudah
tersebar, dan apisan/film yang tahan air pada permukaan kulit.Untuk membentuk gel,
polimer harus didispersikan dalam minyak pada suhu tinggi (di atas 800C) kemudian
langsung didinginkan dengan cepat untuk mengendapkan kristal yang merupakan
pembentukan matriks.

Koloid padat terdispersi


Mikrokristalin selulosa dapat berfungsi sebagai gellant dengan cara pembentukan
jaringan karena gaya tarik menarik antar partikel seperti ikatan hidrogen

Surfaktan
Gel yang jernih dapat dihasilkan oleh kombinasi antara minyak mineral, air, dan
konsentrasi yang tinggi (20 40%) dari surfaktan anionik. Kombinasi tersebut
membentuk mikroemulsi. Bentuk komersial yang paling banyak untuk jenis gel ini
adalah produk pembersih rambut.

Wax
Banyak wax yang digunakan sebagai gellants untuk media nonpolar seperti
beeswax, carnauba wax, setil ester wax.

8
Polivinil alkohol
Untuk membuat gel yang dapat mengering secara cepat. Film yang terbentuk
sangat kuat dan plastis sehingga memberikan kontak yang baik antara obat dan kulit.
Tersedia dalam beberapa grade yang berbeda dalam viskositas dan angka
penyabunan.

Pengawet
Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua gel
mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai antimikroba.
Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan inkompatibilitasnya dengan gelling
agent.

Beberapa contoh pengawet yang biasa digunakan dengan gelling agent:

1. Tragakan: metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,05 %
w/v
2. Na alginate: metil hidroksi benzoat 0,1 0,2 % w/v, atau klorokresol 0,1 % w/v
atau asam benzoat 0,2 % w/v
3. Pektin: asam benzoat 0,2 % w/v atau metil hidroksi benzoat 0,12 % w/v atau
klorokresol 0,1 0,2 % w/v
4. Starch glyserin: metil hidroksi benzoat 0,1 0,2 % w/v atau asam benzoat 0,2 %
w/v
5. MC: fenil merkuri nitrat 0,001 % w/v atau benzalkonium klorida 0,02% w/v
6. Na CMC: metil hidroksi benzoat 0,2 % w/v dgn propil hidroksi benzoat 0,02 %
w/v
7. Polivinil alkohol: klorheksidin asetat 0,02 % w/v
Pada umumnya pengawet dibutuhkan oleh sediaan yang mengandung air.
Biasanya digunakan pelarut air yang mengandung metilparaben 0,075% dan
propilparaben 0,025% sebagai pengawet.

Chelating agent

9
Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam berat.
Contohnya EDTA

Penambahan bahan higroskopis


Bertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya gliserol, propilenglikol dan
sorbitol dengan konsentrasi 10-20 %

2.1.4 Macam-macam metode pembuatan


Pada prinsipnya metode pembuatan sediaan semisolid dibagi menjadi dua :

1. Metode pelelehan (fusion), disini zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan
bersamadan diaduk sampai membentuk fasa yang homogen. Dalam hal ini perlu
diperhatikan stabilitas zat berkhasiat terhadap suhu yang tinggi pada saat
pelelehan.
2. Trirurasi, zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang akan dipakai
atau dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan
basis. Dapat juga digunakan pelarut organik untuk melarutkan terlebih dahulu
zat aktifnya, kemudian baru dicampur dengan basis yang akan digunakan.

