Anda di halaman 1dari 20

FARMASI KLINIS

DRUG INDUCED RENAL DISEASE (DIRD)

Oleh :

Fazry Perdana Putra (1501071)


Annisa Muthmainah (1701005)
Eka Devitri (1701012)
Justika Melsanta (1701021)
Muhammad Yunus (1701027)
Rima Mutia (1701033)
Viona Lischa Nurfahira (1701042)
Dianti Dwi Putri (1501065)

Dosen pengampu :
Efilia Meirita M,Sc, Apt
Pokok bahasan
1. Definisi drug induced renal disease
2. Obat yang dapat menyebabkan
gangguan ginjal
3. Penilaian terhadap fungsi ginjal
4. Pemilihan obat untuk penderita ginjal
5. kasus
Drug Induced Renal Disease

• Renal disease suatu penyakit dimana fungsi ginjal mengalami


penurunan, sehingga tidak mampu bekerja dalam hal
penyaringan, pembuangan elektrolit tubuh serta menjaga
keseimbangan cairan dan zat kimia dalam tubuh.

• Drug Induced Renal Disease adalah penyakit ginjal yang diduga


timbul akibat adanya induksi dari obat-obat tertentu.
Gejala gangguan fungsi ginjal
Glikosuria
Hematuria
adanya kandungan gula dalam
merupakan kondisi di mana urine
urin.
mengandung sel-sel darah merah.
diakibatkan oleh rusaknya
Hematuria juga bisa disebabkan
badan malpigi, yang berfungsi
iritasi atau radang pada sel-sel ginjal
untuk untuk menyaring darah.

Anuria Albuminuria
Bilirubin
merupakan kegagalan ginjal dalam diakibatkan oleh naiknya tingkat
Gejala sakit ginjal memiliki ciri-ciri zat warna
memproduksi urine permeabilitas membrane glomerulus.
empedu atau bilirubin yang berlebihan pada urine.
Anuria diakibatkan oleh kurangnya karena adanya luka di membrane
Kondisi ini bisa diakibatkan adanya penguraian
tekanan untuk melakukan filtrasi glomerulus, Gejala penyakit ginjal ini
hemoglobin yang berlebihan atau akibat disfungsi
darah dalam ginjal, juga bisa muncul bisa diketahui dengan adanya protein
hati.
akibat radang di glomerulus, albumin pada urin.
Gejala gangguan fungsi ginjal
Pielonefritis/
Polikistik
infeksi pada ginjal.
merupakan kerusakan saluran ginjal
Kondisi ini umumnya berawal dari bagian
yang menyebabkan munculnya kista
dalam ginjal (pelvis) yang menyebar ke
di sepanjang saluran ginjal. Kista
seluruh bagian ginjal. Penyakit ini bisa
yang makin membesar dapat
menyebabkan terjadinya gagal ginjal.
memicu terjadinya gagal ginjal.

Glomerulonefritis/ Nefritis Batu ginjal


radang ginjal Nefritis adalah bocornya membran disebabkan zat-zat dan mineral tertentu di
Penyakit ini glomerulus yang menyebabkan dalam darah yang akhirnya membatu di dalam
memungkinkan sel-sel sejumlah besar protein dalam darah ginjal. Sehingga menghambat aliran urine pada
darah merah dan protein berpindah ke dalam urine sistem saluran kemih.
tercampur dengan urine.
1. Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut ditandai dengan gejala yang
timbul secara tiba-tiba dan penurunan secara
cepat volume urin. Laju filtrasi glomerulus
dapat secara tibatiba menurun sampai di
bawah 15 ml/menit. Gagal ginjal akut akan
mengakibatkan peningkatan kadar serum urea,
kreatinin dan bahan-bahan yang lain.
Klasifikasi
penyakit
ginjal

2. Gagal ginjal kronis


Gagal ginjal kronis ditandai dengan
berkurangnya fungsi ginjal secara
perlahan, berkelanjutan. Baik pada
gagal ginjal akut maupun kronis,
terjadi penurunan atau kehilangan
fungsi pada seluruh nefron.
Obat hipertensi

Obat tekanan darah dapat menyebabkan kerusakan ginjal


dengan memperlambat fungsi ginjal dalam menyaring darah
dengan menurunkan aliran darah ke ginjal.

Obat-obatan yang berkontribusi menyebabkan kerusakan


ginjal termasuk enzim pengubah angiotensin – ACE inhibitor
Seperti lisinopril, ramipril, captopril, enalapril.
penghambat reseptor angiotensin- ARB (seperti candesartan,
losartan,olmesartan).
Obat Antibiotik

Gejala dari gagal ginjal akibat mengonsumsi antibiotik terlalu


lama dalam dosis yang tinggi antara lain jarang buang air kecil,
urine berwarna gelap, mudah memar dan nyeri otot.

