FARMASI
NAMA : _________________________________________________
N.P.M : _________________________________________________
FAKULTAS FARMASI
2021
KATA PENGANTAR
Buku penuntun praktikum Analisis Farmasi ini di persiapkan dan disusun untuk
keperluan praktikum mahasiswa S1 Farmasi. Di dalam penuntun ini di sajikan cara pembuatan
pereaksi, pembuatan larutan dengan konsentrasi yang disesuaikan dengan kurva serapan
maksimum dan kurva kalibrasi serta penetapan kadar obat secara Spektrofotometer UV – Vis,
High Perfomance Liquid Chromatrography ( HPLC), Gas Chromatrografi (gc), Atomic
Absortion Spektrofotometer (AAS), dan Liquid Chromatography Massa Spektrofotometer
(LCMS).
Buku panduan analisis farmasi ini di harapkan dapat membantu mahasiswa dalam
melaksanakan praktikum sehingga dengan demikian mahasiswa mampu menentukan bahan-
bahan alam secara baik dan benar.
Pada penyusunan buku penunmtun ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu tim
penyusun dengan senang hati akan menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun
segingga buku penuntun ini lebih bermanfaat.
Penyusun
Halaman
1. Setiap praktikan harus menguasai teori-teori maupun percobaan yang akan dilakukan.
2. Bagi praktikan yang terlambat 15 menit dari jam praktikum, maka tidak diperkenankan
untuk memasuki praktikum.
3. Apabila praktikan tidak mengikuti praktikum sebanyak 2x, maka praktikum tersebut
harus mengulang di tahun berikutnya.
4. Bagi praktikan yang berhalangan hadir (sakit,izin, dll). Wajib memberikan keterangan
dalam bentuk surat, surat sakit dari dokter.
5. Sebelum masuk praktikum harus menyerahkan jurnal sementara dan jurnal resmi
6. Bagi yang tidak menyerahkan jurnal resmi maupun jurnal sementara tidak diperkenankan
untuk mengikuti praktikum.
7. Setiap praktikan harus mempunyai lap, buku tulis dan keperluan lainnya yang dibutuhkan
untuk kelancaran praktikum, dimana semua keterangan-keterangan tentang percobaan-
percobaan yang dilakukan dicatat dengan teliti,teratur dan rapi
8. Setiap praktikan diharuskan memakai jas praktikum pada waktu bekerja dilaboratorium
9. Semua percobaan harus dilakukan menurut urutannya yang telah diberikan, jika menemui
kesukaran baik dalam melakukan percobaan dapat bertanya langsung kepada dosen
maupun pembimbing praktikum/asisten.
10. Selalu harus menjaga ketenangan, kebersihan dan kerapian. Setelah selesai memakai
botol pereaksi harus segera di tutup kembali, perhatikan instalasi gas dan harus
disesuaikan sebagaimana mestinya.
11. Dilarang keras makan dan minum serta bersuara didalm ruang laboratorium
12. Tidak di izinkan menggunakan alat komunikasi di dalam Lab
Eksitasi electron sigma, molekul memerlukan energy yang relative besar yaitu energy yang
dimiliki radiasi pada daerah UV jauh pada λ 100-200 nm eksitasi electron sigma tidak
mempunyai arti yang penting untuk tujuan praktis electron π yang terdapat pada ikatan rangkap
dua dan tiga lebi mudah di eksitasi dan energy yang dibutuhkan tidak begitu besar yaitu pada λ
200-400 nm, sedangkan elktron sinyi relative lebih mudah di eksitasi oleh radiasi UV-Vis.
Sistim atau gugusan atom pada molekul yang mengapsorbsi radiasi di sebut gugus kromofor.
Dapat dikatakan bahwa hampir semua gugus kromofor merupakan ikatan kofalen yang tidak
jenuh. Pada gugus kromofor ini terdapat electron phi (π) dan sunyi (n). absorpsi radiasi oleh
gugus kromofor dapat dipengaruhi oleh gugus funfgsi lain yang terdapat dalam molekul. Gugus
fungsi ini disebut sebagai gugus auksokrom yang mempunyai electron sunyi seperti –OH, -
OCH3 , -NH2 Yang dapat mengapsorpsi radiasi Uv jauh dan tidak mengabsopsi di daerah Uv
dekat, tetapi bila gugus auksokrom di ikat oleh gugus kromofor maka intensitas absopsi radiasi
oleh kromofor akan meningkat dan energy radiasi untuk eksitasinya bias menaik atau menurun
dan geserannya bias bersifat batokromik atau hipsokromik.