2.1.5 Macam-macam evaluasi


A. Evaluasi Fisik

1. Penampilan
Yang dilihat penampilan, warna dan bau.
2. Homogenitas
Caranya: Oleskan sedikit gel di atas kaca objek dan diamati susunan partikel
yang terbentuk atau ketidak homogenan.
3. Viskositas/rheologi
Menggunakan viscometer Stromer dan viscometer Brookfield
4. Distribusi ukuran partikel
Prosedur:
• Sebarkan sejumlah gel yang membentuk lapisan tipis pada slide mikroskop

10
• Lihat di bawah mikroskop
• Suatu partikel tidak dapat ditetapkan bila ukurannya mendekati sumber
cahaya
• Untuk cahaya putih, suatu mikroskop bisa dapat mengukur partikel 0,4-0,5
mm. Dengan lensa khusus dan sinar UV, batas yang lebih rendah dapat
diperluas sampai 0,1
5. Uji Kebocoran
6. Isi minimum
7. Penetapan pH
8. Uji pelepasan bahan aktif dari sediaan gel (Pustaka TA Ivantina “Pelepasan
Diklofenak dari Sediaan Salep”)
Prinsip: mengukur kecepatan pelepasan bahan aktif dari sediaan gel dengan
cara mengukur konsentrasi zat aktif dalam cairan penerima pada waktu-waktu
tertentu
9. Uji difusi bahan aktif dari sediaan gel (Pustaka TA Sriningsih “Kecepatan
Difusi Kloramfenikol dari Sediaan Salep”)
Prinsip: Menguji difusi bahan aktif dari sediaan gel menggunakan suatu sel
difusi dengan cara mengukur konsentrasi bahan aktif dalam cairan penerima
pada selang waktu tertentu)
10. Stabilitas gel (Dosage Form, Disperse System vol.2 hal 507) 1 tube
a. Yield value suatu sediaan viskoelastis dapat ditentukan dengan
menggunakan penetrometer. Alat ini berupa logam kerucut atau jarum.
Dalamnya penetrasi yang dihasilkan dilihat dari sudut kontak dengan sediaan
di bawah suatu tekanan.Yield value ini dapat dihitung dengan rumus :
So = yield value
m = massa kerucut dan fasa gerak (g)
g = percepatan gravitasi
p = dalamnya penetrasi (cm)
n = konstanta material mendekati 2Yield value antara 100 1000 dines/cm²
menunjukkan kemampuan untuk mudah tersebar. Nilai di bawah ini

11
menunjukkan sediaan terlalu lunak dan mudah mengalir, di atas nilai ini
menunjukkan terlalu keras dan tidak dapat tersebar.
11. Dilakukan uji dipercepat dengan:
– Agitasi atau sentrifugasi (Mekanik)
Sediaan disentrifugasi dengan kecepatan tinggi (sekitar 30000 RPM). Amati
apakah terjadi pemisahan atau tidak (Lachman hal 1081)
– Manipulasi suhu
Gel dioleskan pada kaca objek dan dipanaskan pada suhu 30, 40, 50, 60, 70 °
Amati dengan bantuan indicator (seperti sudan merah) mulai suhu berapa
terjadi pemisahan, makin tinggi suhu bearti makin stabil)

B. Evaluasi kimia
 Identifikasi zat aktif (sesuai dengan monografi FI IV/kompendia lain)
 Penetapan kadar zat aktif (sesuai dengan monografi FI IV/kompendialain)

C. Evaluasi biologi
 Uji penetapan potensi antibiuotik (lihat lampiran F1 IV hal 891)
 Uji sterilitas (lihat Lampiran FI IV Hal 855)

2.1.6 Wadah & kemasan


1. Gel Lubrikan harus dikemas dalam tube dan harus disterilkan
2. Gel untuk penggunaan mata dikemas dalam tube steril
3. Gel untuk penggunaan pada kulit dapat dikemas dalam tube atau pot salep
4. Wadah harus diisi cukup penuh dan kedap udara untuk mencegah penguapan

