Anda di halaman 1dari 34

FARMAKOTERAPI

TUBERKULOSIS

Septi Muharni
KEJADIAN TUBERCULOSIS
Pendahuluan

Salah satu penyebab kematian utama yang


diakibatkan oleh infeksi

Sebagian besar dari penderita tersebut adalah


penduduk yang berusia produktif antara 15-55 tahun

Merupakan suatu penyakit kronik

Kunci keberhasilan pengobatannya adalah kepatuhan


dari penderita (adherence)

Apoteker sebagai salah satu komponen tenaga


kesehatan yang harus berperan aktif dalam
pemberantasan dan penanggulangan TB
ETIOLOGI
DAN
PATOGENESIS
ETIOLOGI PENYAKIT

1. Basil gram positif


2. Basil Tahan Asam (BTA)
3. Berbentuk batang
4. Cepat mati dengan matahari
langsung
5. Dapat bertahan hidup pada
tempat yang gelap dan lembab
6. Umumnya menyerang paru,
sebagian kecil bagian tubuh lain
7. Dalam jaringan tubuh, kuman
dapat dormant (tertidur sampai
beberapa tahun)
PATOGENESIS PENYAKIT
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menentukan kasus

1 2
Organ tubuh yang Hasil pemeriksaan
dahak secara
sakit mikroskopis langsung
• Paru • BTA positif
• Ekstra paru • BTA negatif

3 4
Riwayat pengobatan Tingkat keparahan
sebelumnya penyakit
• Baru • Ringan
• Sudah pernah diobati • Berat
TUBERKULOSIS BERDASARKAN
TEMPAT DAN ORGAN YANG DISERANG

TUBERKULOSIS PARU
 Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
parenchym paru, tidak termasuk pleura (selaput paru).
 Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi dalam:
 Tuberkulosis Paru BTA Positif.
o 2 dari 3 spesimen dahak hasilnya BTA positif.

o 1 spesimen dahak hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada


menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
 Tuberkulosis Paru BTA Negatif
o Pemeriksaan 3 spesimen dahak hasilnya BTA negatif dan foto
rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
o TB Paru BTA Negatif Rontgen Positif dibagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan.
o Bentuk berat bila gambaran foto rontgen dada memperlihatkan
gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses "far advanced"
atau millier), dan/atau keadaan umum penderita buruk.
Lanjut...
TUBERKULOSIS EKSTRA PARU
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, yaitu:
 Pleura
 Selaput otak
 Selaput jantung (pericardium)
 Kelenjar lymfe
 Tulang
 Persendian
 Kulit
 Usus
 Ginjal
 Saluran kencing

Alat kelamin

dan lain-lain.
TB EKSTRA-PARU BERDASARKAN PADA
TINGKAT KEPARAHAN PENYAKITNYA

TB Ekstra Paru TB Ekstra Paru


Ringan Berat
• Misalnya: TB kelenjar • Misalnya: meningitis,
limphe, pleuritis millier, perikarditis,
eksudativa unilateral, peritonitis, pleuritis
tulang (kecuali tulang eksudativa duplex, TB
belakang), sendi, dan tulang belakang, TB usus,
kelenjar adrenal. TB saluran kencing dan
alat kelamin.
TUBERKULOSIS BERDASARKAN
RIWAYAT PENGOBATAN PENDERITA

 KASUS BARU adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
 KAMBUH (RELAPS) adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya
pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
 PINDAHAN (TRANSFER IN) adalah penderita yang sedang mendapat

pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke


kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan /
pindah

LALAI (PENGOBATAN SETELAH DEFAULT/DROP-OUT) adalah
penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan
atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita tersebut
kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

GAGAL adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan) atau lebih; atau penderita dengan hasil BTA negatif Rontgen
positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke 2 pengobatan.

