Oleh :
Dosen pengampu :
Efilia Meirita M,Sc, Apt
Pokok bahasan
1. Definisi drug induced renal disease
2. Obat yang dapat menyebabkan
gangguan ginjal
3. Penilaian terhadap fungsi ginjal
4. Pemilihan obat untuk penderita ginjal
5. kasus
Drug Induced Renal Disease
Anuria Albuminuria
Bilirubin
merupakan kegagalan ginjal dalam diakibatkan oleh naiknya tingkat
Gejala sakit ginjal memiliki ciri-ciri zat warna
memproduksi urine permeabilitas membrane glomerulus.
empedu atau bilirubin yang berlebihan pada urine.
Anuria diakibatkan oleh kurangnya karena adanya luka di membrane
Kondisi ini bisa diakibatkan adanya penguraian
tekanan untuk melakukan filtrasi glomerulus, Gejala penyakit ginjal ini
hemoglobin yang berlebihan atau akibat disfungsi
darah dalam ginjal, juga bisa muncul bisa diketahui dengan adanya protein
hati.
akibat radang di glomerulus, albumin pada urin.
Gejala gangguan fungsi ginjal
Pielonefritis/
Polikistik
infeksi pada ginjal.
merupakan kerusakan saluran ginjal
Kondisi ini umumnya berawal dari bagian
yang menyebabkan munculnya kista
dalam ginjal (pelvis) yang menyebar ke
di sepanjang saluran ginjal. Kista
seluruh bagian ginjal. Penyakit ini bisa
yang makin membesar dapat
menyebabkan terjadinya gagal ginjal.
memicu terjadinya gagal ginjal.
1 Serum keratin
Ketika terdapat gangguan atau
penyakit pada ginjal maka kadar
kreatinin dalam darah meningkat.
2
Kadar kreatinin abnormal pada
wanita adalah lebih dari 1,2 dan
pada pria lebih dari 1,4 yang Laju filtrasi glomerulus atau glomerular filtration rate (GFR)
merupakan tanda bahwa ginjal Pemeriksaan ini merupakan ukuran tingkat fungsi ginjal dalam membuang sisa
sudah tidak berfungsi seperti metabolisme dan kelebihan cairan dari darah. GFR normal dapat bervariasi sesuai
seharusnya. dengan usia (saat usia bertambah maka GFR dapat berkurang). Nilai normal untuk
GFR adalah 90 atau lebih. GFR dibawah 60 merupakan tanda bahwa ginjal tidak
berfungsi sebagaimana mestinya.
1 Urinalisis
Pemeriksaan dilakukan adalah dengan
menggunakan strip yang dicelupkan dalam 2
sampel urin. Strip ini akan berubah warna jika
terdapat kelainan seperti kelebihan jumlah Protein pada urin
protein, terdapat darah, nanah, bakteri dan gula. Kelebihan protein dalam urin disebut proteinuria. Kondisi tersebut
dapat diketahui dengan menggunakan strip seperti pada
pemeriksaan urinalisis. Jika pada tes urine menunjukkan hasil positif
protein maka kemungkinan ginjal tidak cukup menyaring darah.
3
Microalbuminuria
Pemeriksaan ini menggunakan strip yang
dimasukkan ke dalam sampel urin yang lebih
sensitive sehingga dapat mengetahui jumlah
protein yang disebut albumin dalam urin. 3
Pemeriksaan Creatinine Clearance
Pemeriksaan ini perlu dilakukan oleh orang yang Pemeriksaan creatinine clearance membandingkan kreatinin
memiliki resiko mengalami gangguan ginjal dalam sample urin 24 jam ke tingkat kreatinin dalam darah
seperti menderita diabetes atau tekanan darah untuk menunjukkan jumlah sisa metabolisme yang disaring
tinggi. ginjal setiap menit.
Pedoman pemilihan obat pada penderita dengan
gangguan ginjal
• Gunakan obat hanya jika secara jelas diindikasikan bagi penderita.
1
• Hindari obat yg berpotensi nefrotoksik atau pilih obat dg efek nefrotoksik
2 minimal.