12
2.2 MONOGRAFI BAHAN YANG DIGUNAKAN
2.2.1 Sulfur Praecipitatum

Sinonim Belerang Endapan


Struktur
Rumus S
molekul
Berat molekul 32,06
Titik lebur 115oC-210oC
Pemerian Serbuk amorf atau serbuk hablur renik; sangat halus; warna kuning
pucat; tidak berbau dan tidak berasa.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; sangat mudah larut dalam karbon
disulfida; sukar larut dalam minyak zaitun; praktis tidak larut dalam
etanol.
Stabilitas Stabil, polimerisasi berbahaya tidak akan terjadi, hindari suhu
tinggi, nyala api terbuka, pengelasan, merokok dan sumber
penyalaan.
Inkompabilita Sulfur incompatible dengan sejumlah bahan kimia namun tidak
s terbatas pada klorat, nitrat, karbida, halogen, fosfor dan logam
berat. Ketidak cocokan ini dapat mengakibatkan kebakaran, reaksi
yang tidak terkontrol, kelepasan gas beracun atau ledakan.
pH pH antara 4,2-6,2
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan Skabisida.

2.2.2 CMC Na

Sinonim Natrium Karboksil Metil Selulosa


Struktur

13
Rumus C8H16NaO8
molekul
Titik lebur 227oC
Berat molekul 265,204
Pemerian Serbuk atau granul; putih sampai krem; higroskopis.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam aseton, etanol 95%, eter, dan toluen;
mudah terdispersi dalam air dan dalam larutan koloid.
Stabilitas Stabil, bersifat higroskopis. Pada kondisi dengan kelembaban yang
tinggi CMC Na stabil dalam pH 2-10, dan akan terjadi pengendapan
pada pH dibawah 2, serta penurunan viskositas dapat terjadi dengan
cepat pada pH diatas 10.
Inkompabilita -
s
pH pH antara 2-10
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan Gelling agent.

2.2.3 Propylenglycolum

Sinonim Propilenglikol
Struktur

Rumus C3H8O2
molekul
Berat molekul 76,09
Titik lebur 185oC
Pemerian Cairan kental; jernih; tidak berbau; rasa agak manis; higroskopis.
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan etanol 95%P dan dengan
kloroform P; larut dengan 6 bagian eter P; tidak dapat bercampur
dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak.
Stabilitas Pada temperatur rendah, propilenglikol stabil bila disimpan dalam
wadah tertutup baik, di tempat yang sejuk dan kering. Tetapi pda
temperatur yang tinggi, di tempat terbuka cenderung mengoksidasi,
sehingga menimbulkan produk, seperti propionaldehid, asam laktat,

14
asam piruvat, asam asetat. Propilenglikol secara kimiawi stabil
ketika dicampur dnegan etanol 95%, gliserin atau air.
Inkompabilita Propilenglikol tidak kompatibel dengan reagen pengoksidasi,
s seperti potassium permanganat.
pH pH antara 3-6
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan Pelarut.

2.2.4 Methylis Parabenum

Sinonim Metil Paraben, Nipagin M


Struktur

Rumus C8H8O3
molekul
Berat molekul 152,15
Titik lebur 125oC-128oC
Pemerian Hablur kecil; tidak berwarna atau serbuk hablur; putih; tidak berbau
atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutan Sukar larut dalam air, dalam topikal dan dalam karbon tetraklorida;
mudah larut dalam etanol dan eter.
Stabilitas Larutan air pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10% dekomposisi)
sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sementara larutan air pada
pH 8 atau diatas tunduk pada hidrolisis cepat (10% atau lebih
setelah penyimpanan sekitar 60 hari pada suhu kamar).
Inkompabilita Tidak kompatibel dengan senyawa bentonite, magnesium trisiklat,
s talk, tragakan, sorbitol, atropin. Metil paraben berubah warna
dengan adanya besi dan tunduk pada hidrolisis oleh basa lemah dan
asam kuat.
pH pH antara 3-6
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, dalam suhu sejuk dan kering.
Kegunaan Zat pengawet.