Absorbsi radiasi didaerah sinar tampak dapat terjadi bila terdapat sejumlah gugus kromofor yang
terkonjugasi (tersusun secara berganti dengan ikatan tunggal). Pada sistim tersebut elektronnya
mempunyai mobilitas yang tinggi sehingga dapat menyebar (terdeflokalisasi). Oleh karna itu
energy yang dibutuhkan untuk eksitasi electron tidak terlampau tinggi. Semakin panjang rantai
terkonyugasi semakin rendah energy eksitasinya atau panjang gelombang semakin besar. Dan
jika radiasi yang diabsopsi setara dengan energy radiasi sinar tampak maka senyawa yang
mengabsopsi itu tampak berwarna.
Hukum Lamber-Beer
Jika radiasi electron magnetic dilewatkan pada suatu media (kuvet), maka sebagian radiasi itu
akan diabsopsi atau ditransmisikan. Pada pengerjaan spektrofotometri radiasi yang dilewatkan
tersebut sebagian di absopsi dan sebagian lagi di transmisikan sehingga berlaku hokum Lamber
Beer, yaitu A= a b c . Absorptivitas (a) merupakan tetapan proporionalisme yanmg tidak
tergantung kepada konsentrasi, tebal larutan dan intensitas radiasi yang dilewatkan. Ia hanya
tergantung kepada suhu pelarut, struktur molekul dan panjang gelombang. Harga absortivitas
tergantung kepada besaran c dan b. jika c dinyatakan dalam molar, maka a disebut absotivitas
Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 3
molar dan satuannya L mol -1, cm -1, jika c dinyatakan dalam gram/liter maka disebut absortivitas
dan satuaanya L.g-1 cm -1. Jika c dinyatakan dalam % (b/v,gram/100 ml) maka a disebut
absortivitas jenis (A11). Dengan demikian absortivitas dapat diinterpretasikan sebagai absorban
dari suatu senyawa pada panjang gelombang tertentu dari suatu larutan per unit konsentrasi.
Spektrum absopsi disebut juga sebagai kurva serapan, yaitu suatu kurva yang menggambarkan
hubungan antara absorban atau transmitans suatu larutan terhadap panjang gelombang radiasi.
Spektrum absopsi ini dibuat dengan cara merajah absorban pada sumbu Y terhadap panjang
gelombang pada sumbu X. kurva ini mempunyai bentuk yang khas tetapi tidak mempunyai
puncak yang lancip dan dikaraktrisasi oleh posisi panjang gelombang absopsi maksimum
(panjang gelombang radiasi yang diabsopsi secara maksimum) dan oleh intensitas absopsi yang
dapat diinterpretasikan sebagai absoptivitas.
Penentuan panjang gelombang maksimum untuk analisis kuantitatif dilakukan berdasarkan pada
spectrum absorpsi yang diperoleh pada percobaan. Pengukuran absorpsi harus dilakukan pada
panjang gelombang maksimum, karena :
1. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal dan pada panjang
gelombang tersebut, perubahan serapan untuk setiap konsentrasi juga yang paling besar.
2. Disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva serapan datar dan pada kondisi
tersebut hokum Lamber-Beer akan terpenuhi.
3. Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang
panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang maksimal.
Instrumentasi
Piranti yang digunakan untuk pengukuran spectrum disebut Spektrofotometer. Ada 2 jenis
spektrofotometer uv-vis yaitu Single Bean (berkas tunggal) dan Double Beam (berkas ganda).
Pada spektrofotometer berkas tunggal, kedua pengukuran dilakukan secara terpisah (sequential)
oleh operator. Monokromator mengeluarkan berkas tunggal radiasi monokromatis yang melewati
kuvet yang berisi pelarut, lalu dicatat serapannya. Kemudian kuvet diisi dengan larutan yang
akan diukur maka yang tercatat adalah serapan secara langsung.
Monokromator
alat ini berfungsi untuk memperoleh radiasi monokromatis dari sumber radiasi polikromatis.
Monokmator terdiri dari radas dengfan susunan celah masuk – filter – kisi (grating difraksi) atau
prisma dan celah keluar. Pada spektrofotometer modern digunakan system monokromator ganda
yaitu dua monokromator yang dipasang secara parallel yang terdiri dari prisma dan kisi, yang
menghasilkan sinar monokromatis yang jauh lebih sempurna dibandingkan dengan
monokromator tunggal dan juga dapat mengurangi pengaruh radiasi asing.
Sampel yang diukur berupa larutan yang sangat encer. Sel atau kuvet adalah wadah
berbentuk kotak empat persegi panjang atau silinder tempat larutan yang diukur. Sel harus
transparan dan dapat melewatkan sekurang-kurangnya 70% radiasi yang mengenainya, serta
tidak boleh menyerap radiasi yang digunakan dalam pengukuran. Kuvet kaca digunakan untuk
pengukuran di daerah sinar tampak dan kuvet silica untuk penmgukuran di daerah ultraviolet dan
sinar tampak. Kuvet yang digunakan ketebalan 1 cm dengan kapasitas 4 ml.
