Anda di halaman 1dari 52

PENUNTUN ANALISIS

FARMASI

NAMA : _________________________________________________

N.P.M : _________________________________________________

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA

2021
KATA PENGANTAR

Buku penuntun praktikum Analisis Farmasi ini di persiapkan dan disusun untuk
keperluan praktikum mahasiswa S1 Farmasi. Di dalam penuntun ini di sajikan cara pembuatan
pereaksi, pembuatan larutan dengan konsentrasi yang disesuaikan dengan kurva serapan
maksimum dan kurva kalibrasi serta penetapan kadar obat secara Spektrofotometer UV – Vis,
High Perfomance Liquid Chromatrography ( HPLC), Gas Chromatrografi (gc), Atomic
Absortion Spektrofotometer (AAS), dan Liquid Chromatography Massa Spektrofotometer
(LCMS).

Buku panduan analisis farmasi ini di harapkan dapat membantu mahasiswa dalam
melaksanakan praktikum sehingga dengan demikian mahasiswa mampu menentukan bahan-
bahan alam secara baik dan benar.

Pada penyusunan buku penunmtun ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu tim
penyusun dengan senang hati akan menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun
segingga buku penuntun ini lebih bermanfaat.

Medan, September 2016

Penyusun

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 1


DAFTAR ISI

Halaman

1. Kata pengantar ...................................................................................................................... i


2. Daftar isi ............................................................................................................................... ii
3. Tata tertib laboratorium ........................................................................................................ 2
4. Teori spektrofotometri .......................................................................................................... 3
5. Penentuan kadar Vitamin B6 dalam tablet secara Spektrofotometri ..................................... 10
6. Penentuan Kadar Vitamin B1 Dalam Tablet Secara Spektrofotometri ................................. 14
7. Penentuan kadara Kloramfenikol dalam Kapsul Secara Spektrofotometri .......................... 17
8. Penentuan Kadar Parasetamol Tablet dan sirup secara spektrofotometri ............................. 20
9. Teori Spektrofotometri Sinar Tampak .................................................................................. 24
10. Penentuan kadar Sulfametoksazol dalam Tablet yang mengandung Trimetropin Secara
Spektrofotometri sinar tampak .............................................................................................. 27
11. Teori penentuan kadar senyawa Multikomponen ................................................................. 31
12. Penentuan kadar Sulfametoksazol Dan Trimetoprim secara Multikomponen ..................... 32
13. Analisis farmasi menggunakan alat secara HPLC ................................................................ 36
14. Analisis farmasi Menggunakan alat Gas Chromatography ................................................. 40
15. Analisis farmasi Menggunakan alat Atomic Absortion Spektrofotometer ( AAS) ............ 42
16. Analisis farmasi Menggunakan alat GCMS ......................................................................... 44
17. Analisis farmasi menggunakan alat Spektrofotometri RMI ................................................ 46
18. Percobaan menggunakan alat LCMS ................................................................................... 48

Lab Kimia Farmasi Kimia Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua i


TATA TERBIT LABORATORIUM

1. Setiap praktikan harus menguasai teori-teori maupun percobaan yang akan dilakukan.
2. Bagi praktikan yang terlambat 15 menit dari jam praktikum, maka tidak diperkenankan
untuk memasuki praktikum.
3. Apabila praktikan tidak mengikuti praktikum sebanyak 2x, maka praktikum tersebut
harus mengulang di tahun berikutnya.
4. Bagi praktikan yang berhalangan hadir (sakit,izin, dll). Wajib memberikan keterangan
dalam bentuk surat, surat sakit dari dokter.
5. Sebelum masuk praktikum harus menyerahkan jurnal sementara dan jurnal resmi
6. Bagi yang tidak menyerahkan jurnal resmi maupun jurnal sementara tidak diperkenankan
untuk mengikuti praktikum.
7. Setiap praktikan harus mempunyai lap, buku tulis dan keperluan lainnya yang dibutuhkan
untuk kelancaran praktikum, dimana semua keterangan-keterangan tentang percobaan-
percobaan yang dilakukan dicatat dengan teliti,teratur dan rapi
8. Setiap praktikan diharuskan memakai jas praktikum pada waktu bekerja dilaboratorium
9. Semua percobaan harus dilakukan menurut urutannya yang telah diberikan, jika menemui
kesukaran baik dalam melakukan percobaan dapat bertanya langsung kepada dosen
maupun pembimbing praktikum/asisten.
10. Selalu harus menjaga ketenangan, kebersihan dan kerapian. Setelah selesai memakai
botol pereaksi harus segera di tutup kembali, perhatikan instalasi gas dan harus
disesuaikan sebagaimana mestinya.
11. Dilarang keras makan dan minum serta bersuara didalm ruang laboratorium
12. Tidak di izinkan menggunakan alat komunikasi di dalam Lab

Medan, September 2016

Laboratorium Kimia Farmasi


Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 2


SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

Spektrofometri UV-Vis adalah pengukuran absorpsi radiasi elektromagnetik suatu senyawa di


daerah ultraviolet pada λ200 nm- 400 nm dan sinar tampak pada λ 400 nm-800 nm. Absorpsi
molecular pada daerah tersebut berkaitan erat dengan struktur elektronik molekul dan lebih
spesifik lagi berkaitan dengan eksitansi electron-elektron sigma (δ), phi (π) dan electron sunyi
(n).

Eksitasi electron sigma, molekul memerlukan energy yang relative besar yaitu energy yang
dimiliki radiasi pada daerah UV jauh pada λ 100-200 nm eksitasi electron sigma tidak
mempunyai arti yang penting untuk tujuan praktis electron π yang terdapat pada ikatan rangkap
dua dan tiga lebi mudah di eksitasi dan energy yang dibutuhkan tidak begitu besar yaitu pada λ
200-400 nm, sedangkan elktron sinyi relative lebih mudah di eksitasi oleh radiasi UV-Vis.

Sistim atau gugusan atom pada molekul yang mengapsorbsi radiasi di sebut gugus kromofor.
Dapat dikatakan bahwa hampir semua gugus kromofor merupakan ikatan kofalen yang tidak
jenuh. Pada gugus kromofor ini terdapat electron phi (π) dan sunyi (n). absorpsi radiasi oleh
gugus kromofor dapat dipengaruhi oleh gugus funfgsi lain yang terdapat dalam molekul. Gugus
fungsi ini disebut sebagai gugus auksokrom yang mempunyai electron sunyi seperti –OH, -
OCH3 , -NH2 Yang dapat mengapsorpsi radiasi Uv jauh dan tidak mengabsopsi di daerah Uv
dekat, tetapi bila gugus auksokrom di ikat oleh gugus kromofor maka intensitas absopsi radiasi
oleh kromofor akan meningkat dan energy radiasi untuk eksitasinya bias menaik atau menurun
dan geserannya bias bersifat batokromik atau hipsokromik.

Absorbsi radiasi didaerah sinar tampak dapat terjadi bila terdapat sejumlah gugus kromofor yang
terkonjugasi (tersusun secara berganti dengan ikatan tunggal). Pada sistim tersebut elektronnya
mempunyai mobilitas yang tinggi sehingga dapat menyebar (terdeflokalisasi). Oleh karna itu
energy yang dibutuhkan untuk eksitasi electron tidak terlampau tinggi. Semakin panjang rantai
terkonyugasi semakin rendah energy eksitasinya atau panjang gelombang semakin besar. Dan
jika radiasi yang diabsopsi setara dengan energy radiasi sinar tampak maka senyawa yang
mengabsopsi itu tampak berwarna.

Hukum Lamber-Beer

Jika radiasi electron magnetic dilewatkan pada suatu media (kuvet), maka sebagian radiasi itu
akan diabsopsi atau ditransmisikan. Pada pengerjaan spektrofotometri radiasi yang dilewatkan
tersebut sebagian di absopsi dan sebagian lagi di transmisikan sehingga berlaku hokum Lamber
Beer, yaitu A= a b c . Absorptivitas (a) merupakan tetapan proporionalisme yanmg tidak
tergantung kepada konsentrasi, tebal larutan dan intensitas radiasi yang dilewatkan. Ia hanya
tergantung kepada suhu pelarut, struktur molekul dan panjang gelombang. Harga absortivitas
tergantung kepada besaran c dan b. jika c dinyatakan dalam molar, maka a disebut absotivitas
Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 3
molar dan satuannya L mol -1, cm -1, jika c dinyatakan dalam gram/liter maka disebut absortivitas
dan satuaanya L.g-1 cm -1. Jika c dinyatakan dalam % (b/v,gram/100 ml) maka a disebut
absortivitas jenis (A11). Dengan demikian absortivitas dapat diinterpretasikan sebagai absorban
dari suatu senyawa pada panjang gelombang tertentu dari suatu larutan per unit konsentrasi.

Spektrum Absorpsi (Kurva Serapan)

Spektrum absopsi disebut juga sebagai kurva serapan, yaitu suatu kurva yang menggambarkan
hubungan antara absorban atau transmitans suatu larutan terhadap panjang gelombang radiasi.
Spektrum absopsi ini dibuat dengan cara merajah absorban pada sumbu Y terhadap panjang
gelombang pada sumbu X. kurva ini mempunyai bentuk yang khas tetapi tidak mempunyai
puncak yang lancip dan dikaraktrisasi oleh posisi panjang gelombang absopsi maksimum
(panjang gelombang radiasi yang diabsopsi secara maksimum) dan oleh intensitas absopsi yang
dapat diinterpretasikan sebagai absoptivitas.

Penentuan panjang gelombang maksimum

Penentuan panjang gelombang maksimum untuk analisis kuantitatif dilakukan berdasarkan pada
spectrum absorpsi yang diperoleh pada percobaan. Pengukuran absorpsi harus dilakukan pada
panjang gelombang maksimum, karena :

1. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal dan pada panjang
gelombang tersebut, perubahan serapan untuk setiap konsentrasi juga yang paling besar.
2. Disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva serapan datar dan pada kondisi
tersebut hokum Lamber-Beer akan terpenuhi.
3. Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang
panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang maksimal.

Instrumentasi
Piranti yang digunakan untuk pengukuran spectrum disebut Spektrofotometer. Ada 2 jenis
spektrofotometer uv-vis yaitu Single Bean (berkas tunggal) dan Double Beam (berkas ganda).

Pada spektrofotometer berkas tunggal, kedua pengukuran dilakukan secara terpisah (sequential)
oleh operator. Monokromator mengeluarkan berkas tunggal radiasi monokromatis yang melewati
kuvet yang berisi pelarut, lalu dicatat serapannya. Kemudian kuvet diisi dengan larutan yang
akan diukur maka yang tercatat adalah serapan secara langsung.

Gambar 1. Diagram Blok Spektrofotometer UV-Vis berkas tunggal

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 4


Pada piranti spektrofotometer berkas ganda sinar monokromatis dibagi menjadi dua berkas yang
sama, berkas pertama melewati sel berisi pelarut/referens dan berkas kedua secara simultan
melewati sel berisi sampel. Radas detector maupun meter mengukur ratio kedua intensitas radiasi
yang ditransmisikan oleh kedua sel.

Gambar 2. Diagram Blok Spektofotometer UV-Vis Berkas Ganda


Sumber radiasi
Untuk pengukuran di daerah sinar tampak digunakan lampu halogen tungsten yang
dibungkus kwarsa atau lampu filamentungsten biasa. Untuk pengukuiran di daerah ultraviolet
digunakan lampu deuterium. Dalam spektrofotometer yang diukur adalah intensitas radiasi yang
dipancarkan oleh sumber radiasi. Lampu Deuterium mempunyai batas waktu operasional sekitar
500 jam dan lampu tungsten sekitar 2000.