15
2.2.5 Propylis Parabenum

Sinonim Propil Paraben, Nipasol


Struktur

Rumus C10H12O3
molekul
Berat molekul 180,21
Titik lebur 95oC-98oC
Pemerian Serbuk hablur putih; tidak berbau; tidak berasa.
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; larut dalam 3,5 bagian etanol 95% P,
dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol dan dalam 40
bagian minyak lemak; mudah larut dalam larutan alkali hidroksida.
Stabilitas Larutan propil paraben berair pada pH 6 dapat disterilkan dengan
autoklaf, tanpa dekomposisi. Pada pH 3-6, larutan stabil (kurang
dari 10% dekomposisi) samapai sekitar 4 tahun pada suhu kamar,
sementara larutan pada pH 8 atau diatas takluk pada hidrolisis yang
cepat (10% atau lebih setelah sekitar 60 hari pada suhu kamar).
Inkompabilita Aktivitas antimikroba propil paraben jatuh berkurang dihadapan
s surfaktan nonionic sebagai akibat dari micellization. Penyerapan
propil paraben oleh plastik telah dilaporkan, dengan jumlah yang
diserap tergantung pada jenis plastik dan pembawa. Magnesium
silikat alumunium, magnesium trisilikat, oksida besi kuning dan
ultramarine blue telah dilaporkan menyerap propil paraben,
sehingga mengurangi efektifitas pengawet. Propil paraben berupa
warna dengan adanya besi dan takluk pada hidrolisis alkali lemah
dan asam kuat.
pH pH antara 4-8.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan Zat pengawet.

2.2.6 Aqua Rosae

Sinonim Air Mawar

16
Struktur
Rumus -
molekul
Berat molekul -
Titik lebur -
Pemerian Cairan jernih; atau agak keruh; bau dan rasa tidak boleh
menyimpang dari bau dan rasa minyak atsiri asal.
Kelarutan -
Stabilitas -
Inkompabilita -
s
pH -
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan di tempat
sejuk.
Kegunaan Zat tambahan (sebagai corrigen odoris)

2.2.7 Aqua Destilata

Sinonim Air Suling


Struktur

Rumus -
molekul
Berat molekul 18,02
Titik lebur -
Pemerian Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak memiliki rasa.
Kelarutan -
Stabilitas -
Inkompabilita -
s
pH -
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan Pelarut.

17
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Formula Sediaan Gel Anti Jerawat


R/ Sulfur 10%
CMC-Na 5%
Propilenglikol 15%
Metil Paraben 0,1%
Propil Paraben 0,05%
Aqua Rosa qs
Aquadest 69,85%

3.2 Alat dan bahan


3.2.1 Alat
a. Timbangan dan anak timbangan
b. Gelas ukur
c. Gelas beker

18
d. Sendok tanduk
e. Batang pengaduk
f. Pipet tetes
g. Pot plastik
h. Mortir dan stamper
i. Sudip
j. Kaca bening
k. pH meter

3.2.2 Bahan
a. Sulfur Praecipitatum
b. CMC-Na
c. Propylenglycolum
d. Methylis Parabenum
e. Propylis Parabenum
f. Aqua Rosae
g. Aqua Destilata

3.3 PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN BAHAN


3.3.1 Perhitungan
Diketahui dalam 1 pot dengan bobot total 10 gram, maka jumlah masing-masing
bahan yang di butuhkan adalah sebagai berikut:

1. Sulfur Praecipitatum
10
x 10 gram=1 gram
100

Untuk menghindari kehilangan, ditambah bobot sebesar 5%, sehingga:

5
x 0,8 gram=0,05 gram
100

Total bobot sulfur praecipitatum yang ditimbang adalah 1,05 gram.

19
2. CMC-Na
5
x 10 gram=0,5 gram
100

Untuk menghindari kehilangan, ditambah bobot sebesar 5%, sehingga:

5
x 0,5 gram=0,025 gram
100

Total bobot CMC-Na yang ditimbang adalah 0,525 gram.

3. Propylenglycolum
15
x 10 gram=1,5 gram
100

Untuk menghindari kehilangan, ditambah bobot sebesar 5%, sehingga:

5
x 1,5 gram=0,075 gram
100

Total bobot Propylenglycolum adalah 1,575 gram. Karena Propylenglycolum


berupa cairan, maka dihitung volumenya. Diketahui bobot jenisnya adalah 1,038
gram/mL.