Antihipertensi
Thiazide diuretik merupakan first line untuk terapi hipertensi
tanpa komplikasi, namun tidak direkomendasikan jika serum
kreatinin diatas 2,5 mg/dl atau jika creatinin clearence kurang dari
30 ml/min. Golongan sulfonilurea perlu dihindari pada pasien
dengan gagal ginjal kronik stage 3-5 karena dapat menyebabkan
hypoglikemia. Glipizide tidak memiliki metabolit aktif dan aman
untuk pasien dengan gangguan ginjal.
Antidiabetes
Metformin diekskresikan melalui ginjal 90-100%, penggunaannya tidak dianjurkan
ketika serum kreatinin lebih dari 1,5mg/dl pada pria dan 1,4mg/dl pada wanita dan
pada pasien geriatri dengan gangguan ginjal kronik.
Pemakaian metformin pada pasien dengan gangguan ginjal dengan kondisi
hypoksemia seperti infark miokard akut, sepsis, penyakit hati dan pernafasan, akan
meningkatkan risiko asidosis laktat. Pemakaian metformin pada pasien dengan
gangguan ginjal dimulai dengan dosis rendah, monitoring respon pasien dan toleransi.
Metformin tidak dianjurkan pada pasien dengan resiko tinggi asidosis laktat.
Pemilihan obat pada penderita gangguan ginjal
Antibiotik
Pada pasien dengan gagal ginjal penyesuaian dosis direkomendasikan untuk
antibiotika tertentu seperti seftriakson, sefoperason, turunan penisilin, aminoglikosida,
vancomisin, asiklovir dan gansiclovir.
Nitrofurantoin memiliki metabolit beracun yang akan terakumulasi pada pasien
dengan gagal ginjal kronik dan dapat menyebabkan periperal neuritis. Aminoglikosida
perlu dihindari pada pasien dengan gagal ginjal kronik. Apabila digunakan, dosis awal
harus didasarkan pada nilai GFR dan perlu monitorng fungsi ginjal dan konsentrasi obat
harus dimonitoring dan dosis disesuaikan.
Analgesik opioid
Pasien dengan stadium 5 pada gagal ginjal mugkin mengalami efek samping dari opioid yang
digunakan. Metabolit dari meperidine, dektropropoksifen, morfin, tramadol dan kodein dapat
terakumulasi pada pasien dengan gagal ginjal kronis sehingga dapat menyebabkan terganggunya
sistem saraf pusat dan pernafasan. Obat tersebut tidak dianjurkan pada pasien dengan gagal ginjal
stadium 4-5. Morfin dan kodein dapat digunakan pada pasien dengan clearence creatinin kurang
dari 50 ml per menit dengan pengurangan dosis 50 hingga 75%.
Tramadol sustained release harus dihindari pada pasien dengan gagal ginjal kronik.
Pemilihan obat pada penderita gangguan ginjal
NSAID
Adverse renal effects dari NSAID pada gagal ginjal akut yaitu sindrom nefrotik dengan nefritis
intestitial dan pada gagal ginjal kronik dapat berupa gagal ginjal akut, sindrom nefrotik dengan
nefritis intertestitial dan efek pada gastrointestinal.
Penggunaan jangka pendek NSAID umumnya aman pada pasien yang terhidrasi baik, yang
memiliki fungsi ginjal yang baik, tidak memiliki gagal jantung, diabetes atau hipertensi.
Penggunaan jangka panjang dan dosis harian yang tinggi pada COX-2 inhibitor dan NSAID lainnya
harus dihindari. Pasien dengan resiko tinggi NSAID-induced pada pasien gangguan ginjal harus
menerima pengukuran serum kreatinin setiap dua hingga empat minggu selama beberapa
minggu setelah inisiasi.