KRONIS adalah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulang kategori 2.
GEJALA KLINIS

BATUK DAN BERDAHAK TERUS-MENERUS


SELAMA 3 MINGGU ATAU LEBIH

BATUK DARAH ATAU PERNAH BATUK


DARAH

GEJALA-GEJALA:SESAK NAFAS DAN NYERI


DADA, BADAN LEMAH, NAFSU MAKAN DAN BERAT
BADAN MENURUN, RASA KURANG ENAK BADAN
(MALAISE), BERKERINGAT MALAM, WALAUPUN
TANPA KEGIATAN, DEMAM MERIANG LEBIH DARI
SEBULAN.
PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN TB

MENCEGAH MENGHILANGKAN ATAU


MENGURANGI FAKTOR RISIKO
PENULARAN KUMAN YANG MENYEBABKAN
DARI PENDERITA YANG TERJADINYA PENULARAN
TERINFEKSI • Pengaturan rumah agar memperoleh
cahaya matahari
• Memberikan obat anti TB yang • Mengurangi kepadatan anggota
benar dan cukup keluarga
• Dipakai dengan patuh sesuai • Menghindari meludah sembarangan
ketentuan penggunaan obat dan batuk sembarangan
• Mengkonsumsi makanan yang bergizi
yang baik dan seimbang
TUJUAN TERAPI TUBERKULOSIS

• MENYEMBUHKAN PENDERITA SAMPAI SEMBUH


1

• MENCEGAH KEMATIAN
2

• MENCEGAH KEKAMBUHAN
3

• MENURUNKAN TINGKAT PENULARAN.


4
PRINSIP TERAPI

Menghindari penggunaan
• monoterapi. Obat Anti • Untuk menjamin kepatuhan
Tuberkulosis (OAT) diberikan penderita dalam menelan obat,
pengobatan dilakukan dengan
dalam bentuk kombinasi dari
pengawasan langsung (DOT
beberapa jenis obat, dalam = Directly Observed
jumlah cukup dan dosis tepat Treatment) oleh seorang
sesuai dengan kategori Pengawas Menelan Obat
pengobatan. Hal ini untuk (PMO)
mencegah timbulnya
kekebalan terhadap OAT.
TAHAP PENGOBATAN TB

TAHAP INTENSIF TAHAP LANJUTAN


• Penderita mendapat obat setiap hari dan • Penderita mendapat jenis obat lebih sedikit,
perlu diawasi secara langsung untuk namun dalam jangka waktu yang lebih lama ƒ
mencegah terjadinya kekebalan obat. ƒ • Tahap lanjutan penting untuk membunuh
• Jika berhasil, penderita menular menjadi tidak kuman persister (dormant) sehingga
menular dalam kurun waktu 2 minggu. ƒ mencegah terjadinya kekambuhan
• Sebagian besar penderita TB BTA positif
menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
REGIMEN PENGOBATAN
 Penggunaan Obat Anti TB adalah antibotik dan anti
infeksi sintetis untuk membunuh kuman
Mycobacterium.
 Aktifitas obat TB didasarkan atas tiga mekanisme,
yaitu:
 Aktifitas membunuh bakteri
 Aktifitas sterilisasi
 Mencegah resistensi
 Obat yang umum dipakai adalah (obat primer):
 Isoniazid (poten dalam membunuh bakteri)
 Etambutol
 Rifampisin (poten dalam mekanisme sterilisasi)
 Pirazinamid (poten dalam mekanisme sterilisasi)
 Streptomisin
Lanjutan..
 Sedangkan obat lain yang juga pernah dipakai adalah
 Natrium Para Amino Salisilat
 Kapreomisin
 Sikloserin
 Etionamid
 Kanamisin
 Rifapentin
 Rifabutin.
 Natrium Para Amino Salisilat, Kapreomisin, Sikloserin,
Etionamid, dan Kanamisin umumnya mempunyai efek yang
lebih toksik, kurang efektif, dan dipakai jika obat primer
sudah resisten.
 Rifapentin dan Rifabutin digunakan sebagai alternatif untuk
Rifamisin dalam pengobatan kombinasi anti TB.
PADUAN OAT YANG DIGUNAKAN
DI INDONESIA

KATEGORI
KATEGORI 2
SISIPAN
• Tahap intensif • Tahap intensif
2HRZE 2 HRZ
• Tahap intensif • HRZE
• Tahap lanjutan 2HRZES/HRZE • Tahap lanjutan
4H3R3 • Tahap lanjutan 4H3R3
5H3R3E3
KATEGORI 1 KATEGORI 3

H = Isoniazid
R = Rifampisin
Z = Pirazinamid
E = Etambutol
S = Streptomisin
KAPAN PENGGUNAANNYA..??