1,575 gram
V= =1,517 mL
1,038 gram/mL

Jadi jumlah volume yang diukur adalah 1,517 mL.

4. Methylis Parabenum
0,1
x 10 gram=0,01 gram
100

Untuk menghindari kehilangan, ditambah bobot sebesar 5%, sehingga:

5
x 0,01 gram=0,0005 gram
100

Jadi bobot total methylis parabenum yang ditimbang adalah 0,0105 gram

5. Propylis Parabenum

20
0,05
x 10 gram= 0,005 gram
100

Untuk menghindari kehilangan, ditambah bobot sebesar 5%, sehingga:

5
x 0,005 gram=0,00025 gram
100

Bobot total propylis parabenum yang ditimbang adalah 0,00525 gram.

6. Aqua Destilata
69,85
x 10 gram=6,985 gram
100

Untuk menghindari kehilangan, ditambah bobot sebesar 5%, sehingga:

5
x 6,985 gram=0,349 gram
100

Bobot total adalah 7,334 gra,. Karena aquadest dalam bentuk larutan, maka diukur
volumenya. Diketahui bobot jenisnya adalah 1 gram/mL.

7,334 gram
V= =7,334 mL
1 gram/mL

Jadi volume yang diukur adalah 7,334 mL.

3.3.2 Penimbangan Bahan

NO Nama Bahan Fungsi Porsi dalam Jumlah Jumlah


. formulasi untuk 1 untuk 3
(%) sediaan sediaan
1. Sulfur Praecipitatum Bahan aktif 10 1,05 gram 3,15 gram
2. CMC-Na Gelling 5 0,525 gram 1,575 gram
agent
3. Propylenglycolum Pembasah 15 1,517 mL 4,551 mL
4. Methyl Parabenum Preservativ 0,1 0,0105 0,0315
e gram gram

21
5. Propylis Parabenum Preservativ 0,05% 0,00525 0,01575
e gram gram
6. Aqua Rosae Corrigen qs qs qs
odoris
7. Aqua Destilata Pelarut 69,85% 7,334 mL 22,002 mL

3.4 Cara Kerja


3.4.1 Pembuatan Gel
1. Dilakukan pengembangan CMC-Na sejumlah 1,575 gram dengan 22,002 mL
aquadest dalam gelas beker dan didiamkan selama 1 hari
2. Ditimbang semua bahan-bahan yang diperlukan
3. Sulfur PP digerus halus dan ditambahkan sedikit demi sedikit kedalam
propilenglikol dan digerus homogen
4. Tambahkan metil paraben dan propil paraben kemudian gerus sampai homogen
5. CMC-Na ditambahkan sedikit demi sedikit sambil digerus homogen
6. Ditambahkan aqua rosae secukupnya
7. Dikemas dalam wadah dan diberi etiket

3.4.2 Evaluasi Sediaan


1. Uji Organoleptis
 Diamati secara langsung bentuk, warna, dan bau dari gel yang diberi -> gel
harus jernih dengan konsistensi setengah padat
2. Uji Homogenitas
 Sampel gel dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparant lain yang
cocok -> sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat
adanya butiran kasar
3. Uji pH
 pH meter dikalibrasi dengan menggunakan larutan asam pH 4,0 dan larutan
basa pH 7,0
 Ditimbang 1 gram sampel kemudian diencerkan dengan aquadest secukupnya
 pH meter dicelupkan ke dalam sampel gel yang telah diencerkan