Detektor berfungsi sebagai penunjuk adanya radiasi yang ditransmisikan oleh sampel dan
mengukur intensitas radiasi tersebut. Radiasi diubah menjadi energy listrik oleh sel tabung foto.
Detektor trbaru dengan teknologio maju dan canggih adalah detektor ‘diode array’
Rekorder
Signal listrik yang keluar dari detektor diterima pada sirkuit potensiometer yang dapat
langsung mengukur transmitans atau absorban.
Aplikasi
Pengujian Identitas
Eluisidasi struktur
Spektrum absorpsi memberikan informasi adanya gugus kromofor dan gugus fungsi
malalui profil spektrum, posisi panjang gelombang absopsi maksimum dan absorptivitasnya
dalam pelarut tertentu. Melalui kaidah Woodward, parameter itu digunakan untuk menjelaskan
struktur molekul yang dianalisis. Namun data dari spektrum uv-vis ini belum mencukupi untuk
keperluan eluisida yang lengkap, masih dibutuhkan data pendukung lainnya seperti analisis
unsure, spectrum inframerah dan NMR
Pemeriksaan kemurnian
Ada beberapa cara yang umum dilakukan untuk pemeriksaan kemurnian secxara
spektrofotometri UV-Vis yaitu :
Jika absorban dari masing-masing larutan dari satu seri larutan senyawa yang sama di
ukur pada panjang gelombang, suhu dan pelarut yang sama, lalu absorban masing-masing larutan
dirajah terhadap konsentrasinya maka akan diperoleh suatu garis lurus yang melewati titik nol.
Persamaan garis regresi adalah A = a b c, dimana ab merupakan arah/slope dari garis lurus
tersebut dan Karen b diketahui maka harga a dapat dihitung dan tetap pada setiap konsentrasi.
Kurva tersebut memenuhi Hukum Lambert-Beer dan disebut sebagai kurva kalibrasi. Jika
absorban suatu larutan diketahui dari pengukuran maka kadarnya dapat dihitung melalui
persamaan garis regresi.
Jika absorptivitas suatu senyawa pada panjang gelombang absorpsi maksimumnya telah
diketahui dari perhitungan ataupun dari literature., maka kadar larutan senyawa yang sama dapat
dihitung juga. Larutan senyawa dengan kadar tidak diketahui dibuat dalam pelarut yang sama
dengan larutan senyawa yang diketahui kadarnya.
Kadar larutan pembanding harus dibuat sesuai dengan kadar di mana hukum Lambert-
Beer masih dipenuhi. Maka kadar larutan uji dapat dihitung : c = A/b.a, dimana A= absorban
larutan uji, b= tebal kuvet dan a= absorptivitas jenis.
Metode sederhana yang disebut one point dapat digunakan terutama pada penentuan
kadar secara rutin dimana pengukuran dilakukan dengan menggunakan panjang gelombang
absorpsi maksimum,suhu,pelarut dan piranti yang sma pula. Larutan uji dibandingkan terhadap
larutan baklu yang kadar dan kemurniaannya diketahui. Pengukuran absorban larutan uji dan
larutan baku dilakukan dengan prosedur yang sama.
1. Dari studi kepustakaan dapat diketahui data mengenai spectra sampel meliputi pelarut,
panjang gelombang, nilai A 1 1 , absorptivitas molar, dan juga perlakuan terhadap baku
pembanding (BPFI) yang digunakan. Data-data ini di dapat dilihat dalam literature,
misalnya Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons, 2004 ; UV and IR Spectra of some
Important Drugs, 1978; Farmakope Indonesia, USP, atau buku-buku standar lainnya.
2. Pembuatan larutan induk baku pembanding farmakope Indonesia (BPFI) Baku
pembanding Farmakope Indonesia disingkat BPFI adalah bahan yang sesuai sebagai
pembanding dalam pengujian dan penetapan kadar yang telah disetujui oleh Departemen
Kesehatan. BPFI dibuat dan diedarkan oleh Departemen Kesehatan RI. Pembuatan
larutan induk baku pembanding dibuat dengan menimbang dan melarutkan dalam labu
tentukur. Umumnya dibuat dengan konsentrasi 100 µg/ml atau 200 µg/ml.
3. Penentuan panjang gelombang maksimum
Dibuat dengan membuat kurva hubungan antara serapan dengan panjang gelombang
dari suatu larutan baku pembanding pada konsentrasi dan pelarut tertentu. Konsentrasi
pengukuran dapat dihitung dengan membagi serapan klesalahan fotometri terkecil yaitu
0,4343 dengan nilai A1 1 (C= 0,4343/ A1 1 . b). konsentrasi 5,0 µg/ml. panjang gelombang
maksimum ditentukan dari panjang gelombanmg yang mempunyai serapan maksimal.