• Penderita baru TB Paru BTA Positif


• Penderita baru TB Paru BTA negatif Röntgen Positif yang “sakit berat”
KATEGORI • Penderita TB Ekstra Paru berat
1

• Penderita kambuh (relaps)


• Penderita gagal (failure)
KATEGORI • Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)
2

• Penderita baru BTA negatif dan röntgen positif sakit ringan,


KATEGORI • Penderita TB ekstra paru ringan
3

• Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan
• kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil
KATEGORI • pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari
4 selama 1 bulan
Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi Tetap

 Sediaan obat TB: Kombipak dan Fix Dose Combination (FDC)


 FDC saat ini yang digunakan, obat ini pada dasarnya sama dengan obat
kombipak, yaitu rejimen dalam bentuk kombinasi, namun didalam tablet
yang ada sudah berisi 2, 3 atau 4 campuran OAT dalam satu kesatuan.
 Jenis OAT-FDC yang tersedia di program penanggulangan TB adalah sbb:

Tablet OAT-FDC Komposisi/Kandungan Pemakaian


4FDC 75 mg INH Tahap intensif/ awal dan
150 mg Rifampisin sisipan Harian
400 mg Pirazinamid
275 mg Etambutol

2FDC 150 mg INH Tahap lanjutan 3 kali


150 mg Rifampisi seminggu
Pelengkap paduan kategori-2 : Tablet etambutol @ 400mg Injeksi ( vial)
Streptomisin 750mg Aquabidest dan Spuit
DOSIS PENGOBATAN KATEGORI -1 DAN KATEGORI-3

No. Berat Badan TAHAP INTENSIF TAHAP LANJUTAN


(tiap hari selama 2 bulan) (3 kali seminggu selama 4 bulan)

1. 30 – 37 kg 2 tablet 4FDC 2 tablet 2FDC


2. 38 – 54 kg 3 tablet 4FDC 3 tablet 2FDC
3. 55 – 70 kg 4 tablet 4FDC 4 tablet 2FDC
4. > 70 kg 5 tablet 4FDC 5 tablet 2FDC
DOSIS PENGOBATAN KATEGORI -2
No. Berat TAHAP INTENSIF TAHAP LANJUTAN
Badan (tiap hari selama 3 bulan) (3 kali seminggu
Setiap hari selama Setiap hari selama selama 5 bulan)
2 bulan 1 bulan
1. 30 – 37 kg 2 tablet 4FDC + 2 tablet 4FDC 2 tablet 2FDC +
500mg Stretomisin injeksi 2 tablet Etambutol
2. 38 – 54 kg 3 tablet 4FDC + 3 tablet 4FDC 3 tablet 2FDC +
750mg Stretomisin injeksi 3 tablet Etambutol
3. 55 – 70 kg 4 tablet 4FDC + 4 tablet 4FDC 4 tablet 2FDC +
1g Stretomisin injeksi *) 4 tablet Etambutol
4. > 70 kg 5 tablet 4FDC + 5 tablet 4FDC 5 tablet 2FDC +
1g Stretomisin injeksi *) 5 tablet Etambutol
DOSIS PENGOBATAN KATEGORI SISIPAN

No. Berat Badan TAHAP INTENSIF tiap hari


selama 28 hari (RHZE)

1. 30 – 37 kg 2 tablet 4FDC
2. 38 – 54 kg 3 tablet 4FDC
3. 55 – 70 kg 4 tablet 4FDC
4. > 70 kg 5 tablet 4FDC
TERAPI NON FARMAKOLOGI

Olah raga teratur Istirahat yang cukup

Pola makan yang benar Edukasi

Operasi jaringan yang rusak


PERHATIAN KHUSUS UNTUK PENGOBATAN

 Wanita hamil
 Ibu menyusui dan bayinya
 Wanita penderita TB pengguna kontrasepsi
 Penderita TB dengan infeksi HIV/AIDS
 Penderita TB dengan hepatitis akut
 Penderita TB dengan penyakit hati kronik
 Penderita TB dengan gangguan ginjal
 Penderita TB dengan Diabetes Melitus
Pengobatan atau Tindak Lanjut Bagi Penderita