22
 Dilihat nilai pH yang dihasilkan pada alat -> pH sediaan gel harus sesuai
dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5
4. Uji Daya Sebar
 Diletakkan sebanyak 0,5 gram sampel gel di atas kaca bulat berdiamter 15 cm
 Diletakkan di kaca lain di atasnya dan dibiarkan selama 1 menit dan diukur
diameter sebar gel
 Ditambahkan 100 gram beban tambahan dan didiamkan selama 1 menit lalu
diukur diameter yang konstan -> daya sebar 5-7 cm menunjukkan konsistensi
semisolid yang sangat nyaman dalam penggunaan
5. Uji Daya Lekat
 Ditimbang sampel 1 gram dan diletakkan diantara 2 gelas objek
 Ditekan dengan menggunakan beban 1 kg selama 5 menit
 Setelah itu beban diangkat dari gelas objek, kemudian gelas objek dipasang
pada alat uji
 Alat uji diberi beban 80 gram dan kemudian dicatat waktu pelepasan gel dari
gelas objek

3.5 Permasalahan Farmasetik dan Penyelesaian

NO IDENTIFIKASI MASALAH MACAM-MACAM PENYELESAIAN


. PENYELESAIAN MASALAH
MASALAH
1. Sulfur memiliki bau yang tidak Penambahan Ditambahkan Aqua
enak corrigen odoris Rosae
2. Sediaan yang akan dibuat dalam Dibutuhkan Gelling Ditambahkan CMC-
bentuk gel agent Na
3. Sulfur memiliki kelarutan yang Penambahan Ditambahkan
rendah dalam air sehingga sulit pembasah Propilenglikol
untuk terdispersi
4. Sediaan gel yang mengandung air Penambahan Ditambahkan Metil
merupakan media pertumbuhan preservative Paraben dan Propil
bakteri Paraben

23
BAB IV

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah:

1. Formluasi sediaan gel terdiri dari Sulfur Praecipitatum 10%, CMC-Na 5%, Propilenglikol
15%, Metil Paraben 0,1%, Propil Paraben 0,05%, Aqua Rosae dan Aquadest.
2. Pembuatan gel sulfur dilakukan dengan membuat gelling agent dari CMC-Na dan dilakukan
pencampuran sulfur dengan propilenglikol selanjutnya diikuti dengan penambahan bahan
lainnya dan terakhir gelling agent.
3. Evaluasi sediaan gel yang dilakukan adalah Uji Organoleptis, Uji Homogenitas, Uji pH, Uji
Daya Sebar dan Uji Daya Lekat.
4. Jenis gel sulfur ini adalah hidrogel. Hidrogel adalah polimer hidrofilik yang mempunyai
kemampuan mengembang dalam air, tetapi tidak larut dalam air serta mempunyai
kemampuan mempertahankan bentuk asalnya. Jenis hidrogel ini baik digunakan untuk gel
yang dimaksudkan dengan tujuan mengobati jerawat karena sifatnya yang hidrofilik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V. dan Emeritus. 2011. Secundum Artem: Basics of Compounding for Acne: Oklahoma:
University of Oklahoma.
Ansel C. H.. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: PT Info Master

Anonim, 1978, Formularium Nasional, Edisi Kedua, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Herdiana, Y., 2007, Formulasi Gel Undesilenil Fenilalanin Dalam Aktivitas Sebagai Pencerah
Kulit, Universitas Padjajaran.

Kumesan, Y. A. N., P. V. Y. Yamlean., dan H. S. Supriati. 2013. Formulasi dan Uji Aktivitas
Gel Antijerawat Ekstrak Umi Bakung (Crinum asiaticum L.) terhadap Bakteri Staphilococcus
aureus Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol 2(2): 18-26, ISSN:2302-2493.

Lachman, L., Lieberman, H., dan Kanig, J., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri II,
diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, UI Press, Jakarta.

Reynolds, J. E. F. 1989. Martindale The Extra Pharmacopoiea. Twenty edition. London: The
Pharmaceutical Press.

25
Rowe, C. R., Sheskey, P. J., Quinn, M. E. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th
Edition. Amerika: Pharmaceutical Press.

Selfie, P. J., Ulaen., Y. Banne., dan R. A. Suata. 2013. Pembuatan Salep Anti Jerawat dari
Ekstrak rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhizaRoxb.). Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Manado

26

Anda mungkin juga menyukai