Beberapa obat ini akan memberikan efek samping ke ginjal


lebih banyak dibanding yang lainnya seperti aminoglikosida,
sefalosporin, amfoterisin B, bacitracin, dan vankomisin. Obat
ini bisa merusak sel ginjal dengan cara memecah selaput yang
mengelilinginya.
Obat Obat anti-inflamasi
Obat NSAID (Non steroidal Anti Inflammatory Drugs) biasanya
digunakan untuk mengobati demam, pembengkakan dan nyeri
sendi. Salah satu cara kerja obat ini adalah dengan melebarkan
pembuluh darah. Namun efeknya akan mengurangi aliran
darah ke ginjal dan berpotensi menimbulkan kerusakan. NSAID
juga bisa langsung melukai jaringan ginjal. Obat NSAID menjadi
penyebab kerusakan ginjal seperti ibuprofen, celecoxib,
naproxen dan indometasin.
Jenis obat lainnya
Asiklovir – obat yang digunakan untuk mengobati infeksi virus
Obat pencegahan heartburn ranitidine dan omeprazole
Obat kejang fenitoin dan obat allopurinol yang bisa
menyebabkan asam urat
Obat yang digunakan dalam pengobatan kanker (kemoterapi),
seperti cisplatin, carbloplatin, dan methotrexate.
penilaian terhadap fungsi ginjal
(pemeriksaan darah)

1 Serum keratin
Ketika terdapat gangguan atau
penyakit pada ginjal maka kadar
kreatinin dalam darah meningkat.
2
Kadar kreatinin abnormal pada
wanita adalah lebih dari 1,2 dan
pada pria lebih dari 1,4 yang Laju filtrasi glomerulus atau glomerular filtration rate (GFR)
merupakan tanda bahwa ginjal Pemeriksaan ini merupakan ukuran tingkat fungsi ginjal dalam membuang sisa
sudah tidak berfungsi seperti metabolisme dan kelebihan cairan dari darah. GFR normal dapat bervariasi sesuai
seharusnya. dengan usia (saat usia bertambah maka GFR dapat berkurang). Nilai normal untuk
GFR adalah 90 atau lebih. GFR dibawah 60 merupakan tanda bahwa ginjal tidak
berfungsi sebagaimana mestinya.

3 Ureum atau Blood Urea Nitrogen (BUN)


Nitrogen urea dalam darah berasal dari pemecahan protein dalam makanan
yang dikonsumsi. Kadar BUN normal adalah 7-20 dimana ketika fungsi ginjal
menurun maka kadar BUN meningkat.
penilaian terhadap fungsi ginjal
(pemeriksaan urin )

1 Urinalisis
Pemeriksaan dilakukan adalah dengan
menggunakan strip yang dicelupkan dalam 2
sampel urin. Strip ini akan berubah warna jika
terdapat kelainan seperti kelebihan jumlah Protein pada urin
protein, terdapat darah, nanah, bakteri dan gula. Kelebihan protein dalam urin disebut proteinuria. Kondisi tersebut
dapat diketahui dengan menggunakan strip seperti pada
pemeriksaan urinalisis. Jika pada tes urine menunjukkan hasil positif
protein maka kemungkinan ginjal tidak cukup menyaring darah.
3
Microalbuminuria
Pemeriksaan ini menggunakan strip yang
dimasukkan ke dalam sampel urin yang lebih
sensitive sehingga dapat mengetahui jumlah
protein yang disebut albumin dalam urin. 3
Pemeriksaan Creatinine Clearance
Pemeriksaan ini perlu dilakukan oleh orang yang Pemeriksaan creatinine clearance membandingkan kreatinin
memiliki resiko mengalami gangguan ginjal dalam sample urin 24 jam ke tingkat kreatinin dalam darah
seperti menderita diabetes atau tekanan darah untuk menunjukkan jumlah sisa metabolisme yang disaring
tinggi. ginjal setiap menit.
Pedoman pemilihan obat pada penderita dengan
gangguan ginjal
• Gunakan obat hanya jika secara jelas diindikasikan bagi penderita.
1
• Hindari obat yg berpotensi nefrotoksik atau pilih obat dg efek nefrotoksik
2 minimal.

• Waspada terhadap peningkatan kepekaan terhadap efek obat tertentu.


3

• Pantau kadar obat dalam plasma.


4

• Cek kesesuaian pengaturan dosis.


5

• Hindari penggunaan jangka panjang obat yang memiliki potensi toksik.


6

• Pantau kemanfaatan klinis dan keberadaan toksisitas.


