KELOMPOK VI
S1.VIA
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN
1.1 Definisi
A. komunikasi
Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dipisahkan, setiap manusia
lahir sudah melakukan komunikasi. Apalagi sebagai makhluk sosial manusia selalu ingin
berhubungan dengan manusia yang lain. Hubungan tersebut membutuhkan komunikasi
agar terhubung antara manusia yang satu dengan yang lain. Perkembangan teknologi
komunikasi sekarang semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman yang
semakin modern.
Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi
dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut
mengerti betul apa yang di maksud oleh orang yang menyampaikan pikiran atau
informasi.
B. Alat komunikasi
Alat komunikasi adalah semua media yang digunakan untuk menyampaikan
informasi, baik itu informasi kepada satu orang atau kepada banyak orang.
Alat komunikasi sudah ada sejak dulu dan sampai sekarang, namun perbedaan nya
adalah jaman dulu tidak lah secanggih sekarang yang bisa langsung mendengar suara,
melihat langsung kejadian ataupun informasi apa yang akan di sampaikan. Pada masa
lampau alat komunikasi tidak lah begitu hebat, namun karena ada nya alat komunikasi di
masa lampau membuat para ilmuan semakin berlomba membuat suatu barang atau suatu
alat komunikasi yang lebih bermanfaat dan lebih modern dijaman sekarang ini.
C. Komunikasi dalam farmasi
Konseling farmasi adalah bagian dari pelayanan kefarmasian yang memiliki tanggung
jawab dan etika, di mana sekarang ini apoteker harus berinteraksi dengan pasien untuk
memberikan informasi dan edukasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan obat
sebagaimana yang dijelaskan dalam konsep asuhan kefarmasian yang bertujuan untuk
memberikan peningkatan pengetahuan tentang obat dan pengobatan dengan harapan agar
pasien paham mengenai obat dan penyembuhan penyakitnya. Konseling farmasi kepada
pasien diharapkan merubah perilaku pasien guna meningkatkan kepatuhan penggunaan
obat yang berdampak pada keberhasilan terapinya (Departemen Kesehatan RI, 2007).
Konseling farmasi oleh apoteker membahas rejimen terapi obat khusus pada resep
yang dibawa pasien. Diskusi mencakup hal-hal penting yang meliputi nama dan deskripsi
pengobatan, dosis, jadwal minum obat dan lama penggunaan obat. Apoteker membahas
tindakan pencegahan khusus efek samping, interaksi maupun kontraindikasi terapeutik
yang mungkin ditemui, tindakan pencegahan yang diperlukan, pemantauan diri,
penyimpanan yang tepat, dan tindakan yang tepat jika terjadi kehilangan dosis
(Departemen Kesehatan RI, 2007).
1.2 Tujuan
Agar konseling menjadi lebih efektif ada beberapa alat bantu yang dapat digunakan. Alat
bantu yang digunakan terdiri dari perlengkapan yang diperlukan oleh apoteker sebagai
konselor dalam melakukan konseling maupun alat bantu yang diberikan kepada pasien.
A. Tujuan Umum: alat bantu konseling di harapkan dapat menurunkan ketidaktaatan pasien
dalam pengobatan, yaitu dengan menyederhanakan berbagai regimen penggunaan obat
dan dengan membantu paien dalam mengatasi kesulitan akibat gangguan kognitif atau
gangguan fisik. Ataupun ketidaktaatan yang muncul akibat cara penggunaan obat yang
sulit, aturan dosis yang membinggungkan dan kelupaan minum obat.
B. Tujuan Khusus: Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dengan pasien
Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien Membantu pasien untuk
mengatur dan terbiasa dengan pengobatannya, Membantu pasien untuk mengatur dan
menyesuaikan dengan penyakitnya, Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani
pengobatan. Mencegah atau meminimalkan Drug Related Problem, Meningkatkan
kemampuan pasien untuk memecahkan masalahnya sendiri dalam hal terapi, Mengerti
permasalahan dalam pengambilan keputusan Membimbing dan mendidik pasien dalam
menggunakan obat sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu
pengobatan pasien.
Salah satu penyebab kegagalan terapi pada pasien adalah ketidakpatuhan, hal ini
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pemahaman pasien tentang obat dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan obat untuk terapinya. Ketidakpatuhan adalah
tantangan dalam semua penyakit, tidak tergantung pada jenis obat dan apakah terapinya
kronis atau akut. Ketidakpatuhan adalah konsep multifaset, fokus mungkin tidak hanya pada
penggunaan obat tapi juga pada waktu dan tidak hanya pada penghentian terapi, tetapi juga
pada ketekunan. Ketidakpatuhan tidak hanya terkait dengan faktor perilaku individu, tetapi
juga terhadap penyakit itu sendiri, kompleksitas dan lama pengobatan, kemungkinan reaksi
obat yang merugikan, biaya pengobatan, dan faktor sosial (Costa et al., 2015).