Monokromator

alat ini berfungsi untuk memperoleh radiasi monokromatis dari sumber radiasi polikromatis.
Monokmator terdiri dari radas dengfan susunan celah masuk – filter – kisi (grating difraksi) atau
prisma dan celah keluar. Pada spektrofotometer modern digunakan system monokromator ganda
yaitu dua monokromator yang dipasang secara parallel yang terdiri dari prisma dan kisi, yang
menghasilkan sinar monokromatis yang jauh lebih sempurna dibandingkan dengan
monokromator tunggal dan juga dapat mengurangi pengaruh radiasi asing.

Sel atau Kuvet

Sampel yang diukur berupa larutan yang sangat encer. Sel atau kuvet adalah wadah
berbentuk kotak empat persegi panjang atau silinder tempat larutan yang diukur. Sel harus
transparan dan dapat melewatkan sekurang-kurangnya 70% radiasi yang mengenainya, serta
tidak boleh menyerap radiasi yang digunakan dalam pengukuran. Kuvet kaca digunakan untuk
pengukuran di daerah sinar tampak dan kuvet silica untuk penmgukuran di daerah ultraviolet dan
sinar tampak. Kuvet yang digunakan ketebalan 1 cm dengan kapasitas 4 ml.

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 5


Detektor

Detektor berfungsi sebagai penunjuk adanya radiasi yang ditransmisikan oleh sampel dan
mengukur intensitas radiasi tersebut. Radiasi diubah menjadi energy listrik oleh sel tabung foto.
Detektor trbaru dengan teknologio maju dan canggih adalah detektor ‘diode array’

Rekorder

Signal listrik yang keluar dari detektor diterima pada sirkuit potensiometer yang dapat
langsung mengukur transmitans atau absorban.

Aplikasi

Spektrofotometri UV-Vis digunakan untuk :

1. Pengujian identitas (identifikasi)


2. Eluisida struktur molekul
3. Pemeriksaan kemurnian
4. Penentuan kadar senyawa tunggal
5. Penentuan kadar senyawa multikomponen
6. Penentuan tetapan kesetimbangan asam basa
7. Penentuan tetapan laju reaksi kimia

Pengujian Identitas

Identifikasi senyawa ditentukan melalui pengukuran/pembuatan spectrum absorpsi,


panjang gelombang maksimum dan nilai absorptivitas molar. Pada pengujian identitas senyawa
kadang-kadang dilakukan dengan mengukur absorban suatu larutan dengan konsentrasi tertentu
pada suatu panjang gelombang tertentu. Disamping itu ratio absorban pada berbagai panjang
gelombang sangat berarti dalam identifikasi. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan
literature atau dengan hasil pengukuran larutan baku pembanding.

Eluisidasi struktur

Spektrum absorpsi memberikan informasi adanya gugus kromofor dan gugus fungsi
malalui profil spektrum, posisi panjang gelombang absopsi maksimum dan absorptivitasnya
dalam pelarut tertentu. Melalui kaidah Woodward, parameter itu digunakan untuk menjelaskan
struktur molekul yang dianalisis. Namun data dari spektrum uv-vis ini belum mencukupi untuk
keperluan eluisida yang lengkap, masih dibutuhkan data pendukung lainnya seperti analisis
unsure, spectrum inframerah dan NMR

Pemeriksaan kemurnian

Ada beberapa cara yang umum dilakukan untuk pemeriksaan kemurnian secxara
spektrofotometri UV-Vis yaitu :

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 6


1. Melalui penetapan kadar harga absorban maksimum
2. Melalui penetapan ratio absorban yang diukur pada dua panjang gelombang yang berb
eda. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan persyaratan yang tertera dalam buku
resmi.

Penetapan kadar senyawa tunggal

Jika absorban dari masing-masing larutan dari satu seri larutan senyawa yang sama di
ukur pada panjang gelombang, suhu dan pelarut yang sama, lalu absorban masing-masing larutan
dirajah terhadap konsentrasinya maka akan diperoleh suatu garis lurus yang melewati titik nol.
Persamaan garis regresi adalah A = a b c, dimana ab merupakan arah/slope dari garis lurus
tersebut dan Karen b diketahui maka harga a dapat dihitung dan tetap pada setiap konsentrasi.
Kurva tersebut memenuhi Hukum Lambert-Beer dan disebut sebagai kurva kalibrasi. Jika
absorban suatu larutan diketahui dari pengukuran maka kadarnya dapat dihitung melalui
persamaan garis regresi.

Jika absorptivitas suatu senyawa pada panjang gelombang absorpsi maksimumnya telah
diketahui dari perhitungan ataupun dari literature., maka kadar larutan senyawa yang sama dapat
dihitung juga. Larutan senyawa dengan kadar tidak diketahui dibuat dalam pelarut yang sama
dengan larutan senyawa yang diketahui kadarnya.

Kadar larutan pembanding harus dibuat sesuai dengan kadar di mana hukum Lambert-
Beer masih dipenuhi. Maka kadar larutan uji dapat dihitung : c = A/b.a, dimana A= absorban
larutan uji, b= tebal kuvet dan a= absorptivitas jenis.

Metode sederhana yang disebut one point dapat digunakan terutama pada penentuan
kadar secara rutin dimana pengukuran dilakukan dengan menggunakan panjang gelombang
absorpsi maksimum,suhu,pelarut dan piranti yang sma pula. Larutan uji dibandingkan terhadap
larutan baklu yang kadar dan kemurniaannya diketahui. Pengukuran absorban larutan uji dan
larutan baku dilakukan dengan prosedur yang sama.

Maka Hukum Beer dapat ditulis : Ap = a b Cp dan As = a b Cs

Selanjutnya kedua persamaan itu dibandingkan : Cs =As x Cp /Ap

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 7


Tahap-tahap penentuan kadar

1. Dari studi kepustakaan dapat diketahui data mengenai spectra sampel meliputi pelarut,
panjang gelombang, nilai A 1 1 , absorptivitas molar, dan juga perlakuan terhadap baku
pembanding (BPFI) yang digunakan. Data-data ini di dapat dilihat dalam literature,
misalnya Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons, 2004 ; UV and IR Spectra of some
Important Drugs, 1978; Farmakope Indonesia, USP, atau buku-buku standar lainnya.
2. Pembuatan larutan induk baku pembanding farmakope Indonesia (BPFI) Baku
pembanding Farmakope Indonesia disingkat BPFI adalah bahan yang sesuai sebagai
pembanding dalam pengujian dan penetapan kadar yang telah disetujui oleh Departemen
Kesehatan. BPFI dibuat dan diedarkan oleh Departemen Kesehatan RI. Pembuatan
larutan induk baku pembanding dibuat dengan menimbang dan melarutkan dalam labu
tentukur. Umumnya dibuat dengan konsentrasi 100 µg/ml atau 200 µg/ml.
3. Penentuan panjang gelombang maksimum
Dibuat dengan membuat kurva hubungan antara serapan dengan panjang gelombang
dari suatu larutan baku pembanding pada konsentrasi dan pelarut tertentu. Konsentrasi
pengukuran dapat dihitung dengan membagi serapan klesalahan fotometri terkecil yaitu
0,4343 dengan nilai A1 1 (C= 0,4343/ A1 1 . b). konsentrasi 5,0 µg/ml. panjang gelombang
maksimum ditentukan dari panjang gelombanmg yang mempunyai serapan maksimal.
Untuk pengukuran pada daerah sinar tampak (visible) terlebih dahulu harus dicari waktu
kerja yang terbaik (operating time).
4. Penentuan linieritas kurva kalibrasi
Dibuat satu seri lariutan baku pembanding dengan konsentrasi yang meningkat,minimal
6 konsentrasi yanmg memberikan serapan dalam batas-bats yang diperbolehkan oleh
Hukum Lambert Beer, yaitu 0,2-0,6. Kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan
antara serapan dengan konsentr4asi. Dari data kurva kalibrasi dihitung persamaan garis
regresi (Y=aX+b)

Dan untuk melihat apakah kurva kalibrasi ini memenuhi persyaratan atau adanya
hubungan yang linear antara serapan dan konsentrasi maka perlu dihitung uji koefisien
korelasi (r). hubungan linear dikatakan paling baik bila koefisien korelasi yang
diperoleh mendekati 1 dan batas persyaratan dari koefisien korelasi yang masih dapat
diterima adalah r= 0,9950 (Clarks,2005) ≥0,95 (shargel, L). Untuk melihat seberapa
besar pengaruh konsentrasi terhadap serapan dapat dilihat dari uji koefisien determinasi
(r2), missal koefisien determinasi (r2) = 0,9999, artinya 99,99% pengaruh konsentrasi

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 8


terhadap serapan yang dapat dijelaskan oleh garis regresi dan 0,1% yang tidak dapat
dijelaslkan oleh garis regerasi tersebut. Koefisien korelasi dapat di hitung menggunakan
rumus:

5. Penentuan kadar senyawa tunggal dan multikomponen


Sejumlah 20 tablet ditimbang seksama dan diserbukkan homogeny. Sejumlah serbuk
ditimbang seksama setara x mg sampel. Serbuk ini dimasukkan ke dalam labu tentukur
tertentu dan di tambah dengan pelarut, kocok dan ditambahkan pelarut sampai garis
batas (larutan induk baku sampel). Larutan disaring lebih kurang 10% filtrate pertama
dibuang. Dan filtrate pertama dibuang. Dan filtrate selanjutnya diukur pada panjang
gelombang maksimum. Sebgai blanko adalah pelarut sampel yang digunakan. Untuk
senyawa tunggal, penentuan kadar sampel dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan garis regresi atau dengan metode pendekatan (one point), dan perlu juga
diperhatikan factor dari pengenceran. Untuk senyawa multikomponen kadarnya dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan multikomponen atau secara matrik.
Persamaan multikomponen :

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 9


PERCOBAAN 1
PENENTUAN KADAR VITAMIN B6 DALAM TABLET (PIRIDOKSIN HCL)
SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

Tujuan Penelitian
1. Mahasiswa memahami cara kerja intrumen Spektrofotometer UV untuk analisis
kuantitatif
2. Mahasiswa mampu menghitung konsentrasi pengukuran vitamin B 6 dalam pelarut HCL
0,1 N menggunkan harga A1 1
3. Mahasiswa mampu mengitung kadar vitamin B 6 dalam tablet menggunakan persamaan
regresi dan cara pendekatan

Dasar Penetapan Kadar Secara Spektrofotometri Ultraviolet


Struktur molekul piridoksin yang mempunyai gugus kromofor (ikatan rangkap
terkonjugasi) maka senyawa ini dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet dan
terdapatnya gugus auksokrom (-OH) yang tersubsitusi pada gugus kromofor
menyebabkan pergeseran panjang gelombang kearah yang lebih besar (efek
batokromik). Piridoksin memberikan serapan mak dalam pelarut HCL 0,1 N pada λ
290 nm (A1 1 523 a) ; buffer phosphate pH 6,88 pada λ 254 nm (A1 1 219 a) dan pada
NaOH λ324 nm (A1 1 = 426a) . ( Clarks Analysis of Drugs and Poisons, 2004).

Baku Pembanding
Piridoksin Hidroklorida (vitamin B6) BPFI, sebelum digunakan dikeringkan dalam
hampa udara diatas silica gel P selama 4 jam (F.I Ed IV,1995).

Persyaratan kadar
Tablet piridoksin HCL mengandung piridoksin hidroklorida. C 18 H11 NO 3 HCL tidak
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (F.I
Ed IV).