Obat lainnya
Terapi penggunaan herbal, beberapa diperkirakan dapat menimbulkan risiko pada pasien dengan gagal ginjal akut. ginkgo
akan mempercepat metabolisme banyak obat, dan menyebabkan efek farmakologis berkurang. Ginkgo juga dapat
menyebabkan peningkatan risiko perdarahan pada pasien yang menggunakan aspirin, ibuprofen, warfarin. Beberapa
produk herbal seperti dandelion dan jus noni mengandung kalium yang dapat menyebabkan hiperkalemia. Beberapa
diperkirakan mengandung logam berat yang beracun bagi ginjal, atau epedra yang dapat menyebabkan vasokontriksi pada
pasien dengan hipertensi. Obat – obat China yang mengandung asam aristolothic (umumnya digunakan dalam regimen
penurunan berat badan) bersifat nefrotoksik dan dapat menyebabkan gagal ginjal stadium 3-5.
kasus
Seorang wanita berusia 62 tahun dikonsulkan ke Bagian Anestesia Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung pada Agustus 2012.
Dengan keluhan : benjolan yang semakin membesar, terasa nyeri dan berdarah di dekat pergelangan tangan kiri
• Dengan riwayat:
- Operasi pintasan arteri vena untuk akses hemodialisis
- Riwayat hipertensi yang dikontrol memakai obat amlodipin 1x10 mg per oral
- Riwayat diabetes melitus yang dikontrol dengan insulin kerja pendek dengan dosis 6–0–8 unit secara subkutan.
- Pasien telah menjalani hemodialisis 6 kali yang dilakukan teratur 2 kali seminggu.
• Hasil dari pemeriksaan fisis didapatkan sebuah massa hematoma yang berukuran 8x8x5 cm dengan bruit, sedangkan pada
pemeriksaan fisis yang lain dalam batas normal.
• Hasil pemeriksaan laboratorium pasca hemodialisis pada satu hari sebelum operasi didapatkan:
PT 13 detik, INR 1,09 detik, APTT 31,3 detik, hemoglobin 10,3 g/dL, hematokrit 31%, leukosit 17.300/mm3 , trombosit
282.000/mm3 , gula darah sewaktu 212 g/dL, HbA1C 6,49%, natrium 132 mEq/L, kalium 3,8 mEq/L, ureum 156 g/dL, kreatinin
3,4 g/dL.
kasus
• Hasil rontgen toraks menunjukkan kardiomegali yang tidak disertai bendungan paru. Elektrokardiografi (EKG) menunjukkan
irama sinus dengan laju nadi 96x/menit.
2. Objektif
• Hasil dari pemeriksaan fisis didapatkan sebuah massa hematoma yang berukuran 8x8x5 cm dengan bruit,
sedangkan pada pemeriksaan fisis yang lain dalam batas normal.
• Hasil pemeriksaan laboratorium pasca hemodialisis pada satu hari sebelum operasi didapatkan:
PT 13 detik, INR 1,09 detik, APTT 31,3 detik, hemoglobin 10,3 g/dL, hematokrit 31%, leukosit 17.300/mm3 ,
trombosit 282.000/mm3 , gula darah sewaktu 212 g/dL, HbA1C 6,49%, natrium 132 mEq/L, kalium 3,8
mEq/L, ureum 156 g/dL, kreatinin 3,4 g/dL.
• Hasil rontgen toraks menunjukkan kardiomegali yang tidak disertai bendungan paru. Elektrokardiografi
(EKG) menunjukkan irama sinus dengan laju nadi 96x/menit.
Kasus (analisis SOAP)
3. Assesment
• Untuk pemberian premedikasi disesuaikan keadaan pasien, apabila pasien mempunyai keluhan mual serta
muntah atau perdarahan gastrointestinal dapat diberikan H2 blocker. Metoklopramid 10 mg per oral atau
intravena dapat diberikan yang bertujuan mempercepat pengosongan lambung, mencegah terjadi mual
dan risiko aspirasi.
• Untuk kasus operasi perbaikan aneurisma pada antebrakii sinitra akan lebih dianjurkan dilakukan anestesia
blokade pleksus brakialis, apabila dibandingkan dengan anestesia umum.
4. plan
Pada pasien ini diberikan ranitidin 50 mg intravena dan metoklopramid 10 mg intravena kurang lebih satu
jam sebelum dilakukan anestesi.
Thank You