7
• Banyak masalah dapat dihindari dengan cara menurunkan dosis atau
8 menggunakan obat lain sebagai gantinya.
Pemilihan obat pada penderita gangguan ginjal

Antihipertensi
Thiazide diuretik merupakan first line untuk terapi hipertensi
tanpa komplikasi, namun tidak direkomendasikan jika serum
kreatinin diatas 2,5 mg/dl atau jika creatinin clearence kurang dari
30 ml/min. Golongan sulfonilurea perlu dihindari pada pasien
dengan gagal ginjal kronik stage 3-5 karena dapat menyebabkan
hypoglikemia. Glipizide tidak memiliki metabolit aktif dan aman
untuk pasien dengan gangguan ginjal.

Antidiabetes
Metformin diekskresikan melalui ginjal 90-100%, penggunaannya tidak dianjurkan
ketika serum kreatinin lebih dari 1,5mg/dl pada pria dan 1,4mg/dl pada wanita dan
pada pasien geriatri dengan gangguan ginjal kronik.
Pemakaian metformin pada pasien dengan gangguan ginjal dengan kondisi
hypoksemia seperti infark miokard akut, sepsis, penyakit hati dan pernafasan, akan
meningkatkan risiko asidosis laktat. Pemakaian metformin pada pasien dengan
gangguan ginjal dimulai dengan dosis rendah, monitoring respon pasien dan toleransi.
Metformin tidak dianjurkan pada pasien dengan resiko tinggi asidosis laktat.
Pemilihan obat pada penderita gangguan ginjal
Antibiotik
Pada pasien dengan gagal ginjal penyesuaian dosis direkomendasikan untuk
antibiotika tertentu seperti seftriakson, sefoperason, turunan penisilin, aminoglikosida,
vancomisin, asiklovir dan gansiclovir.
Nitrofurantoin memiliki metabolit beracun yang akan terakumulasi pada pasien
dengan gagal ginjal kronik dan dapat menyebabkan periperal neuritis. Aminoglikosida
perlu dihindari pada pasien dengan gagal ginjal kronik. Apabila digunakan, dosis awal
harus didasarkan pada nilai GFR dan perlu monitorng fungsi ginjal dan konsentrasi obat
harus dimonitoring dan dosis disesuaikan.

Analgesik opioid

Pasien dengan stadium 5 pada gagal ginjal mugkin mengalami efek samping dari opioid yang
digunakan. Metabolit dari meperidine, dektropropoksifen, morfin, tramadol dan kodein dapat
terakumulasi pada pasien dengan gagal ginjal kronis sehingga dapat menyebabkan terganggunya
sistem saraf pusat dan pernafasan. Obat tersebut tidak dianjurkan pada pasien dengan gagal ginjal
stadium 4-5. Morfin dan kodein dapat digunakan pada pasien dengan clearence creatinin kurang
dari 50 ml per menit dengan pengurangan dosis 50 hingga 75%.
Tramadol sustained release harus dihindari pada pasien dengan gagal ginjal kronik.
Pemilihan obat pada penderita gangguan ginjal

NSAID

Adverse renal effects dari NSAID pada gagal ginjal akut yaitu sindrom nefrotik dengan nefritis
intestitial dan pada gagal ginjal kronik dapat berupa gagal ginjal akut, sindrom nefrotik dengan
nefritis intertestitial dan efek pada gastrointestinal.
Penggunaan jangka pendek NSAID umumnya aman pada pasien yang terhidrasi baik, yang
memiliki fungsi ginjal yang baik, tidak memiliki gagal jantung, diabetes atau hipertensi.
Penggunaan jangka panjang dan dosis harian yang tinggi pada COX-2 inhibitor dan NSAID lainnya
harus dihindari. Pasien dengan resiko tinggi NSAID-induced pada pasien gangguan ginjal harus
menerima pengukuran serum kreatinin setiap dua hingga empat minggu selama beberapa
minggu setelah inisiasi.

Obat lainnya
Terapi penggunaan herbal, beberapa diperkirakan dapat menimbulkan risiko pada pasien dengan gagal ginjal akut. ginkgo
akan mempercepat metabolisme banyak obat, dan menyebabkan efek farmakologis berkurang. Ginkgo juga dapat
menyebabkan peningkatan risiko perdarahan pada pasien yang menggunakan aspirin, ibuprofen, warfarin. Beberapa
produk herbal seperti dandelion dan jus noni mengandung kalium yang dapat menyebabkan hiperkalemia. Beberapa
diperkirakan mengandung logam berat yang beracun bagi ginjal, atau epedra yang dapat menyebabkan vasokontriksi pada
pasien dengan hipertensi. Obat – obat China yang mengandung asam aristolothic (umumnya digunakan dalam regimen
penurunan berat badan) bersifat nefrotoksik dan dapat menyebabkan gagal ginjal stadium 3-5.
kasus
Seorang wanita berusia 62 tahun dikonsulkan ke Bagian Anestesia Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung pada Agustus 2012.
Dengan keluhan : benjolan yang semakin membesar, terasa nyeri dan berdarah di dekat pergelangan tangan kiri
• Dengan riwayat:
- Operasi pintasan arteri vena untuk akses hemodialisis
- Riwayat hipertensi yang dikontrol memakai obat amlodipin 1x10 mg per oral
- Riwayat diabetes melitus yang dikontrol dengan insulin kerja pendek dengan dosis 6–0–8 unit secara subkutan.
- Pasien telah menjalani hemodialisis 6 kali yang dilakukan teratur 2 kali seminggu.