Alat
1. Spektrofotometer UV-Vis 1240 (shimadzu)
2. Labu tentukur 25 ml dan 50 ml
3. Corong penyaring
4. Mortir dan stumper
5. Volume pipet 2 ml, 5 ml dan 10 ml
6. Beaker glass 250 ml

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 10


Bahan
1. Piridoksin HCL BPFI
2. Tablet piridoksin generik (10 mg/tablet)
3. HCL 0,1 N

Tahap-tahap penetapan kadar :


I. Pembuatan larutan HCL 0,1 N
Dik : - HCL pekat (37 % v/v) artinya 37 ml HCL pekat dalma 100 ml larutan
- (bj HCL p = 1,18 g/ml)
𝑔 1 𝑣 𝑥 𝑏𝑗 1 37 𝑋 1.18 𝑋 1000
N HCL pekat = x = X =
𝑏𝑒 𝑣 𝐵𝐸 𝑉 36,5 𝑋 100

= 11.96 = 12 N

Untuk membuat 1000 ml larutan HCL 0,1 N dengan cara menegncerkan 8,5 ml asam
klorida pekat dengan aquadest sampai 1000 ml.

V1 N1 = V2 N2
V1 12 = 1000 ml 0,1
V1 = 8,333 ml = 8,5 ml

II. Pembuatan larutan induk baku Piridoksin BPFI


Timbang seksama 50 mg piridoksin HCL BPFI, masukkan ke dalam labu tentukurt 50
ml, tambahkan HCL 0,1 N, kocok sampai larut dan encerkan dengan HCL 0,1 N
sampai garis tanda (1000 µg/ml)~LIB I
Pipet 5 ml LIB I dan masukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, encerkan dengan HCL
0,1 N sampai garis tanda (100 µg/ml)~LIB II

III. Penentuan panjang gelombang maksimum


Penentuan konsentrasi pengukuran menggunakan rumus :
A = A1 1 .b.c (g/ 100 ml)
0,4343 = 523 x 1 x c (g/ 100 ml)
C = 0,0008304 (g/ 100 ml) = 8,304 (µg/ml)~ 8,0 µg/ml
Pipet 2,0 ml LIB II (100 µg/ml) masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, encerkan
dengan HCL 0,1 N Sampai garis tanda (8,0µg/ml)kemudian larutan ini di ukur
serapannya pada λ200 nm – λ400 nm.(lampiran data dan gambar kurva serapan).

IV. Penentuan linieritas Kurva kalibrasi


Pipet LIB II berturut-turut 1,0 ml; 1,50 ml; 2,0 ml; 2,5 ml; dan 3,0 ml, masing- masing
masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, tambahkan HCL 0,1 N sampai garis tanda.
Konsentrasi larutan 4,0µg/ml; 8,0 µg/ml; 10,0 µg/ml dan 12,0 µg/ml. kemudian ukur
serapannya pada λmaksimum (lampiran data, gambar kurva kalibrasi, persamaan
regresi dan koefisien korelasi).

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 11


Perhitungan persamaan garis regresi dan koefisien korelasi
No Konsentrasi (µg/ml) Serapan (Y) XY X2 Y2
(X)

1 0,00

2 4,00

3 6,00
4 8,00

5 10,00
6 12,00

ƩX = ƩY = ƩXY = ƩX2 = ƩY 2 =
X rata = Y rata =
Ʃ𝑥.Ʃ𝑦
Ʃ𝑥𝑦− /𝑛
A = Ʃ𝑥2−(Ʃ𝑥2)/𝑛 b = ӯ – ax

Y = aX + b

Ʃ𝑥𝑦−(Ʃ𝑥.Ʃ𝑦/𝑛)
R =
�(Ʃ𝑥2−(Ʃ𝑥2/𝑛 )(Ʃ𝑦2−(Ʃ𝑦2/𝑛)

V. Prosedur Penentuan Kadar Tablet Piridoksin HCL (Vitamin B 6 )


Timbang dan serbukkan tidak kurang 20 tablet kemudian timbang saksama sejumlah
serbuk setara 10,0 mg piridoksin HCL, masukkan ke dalam labu tenr\tukur 100 ml,
tambahkan 20 ml HCL 0,1 N, kocok kemudian encerkan dengan HCL 0,1 N sampai
grais tanda, saring, buang 10 ml filrat pertama dan filtrate selanjutnya ditampung
(konsentrasi teoritis 100 µg/ml)
Pipet 2,0 ml filtrate, masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, encerkan dengan HCL
0,1 N sampai garis tanda. (konsentrasi teoritis 8,0 µg/ml). ukur serapan pada panjang
gelombang maksimum yang diperoleh menggunakan HCL 0,1 N sebagai blanko.
Konsentrasi sampel (X) dapat dihitung dengan mensubsitusikan serapan yang
diperoleh pada (Y) dari persamaan regresi : Y =aX + b sedhingga diperoleh X
dan ini disebut dengan konsentreasi perolehan.
Konsentrasi sampel juga dapat dihitung menggunakan rumus pendekatan :

𝐴 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑋 𝐶 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔
Rumus pendekatan : Csampel =
𝐴 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔

Kadar = konsentrasi perolehan / konsentrasi teoritis x Kadar Baku Pembanding

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 12


Contoh perhitungan
Misal berat 20 tablet = 3870 mg
1 tablet mengandung 10 mg piridoksin HCL (vitamin B6)
Serbuk yang ditimbang setara dengan 10 mg piridoksin (vitamin B6)
10 𝑚𝑔
= X 3870 mg = 193,5 mg
20𝑥10 𝑚𝑔

Data penimbangan serbuk dan kadar

No Berat Berat Serapan Konsentrasi Konsentrasi Kadar


serbuk setara (A) teoritis perolehan (%)
(mg) (mg) (µg/ml) (µg/ml )
1
2
3
4
5
6
VI. Tugas :
a. Berikan komentar dari hasil penentuan panjang gelombang maksimum serta
koefisien korelasi yang diperoleh.
b. Hitung kasdar vitamin B6 dalam tablet menggunakan persamaan garis regresi dan
pendekatan
c. Jelaskan perlakuan terhadap baku pembanding
d. Jelaskan cara identifikasi vitamin B6 dalam sampel yang ditentukan
e. Berikan kesimpulan dari hasil percobaan dengan persyaratan kadar vitamin B6
dalam tablet menurut Farmakope Indonesia

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 13


PERCOBAAN 2
PENENTUAN KADAR VITAMIN B 1 DALAM TABLET SECARA
SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

Tujuan Penelitian
1. Mahasiswa mampu menghitung konsentrasi pengukuran vitamin B1 dalam pelarut
NaOH 0,1 N menggunakan harga A1 1
2. Mahasiswa mampu menghitung kadar vitamin B1 dalam tablet menggunakan
persamaan regresi dan cara pendekatan
3. Mahasiswa memahami perlakuan dari Baku Pembanding Farmakope Indonesia
(BPFI)

Dasar Penetapan Kadar Secara Spektrofotometri Ultraviolet


Tiamin HCL (Vitamin B1) memberikan sertapan maksimum dalam pelarut HCL
0,1 N pada λ246 nm (A1 1 450a) , dalam NaOH 0,1 N λ232 nm (A1 1 566 b) dan
366 nm (Clarkes’Analysis of Drug and Poisons, 2004).
Ditinjau dari struktur molekul tiamin HCL yang mempunyai gugus kromofor yaitu
adanya ikatan rangkap terkonyugasi dan electron non bonding (n) yang dapat
meningkatkan efek delokalisasi elektron phi pada inti benzene sehingga senyawa
ini dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet.

Baku Pembanding
Tiamin HCL BPFI, tidak boleh dikeringkan (F.I Ed IV, 1995).

Persyaratan kadar
Tablet Tiamin HCL mengandung tiamin HCL, C 12 H17 CIN 4 OS. HCL. Tidak
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket
(F.I Ed IV).

Alat
1. Spektrofotometer UV-Vis 1240 (shimadzu)
2. Labu tentukur 50 ml dan 100 ml
3. Corong penyaring
4. Mortir dan stamper

Bahan
1. Tiamin HCL BPFI
2. Tablet tiamin HCL (vitamin B1) generik (50 mg/tablet)
3. NaOH 0,1 N

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 14


Tahap-tahap penetapan kadar :
1. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N
Berat molekul NaOH = 40,00
Larutan NaOH 0,1 N untuk 1 liter dibuat dengan cara melarutkan 4,0 g NaOH
dalam aquadest bebas CO 2 (0,1 X 40,00 = 4,0g)
2. Pembuatan larutan induk baku tiamin HCL (Vitamin B1) BPFI
Timbang seksama 50 mg tiamin HCL BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50
ml., tambahkan NaOH 0,1 N, kocok sampai larut dan encerkan dengan NaOH 0,1
N sampai garis tanda (…………µg/ml) ~LIB I
Pipet 5 ml LIB I dan masukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, encerkan dengan
NaOH 0,1 N sampai garis tanda (……..µg/ml) ~LIB II
3. Penentuan panjang gelombang maksimum
Penentuan konsentrsi dapat di hitung menggunakan Hukum Lambert-Beer : A =
A1 1 . b. c (g / 100 ml )
Pipet 2,0 ml LIB II (…… µg/ml) masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, enerkan
dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda (konsentrasi …… µg/ml).
Kemudian larutan ini di ukur serapannya pada 200 nm – 400 nm (lampirkan data
dan gambar kurva serapan)
4. Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi
Pipet LIB II berturut-turut 2,0 ml ; 2,50 ml ; 3,5 ml ; 4,5 ml ; dan 5,0 ml, masing-
masing masukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, tambahkan Naoh 0,1 N sampai
garis tanda. Konsetrasi laritan masin-masing…. µg/ml; ….µg/ml;….. µg/ml;…..
µg/ml; …… µg/ml;…… µg/ml. kemudian masing-masing ukur serapannya pada
λmaksimum (lampirkan data, gambar, kurva kalibrasi, perhitungan persamaan
regresi dan koefisien korelasi).
Perhitungan persamaan garis regresi dan koefisien korelasi
No Konsentrasi (µg/ml) Serapan (Y) XY X2 Y2
(X)

1 0,0

3
4

5
6

7,0 ƩY = ƩXY = ƩX2 = ƩY 2 =


Y rata =

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 15


5. Prosedur penentuan kadar vitamin B1
Timbang dan serbukkan tidak kuramng dari 20 tablet. Timabng seksama sejumlah
serbuk tablet setara 20 mg vitamin B1, masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml.
, tambahkan 20 ml NaOH 0,1N kocok, encerkan dengan NaOH 0,1 N sampai
garis tanda, saring,buang 10 ml filtrat pertama (konsentrasi teoritis…… µg/ml).
Pipet 2,0 ml filtrate, masukkan kedalam labu tentukur 50 ml, encerkan dengan
NaOH 0,1 N sampai garis tanda (konsentrasi teoritis……. µg/ml). kemudian ukur
serapannya panjang gelombang maksimum, menggunakan NaOH 0,1 N sebagai
blanko.
Contoh penimbangan serbuk :
Bobot 20 tablet =…… mg
1 tablet mengandung 50 mg tiamin HCL (vitamin B1)
Serbuk yang ditimbang setara 20 mg tiamin HCL
20 𝑚𝑔
X bobot 20 tablet = …….. mg
20 𝑥 50 𝑚𝑔

Data penimbangan dan kadar menurut perhitungan regresi


No Berat Berat Serapan Konsentrasi Konsentrasi Kadar
serbuk setara (A) teoritis perolehan (%)
(mg) (mg) (µg/ml) (µg/ml )
1
2
3
4
5
6
6. Tugas:
1. Berikan penjelasan dari hasil penentuan panjang gelombang maskimum yang
diperoleh
2. Berikan penjelasan dari hasil penentuan linieritas kurva kalibrasi
3. Jelaskan alasan pemilihan pelarut NaOH 0,1 N bukan HCL 0,1 N
4. Hitung kadar vitamin B1 dalam tablet menggunakan persamaan garis regresi
dan pendekatan
5. Berikan kesimpulan dari hasil percobaan yang dilakukan dengan persyaratan
kadar dari Farmakope Indonesia

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 16


PERCOBAAN 3
PENENTUAN KADAR KLORAMFENIKOL DALAM KAPSUL SECARA
SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

Tujuan Penelitian
1. Mahasiswa memahami pengerjaan sediaan obat dalam bentuk kapsul untuk analisis secara
spektrofotometri.
2. Mahasiswa mampu menghitung konsentrasi kloramfenikol dalam pelarut aquadest dengan
menggunakan harga A1 1
3. Mahasiswa mampu menentukan panjang gelombang maksimum dan kurva linieritas dari
kloramfenikol baku pembanding
4. Mahasiwa mampu menghitung kadar kloramfenikol dalam kapsul menggunakan persamaan
regresi dan cara pendekatan
5. Mahasiswa memahami cara perlakuan baku pembandding Kloramfenikol.(BPFI).