Untuk pengukuran pada daerah sinar tampak (visible) terlebih dahulu harus dicari waktu
kerja yang terbaik (operating time).
4. Penentuan linieritas kurva kalibrasi
Dibuat satu seri lariutan baku pembanding dengan konsentrasi yang meningkat,minimal
6 konsentrasi yanmg memberikan serapan dalam batas-bats yang diperbolehkan oleh
Hukum Lambert Beer, yaitu 0,2-0,6. Kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan
antara serapan dengan konsentr4asi. Dari data kurva kalibrasi dihitung persamaan garis
regresi (Y=aX+b)
Dan untuk melihat apakah kurva kalibrasi ini memenuhi persyaratan atau adanya
hubungan yang linear antara serapan dan konsentrasi maka perlu dihitung uji koefisien
korelasi (r). hubungan linear dikatakan paling baik bila koefisien korelasi yang
diperoleh mendekati 1 dan batas persyaratan dari koefisien korelasi yang masih dapat
diterima adalah r= 0,9950 (Clarks,2005) ≥0,95 (shargel, L). Untuk melihat seberapa
besar pengaruh konsentrasi terhadap serapan dapat dilihat dari uji koefisien determinasi
(r2), missal koefisien determinasi (r2) = 0,9999, artinya 99,99% pengaruh konsentrasi
Tujuan Penelitian
1. Mahasiswa memahami cara kerja intrumen Spektrofotometer UV untuk analisis
kuantitatif
2. Mahasiswa mampu menghitung konsentrasi pengukuran vitamin B 6 dalam pelarut HCL
0,1 N menggunkan harga A1 1
3. Mahasiswa mampu mengitung kadar vitamin B 6 dalam tablet menggunakan persamaan
regresi dan cara pendekatan
Baku Pembanding
Piridoksin Hidroklorida (vitamin B6) BPFI, sebelum digunakan dikeringkan dalam
hampa udara diatas silica gel P selama 4 jam (F.I Ed IV,1995).
Persyaratan kadar
Tablet piridoksin HCL mengandung piridoksin hidroklorida. C 18 H11 NO 3 HCL tidak
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (F.I
Ed IV).
Alat
1. Spektrofotometer UV-Vis 1240 (shimadzu)
2. Labu tentukur 25 ml dan 50 ml
3. Corong penyaring
4. Mortir dan stumper
5. Volume pipet 2 ml, 5 ml dan 10 ml
6. Beaker glass 250 ml
= 11.96 = 12 N
Untuk membuat 1000 ml larutan HCL 0,1 N dengan cara menegncerkan 8,5 ml asam
klorida pekat dengan aquadest sampai 1000 ml.
V1 N1 = V2 N2
V1 12 = 1000 ml 0,1
V1 = 8,333 ml = 8,5 ml
1 0,00
2 4,00
3 6,00
4 8,00
5 10,00
6 12,00
ƩX = ƩY = ƩXY = ƩX2 = ƩY 2 =
X rata = Y rata =
Ʃ𝑥.Ʃ𝑦
Ʃ𝑥𝑦− /𝑛
A = Ʃ𝑥2−(Ʃ𝑥2)/𝑛 b = ӯ – ax
Y = aX + b
Ʃ𝑥𝑦−(Ʃ𝑥.Ʃ𝑦/𝑛)
R =
�(Ʃ𝑥2−(Ʃ𝑥2/𝑛 )(Ʃ𝑦2−(Ʃ𝑦2/𝑛)
𝐴 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑋 𝐶 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔
Rumus pendekatan : Csampel =
𝐴 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔
Tujuan Penelitian
1. Mahasiswa mampu menghitung konsentrasi pengukuran vitamin B1 dalam pelarut
NaOH 0,1 N menggunakan harga A1 1
2. Mahasiswa mampu menghitung kadar vitamin B1 dalam tablet menggunakan
persamaan regresi dan cara pendekatan
3. Mahasiswa memahami perlakuan dari Baku Pembanding Farmakope Indonesia
(BPFI)
Baku Pembanding
Tiamin HCL BPFI, tidak boleh dikeringkan (F.I Ed IV, 1995).
Persyaratan kadar
Tablet Tiamin HCL mengandung tiamin HCL, C 12 H17 CIN 4 OS. HCL. Tidak
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket
(F.I Ed IV).
Alat
1. Spektrofotometer UV-Vis 1240 (shimadzu)
2. Labu tentukur 50 ml dan 100 ml
3. Corong penyaring
4. Mortir dan stamper
Bahan
1. Tiamin HCL BPFI
2. Tablet tiamin HCL (vitamin B1) generik (50 mg/tablet)
3. NaOH 0,1 N
1 0,0
3
4
5
6
Tujuan Penelitian
1. Mahasiswa memahami pengerjaan sediaan obat dalam bentuk kapsul untuk analisis secara
spektrofotometri.