 Penderita Yang Sudah Sembuh


Penderita dinyatakan sembuh bila penderita telah menyelesaikan
pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak
(follow-up) paling sedikit 2 (dua) kali berturut-turut hasilnya negatif
(yaitu pada AP dan/atau sebulan sebelum AP, dan pada satu
pemeriksaan follow-up sebelumnya) Tindak lanjut: Penderita diberitahu
apabila gejala muncul kembali supaya memeriksakan diri dengan
mengikuti prosedur tetap.
 Pengobatan Lengkap
Penderita yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap
tapi tidak ada hasil, pemeriksaan ulang dahak 2 kali berturut-turut
negatif. Tindak lanjut: Penderita diberitahu apabila gejala muncul
kembali supaya memeriksakan diri dengan mengikuti prosedur tetap.
Seharusnya terhadap semua penderita BTA positif harus dilakukan
pemeriksaan ulang dahak sesuai dengan petunjuk.
Pengobatan atau Tindak Lanjut Bagi Penderita

 Pindah
 Penderita yang pindah berobat ke daerah kabupaten/kota lain.

 Tindak lanjut: Penderita yang ingin pindah, dibuatkan surat


pindah dan bersama sisa obat dikirim ke UPK yang baru.

 Defaulted atau Drop Out Adalah


 Penderita yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau
lebih sebelum masa pengobatannya selesai.
 Tindak lanjut: lacak penderita tersebut dan beri penyuluhan
pentingnya berobat secara teratur. Apabila penderita akan
melanjutkan pengobatan, lakukan pemeriksaan dahak. Bila
positif mulai pengobatan dengan kategori-2 ; bila negatif sisa
pengobatan kategori-1 dilanjutkan.
Pengobatan atau Tindak Lanjut Bagi Penderita

 Gagal
 Penderita BTA positif yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif
atau kembali menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir
pengobatan atau pada akhir pengobatan. Tindak lanjut : Penderita BTA
positif baru dengan kategori 1 diberikan kategori 2 mulai dari awal.
 Penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2 dirujuk ke
UPK spesialistik atau berikan INH seumur hidup.
 Penderita BTA negatif yang hasil pemeriksaan dahaknya pada akhir
bulan ke 2 menjadi positif.
Tindak lanjut: berikan pengobatan kategori 2 mulai dari awal.

 Meninggal
Penderita yang dalam masa pengobatan diketahui meninggal karena
sebab apapun.
PERAN APOTEKER

Peningkatan
Adherence

Pencatatan Data
Apoteker Sebagai
Penderita dan
Pengawas Minum
Pelayanan
Obat (PMO)
Kefarmasian

Penyuluhan Konseling
KASUS
SELESAIKAN KASUS INI MENGGUNAKAN METODE SOAP

Data Keterangan
Data Pasien Nama : Tn. Ud
Usia : 55 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Berat badan : 52 Kg
Tinggi Badan : 159 cm
Anamnesis dan Batuk sejak ±1 bulan yang lalu, batuk disertai dahak berwarna
Riwayat Penyakit kuning kental yang memberat pada malam hari. Pasien mengatakan
Sekarang pernah dua kali batuk disertai bercak darah berwarna merah
segar. Pasien juga mengeluhkan sesak napas yang dirasakan
terutama ketika batuk, berkeringat banyak pada malam hari,
penurunan nafsu makan yang diikuti dengan penurunan berat
badan sebanyak 10 kg dalam satu bulan terakhir dan lemah badan
Riwayat penyakit Pasien menderita penyakit Diabetes Mellitus
dahulu
Data Keterangan
Pemeriksaan fisik Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran komposmentis, tekanan
darah 130/80 mmHg, nadi 84 x/menit, frekuensi napas 30 x/menit, suhu
37,0 °C. Mata, telinga, hidung, mulut, dan tenggorokan dalam batas normal.
Inspeksi, palpasi, dan perkusi thoraks dalam batas normal. Auskultasi kedua
thoraks anterior dan posterior terdapat rhonki. Jantung, abdomen, dan
kelenjar getah bening dalam batas normal. Kedua ekstremitas superior dan
inferior dalam batas normal dimana fungsi motorik dan sensorik masih baik
Pemeriksaan Hasil dari pemeriksaan rontgen didapatkan adanya gambaran TB paru
Laboratorium aktif, sedangkan pada pemeriksaan dahak didapatkan hasil BTA positif
(+1).
Diagnosis Pasien dinyatakan mengalami TB paru
Riwayat Terapi Metformin dan Glimepiride

Anda mungkin juga menyukai