Dasar Penetapan Kadar Secara Spektrofotometri Ultraviolet


Kloramfenikol memberikan serpan maksimum dalam pelarut aquadest pada λ278 nm (A1 1
298a) (clarke’s Analysis of Drugs And Poisons,2004).
Di tinjau dari struktur molekul kloramfenikol yang mempunyai gugus kromofor yaitu adanya
ikatan rangkap terkonyugasi dan terdapatnya ektron non bonding (n) yang dapat meningkatkan
efek delokalisasi electron phi pada inti benzene maka kloramfenikol dapat menyerap radiasi pada
daerah ultraviolet./

Baku pembanding
Kloramfenikol BPFI, tidak boleh dikeringkan (F.I Ed IV, 1995).

Persyaratan kadar
Kapsul Kloramfenikol mengandung kloramfenikol, C 11 H12 CL2 N 2 O 5 . Tidak kurang dari 90,0 %
dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (F.I Ed IV).

Alat
1. Spektrofotometer UV-Vis
2. Labu tentukur
3. Pipet volum
4. Pipet ukur

Bahan
1. Aquadest
2. Etanol
3. Kapsul kloramfenikol 250 mg

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 17


Prosedur Penetapan Kadar :
I. Pembuatan larutan induk baku Kloramfenikol BPFI
Pembuatan larutan induk baku Kloramfenikol BPFI
Timbang saksama 50 mg Kloramfenikol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50 ml,
tambahkan 10 ml etanol, kocok sampai larut encerkan dengan aquadest sampai garis
tanda ( konsentrasi…..µg/ml). larutan ini disebut larutan induk baku I (LIB I).
Dari larutan ini pipet 10 ml dan masukkan ke dalam labu tertukur 50 ml, tambahkan
aquadest sampai garis tanda (konsetrasi ……. µg/ml). larutan ini disebut LIB II.
II. Penentuan panjang gelombang maksimum
Hitung konsetrasi pengukuran menggunakan Hukum Lambert-Beer
A = A1 1 . b. c (g/ 100ml )
Pipet ……. ml LIB II (…... µg/ml) masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, tambahkan
aquadest sampai garis tanda ( konsetrasi ……. µg/ml). kemusian larutan ini ukur
serapannya pada panjang gelombang 200 nm- 400 nm.
(lampirkan data dan kurva serapan)
III. Penentuan linieritas Kurva Kalibrasi
Pipet LIB II (….. µg/ml) berturut-turut…. ml, ….. ml, ….. ml, …..ml,dan….. ml,
masing-masing masukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, tambahkan aquadest sampai
garis tanda. Konsentrasi larutan larutan masing-masing… µg/ml,…. µg/ml….µg/ml,….
µg/ml…. dan …. µg/ml.kemudian masing-masing ukur serapan pada panjang
gelombang maksimum yang diperoleh. (lampirkan data dan kurva kalibrasi).
Data perhitungkan persamaan garis regresi dan koefisien korelasi
No Konsentrasi (µg/ml) Serapan (Y) XY X2 Y2
(X)

3
4

5
6

ƩX = ƩY = ƩXY = ƩX2 = ƩY 2 =
X rata = Y rata =

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 18


IV. Prosedur Penentuan kadar
Keluarkan isi dari 20 kapsul kloramfenikol kemudian timbang dan serbukkan. Timbang
saksama sejumlah serbuk setara 50 mg kloramfenikol, masukkan ke dalam labu tentukur
50 ml, tambahkan 15 ml etanol, kocok dan setelah larut encerkan dengan aquadest
sampai garis tanda (konsetrasi teoritis…….µg/ml) saring, 10 ml fitrat pertama di buang.
Pipet 10 ml fitrat masukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, encerkan dengan aquadest
sampai garis tanda (konsetrasi teoritis……µg/ml). kemudian pipet 3,5 ml masukkan ke
dalam labu tentukur 50 ml. (konsentrasi teoritis…… µg/ml). ukur serapan pada panjang
gelombang maksimum, menggunakan aquadest sebagai blanko.
Data penentuan kadar sampel.
Bobot isi 20 kapsul =……… mg
1 kapsul mengandung 250 mg kloramfenikol
Serbuk yang ditimbang setara 50 mg kloramfenikol

50 𝑚𝑔
= X bobot isi 20 kapsul (mg) =……… mg
20 𝑥 250 𝑚𝑔

Data penimbangan dan kadar menurut perhitungan regresi


No Berat Berat Serapan Konsentrasi Konsentrasi Kadar
serbuk setara (A) teoritis perolehan (%)
(mg) (mg) (µg/ml) (µg/ml )
1
2
3
4
5
6
V. Tugas :
1. Jelaskan alasan penggunaan pelarut etanol sebelum diencerkan dengtan HCL 0,1
N
2. Hitung persamaan regresi dan koefisien dan berikanm kesimpulan dari koefisien
korelasi yang diperoleh.
3. Hitung kadar kloramfenikol dalam kapsul secara persamaan regresi dan
pendekatan.
4. Berikan kesimpulan dari hasil percobaan yang saudara lakukan dengan
persyaratan kadar yang terdapat dalam literature.

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 19


PERCOBAAN 4
PENENTUAN KADAR PARASETAMOL DALAM TABLET DAN SIRUP
SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

Tujuan Penelitian
1. Mahasiswa mampu menghitung konsentrasi pengukuran parasetamol dalam
pelarut NaOH 0,1 N menggunalkan A1 1
2. Mahasiswa mampu menentukan panjang gelombang maksimum parasetamol
3. Mahasiwa mampu membuat kurva kalibrasi parasetamol
4. Mahasiswa mampu menghitung kadar parasetamol dalam tablet dan sirup
menggunakan persaam regresi dan cara pendekatan
5. Mahasiwa memahami pengertian dan perlakuan Baku pembanding parasetamol
(BPFI)

Dasar Penetapan Kadar Secara Spektrofotometri UV


Parasetamol memberikan serapan maksimum dalam pelarut HCL 0,1 N pada λ
245 nm (A1 1 668a); dalam NaOH 0,1 N λ257 NM (A1 1 715a) (Clarke’s analysis
of Drug and Poisons,2004).
Ditinjau dari struktur molekul parasetamol yang mempunyai gugus kromofor
yaitu ikatan rangkap terkonyugasi dan adanya gugus auksokrom (-OH) yang
tersubsitusi pada gugus kromofor dan electron non bonding yang dapat
meningkatkan efek delokalisasi electron phi pada inti benzene sehingga senyawa
ini dapat menyerap radiasi pada daerah Ultraviolet (batokromik efek).

Buku pembanding
Parasetamol BPFI, sebelum digunakan dikeringkan di atas silica gel P selama 18
jam. (F.I Ed iv,1995).

Persyaratan kadar
Tablet parasetamol mengandung Parasetamol, C 8 H9 NO 2 . Tidak kurang dari
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (F.I.Ed
IV).

Alat
1. Spektrofotometer UV-Vis 1240 (shimadzu)
2. Labu tentukur 50 ml dan 100 ml
3. Corong penyaring
4. Mortir dan stumper
5. Volum pipet 2,0 ml dan 5,0 ml
6. Maat pipet 5 ml

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 20


Bahan
• Parasetamol BPFI
• Tablet parasetamol mengandung 500 mg parasetamol/tablet
• Sirup Parasetamol mengandung Parasetamol 120 mg/5 ml
• NaOH 0,1 N

Tahap-tahap penetapan kadar


I. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N
II. Pembuatan larutan induk baku parasetamol BPFI
Timbang seksama 50 mg paraseta,ol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50 ml,
tambahkan NaOH 0,1 N, kocok sampai, setelah larut encerkan dengan NaOH 0,1 N
sampai garis tanda (konsentrasi ……..µg/ml) ~LIB I
Pipet….. ml LIB I dan masukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, encerkan dengan NaOH
0,1 N sampai garis tanda (konsentrasi……… µg/ml)~LIB II
III. Penentuan panjang gelombang maksimum
Hitung konsentrasipengukuran menggunakan Hukum Lambert- Beer
A = A 1 1 .b. c (g/ 100 ml )
Pipet 1,5 ml LIB II, masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, encerkan dengan NaOH
0,1 N sampai garis tanda (konsentrasi…….µg/ml).
Kemudian larutan di ukur serapannya pada 200 nm-400 nm (lampirkan data dan kurva
serapan).
IV. Penentuan linieritas Kurva Kalibrasi
Pipet LIB II berturut-turut …. . ml;….. ml;…..ml;….dan …. ml ; masing- masing
masukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, tambahkan NaOH 0,1 N sampai garis tanda.
Konsentrasi larutan ……µg/ml;…. µg/ml……µg/ml;….µg/ml dan…… µg/ml.
kemudian ukur serapannya pada λmaksimum (lampirkan data gambar kurva kalibrasi,
perhitungan persamaan regresi dan koefisien korelasi)

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 21


Perhitungan persamaan garis regresi dan koefisien korelasi
No Konsentrasi (µg/ml) Serapan (Y) XY X2 Y2
(X)

3
4

5
6

ƩX = ƩY = ƩXY = ƩX2 = ƩY 2 =
X rata = Y rata =

• Prosedur penentuan kadar Parasetamol Tablet


Timbang dan serbukkan tidak kuramng dari 20 tablet. Timbang seksama sejumlah
serbuk setara 10 mgh parasetamol, masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, tambahkan
20 ml NaOH 0,1 N, kocok, encerkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda, saring,
buang 10 ml filtratselanjutnya di tamping (konsentrasi teoritis….. µg/ml).
Pipet ….. ml filtrate, masukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, encerkan dengan NaOH
0,1 N sampai garis tanda (konsentrasi teoritis…… µg/ml). kemudian ukur serapannya
pada panjang gelombang maksimum, menggunakan NaOH 0,1 N sebagai blanko.
• Prosedur Penentuan Kadar Parasetamol Sirup
Sirup parasetamol di kocok kemudian pipet 5,0 ml yang setara dengan 120 mg
parasetamol, masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, encerkan dengan NaOH 0,1 N
sampai garis tanda (konsentrasi teoritis…. µg/ml).
Pipet 5,0 ml dari larutan sampel ini masukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dan
tambahkan pelarut NaOH 0,1 N sampai garis tanda (konsentrasi teoritis
=……….µg/ml).
Pipet 1,5 ml larutan ini, masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dan cukupkan dengan
NaOH 0,1 N sampai garis tanda (konsetrasi teoritis = …… µg/ml).
Ukur serapan pada panjang gelombang maksimum..