2. Mahasiswa mampu menghitung konsentrasi kloramfenikol dalam pelarut aquadest dengan
menggunakan harga A1 1
3. Mahasiswa mampu menentukan panjang gelombang maksimum dan kurva linieritas dari
kloramfenikol baku pembanding
4. Mahasiwa mampu menghitung kadar kloramfenikol dalam kapsul menggunakan persamaan
regresi dan cara pendekatan
5. Mahasiswa memahami cara perlakuan baku pembandding Kloramfenikol.(BPFI).
Baku pembanding
Kloramfenikol BPFI, tidak boleh dikeringkan (F.I Ed IV, 1995).
Persyaratan kadar
Kapsul Kloramfenikol mengandung kloramfenikol, C 11 H12 CL2 N 2 O 5 . Tidak kurang dari 90,0 %
dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (F.I Ed IV).
Alat
1. Spektrofotometer UV-Vis
2. Labu tentukur
3. Pipet volum
4. Pipet ukur
Bahan
1. Aquadest
2. Etanol
3. Kapsul kloramfenikol 250 mg
3
4
5
6
ƩX = ƩY = ƩXY = ƩX2 = ƩY 2 =
X rata = Y rata =
50 𝑚𝑔
= X bobot isi 20 kapsul (mg) =……… mg
20 𝑥 250 𝑚𝑔
Tujuan Penelitian
1. Mahasiswa mampu menghitung konsentrasi pengukuran parasetamol dalam
pelarut NaOH 0,1 N menggunalkan A1 1
2. Mahasiswa mampu menentukan panjang gelombang maksimum parasetamol
3. Mahasiwa mampu membuat kurva kalibrasi parasetamol
4. Mahasiswa mampu menghitung kadar parasetamol dalam tablet dan sirup
menggunakan persaam regresi dan cara pendekatan
5. Mahasiwa memahami pengertian dan perlakuan Baku pembanding parasetamol
(BPFI)
Buku pembanding
Parasetamol BPFI, sebelum digunakan dikeringkan di atas silica gel P selama 18
jam. (F.I Ed iv,1995).
Persyaratan kadar
Tablet parasetamol mengandung Parasetamol, C 8 H9 NO 2 . Tidak kurang dari
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (F.I.Ed
IV).
Alat
1. Spektrofotometer UV-Vis 1240 (shimadzu)
2. Labu tentukur 50 ml dan 100 ml
3. Corong penyaring
4. Mortir dan stumper
5. Volum pipet 2,0 ml dan 5,0 ml
6. Maat pipet 5 ml
3
4
5
6
ƩX = ƩY = ƩXY = ƩX2 = ƩY 2 =
X rata = Y rata =
Data penimbangan dan kadar Sirup yang diperoleh menurut perhitungan regresi
Dasar penetapan Kadar Senyawa Yang Mempunyai Gugus Amin Primer Aromatik
secara Spektrofotometri Visible.
Senyawa amin primer aromatis (Ar- NH2), dapat ditentukan kadarnya secara
spekrtrofotometri sinar tampak, sebagai contoh sulfioksazol yang pada dasarnya tidak
berwarna. Amin primer dari senyawa ini dapt di ubah menjadi garam diazonium setelah
direaksikan dengan asam nitrit dalam suasana asam. Reaksi yang terjadi diawali dengan
reaksi nitrosasi amina dengan tautomerisasi dan nitrosamine yang terbentuk dan di akhiri
dengan dekomposisi senyawa diazohidroksida menjadi garam diazonium. Garam
diazonium yang terbentuk dikopling dengan N- (1-naftil) etilendiamin (pereaksi Bratton
Marshall) sehingga membentuk senyawa yang terkonyugasi yang mampu mengabsorpsi
radiasi di daerah visible. Kelebihan asam nitrit dihilangkan dengan penambahan
asamsulfamat karena jika tidak dihilangkan,senyawa yang sudah berwarna akan dirusak
(dioksidasi)oleh asam nitrit sehingga kembali lagi menjadi senyawa tidak berwarna.
Reaksi penghilangan asam nitrit : HNO 2 + HSO 3 NH 2 N 2 + SO 4 +H2 O
TUJUAN PENELITIAN
1. Mahasiswa mampu menghitung konsentrasi sulfametoksasol menggunakan harga A 1 1
2. Mahasiswa mampu melakukan penentuan panjang gelombang ,operating time,linieritas
kurva kalibrasi
3. Mahasiswa mampu melakukan penentuan sulfametoksazol dalam tablet yang
mengandung trimetriprim secara spektrofotometri sinar tampak.
Baku Pembanding
Sulfametoksazol BPFI ,sebelum digunakan dikeringkan pada suhu 1050 selama 4 jam .(F>I Ed
IV , 1995)
Persyaratan Kadar
Tablet Kotrimoksazol mengandung sulfametoksazol , C 10 H11 N 3 O 3 S tidak kurang dari 93,0 %
dan tidak lebih dari 107,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket (F.I Ed IV).
Alat
1. Spektrofotometer UV-Vis 1240 ( Shimadzu)
2. Labu tentukur 25 ml, 50 ml, dan 100 ml
3. Volume pipet 2 ml dan 5 ml
4. Pipet ukur 2 ml dan 5 ml
5. Beaker Gelas 250 ml
6. Buret 25 ml
1. SulfametoksazolBPFI
2. Kotrimoksazol tablet generik mengandung Sulfametoksazol 400 mg dan Trimetroprim 80 mg
3. Natrium nitrit (NaNO 2 ) 0,5 %
4. Amonium Amidosulfonat 1 %
5. N- ( 1 naphthyl ) etilendiamine ( NED) 0,2 %
6. HCL 0,1 N
7. HCL 1 N
Pembuatan pereaksi
Tugas
1. Berikan komentar dari hasil penentuan panjang gelombang maksimum
2. Jelaskan hasil operating time yang dilakukan
3. Berikan kesimpulan dari koefisien korelasi yang diperoleh
4. Hitunglah kadar sulfametoksazol dalam tablet menggunakan persamaaan regresi dan cara
pendekatan
5. Tuliskan reaksi sulfametoksazol dengan NED
6. Berikan kesimpulan dari hasil percobaan dengan persyaratan kadar menurut Farmakope
Indinesia.
1. TUJUAN PENELITIAN
1. Mahasiswa mampu menghitung absorptivitas sulfametoksasol dan trimetroprim
2. Mahasiswa mampu membuat kurva overlapping sulfametoksasol dan trimetroprim
3. Mahasiswa mampu menghitung sulfametoksazol dan trimetroprim secara
multikomponen dan matrix
4. Mahasiswa mengetahui cara perlakuan baku pembanding sulfametoksazol dan
trimetoprim BPFI
3. Baku Pembanding
Sulfametoksazol BPFI ,sebelum digunakan dikeringkan pada suhu 1050 C selama 4
jam.untuk trimetroprim pengeringan dilakukan dalam hampa udara dengan suhu dan
waktu yang sama dengan sulfametoksazol.
4. Persyaratan Kadar
Tablet Kotrimoksazol mengandung sulfametoksazol, C 10 H11 N 3 O 3 S dan Trimetroprim
C 14 H18 N 4 O 3 tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0 % dari jumlah yang
tertera pada etiket (F.I Ed IV).
5. Alat
1. Sprektrofotometer UV-VIS 1240 (Shimadzu)
2. Labu tentukur 50 ml dan 100 ml
3. Corong penyaring
4. Mortir dan stamper
α=
ƛ Sulfamet (....nm)
ƛ Trimetop (....nm) α=
Pipet 1,0 ml filtrat, masukkan kedalam labu tentukur 50 ml dan encerkan dengan NaOH 0,1 N
sampai garis tanda ( konsentrasi ..... µg/ml dan trimetroprim .... µg/ml
Asulfametoksazol = As + Ar
Atrimetropim = As + Ar
= αs. b. Cs + αr.b.Cr…………………..2)
2. Prinsip Dasar
Teknik HPLC merupakan salah satu teknik kromatografi cair-cair ,yang dapat digunakan
baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif.analisis kuantitatif dengan
teknik HPLC didasarkan pada pengukuran luas/area puncak analit dalam kromatogram
dibandingkan dengan luas /area standar.pada prakteknya ,pembandingan kurang
menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan satu standar.oleh karena itu,maka
pembandingan dilakukan dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi.
Paresetamol adalah senyawa yang memiliki senyawa polar,dengan gugus kromofor yang
dimiliki menyebabkan senyawa ini dapat menyerap sinar UV.karakteristik senyawa ini
memungkinkan analisis dengan teknik HPLC menggunakan kolom non polar seperti C-
18 dan fase gerak polar seperti methanol/air.
4. Langkah Kerja
a. Pembuatan Fasa Gerak (pelarut)
Hitunglah jumlah methanol dan aquades yang diperlukan untuk membuat
fase gerak dan pelarut dengan komposisi methanol:air = 75: 25
Diskusikan hasil perhitungan dengan pembimbing praktikum
Saringlah masing-masing pelarut dengan menggunakan membran selulosa
nitrat untuk aquabidestilata dan membran PTFE untuk metanol
Buat fase gerak dengan mencampurkan methanol dan air pada
perbandingan diatas
Homogenkan dengan ultrasonic vibrator selama 15 menit.
Dari hasil operasi instrument akan diperoleh kurva kalibrasi.bila kurva .bila kurva kalibrasi
diperoleh dengan koefisien regresi > 0,99. Anda boleh melanjutkan perhitungan kadar
paracetamol dalam sampel.Hitinglah kadarnya dalam satuan % w/w.Bila tidak diperoleh kurva
linier, maka lakukan diskusi untuk mencari penyebabnya.
Tujuan
A. Mahasiswa dapat mengenal cara pengoperasian instrumen GC
B. Mahasiswa dapat memahami cara kerja instrument GC untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif
C. Peserta dapat menentukan kadar etanol dalam sampel menggunkan instrumen GC
Prinsip Dasar
Kromatografi gas merupakan salah satu teknik kromatografi yang bisa digunakan untuk
memisahkan senyawa-senyawa organik.senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan
kromatografi gas sangat banyak ,namun ada batasan –batasan nya.senyawa –senyawa tersebut
harus mudah menguap dan stabil pada temperatur pengujian ,utamanya dari 50- 300 0C.jika
senyawa tidak mudah menguap atau tidak stabil pada temperatur pengujian ,maka senyawa
tersebut bisa diderivatisasi agar dapat dianalisis dengan kromatografi gas.
Kromatografi gas dapat digunakan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif.analisis
kualitatif dilakukan ndengan menanmbahkan standar kedalam sampel dengan analisis.kemudian
dibandingkan kromatogram sampel dengan kromatogram sampel yang dtambah
standar.sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan membuat sederetan larutan standr
,selanjutnya dibuat kurva kalibrasi antara luas puncak atau tinggi puncak dengan konsentrasi
larutan standar.dengan kurva kalibrasi ini kadar zat yang diukur dalam sampel dapat diketahui.
Alat
1) . Peerangkat GC
2) Labu ukur 10 ml ( 6 buah)
3) Bola pipet
4) Pipet tetes
5) Gelas ukur kimia 100 ml
6) Pipet seukuran 1 dan 5 ml
Bahan
1) Etanol
2) Isopropanol p.a
3) Heksan p.a
4) Sampel
b. Penyiapan sampel
Untuk sampel dibuat dari 5 ml sampel alkohol dan 5 ml n-propanol lalu ditera dengan
aquabides dalam labu takar 25 ml.selanjutnya sebanyak 2 µI.larutan standar dan sampel
di injeksikan kedalam alat kromatografi gas.ditunggu dan dicatat waktu retensi dan luas
puncak dari komponen alkohol yang dianalisis.
c. Penyiapan Instrumen GC
• Pastikan kabel penghubung listrik telah tersambung dengan benar.
• Tekan tombol “ON “ pada sekelar listrik
• Atur laju alir dan komposisi gas pembawa
• Atur suhu kolom ,suhu injektor dan suhu detektor
• Jalankan pompa ,biarkan alat stabil selama waktu tertentu(sekilas 1 Jam)
• Kondisikan parameter GC pada: suhu injektor 150 0 C ,suhu detektor 200 0C, suhu
kolom dipertahankan pada suhu 700 C selama 10 menit kemudian diprogram
dengan kenaikan 10 0C permenit sampai 1500 C ,detektor FID, ,kolom Rtx-5
• Diskusi
• Hitunglah kadar etanol dalam sampel yang disiapkan .
Tujuan
Melalui kegiatan ini mahasiswa diharapkan mehasiswa dapat :
A. Mempreparasi sampel air sampel air dalam kemasan yang akan ditentukan kadar
besi dengan alat spektrometer serapan atom
B. Menyiapakan larutan kerja dari larutan “ Stock” yang tersedia
C. Memahami prinsip penentuan kadar logam dalam suatu sampel dalam alat
spektrometer serapan atom.
Prinsip Dasar
Metode AAS adalah metode spektrometri yang didasari oleh adanya serapan /absorbsi
cahaya ultra violet (UV) atau visible (Vis) oleh atom-atom suatu unsur dalam nyala
api.cahaya UV atau Vis yang diserap berasal dari energi yang diemisikan oleh sumber
energi yang diemisikan oleh sumber energi tertentu.
Alat
Langkah Kerja
a. Preparasi Sampel
• Ambil 50 ml sampel dan masukkan ke daalam beaker gelas 100 ml
• Tambahkan 2,5 ml HNO 3 , aduk , kemudian uapkan diatas hot plate sampai
volumennya menjadi ± 15 ml
• Tambahkan lagi 2.5 HNO 3 pekat.tutup dengan kaca arloji dan panaskan kembali
sampai warna larutan jernih.
• Dinginkan larutan sampel ,tambahkan sedikit aquades dan tuangkan kedalam
labu takar 50 ml
• Tepatkan volume sampelsampai dengan 50 ml dengan cara menambahkan
aquadest.
Tujuan
Melalui kegiatan ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengenal cara pengoperasian instrument GCMS
2. Memahami cara kerja instrument GCMS untuk analisis kualitatif
3. Menentukan komponen senyawa dalam sampel minyak atsiri menggunakan instrument
GCMS.
Prinsip dasar
Kromatografi gas merupakan salah satu teknik kromatografi yang bias digunakan untuk
memisahkan senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan kromatografi gas sangat banyak,
namun ada batasan-batsannya. Senyawa-senyawa tersebut harus mudah menguapa dan stabil
pada temperature pengujian, utamanya dari 50 -3000C. jika senyawa tidak mudah menguap atau
tidak stabil pada temp[eratur pengujian, maka senyawa tersebut bias diderivitasasi agar dapat
dianalisis kromatografi gas.
Alat
• Perangkat GCMS
• Pipet tetes
• Pipet seukuran 1 dan 5 ml
• Vial
Bahan
• methanol p.a
• heksan p.a
• sampel minyak atsiri
1. Langkah kerja
a. Penyiapan sampel
Untuk sampel dibuat 1 ml sampel minyak atsiri dan 1 ml n-heksan dicampur dan di
masukkan ke dalam vial. Selanjutnya sebanyak 0,5µl larutan sampel diinjeksikan ke
dalam alat kromatrografi gas. Ditunggu dan dicatat waktu retensi dan luas pencak dari
komponen alkohol yang dianalisis.
Tujuan
Melalui kegiatan ini diharpkan mahasiswa dapat :
1. Memahami cara kerja instrument spektrofotometer RMI.
2. Melakukan prepasi dengan tepat dan akurat serta dapat mengikuti manual pengoperasian
spektrofotometer RMI.
3. Menentukan/menganalisa struktur senyawa dalam sampel.
a. Alat
Perangkat NMR (Nukler Magnetic Resonance)
Pipet tetes
Pipet seukuran 1 ml dan 5 ml
Vial
b. Bahan
Pelarut CDCL3
Sampel
c. Langkah Kerja
1. Cuplikan sampel dimasukkan ke dalam tube NMR.
2. Ditambahkan pelarut (CDCL3 ) hingga sekitar 2-3 cm
3. Dihomogenkan dan tube NMR ditutup.
4. Computer dihidupkan dan software tospin di klik 2x
5. Klik BSMS pada menu toolbar
6. Klik icon lift sampel berwarna hijau
7. Tube NMR simasukkan ke dalam magnet dan klik icon lift hingga sampel turun ke
bawah Probe
8. Ketik “ede” pada bagian komen dienter.
9. Isi nama sampel,nomor percobaan, nomor proses, pelarut yang digunakan, serta dipilih
parameter percobaan yang akan di ukur menggunakan SPektrofotometer RMI.
10. Ketik “lock” pada bagian komen dienter.
11. Pilih pelarut yang digunakan untuk analisis sampel dan klik OK
12. Ditunggu sampai icon “Lock On-Off” pada BSMS berwarna hijau.
13. Ketik “atma” untuk melakukan tuning, dan ketik “a” untuk melihat proses tuning.
14. Klik “On” pada icon “SPIN” di BSMS sampai berwarna hijau
15. Ketik “topshim” pada bagian komen untuk malakukan shimming secara otomatis,
tunggu hingga selesai.
Tujuan
a. Mahasiwa memahami cara kerja instrument LCMS untuk analisis kuantitatif.
b. Mahasiwa dapat melakukan preparasi dengan tepat dan akurat, serta dapat mengikuti
manual pengoperasian LCMS.
c. Mahasiwa dapat menentukan/menghitung kadar Kloramfenikol dalam sampel
Prinsip dasar
Teknik LCMS merupakan satu teknik kromatografi cair-cair, yang dapat digunakan
baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif
dengan teknik LCMS didasarkan pada pengukuran luas/area puncak analit dalam
kromatogram, dibandingkan dengan luas/area standar dimana digunakan detector MS
yang menentukan senyawa berdasarkan berat molekulnya.
Alat
1. Perangkat LCMS
2. Spatula
3. Labu ukur 25 ml dan 10 ml (6 buah)
4. Neraca analitik
5. Corong pendek
6. Pipet tetes
7. Beaker glass 100 ml
8. Gelas ukur 500 ml
9. Ultrasonic vibrator
Bahan
1. Standar Kloramfenikol 50 mg
2. Methanol for HPLC
3. Sampel obat
4. Aquabidestilata mili Q pore
5. Membrane PTFE/Selulosa nitrat
6. Kertas saring