Dengan adanya teknologi dan alat bantu komunikasi yang semakin modern, para tenaga
medis dituntut untuk dapat mengetahui dan menerapkan kecanggihan teknologi dalam bidang
kesehatan dengan tujuan agar lebih mudah dan lebih fleksibel dalam memerikan pelayanan
kesehatan.
Agar konseling menjadi lebih efektif ada beberapa alat bantu yang dapat digunakan. Alat
bantu yang digunakan terdiri dari perlengkapan yang diperlukan oleh apoteker sebagai
konselor dalam melakukan konseling maupun alat bantu yang diberikan kepada pasien.
.
Pil KB
Kartu minum obat mandiri
2. Penandaan bantuan
Semua resep disertai dengan penandaan tertulis yang berisi intruksi. Selain itu
informasi cetak sering diberikan sebagai tambahan. Akan tetapi, beberapa pasien
mungkin memerlukan bantuan tambahan untuk mengartikan atau membaca
penandaan dan informasi cetak. Hal ini mungkin disebabkan oleh buta aksara,
kendala budaya atau bahasa, penglihatan yang buruk, kebinggungan mengartikan atau
menyesuaikan diri dengan instruksi penggunaan obat.
Penelitian tentang kemampuan pasien membaca penandaan obat menyatakan
bahwa selain masalah membaca atau masalah penglihatan, sebagian besar pasien
salah mengartikan intruksi pada penandaan obat. Dalam salah satu penelitian, 73%
responden berusia 64 tahun atau kurang dan 93% responden berusia 65 tahun akan
lebih salah mengartikan intruksi pada penandaan obat seperti “minum satu saat perut
kosong”. Kebinggungan juga terjadi saat menghadapi instruksi yang berkaitan dengan
pengaturan penggunaan beberapa obat yang memiliki jadwal penggunaan yang
berbeda.
Pasien yang sulit membaca disarankan mendapatkan alat bantu berupa diagram
melingkar seperti sebuah jam (24 jam) seperti gambar. Apoteker dapat menuliskan
jumlah obat dan besar dosis pada kotak di samping setiap angka pada jam tersebut.
Kode warna atau tanda dapat digunakan untuk membedakan jenis obat yang berbeda.
Jam petunjuk penggunaan obat seperti ini juga dapat membantu pasien yang
menggalami gangguan penglihata, yaitu dengan menggunakan tanda titik timbul.
Gambar matahari dan bulan dapat di tambahkan di samping kata “pagi (A.M) dan
kata sore (P.M)” untuk lebih membantu pasien yang tidak dapat membaca.
Keuntungan :
1. Memudahkan pasien yang mengalami masalah penglihatan atau pasien
buta aksara
2. Memudahkan pasien dalam mengartikan instruksi penggunaan obat.
Kekurangan :
1. Symbol gambar yang digunakan tidak menyampaikan makna yang bagus,
kemungkinan karna desain symbol gambar tersebut atau pesan yang
dibawa oleh symbol gambar tersebut terlalu kompleks.
3. Pemberian Label
Sebagian pasien membutuhkan bantuan untuk membaca label instruksi
pengobatan yang terdapat pada obat.
Aerochamber Spuit
Alat pemotong tablet Sendok takar
8. Kemasan obat per dosis unit
pengemasan obat per unit dosis membutuhkan peralatan yang mahal. Dapat
dilaksanakan jika regimen pengobatan terstandar dan merupakan program
pemerintah.
Unit doses dispensing merupakan salah satu satu metode dispensing dan
pengendalian obat oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), di mana obat
disiapkan dalam kemasan unit tunggal siap konsumsi, dan untuk penggunaan tidak
lebih dari 24 jam. Obat-obat tersebut didistribusikan atau tersedia pada ruang
perawatan pasien setiap waktu.
Kelebihan Sistem UDD :
1. Mengurangi terjadinya medication error (ME).
2. Menurunkan total biaya pengobatan karena hanya membayar pengobatan yang
digunakan saja.
3. Mengurangi kesalahan penggunaan obat, karena adanya pemeriksaan ganda
oleh tenaga farmasi.
4. Meningkatkan peranan dan pengawasan farmasi di rumah sakit, mulai dari
fase peresepan sampai pemberian obat.
Kerugian :
DAFTAR PUSTAKA
Pujianti, N. 2010, Dampak Penerapan Sistem Unit Dose Dispensing (UDD) terhadap Kepuasan
Pasien Rawat Inap di Jogja International Hospital (JIH) . Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
wuijati rida,dkk. 2006. pedoman konseling pelayanan kefarmasian di sarana kesehatan.
Departemen kesehatan RI. Jakarta