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 22


Data penimbangan dan kadar tablet yang diperoleh menurut perhitungan regresi
No Berat Berat Serapan Konsentrasi Konsentrasi Kadar
serbuk setara (A) teoritis perolehan (%)
(mg) (mg) (µg/ml) (µg/ml )
1
2
3
4
5
6

Data penimbangan dan kadar Sirup yang diperoleh menurut perhitungan regresi

No Berat Berat Serapan Konsentrasi Konsentrasi Kadar


serbuk setara (A) teoritis perolehan (%)
(mg) (mg) (µg/ml) (µg/ml )
1
2
3
4
5
6
• Tugas
1. Dalam literature parasetamol dapat ditentukan dalam pelarut NaOH 0,1 N dan HCL 0,1
N. jelaskan alasan pemilihan pelarut NaOH 0,1 N
2. Berikan komentar dari hasil penentuan panjang gelombang maksimum parasetamol
3. Hitung persamaan regresi dan koefisien korelasi
4. Hitung kadar parasetamol tablet/sirup menggunakan persamaaan regresi dan cara
pendekatan
5. Berikan kesimpulan dari hasil percobaan dengan persyaratan kadar menurut Farmakope
Indonesia
6. Berikan kesimpulan dari koefisie korelasi yang diperoleh.

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 23


SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK (VISIBLE)

Rentang spektrum pengukuran serapan dengan metode spektrofotometri sinar tampak


dilakukan pada panjang gelombang 400 nm- 800 nm,
Ada tiga alasan yang mendasari penggunaan metode ini dalam analisis :
1. Sangat sedikit senyawa yang mengabsorbsi di daerah visible, dan oleh karenanya metode
ini digunakan jika terdapat senyawa lain yang dapat mengganggu pengukuran pada
daerah ultraviolet
2. Reaksi kimia yang digunakan untuk membuat senyawa derivate yang berwarna biasanya
khas untuk gugus fungsional
3. Senyawa derivate yang terbentuk biasanya terkonyugasi, yang dapat menaikkan nilai
absorptivitas molar dan kepekaan metode.
Pendekatan umum analisis dengan metode ini adalah dengan mengubah senyawa
tidak berwarna menjadi senyawa derivate yang dapat menyerap radiasi di daerah sinar
tampak (visible) melalui suatu reaksi yang disebut reaksi yang disebut reaksi kromogenik
(reaksi pembentukan warna).
Kebanyakan reaksi pembentukan warna ini dikembangkan dari reaksi warna (spot
test) untuk uji kualitatif. Reaksi kromogenik dapat mengubah dua parameter yang penting
yaitu panjang gelombang serapan maksimum dan absorptivitas molar sehingga baik
selektifitas maupun kepekaan analisis dapat di tingkatkan. Pembentukan warna umumnya
tidak stabil maka perlu di cari waktu kerja yang stabil (operating time) yang ditentukan
dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan serapan larutan, dengan
demikian senyawa berwarna maupun senyawa tidak berwarna dapat dianalisis dengan
metode ini.

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 24


Tabel. Reaksi Kromogenik yang umum digunakan dalam analisi.
No Senyawa pereaksi
1 Alcohol 3,5 – dinitrobenzoil klorida
2 Fenol Besi (III) atau asam sulfanilat
terdiazotasi
3 Karbonil 2,4 – dinitrofenilhidrazil
4 Aldehid 2,3-dimetil-bis-hidroksil-
aminobutan
5 Formaldehid Asam kromatropat
6 Amin primer, sekunder 1-fluoro-2,4- donitrobenzen
7 Amin tertier Tertrasianoetilen
8 Asam amino Ninhidrin
9 Amin primer aromatic Asam nitrit, pereaksi Bratton
Marshal
10 Ester Hidroksilamin lalau Besi (III)
11 Barbiturat Kobalt dan ammonia

Dasar penetapan Kadar Senyawa Yang Mempunyai Gugus Amin Primer Aromatik
secara Spektrofotometri Visible.

Senyawa amin primer aromatis (Ar- NH2), dapat ditentukan kadarnya secara
spekrtrofotometri sinar tampak, sebagai contoh sulfioksazol yang pada dasarnya tidak
berwarna. Amin primer dari senyawa ini dapt di ubah menjadi garam diazonium setelah
direaksikan dengan asam nitrit dalam suasana asam. Reaksi yang terjadi diawali dengan
reaksi nitrosasi amina dengan tautomerisasi dan nitrosamine yang terbentuk dan di akhiri
dengan dekomposisi senyawa diazohidroksida menjadi garam diazonium. Garam
diazonium yang terbentuk dikopling dengan N- (1-naftil) etilendiamin (pereaksi Bratton
Marshall) sehingga membentuk senyawa yang terkonyugasi yang mampu mengabsorpsi
radiasi di daerah visible. Kelebihan asam nitrit dihilangkan dengan penambahan
asamsulfamat karena jika tidak dihilangkan,senyawa yang sudah berwarna akan dirusak
(dioksidasi)oleh asam nitrit sehingga kembali lagi menjadi senyawa tidak berwarna.
Reaksi penghilangan asam nitrit : HNO 2 + HSO 3 NH 2 N 2 + SO 4 +H2 O

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 25


Reaksi diazotasi sulfisoksazol :

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 26


PERCOBAAN 5
PENENTUAN KADAR SULFAMETOKSASOL DALAM TABLET
YANG MENGANDUNG TRIMETROPRIM
SECARA SPRKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK

TUJUAN PENELITIAN
1. Mahasiswa mampu menghitung konsentrasi sulfametoksasol menggunakan harga A 1 1
2. Mahasiswa mampu melakukan penentuan panjang gelombang ,operating time,linieritas
kurva kalibrasi
3. Mahasiswa mampu melakukan penentuan sulfametoksazol dalam tablet yang
mengandung trimetriprim secara spektrofotometri sinar tampak.

Dasar Penentuan kadar Sulfametoksazol secara spektrofotometri Sinar Tampak (Visible)


Sulfametoksazol dalam struktur molekulnya mempunyai gugusan amin primer aromatis,gugusan
ini dapat didiazotasi dengan NANO2 dalam suasana asam kemudian dikopling dengan dengan
naftil etilendiamin (NED) sehingga ikatan rangkap terkonyugasi diperpanjang dan menjadikan
senyawa berwarna yang dapat memberikan serapan pada daerah sinar tampak (visible).

Baku Pembanding
Sulfametoksazol BPFI ,sebelum digunakan dikeringkan pada suhu 1050 selama 4 jam .(F>I Ed
IV , 1995)

Persyaratan Kadar
Tablet Kotrimoksazol mengandung sulfametoksazol , C 10 H11 N 3 O 3 S tidak kurang dari 93,0 %
dan tidak lebih dari 107,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket (F.I Ed IV).

Alat
1. Spektrofotometer UV-Vis 1240 ( Shimadzu)
2. Labu tentukur 25 ml, 50 ml, dan 100 ml
3. Volume pipet 2 ml dan 5 ml
4. Pipet ukur 2 ml dan 5 ml
5. Beaker Gelas 250 ml
6. Buret 25 ml

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 27


Bahan

1. SulfametoksazolBPFI
2. Kotrimoksazol tablet generik mengandung Sulfametoksazol 400 mg dan Trimetroprim 80 mg
3. Natrium nitrit (NaNO 2 ) 0,5 %
4. Amonium Amidosulfonat 1 %
5. N- ( 1 naphthyl ) etilendiamine ( NED) 0,2 %
6. HCL 0,1 N
7. HCL 1 N

Pembuatan pereaksi

1. Natrium nitrit (NaNO 2 ) 0,5 %


Timbang 500 mg Natrium Nitrit ,larutkan dalam aquades 100 ml
2. Amonium Amidosulfonat 1 %
Timbang 1 gr Amonium Amidosulfonat ,larutkan dalam aquades 100 ml
3. N- ( 1 naphthyl ) etilendiamine ( NED) 0,2 %
Timbang 200 gr N- ( 1 naphthyl ) etilendiamin ,larutkan dalam 100 ml HCL 0,1 N
4. HCL 0,1 N
Pipet 8,5 ml HCL pekat ,encerkan dengan aquades sampai 1 liter
5. HCL 1 N
6. Pipet 18, ml HCL pekat ,encerkan dengan aquades sampai 100 ml

Tahap-tahap Penetapan kadar :

1. Pembuatan Larutan Induk Baku Sulfametoksazol BPFI


Timbang seksama 50 mg Sulfamettoksazol BPFI ,masukkaan kedalam labu tentukur 50 ml,
tambahkan 25 ml HCL 1 N ,kocok sampai larut, cukupkan dengan HCL 0,1 N samapai garis
tanda.( konsentrasi ..... (µg/ml).- LIB I
Pipet... ml LIB I dalam masukkan kedalam labu tentukur 50 ml, cukupkan dengan NaOH 0,1
N sampai garis tanda (konsentrasi .......µg/ml).- LIB II

2. Penentuan panjang gelombang Maksimum


Pipet1 ml LIB II masukkan kedalam labu tentukur 50 ml ,tambahkan 1 ml pereaksi NaNO 2
0,5 % ,kocok diamkan 3 menit , .tambahkan 1,5 ml larutan amonium amidosulfonat 1 %
,kocok.tambahkan 2.5 ml larutan N- ( 1 naphthyl ) etilendiamin 0,2 % cukupkan dengan HCL 0,1
N sampai garis tanda ( konsentrasi Sulfametoksazol....... µg/ml ).ukur serapannya pada rentang λ
400 nm- 800 nm.( lampirkan data dan kuva serapan )

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 28


Penentuan Operating Time
Ulangi pemipetan 1 ml dan LIB II dan selanjutnya lakukan pengerjaannya seperti tahap pada
penentuan panjang gelombang.pada waktu penambahan naftil etilendiamin larutannya menjadi
berwarna dan catat waktunya .ukur serapannya pada penjang gelobang maksimun dan catat
serapannya sampai pada menit ke 20.waktu operating time ditunjukkan dari pengukuran yang
memberikan serapan (a) yang stabil (lampirkan data dan kurva operating time).

Waktu (Menit) Serapan (A)

Penentuan Linier Kurva


Pipet LIB II (konsentrasi ......µg/ml). Berturut- turut 1,0 ml, 1,5 ml, 2,0 ml , 2,5 ml , dan 3,0 ml ,
masukkan kedalam labu tentukur 100 ml, tambahkan 1 ml pereaksi natriumnitrit (NANO2) 0,5
%, kocok dan diamkan 3 menit ,tambahkan 1,5 ml larutan amonium amidosulfonat 1 %,kocok,
tambahkan 2,5 ml larutan N- ( 1- Napthyl etilendiamine ) 0,2 %.kemudian cukupkan dengan
HCL 0,1 N sampai garis tanda.konsentrasi larutan ......µg/ml ;....... µg/ml;...... µg/ml;........
µg/ml.ukur serapan pada panjang gelombang maksimim dalam operating time yang diperoleh.(
lampirkan data, kurva kalibrasi, perrhitungan persamaan regrasi dan koefisien korelasi)
Perhitungan Persamaan Garis regresi dan koefisien Korelasi.

No Konsentrasi Serapan (Y) XY X2 Y2


(µg/ml) (X)
1
2
3
4
5
6
∑X = ∑Y = ∑ X Y= ∑ X2 = ∑ Y2 =
X rata = Y rata =

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 29


Penetapan kadar sulfametoksazol dalam sampel
Timbang 20 tablet ,gerus dalam lumpang sampai halus.timbang serbuk setar dengan 25
mg Sulfametoksazol ,masukkan kedalam labu tentukur 50 ml,tambahkan 20 ml HCL 1 N,kocok
dan cukupkan dengan HCL ) 0,1 N sampai garis tanda (Konsentrasi larutan ........ µg/ml.saring
dengan kertas saring ,buang 10 ml filtrat pertama.
Pipet 5,0 ml filtrat, masukkan kedalam labu tentukur 50 ml dan enccerkan dengan HCL 0,1 N
sampai garis tanda ( konsentrasi ..... µg/ml.
Dari larutan ini pipet 2,0 ml masukkan kedalam labu tentukur 50 ml ,tambahkan 1 ml pereaksi
natrium nitrit (NANO2) 0,5 % kocok dan diamkan 3 menit ,tambahkan 1,5 larutan amonium
amidosulfonat 1 % kocok,tambahkan 2,5 ml larutan N- (1 Napthyl etilen diamine) 0,2 %
cukupkan dengan HCL 0,1 N sampai garis tanda ( konsentrasi...... µg/ml).ukur serapan pada
panjang gelombang maksimum dalam rentang operating time yang diperoleh.
Data penimbangan dan perolehan kadar menurut perhitungan regresi

No Berat Berat Setara ( Serapan Konsentrasi Konsentrasi Kadar


Serbuk mg) (A) teoritis perolehan %
(mg) (µg/ml). (µg/ml).
1
2
3
4
5
6
Contoh penimbangan serbuk :
Berat 20 tablet = .... mg
1 tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol trimetropim
Serbuk yang ditimbang setara 25 mg sulfametoksazol
25 𝑚𝑔
= x bobot 20 tablet = ... mg
20 𝑥 400 𝑚𝑔

Tugas
1. Berikan komentar dari hasil penentuan panjang gelombang maksimum
2. Jelaskan hasil operating time yang dilakukan
3. Berikan kesimpulan dari koefisien korelasi yang diperoleh
4. Hitunglah kadar sulfametoksazol dalam tablet menggunakan persamaaan regresi dan cara
pendekatan
5. Tuliskan reaksi sulfametoksazol dengan NED
6. Berikan kesimpulan dari hasil percobaan dengan persyaratan kadar menurut Farmakope
Indinesia.

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 30


PENENTUAN KADAR SENYAWA MULTIKOMPONEN

Penentuan kadar multikomponen dapat dilakukan berdasarkan sifat aditif


absorban masing-masing komponen.misalnya campuran dua senyawa dalam pelarut dan
masing –masing senyawa tersebut mengabsorbsi radiasi.jika spektra absorbsi kedua
komponen berbeda di mana panjang gelombang dapat ditemukan pada masing-masing
spektrum yang tidak saling mengganggu satu dengan yang lainnya maka kadar masing-
masing dalam campuran dapat dihitung dengan cara mengukur absorban campuran pada
kedua panjang gelombang absorbsi maksimum masing-masing komponen pada kedua
panjang gelombang .senyawa multikomponen kadarnya dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan multikomponen atau secara matrik.

Gambar : spectrum serapan dua komponen yang saling tindih dan


spectrum serapan dari kedua komponen.

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 31


PERCOBAAN 6
PENENTUAN KADAR SULFAMETOKSASOL DAN TRIMETROPRIM DALAM
TABLET SECARA MULTIKOMPONEN DAN MATRIK DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETER UV

1. TUJUAN PENELITIAN
1. Mahasiswa mampu menghitung absorptivitas sulfametoksasol dan trimetroprim
2. Mahasiswa mampu membuat kurva overlapping sulfametoksasol dan trimetroprim
3. Mahasiswa mampu menghitung sulfametoksazol dan trimetroprim secara
multikomponen dan matrix
4. Mahasiswa mengetahui cara perlakuan baku pembanding sulfametoksazol dan
trimetoprim BPFI

2. SPEKTRUM SERAPAN ULTRAVIOLET


Menurut Moffat,2004, Sulfametoksazol memberikan serapan maksimum dalam pelarut
HCL 0,1 N pada λ 265 nm A1 1 175 a), dalam NAOH 0,1 N λ 256 nm (A1 1 218a), dalam
NaOH 0,1 N λ 287 nm (A1 1 250 a).
Kedua senyawa ini mempunyai gugus kromofor sehingga masing-masing memberikan
serapan dalam pelarut yang sama dalam pelarut NaOH 0,1 N pada panajng gelombang
maksimun yang berdekatan dan bila dilakukan pengukuran pada darah UV akan
didapatkan penjumlahan dari masing-masing serapan.

3. Baku Pembanding
Sulfametoksazol BPFI ,sebelum digunakan dikeringkan pada suhu 1050 C selama 4
jam.untuk trimetroprim pengeringan dilakukan dalam hampa udara dengan suhu dan
waktu yang sama dengan sulfametoksazol.

4. Persyaratan Kadar
Tablet Kotrimoksazol mengandung sulfametoksazol, C 10 H11 N 3 O 3 S dan Trimetroprim
C 14 H18 N 4 O 3 tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0 % dari jumlah yang
tertera pada etiket (F.I Ed IV).

5. Alat
1. Sprektrofotometer UV-VIS 1240 (Shimadzu)
2. Labu tentukur 50 ml dan 100 ml
3. Corong penyaring
4. Mortir dan stamper

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 32


5. Bahan
1. Sulfametoksazil BPFI
2. Trimetroprim BPFI
3. Tablet Kotrimoksazol mengandung kombinasi sulfametoksazol 400 mg dan trimetroprim
80 mg)
4. NaOH 0,1 N

Tahap- tahap penetapan kadar :


3. Pembuatan Pelarut NaOH 0,1 N
Dilarutkan 4.00 gram NAOH dalam 1 liter aquades bebas CO2
4. Pembuatan Larutan Induk Baku Sulfametoksazol BPFI
Timbang seksama 50 mg Sulfamettoksazol BPFI ,masukkaan kedalam labu tentukur 50 ml,
tambahkan 15 ml etatol ,kocok sampai larut encerkan dengan NaOH 0,1 N samapai garis
tanda.( konsentrasi ..... (µg/ml).- LIB I
Pipet 5 ml LIB I dalam masukkan kedalam labu tentukur 50 ml, cukupkan dengan NaOH 0,1
N sampai garis tanda (konsentrasi .......µg/ml).- LIB II
5. Penentuan panjang gelombang Maksimum Sulfametoksazol
Penentuan konsentrasi pengukuran menggunakan rumus :
A = A1 1 b.c (g/100 ml)
Pipet ...ml LIB II (.....µg/ml)masukkan kedalam labu tentukur 50 ml encerkan dengan NaOh
0,1 N sampai garis tanda (konseentrasi .... µg/ml)
Kemudian larutan ini diukur serapannya pada panjang gelombang 200 nm- 400 nm (
lampirkan data dan gambar kurva serapan)
6. Pembuatan Larutan Induk baku Trimetriprim BPFI
Timbang seksama 50 mg trimetroprim BPFI, masukkan kedalam labu tentukur 50
ml,tambahkan 15 ml metanol,kocok sampai larut ,encerkan dengan NaOH 0,1 N sampai
garis tanda. ( konsentrasi ..... (µg/ml).- LIB I
Pioet 5 ml LIB I dan masukkan kedalam labu tentukur 50 ml,cukupkan dengan NaOH 0,1
Nsampai garis tanda .( konsentrasi ..... (µg/ml).- LIB II
7. Penentuan Panjang gelombang maksimum trimetroprim
Penentuan konsentrasi pengukuran menggunakan rumus :
A = A1 1 b.c (g/100 ml)
Pipet ... ml LIB II (100 µg/mlmasukkan kedalam labu tentukur 50 ml ,encerkan dengan
NaOH 0,1 ml sampai garis tanda (.....µg/ml).kemudian larutan diukur serapan pada rentang
200 nm- 00 nm (lampirkan data dan gambar kurva serapan)
8. Penentuan absorptivitas (α) Sulfametoksazol
Pipet ... ml LIB II sulfametoksazol (...µg/ml),masukkan kedalam labu tentukur 50 ml
,cukupkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda .(konsentrasi ..... (µg/ml)ukur serapan
pada panjang gelombang sulfametoksazol dan trimetroprim.

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 33


Data pengukuran absorptivitas sulfametoksazol ( C = 10 µg/ml).
Panjang gelombang Serapan (A) Absorptivitas (α)
maksimum α = A/b/c
ƛ Sulfamet (....nm) α
ƛ Trimetop (....nm) α)

9. Penentuan Absorptivitas (α) Trimetroprim


Pipet ..... ml LIB II trimetoprim (µg/ml),masukkan kedalam labu tentukur 50 ml ,cukupkan
dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda (2,0 µg/ml).ukur serapan pada panjan gelombang
sulfametoksazol dan trimetoprim.
Data pengukuran absorptivitas Trimetroprim (C= 2,0 µg/ml).

Panjang gelombang Serapan (A) Absorptivitas (α)


maksimum α = A/b.c

α=
ƛ Sulfamet (....nm)
ƛ Trimetop (....nm) α=

10. Pembuatan Kurva Overlapping dari Sulfametoksazol dan Trimetoprim


Larutan sulfametoksazol (10 µg/ml) dan larutan trimetroprim (2,0 µg/ml),masing-masing
diukur pada rentang panjang gelombang 200nm-400 nm.kemudian dibuat kurva overlapping.

11. Penetapan Kadar Sampel


Timbang 20 tablet ,gerus dalam lumpang sampai homogen.sejumlah serbuk timbang
seksama setara 25 mg Sulfametoksazol ,masukkan kedalam labu tentukur 50 ml,tambahkan
15 ml etanol ,kocok dan cukupkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda (Konsentrasi
Sulfametoksazol ........ µg/ml dan trimetroprim .... µg/ml ),saring dengan kertas saring
,buang 10 ml filtrat pertama.

Pipet 1,0 ml filtrat, masukkan kedalam labu tentukur 50 ml dan encerkan dengan NaOH 0,1 N
sampai garis tanda ( konsentrasi ..... µg/ml dan trimetroprim .... µg/ml

Data Pengukuran Sampel

λ maks Serapan (A)


ƛ Sulfamet (....nm)
ƛ Trimetop (....nm)

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 34


Perhitungan kadar menggunakan pesamaan multikomponen :

Asulfametoksazol = As + Ar

= αs. b. Cs + αr. B. Cr…………………. 1)

Atrimetropim = As + Ar

= αs. b. Cs + αr.b.Cr…………………..2)

Perhitumgan Kadar menggunakan persamaan matrik:

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 35


PERCOBAAN 7
ANALISIS FARMASI MENGGUNAKAN ALAT HIGH PERFORMANCE LIQUID
CHROMATOGRAPHY (HPLC)
1. Tujuan
a. Mahasiswa memahami cara kerja instrument HPLC untuk analisis kualitatif
b. Mahasiswa dapat melakukan preparasi dengan tepat dan akurat,serta dapat mengikuti
manual pengoperasian HPLC
c. Mahasiswa dapat menentukan/menghitung kadar parasetamol dalam sampel.

2. Prinsip Dasar
Teknik HPLC merupakan salah satu teknik kromatografi cair-cair ,yang dapat digunakan
baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif.analisis kuantitatif dengan
teknik HPLC didasarkan pada pengukuran luas/area puncak analit dalam kromatogram
dibandingkan dengan luas /area standar.pada prakteknya ,pembandingan kurang
menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan satu standar.oleh karena itu,maka
pembandingan dilakukan dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi.

Paresetamol adalah senyawa yang memiliki senyawa polar,dengan gugus kromofor yang
dimiliki menyebabkan senyawa ini dapat menyerap sinar UV.karakteristik senyawa ini
memungkinkan analisis dengan teknik HPLC menggunakan kolom non polar seperti C-
18 dan fase gerak polar seperti methanol/air.

3. Alat dan Bahan


a. Alat
• Perangakat HPLC
• Lumpang dan alu
• Spatula
• Labu tentukur 25 ml dan 10 ml (6 buah)
• Neraca analitik
• Corong pendek
• Pipet tetesbeaker gelas 100 ml
• Gelas ukur 5 ml
• Ultrasonik vibrator.

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 36


b. Bahan
• Standard Parasetamol 50 mg
• Methanol for HPLC
• Sampel obat paracetamol merek dangang
• Kertas saring

4. Langkah Kerja
a. Pembuatan Fasa Gerak (pelarut)
 Hitunglah jumlah methanol dan aquades yang diperlukan untuk membuat
fase gerak dan pelarut dengan komposisi methanol:air = 75: 25
 Diskusikan hasil perhitungan dengan pembimbing praktikum
 Saringlah masing-masing pelarut dengan menggunakan membran selulosa
nitrat untuk aquabidestilata dan membran PTFE untuk metanol
 Buat fase gerak dengan mencampurkan methanol dan air pada
perbandingan diatas
 Homogenkan dengan ultrasonic vibrator selama 15 menit.

b. Pembuatan Larutan Induk Paracetamol


 Timbang standar baku Parasetamol sebanyak 50 g
 Larutkan parasetamol yang telah ditimbang dengan 10 ml fase garak yang
telah dibuat kedalam labu tentukur 100 ml.
 Homogenkon selama 5 menit menggunakan ultrasonic vibrator
 Masukkan pelarut kedalam labu ukur secara kuantitatif hingga tanda batas.

c. Pembuatan Deretan Larutan Standar Paracetamol


 Hitunglah volume larutan induk yang diperlukan untuk membuat deret
larutan stabdar dengan konsentrasi 25,50,75, 100 dan 125 ppm dalam labu
tentukur 10 ml
 Diskusikan hasilnya dengan dosen pembimbing
 Buatlah deret larutan standar diatas .lakukan pekerjaan ini secara
kuantitatif.
 Homogenkan larutan ,kemudian saring semua larutan terssebut dengan
menggunakan membran PTFE
 Tempatkan hasil saringan kedalam vial betutup yang telah diberi label.
 Lakukan degasssing selama 5 menit.larutan siap diinjeksikan.

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 37


d. Pembuatan Larutan Sampel Parasetamol
 Timbang secara kuantitatif sebanyak 20 tablet obat ,lalu hitung berar rata-
rata setiap tablet.
 Gerus sampai halus dalam mortar ,timbang serbuk setara 12,5 mg
parasetamol dengan neraca analitik dalam botol timbang.
 Larutkan, kemudian pindahkan secara kuantitatif kedalam labu tentukur
25 ml.
 Homogenkan dengan menggunakan ultra sonik vibrator selama 5 menit
 Encerkan larutan standar sampai tanda batas
 Pipet 1 ml larutan sampel ,masukkan kedalam labu tentukur 10 ml
,kemudian encerkan sampai tanda batas.
 Saring larutan sampel terakhir dengan menggunakan membrn PTFE
 Tampung di dalam vial bertutup.lakukan deggasing selama 5 menit
.sampel siap di injeksikan.

e. Penyiapan Instrumen HPLC


 Sementara melakukan preparasi sampel dan standar,hidupkan peralatan
HPLC sesuai dengan langkah berikut :
 Kondisikan instrumen HPLC dengan:
Fase gerak = methanol: air ( 75:25 )
Panjang gelombang :243 nm
Llaju alir : 1,0 ml/menit
Volume injeksi : 20 µI
 Pastikan kabel penghubung listrik telah tersambung dengan benar
 Tekan tombol “ ON “ pada sekelar listrik
 Isi botol fasa gerak dengan volume yang memadai dan kosongkan botol
penampung
 Tekan tombol “ ON “ pada alat, berturut – turut untuk power detector dan pompa.
 Lakukan pemprograman alat dengan komputer .ikuti langkahnnya sesuai
instruksi dalam komputer
 Pilih mode yang akan digunakan sesuai dengan parameter kondisi instrument
 Apabila kromatogaram telah menunjukkan base line yang mendatar ,maka
instrument siap digunakan.
 Injeksikan berturut-turut larutan standar ( mulai darikonsentrasi terendah ),dan
terakhir larutan sampel.
 Cetak hasil pengukuran, catat kondisi percobaannya
 Setelah selasai digunakan ,matikan pompa dengan menyoroti tanda pompa dalam
komputer.
 Tutup file sesuai petunjuk ,lalu matikan komputer
 Untuk mematikan ,Tekan tombol “ON” pada pompa ,detector dan power secara
berurutan .putuskan sambungan listrik

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 38


f. Perhitungan hasil analisis

Dari hasil operasi instrument akan diperoleh kurva kalibrasi.bila kurva .bila kurva kalibrasi
diperoleh dengan koefisien regresi > 0,99. Anda boleh melanjutkan perhitungan kadar
paracetamol dalam sampel.Hitinglah kadarnya dalam satuan % w/w.Bila tidak diperoleh kurva
linier, maka lakukan diskusi untuk mencari penyebabnya.

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 39


PERCOBAAN 8
ANALISIS FARMASI MENGGUNAKAN ALAT
GAS CHROMATOGRAPHY

Tujuan
A. Mahasiswa dapat mengenal cara pengoperasian instrumen GC
B. Mahasiswa dapat memahami cara kerja instrument GC untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif
C. Peserta dapat menentukan kadar etanol dalam sampel menggunkan instrumen GC

Prinsip Dasar
Kromatografi gas merupakan salah satu teknik kromatografi yang bisa digunakan untuk
memisahkan senyawa-senyawa organik.senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan
kromatografi gas sangat banyak ,namun ada batasan –batasan nya.senyawa –senyawa tersebut
harus mudah menguap dan stabil pada temperatur pengujian ,utamanya dari 50- 300 0C.jika
senyawa tidak mudah menguap atau tidak stabil pada temperatur pengujian ,maka senyawa
tersebut bisa diderivatisasi agar dapat dianalisis dengan kromatografi gas.
Kromatografi gas dapat digunakan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif.analisis
kualitatif dilakukan ndengan menanmbahkan standar kedalam sampel dengan analisis.kemudian
dibandingkan kromatogram sampel dengan kromatogram sampel yang dtambah
standar.sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan membuat sederetan larutan standr
,selanjutnya dibuat kurva kalibrasi antara luas puncak atau tinggi puncak dengan konsentrasi
larutan standar.dengan kurva kalibrasi ini kadar zat yang diukur dalam sampel dapat diketahui.

Alat
1) . Peerangkat GC
2) Labu ukur 10 ml ( 6 buah)
3) Bola pipet
4) Pipet tetes
5) Gelas ukur kimia 100 ml
6) Pipet seukuran 1 dan 5 ml

Bahan
1) Etanol
2) Isopropanol p.a
3) Heksan p.a
4) Sampel

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 40


Langkah Kerja
a. Pembuatan deret larutan standar etanol
Pemisahan etanol ,larutan dsiapkan dengan berbagai konsentrasi standar yaitu 1%, 2%,3
% dan 4 %.untuk larutan standar 1% yaitu dipipet 1,25 ml etanol dalam labu ukur takar
25 ml,untuk tandar 2 % dipipet 2,5 ml etanol,untuk stndar 3% dipipet 3,75 ml etanol
untuk standr dengan konsentrasi 4 % dipipet 5 ml etanol.kemudian pada masing-masing
labu takar ditambahkan 5 ml standar internal n-propanol dan ditera dengan aquabides.

b. Penyiapan sampel
Untuk sampel dibuat dari 5 ml sampel alkohol dan 5 ml n-propanol lalu ditera dengan
aquabides dalam labu takar 25 ml.selanjutnya sebanyak 2 µI.larutan standar dan sampel
di injeksikan kedalam alat kromatografi gas.ditunggu dan dicatat waktu retensi dan luas
puncak dari komponen alkohol yang dianalisis.

c. Penyiapan Instrumen GC
• Pastikan kabel penghubung listrik telah tersambung dengan benar.
• Tekan tombol “ON “ pada sekelar listrik
• Atur laju alir dan komposisi gas pembawa
• Atur suhu kolom ,suhu injektor dan suhu detektor
• Jalankan pompa ,biarkan alat stabil selama waktu tertentu(sekilas 1 Jam)
• Kondisikan parameter GC pada: suhu injektor 150 0 C ,suhu detektor 200 0C, suhu
kolom dipertahankan pada suhu 700 C selama 10 menit kemudian diprogram
dengan kenaikan 10 0C permenit sampai 1500 C ,detektor FID, ,kolom Rtx-5
• Diskusi
• Hitunglah kadar etanol dalam sampel yang disiapkan .

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 41


PERCOBAAN 9
ANALISIS FARMASI MENGGUNAKAN ALAT
ATOMIC ABSORPTION SPEKTROFOTOMETER (AAS)

Tujuan
Melalui kegiatan ini mahasiswa diharapkan mehasiswa dapat :
A. Mempreparasi sampel air sampel air dalam kemasan yang akan ditentukan kadar
besi dengan alat spektrometer serapan atom
B. Menyiapakan larutan kerja dari larutan “ Stock” yang tersedia
C. Memahami prinsip penentuan kadar logam dalam suatu sampel dalam alat
spektrometer serapan atom.

Prinsip Dasar
Metode AAS adalah metode spektrometri yang didasari oleh adanya serapan /absorbsi
cahaya ultra violet (UV) atau visible (Vis) oleh atom-atom suatu unsur dalam nyala
api.cahaya UV atau Vis yang diserap berasal dari energi yang diemisikan oleh sumber
energi yang diemisikan oleh sumber energi tertentu.

Alat

1) labu takar 50 ml 2 buah.


2) Labu takar 25 ml 4 buah
3) Pipet tetes 1 buah
4) Beaker gelas 100 ml 1 buah
5) Beaker gelas 500 ml 1 buah
6) Corong kecil 1 buah
7) Pipet ukur 1 ml 1 Buah
8) Hot plate 1 buah
9) Kaca arloji 1 buah
10) Bola pipet karet.

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 42


Bahan

1) Larutan HNO 3 0,2 M


2) Larutan stock Fe 1000 ppm
3) Sampel minum air kemasan

Langkah Kerja

a. Preparasi Sampel
• Ambil 50 ml sampel dan masukkan ke daalam beaker gelas 100 ml
• Tambahkan 2,5 ml HNO 3 , aduk , kemudian uapkan diatas hot plate sampai
volumennya menjadi ± 15 ml
• Tambahkan lagi 2.5 HNO 3 pekat.tutup dengan kaca arloji dan panaskan kembali
sampai warna larutan jernih.
• Dinginkan larutan sampel ,tambahkan sedikit aquades dan tuangkan kedalam
labu takar 50 ml
• Tepatkan volume sampelsampai dengan 50 ml dengan cara menambahkan
aquadest.

b. Pembuatan larutan blanko


• Buatlah larutan bblanko berupa larutan HNO 3 yang memiliki pH 2,0
c. Pembuatan Larutan Kerja Fe (II)
• Buatlah larutan larutan kerja Fe (II) dengan konsentrasi 5,10,15,20, dan 25 ppm ;
dengan cara mengencerkan larutan stock dengan larutan blanko
Catatan :
Untuk larutan kerja konsentrasi terkecil dibuat dalam labu takar 50 ml ,sedangkan
untuk larutan standar lainnya dibuat dalam labu takar 25 ml.

d. Pembuatan kurva kalibrasi dengan pengukuran konsentrasi sampel


• Ukur absorbansi masing- masing larutan kerja yang telah anda siapkan dimulai
dari konsentrasi terendah
• Ukur absorbansi larutan sampel.

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 43


PERCOBAAN 10
ANALISIS FARMASI MENGGUNAKAN ALAT CHROMATOGRAPHY MASSA
SPECTRA (GCMS)

Tujuan
Melalui kegiatan ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengenal cara pengoperasian instrument GCMS
2. Memahami cara kerja instrument GCMS untuk analisis kualitatif
3. Menentukan komponen senyawa dalam sampel minyak atsiri menggunakan instrument
GCMS.

Prinsip dasar
Kromatografi gas merupakan salah satu teknik kromatografi yang bias digunakan untuk
memisahkan senyawa-senyawa yang dapat ditentukan dengan kromatografi gas sangat banyak,
namun ada batasan-batsannya. Senyawa-senyawa tersebut harus mudah menguapa dan stabil
pada temperature pengujian, utamanya dari 50 -3000C. jika senyawa tidak mudah menguap atau
tidak stabil pada temp[eratur pengujian, maka senyawa tersebut bias diderivitasasi agar dapat
dianalisis kromatografi gas.

Alat
• Perangkat GCMS
• Pipet tetes
• Pipet seukuran 1 dan 5 ml
• Vial

Bahan
• methanol p.a
• heksan p.a
• sampel minyak atsiri

1. Langkah kerja
a. Penyiapan sampel
Untuk sampel dibuat 1 ml sampel minyak atsiri dan 1 ml n-heksan dicampur dan di
masukkan ke dalam vial. Selanjutnya sebanyak 0,5µl larutan sampel diinjeksikan ke
dalam alat kromatrografi gas. Ditunggu dan dicatat waktu retensi dan luas pencak dari
komponen alkohol yang dianalisis.

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 44


b. Penyiapan Instrumen GCMS
 Pastikan kabel penghubung listrik telah tersambung dengan benar
 Tekan tombol “ON” pada sakelarlistrik.
 Atur laju alir komposisi gas pembawa.
 Hidupkan pompa vakum pada alat dan alat GCMS di vakum selama ± 1 jam
 Atur suhu kolom, suhu injector dan suhu detektor.
 Biarkan alat stabil selama waktu tertentu (sekitar ± 15 menit)
 Kondisikan parameter GC pada : suhu injector 2250C, suhu detektor 2500C, suhu
kolom dipertahankan pada suhu 600C selama 10 menit kemudian deprogram
dengan kenaikan 100C permenit sampai 2400C, detector MS, kolom Rtx-5-MS,
Gas pembawa H2 dengan kecepatan 0,15 ml/menit.
2. Diskusi
Tentukan komponen-komponen yang terkandung di dalam minyak atsiri.

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 45


PERCOBAAN 11
ANALISIS FARMASI MENGGUNAKAN ALAT
SPEKTROFOTOMETRI RMI

Tujuan
Melalui kegiatan ini diharpkan mahasiswa dapat :
1. Memahami cara kerja instrument spektrofotometer RMI.
2. Melakukan prepasi dengan tepat dan akurat serta dapat mengikuti manual pengoperasian
spektrofotometer RMI.
3. Menentukan/menganalisa struktur senyawa dalam sampel.

a. Alat
 Perangkat NMR (Nukler Magnetic Resonance)
 Pipet tetes
 Pipet seukuran 1 ml dan 5 ml
 Vial

b. Bahan
 Pelarut CDCL3
 Sampel

c. Langkah Kerja
1. Cuplikan sampel dimasukkan ke dalam tube NMR.
2. Ditambahkan pelarut (CDCL3 ) hingga sekitar 2-3 cm
3. Dihomogenkan dan tube NMR ditutup.
4. Computer dihidupkan dan software tospin di klik 2x
5. Klik BSMS pada menu toolbar
6. Klik icon lift sampel berwarna hijau
7. Tube NMR simasukkan ke dalam magnet dan klik icon lift hingga sampel turun ke
bawah Probe
8. Ketik “ede” pada bagian komen dienter.
9. Isi nama sampel,nomor percobaan, nomor proses, pelarut yang digunakan, serta dipilih
parameter percobaan yang akan di ukur menggunakan SPektrofotometer RMI.
10. Ketik “lock” pada bagian komen dienter.
11. Pilih pelarut yang digunakan untuk analisis sampel dan klik OK
12. Ditunggu sampai icon “Lock On-Off” pada BSMS berwarna hijau.
13. Ketik “atma” untuk melakukan tuning, dan ketik “a” untuk melihat proses tuning.
14. Klik “On” pada icon “SPIN” di BSMS sampai berwarna hijau
15. Ketik “topshim” pada bagian komen untuk malakukan shimming secara otomatis,
tunggu hingga selesai.

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 46


16. Klik icon acqupars, dilakukan “getprosol” dan diisi jumlah scan sampel.
17. Ketik :rga” untuk mendapatkan pengaturan yang sesuai dengan percobaan ditunggu
hingga “rga” selesai.
18. Setelah “rga” selesai, ketik “apk” untuk membentuk puncak secara otomatis dan “abs”
untuk koreksi “base line” secara otomatis.
19. Sebelum mengeluarkan sampel, matikan “spin” dan “lock” dengan mengklik masing-
masing icon “lock” dan “spin”
20. Klik icon “lift” pada BSMS dan sampel dapat dikeluarkan dari magnet.

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 47


PERCOBAAN 12
PERCOBAAN MENGGUNAKAN ALAT LIQUID CHROMTOGRAPHY
MASSA SPECTROMETER (LCMS)

Tujuan
a. Mahasiwa memahami cara kerja instrument LCMS untuk analisis kuantitatif.
b. Mahasiwa dapat melakukan preparasi dengan tepat dan akurat, serta dapat mengikuti
manual pengoperasian LCMS.
c. Mahasiwa dapat menentukan/menghitung kadar Kloramfenikol dalam sampel

Prinsip dasar
Teknik LCMS merupakan satu teknik kromatografi cair-cair, yang dapat digunakan
baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif
dengan teknik LCMS didasarkan pada pengukuran luas/area puncak analit dalam
kromatogram, dibandingkan dengan luas/area standar dimana digunakan detector MS
yang menentukan senyawa berdasarkan berat molekulnya.

Alat
1. Perangkat LCMS
2. Spatula
3. Labu ukur 25 ml dan 10 ml (6 buah)
4. Neraca analitik
5. Corong pendek
6. Pipet tetes
7. Beaker glass 100 ml
8. Gelas ukur 500 ml
9. Ultrasonic vibrator

Bahan
1. Standar Kloramfenikol 50 mg
2. Methanol for HPLC
3. Sampel obat
4. Aquabidestilata mili Q pore
5. Membrane PTFE/Selulosa nitrat
6. Kertas saring

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 48


Langkah Kerja
a. Pembuatan fasa gerak (pelarut)
 Hitunglah jumlah methanol dan aquadest uang diperlukan untuk membuat
fasa gerak dan pelarut dengan komposisi methanol : air =70 : 30
 Diskusikan hasil perhitungan dengan pembimbing praktikum
 Saringlah masing-masing pelarut dengan menggunakan membrane selulosa
nitrat untuk aquabidestilata, dan membrane PTFE untuk methanol.
 Buatlah fasa gerak dengan mencampur methanol dan air pada perbandingan di
atas.
 Homogenkan dengan ultrasonic selama 15 menit.
b. Pembuatan larutan induk kloramfenikol
 Timbang standar baku Kloramfenikol sebanyak 50 mg
 Larutkan kloramfenikol yang telah ditimbang dengan 10 ml fasa gerak yang
telah dibuat ked lam labu ukur 100 ml
 Homogenkan selama 5 menit menggunakan ultrasonic vibrator.
 Masukkan ke dalm labu ukur secara kuantitatif, hingga tanda batas

c. Pembuatan deret larutan standar Kloramfenikol


 Hitunglah volume larutan induk yang diperlukan untuk membuat deret larutan
standar dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm dalam labu ukur 10 ml.
 Disklusikan hasilnya dengan dosen pembimbing.
 Homogenkan larutan, kemudian saringlah semua larutan standar tersebut
dengan menggunakan membrane PTFE.
d. Pembuatan larutan sampel Kloramfenikol
 Timbang secara kuantitatif sebanyak 20 kapsul obat, lalu hitung berat rata-rata
setiap kapsul
 Gerus sampai halus dan mortar, timbang serbuk setara 12,5 mg Kloramfenikol
dengan neraca analitik dalam botol timbang.
 Larutkan, kemudian pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 25 ml
 Homogenkan dengan menggunakan ultrasonic vibrator selama 5 menit.
 Encerkan larutan standar sampai tanda batas.
 Saring larutan sampel terakhir dengan menggunakan membrane PTFE
 Tampung di dalam vial bertutup, lakukan degassing selama 5 menit. Sampel
siap diinjeksikan
e. Penyiapan instrument LCMS
 Sementara melakukan preparasi sampel dan standar, hidupkan peralatan
LCMS sesuai dengan langkah berikut :
 Kondisikan dan vakum instrument LCMS dengan :
Fasa gerak : methanol : air (70:30)
Kolom : C-18 (15 cm)

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 49


SIM MS : 321 (-)
Laju alir : 0,5 ml/menit
Volume enjeksi : 10 µl
 Pastikan kabel penghubung listrik telah tersambung dengan benar
 Tekan tombol “ON” pada sakelar listrik
 Isi botol fasa gerak dengan volume yang memadai dan kosongkan botol
penampung
 Tekan tombol “ON” pada alat, berturut-turut untuk power, detector dan
pompa
 Lakukan pemograman alat dan computer. Ikuti langkahnya sesuai instruksi
dalam computer
 Pilihlah mode yang akan digunakan sesuai dengan parameter kondisi
instrument
 Apabila kromatogram telah menunjukan base line yang mendatar, maka
instrument siap digunakan
 Injeksikan berturut-turut larutan standar (mulai dari konsentrasi terendah), dan
terakhir larutan sampel
 Cetak hasil pengukuran, catat kondisi percobaannya.
 Setelah selesai digunakan, matikan pompa dengan menyoroti tanda pompa
dalam computer
 Untuk mematikan, takan tombol “ON” pada pompa, detector dan power
secara berurutan. Putuskan sambungan listrik.
f. Perhitungan hasil analisis
Dari hasil operasi instrument akan diperoleh kurva kalibrasi. Bila kurva kalibrasi
diperoleh dengan koefisien regresi > 0,99 anda boleh melanjutkan perhitungan kadar
kloramfenikol dalam sempel. Hitunglah kadarnya dalam satuan % w/w. bila tidak
diperoleh kurva yang linier, maka lakukan diskusi untuk mencari penyebabnya.

Lab Kimia Farmasi Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua 50

Anda mungkin juga menyukai