• Saat dikonsulkan untuk operasi emergensi, kondisi pasien:


Kesadaran kompos mentis, tekanan darah 150/80 mmHg, laju nadi 92x/menit, laju napas 18x/menit, saturasi oksigen 97%
dengan udara bebas.

• Hasil dari pemeriksaan fisis didapatkan sebuah massa hematoma yang berukuran 8x8x5 cm dengan bruit, sedangkan pada
pemeriksaan fisis yang lain dalam batas normal.

• Hasil pemeriksaan laboratorium pasca hemodialisis pada satu hari sebelum operasi didapatkan:
PT 13 detik, INR 1,09 detik, APTT 31,3 detik, hemoglobin 10,3 g/dL, hematokrit 31%, leukosit 17.300/mm3 , trombosit
282.000/mm3 , gula darah sewaktu 212 g/dL, HbA1C 6,49%, natrium 132 mEq/L, kalium 3,8 mEq/L, ureum 156 g/dL, kreatinin
3,4 g/dL.
kasus

• Hasil rontgen toraks menunjukkan kardiomegali yang tidak disertai bendungan paru. Elektrokardiografi (EKG) menunjukkan
irama sinus dengan laju nadi 96x/menit.

• Saat pasien tiba di kamar operasi :


keadaan umum kompos mentis dengan tekanan darah 170/80 mmHg, laju nadi 85 x/menit, laju napas 18x/menit, saturasi
oksigen 98% dengan udara bebas.

• Keadaan pasien saat durante operasi stabil dengan keadaan umum :


Kompos mentis, tekanan darah berkisar antara 160 sampai dengan 175/70–85 mmHg, nadi 80–90 kali per menit, dan saturasi
oksigan 97–99% dengan oksigen 2 liter per menit.

• Setelah operasi selesai, pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dalam keadaan:


kesadaran kompos mentis, tekanan darah 160/80 mmHg, laju nadi 80x/menit, laju napas 18x/menit, dan saturasi oksigen 99%
dengan oksigen 2 liter/menit melalui selang kanul nasal. Untuk penatalaksanaan nyeri pascaoperasi diberikan parasetamol drip
intravena dengan dosis awal 1.000 mg, dilanjutkan 3x500 mg intravena selama 24 jam pertama, serta 3x500 mg per oral
setelah 24 jam.
Kasus (analisis SOAP)

Analisis Kasus Metode SOAP


1. Subjektif
Nama : Ny
Umur : 62 tahun
Dengan keluhan : benjolan yang semakin membesar, terasa nyeri dan berdarah di dekat pergelangan tangan
kiri.

2. Objektif
• Hasil dari pemeriksaan fisis didapatkan sebuah massa hematoma yang berukuran 8x8x5 cm dengan bruit,
sedangkan pada pemeriksaan fisis yang lain dalam batas normal.
• Hasil pemeriksaan laboratorium pasca hemodialisis pada satu hari sebelum operasi didapatkan:
PT 13 detik, INR 1,09 detik, APTT 31,3 detik, hemoglobin 10,3 g/dL, hematokrit 31%, leukosit 17.300/mm3 ,
trombosit 282.000/mm3 , gula darah sewaktu 212 g/dL, HbA1C 6,49%, natrium 132 mEq/L, kalium 3,8
mEq/L, ureum 156 g/dL, kreatinin 3,4 g/dL.
• Hasil rontgen toraks menunjukkan kardiomegali yang tidak disertai bendungan paru. Elektrokardiografi
(EKG) menunjukkan irama sinus dengan laju nadi 96x/menit.
Kasus (analisis SOAP)

3. Assesment
• Untuk pemberian premedikasi disesuaikan keadaan pasien, apabila pasien mempunyai keluhan mual serta
muntah atau perdarahan gastrointestinal dapat diberikan H2 blocker. Metoklopramid 10 mg per oral atau
intravena dapat diberikan yang bertujuan mempercepat pengosongan lambung, mencegah terjadi mual
dan risiko aspirasi.
• Untuk kasus operasi perbaikan aneurisma pada antebrakii sinitra akan lebih dianjurkan dilakukan anestesia
blokade pleksus brakialis, apabila dibandingkan dengan anestesia umum.

4. plan
Pada pasien ini diberikan ranitidin 50 mg intravena dan metoklopramid 10 mg intravena kurang lebih satu
jam sebelum dilakukan anestesi.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai