Anda di halaman 1dari 15

A.

DEFINISI
Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk menyaring
dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan menjaga keseimbangan
cairan serta elektrolit (misalnya kalsium, natrium, dan kalium) dalam darah. Ginjal juga
memproduksi bentuk aktif dari vitamin D yang mengatur penyerapan kalsium dan fosfor
dari makanan sehingga membuat tulang menjadi kuat. Selain itu ginjal memproduksi
hormon eritropoietin yang merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel darah
merah, serta renin yang berfungsi mengatur volume darah dan tekanan darah.
Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan
fungsinya secara normal. Pada kondisi normal, pertama-tama darah akan masuk ke
glomerulus dan mengalami penyaringan melalui pembuluh darah halus yang disebut
kapiler. Di glomerulus, zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak terpakai dan beberapa
yang masih terpakai serta cairan akan melewati membran kapiler sedangkan sel darah
merah, protein dan zat-zat yang berukuran besar akan tetap tertahan di dalam darah.
Filtrat (hasil penyaringan) akan terkumpul di bagian ginjal yang disebut kapsula
Bowman. Selanjutnya, filtrat akan diproses di dalam tubulus ginjal. Di sini air dan zat-zat
yang masih berguna yang terkandung dalam filtrat akan diserap lagi dan akan terjadi
penambahan zat-zat sampah metabolisme lain ke dalam filtrat. Hasil akhir dari proses ini
adalah urin (air seni).
Gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius atau
terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri . Penyakit gagal ginjal
lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa , terlebih pada kaum lanjut usia .

B. KLASIFIKASI
Gagal ginjal diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut (acute renal failure = ARF) yaitu terjadi penurunan fungsi
ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai
dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea
nitrogen dalam darah yang meningkat.
2. Gagal ginjal kronik
Gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF) yaitu penurunan fungsi
ginjal terjadi secara perlahan-lahan. Proses penurunan fungsi ginjal dapat
berlangsung terus selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sampai ginjal tidak
dapat berfungsi sama sekali (end stage renal disease). Gagal ginjal kronis dibagi
menjadi lima stadium berdasarkan laju penyaringan (filtrasi) glomerulus
(Glomerular Filtration Rate = GFR) yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. GFR
normal adalah 90 - 120 mL/min/1.73 m2.

Stadium GRF (ml/menit/1.73m²) Deskripsi


1 Lebih dari 90 Kerusakan minimal pada ginjal, filtrasi
masih normal atau sedikit meningkat
2 60 – 89 Fungsi ginjal sedikit menurun
3 30 - 59 Penurunan fungsi ginjal yang sedang
4 15 – 29 Penurunan fungsi ginjal yang berat
5 Kurang dari 15 Gagal ginjal stadium akhir (End Stage
Renal Disease,m)

C. ETIOLOGI
Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang diderita
oleh tubuh yang mana secara perlahan-lahan berdampak pada kerusakan organ
ginjal. Adapun beberapa penyakit yang seringkali berdampak kerusakan ginjal
diantaranya :
1. Penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi)
2. Penyakit diabetes melitus (diabetes melitus)
3. Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor, penyempitan/struktur)
4. Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik
5. Menderita penyakit kanker (kanker)
6. Kelainan ginjal, dimana terjadinya perkembangan banyak kista pada organ ginjal itu
sendiri (polycystic kidney disease)
7. Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibta peradangan oleh infeksi atau dampak
dari penyakit darah tinggi (glomerulonephritis)

Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan kegagalan fungsi ginjal
apabila tidak cepat ditangani antara lain :

1. Kehilangan cairan banyak yang mendadak (muntaber, perdarahan, luka bakar)


2. Penyakit paru (TBC)
3. Sifilis
4. Malaria
5. Hepatitis
6. Preeklampsia
7. Obat-obatan
8. Amilodosis

Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang semakin buruk
dimana ginjal sama sekali tidak mampu bekerja sebagaimana fungsinya. Dalam dunia
kesehatan dikenal 2 macam jenis serangan gagal ginjal yaitu gagal ginjal akut dan gagal
ginjal kronik.

D. PATIFISIOLOGI
1. Gagal ginjal akut dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu :
a. Fase mual
Ditandai dengan penyempitan pembuluh darah ginjal dan menurunnya
aliran darah ginjal, terjadi hipoperfusi dan mengakibatkan iskemi tubulus
renalis. Mediator vasokonstriksi ginjal mungkin sama dengan agen
neurohormonal yang meregulasi aliran darah ginjal pada keadaan normal yaitu
sistem saraf simpatis, sistem renin - angiotensin , prostaglandin ginjal dan faktor
faktor natriuretik atrial. Sebagai akibat menurunnya aliran darah ginjal maka
akan diikuti menurunnya filtrasi glomerulus.
b. Fase maintenance
Pada fase ini terjadi obstruksi tubulus akibat pembengkaan sel tubulus dan
akumulasi dari debris. Sekali fasenya berlanjut maka fungsi ginjal tidak akan
kembali normal walaupun aliran darah kembali normal.Vasokonstriksi ginjal
aktif merupakan titik tangkap patogenesis gagal ginjal dan keadaan ini cukup
untuk mengganggu fungsi ekskresi ginjal. Macam-macam mediator aliran darah
ginjal tampaknya berpengaruh. Menurunnya cardiac output dan hipovolemi
merupakan penyebab umum oliguri perioperative. Menurunnya urin
mengaktivasi sistem saraf simpatis dan sistem renin - angiotensin. Angiotensin
merupakan vasokonstriksi pembuluh darah ginjal dan menyebabkan
menurunnya aliran darah ginjal.
2. Gagal ginjal kronik
Pada gagal ginjal kronik, terjadi banyak nephron-nephron yang rusak sehingga
nephron yang ada tidak mampu memfungsikan ginjal secara normal. Dalam keadaan
normal, sepertiga jumlah nephron dapat mengeliminasi sejumlah produk sisa dalam
tubuh untuk mencegah penumpukan di cairan tubuh. Tiap pengurangan nephron
berikutnya, bagaimanapun juga akan menyebabkan retensi produk sisa dan ion
kalium. Bila kerusakan nephron progresif maka gravitasi urin sekitar 1,008. Gagal
ginjal kronik hampir selalu berhubungan dengan anemi berat.
Pada gagal ginjal kronik filtrasi glomerulus rata-rata menurun dan selanjutnya
terjadi retensi air dan natrium yang sering berhubungan dengan hipertensi.
Hipertensi akan berlanjut bila salah satu bagian dari ginjal mengalami iskemi.
Jaringan ginjal yang iskemi mengeluarkan sejumlah besar renin , yang selanjutnya
membentuk angiotensin II, dan seterusnya terjadi vasokonstriksi dan hipertensi.

E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala gagal ginjal secara umum diantaranya yaitu :
1. Kencing terasa kurang dibandingkan dengan kebiasaan sebelumnya
2. Kencing berubah warna, berbusa, atau sering bangun malam untuk kencing
3. Sering bengkak di kaki, pergelangan, tangan dan muka. Antara lain, karena ginjal
tidak bisa membuang air berlebih
4. Lekas capai atau lemah, akibat kotoran tidak bia dibuang oleh ginjal
5. Sesak napas, akibat air mengumpul di paru-paru. Keadaan ini sering disalahartikan
sebagai asma atau kegagalan jantung
6. Napas bau karena adanya kotoran yang mengumpul di rogga mulut
7. Rasa pegal di punggung
8. Gatal-gatal, utamanya di kaki
9. Kehilangan nafsu makan, mual dan muntah
Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal yang dialami penderita secara
akut antara lain : bengkak mata dan kaki, nyeri pinggang hebat (kolik), kencing sakit,
demam, kencing sedikit, kencing merah/darah, sering kencing. Kelainan urin : Protein,
darah/eritrosit, sel darah putih/leukosit, bakteri

Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin timbul oleh adanya gagal ginjal kronik
antara lain : lemas, tidak ada tenaga, tidak ada selera makan, mual, muntah, bengkak,
kencing berkurang, gatal, sesak napas, pucat/anemi. Kelainan urin : Protein, eritrosit dan
leukosit. Kelainan hasil Lab. Lain : Creatinine darah naik, Hb turun, Urin : Protein
selalu positif.

F. KOMPLIKASI
1. Gagal ginjal akut
a. Edema paru-paru
Edema paru-paru terjadi akibat terjadinya penimbunan cairan serosa atau
serosanguinosa yang berlebihan di dalam ruang interstisial dan alveolus paru-
paru. Hal ini timbul karena ginjal tidak dapat mensekresi urine dan garam dalam
jumlah cukup. Sering kali edema paru-paru menyebabkan kematian.
b. Hiperkalemia
Hiperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi) yaitu suatu keadaan dimana
konsentrasi kalium darah lebih dari 5 mEq/l darah. Perlu diketahui konsentrasi
kalium yang tinggi justru berbahaya daripada kondisi sebaliknya ( konsentrasi
kalium rendah ). Konsentrasi kalium darah yang lebih tinggi dari 5,5 mEq/l
dapat mempengaruhi system konduksi listrik jantung. Apabila hal ini terus
berlanjut, irama jantung menjadi tidak normal dan jantungpun BERHENTI
BERDENYUT.
2. Gagal ginjal kronik
a. Hiperkalemia yang diakibatkan karena adanya penurunan ekskresi asidosis
metabolic.
b. Perikarditis efusi pericardial dan temponade jantung
c. Hipertensi yang disebabkan oleh retensi cairan dan natrium, serta mal fungsi
system rennin angioaldosteron
d. Anemia yang disebabkan oleh penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah
merah,pendarahan gastrointestinal akibat iritasi
e. Penyakit tulang yang deisebabkan oleh retensi fosfat kadar kalium serum
rendah, metabolisme vitamin D, abnormal dan peningkatan kadar aluminium

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Pemeriksaaan laboratorium mencakup : serum elektrolit (potasium, sodium,
kalsium dan pospat), Hb (klien dengan CRA pada umumnya tidak memperlihatkan
anemia berat), sedimen urine (sel darah merah), mioglobin atau hemoglobin dan
elektrolit lain.
2. Radiography
Radiologi digunakan untuk mengetahui ukuran ginjal, melihat adanya
obstruksi di renal pelvis, ureter dan ginjal. CT (Computed Tomographic) Scan tanpa
zat kontra dapat dilakukan untuk mengetahui adanya obstruksi atau tumor. Kontras
media dapat digunakan untuk mengetahui adanya trauma ginjal. Arterialangiography
mungkin diperlukan untuk mengetahui pembuluh darah ginjal dan aliran darah.
3. Pemeriksaan lain
Biopsi ginjal mungkin diperlukan bila penyebab utama belum bisa ditegakkan.

H. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan
homeostasis selama mungkin. Adapun penatalaksaannya sebagai berikut :
1. Diet tinggi kalori dan rendah protein
Diet rendah protein (20-40 g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan gejala
anoreksia dan nausea dari uremia, menyebabkan penurunan ureum dan perbaikan
gejala. Hindari masukan berlebihan dari kalium dan garam.
2. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
Biasanya diusahakan hingga tekanan vena juga harus sedikit meningkat dan
terdapat edema betis ringan. Pada beberapa pasien, furosemid dosis besar (250-1000
mg/hari) atau diuretic 100p (bumetanid, asam etakrinat) diperlukan untuk mencegah
kelebihan cairan, sementara pasien lain mungkin memerlukan suplemen natrium
klorida atau natrium bikarbonat oral. Pengawasan dilakukan melalui berat badan,
urine, dan pencatatan keseimbangan cairan (masukan melebihi keluaran sekitar 500
ml).
3. Kontrol hipertensi
Bila tidak terkontrol dapat terakselerasi dengan hasil akhir gagal kiri pada
pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam dan cairan diatur
tersendiri tanpa tergantung tekanan darah, sering diperlukan diuretik loop, selain
obat anti hipertensi.
4. Kontrol ketidaksemibangan elektrolit
Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis berat. Untuk
mencegah hiperkalemia, dihindari masukan kalium yang besar (batasi hingga 60
mmol/hari), diuretik hemat kalium, obat-obatan yang berhubungan dengan eksresi
kalium (misalnya penghambat ACE dan obat anti inflamasi non steroid), asidosis
berat, atau kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan kalium dari sel dan ikut
dalam kaliuresis. Deteksi melalui kadar kalium plasma dan EKG.
Gejala-gejala asidosis baru jelas bila bikarbonat plasma kurang dari 15
mmol/liter biasanya terjadi pada pasien yang sangat kekurangan garam dan dapat
diperbaiki secara spontan dengan dehidrasi. Namun perbaikan yang cepat dapat
berbahaya.
5. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal
Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti
alumunium hidroksida (300-1800 mg) atau kalsium karbonat (500-3000mg) pada
setiap makan. Namun hati-hati dengan toksisitas obat tertentu. Diberikan supplemen
vitamin D dan dilakukan paratiroidektomi atas indikasi.
6. Deteksi dini dan terapi infeksi
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imuosupresif dan diterapi lebih ketat.
7. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal.
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena metabolitnya
toksik dan dikeluarkan oleh ginjal. Misalnya digoksin, aminoglikosid, analgesic
opiat, amfoterisin dan alupurinol. Juga obat-obatan yang meningkatkan katabolisme
dan ureum darah, misalnya tetrasiklin, kortikosteroid dan sitostatik.
8. Deteksi dan terapi komplikasi
Awasi denagn ketat kemungkinan ensefelopati uremia, perikarditis, neurepati
perifer, hiperkalemia yang meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, infeksi
yang mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan, sehingga diperlukan dialysis.
9. Persiapan dialysis dan program transplantasi
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi. Indikasi dilakukan
dialysis biasanya adalah gagal ginjal dengan klinis yang jelas meski telah dilakukan
terapi konservatif atau terjadi komplikasi.Komplikasi

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL


1. PENGKAJIAN
a. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan sebelumnya
 Berapa lama klien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
apa, bagaimana cara minum obatnya.
 Apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
b. Aktifitas / istirahat :
 Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise
 Gangguan tidur (insomnia / gelisah atau somnolen)
 Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
c. Sirkulasi
 Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina)
 Hipertensi, DUJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki,
telapak tangan.
 Nadi lemah, hipotensi ortostatikmenunjukkan hipovolemia, yang jarang
pada penyakit tahap akhir.
 Pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.
 Kecenderungan perdarahan
d. Integritas Ego :
 Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
 Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.
e. Eliminasi :
 Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap
lanjut)
 Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
 Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, oliguria.
f. Makanan / cairan :
 Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan
(malnutrisi).
 Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tak sedap pada
mulut ( pernapasan ammonia )
 Penggunaan diuretik
 Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir)
 Perubahan turgor kulit/kelembaban.
 Ulserasi gusi, pendarahan gusi/lidah.
g. Neurosensori :
 Sakit kepala, penglihatan kabur.
 Kram otot / kejang, syndrome “kaki gelisah”, rasa terbakar pada telapak
kaki, kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremiras bawah.
 Gangguan status mental, contah penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan
tingkat kesadaran, stupor. Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang.
 Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
h. Nyeri / kenyamanan
 Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaki.
 Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah.
i. Pernapasan :
 Napas pendek, dispnea, batuk dengan / tanpa sputum kental dan banyak.
 Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman. Batuk dengan
sputum encer (edema paru).
j. Keamanan
 Kulit gatal
 Ada / berulangnya infeksi
 Pruritis
 Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara aktual terjadi
peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari
normal.
 Ptekie, area ekimosis pada kulit
 Fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi
k. Seksualitas
 Penurunan libido, amenorea, infertilitas
l. Interaksi social
 Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
m. Penyuluhan / Pembelajaran
 Riwayat DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik,
nefritis heredeter, kalkulus urenaria, maliganansi.
 Riwayat terpejan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.
 Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini / berulang.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data dari pasien. Kemungkinan
diagnosa keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal adalah sebagai berikut :
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet
berlebih dan retensi cairan serta natrium.
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk
sampah.
d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,
pemeriksaan diagnostik, dan rencana tindakan.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa I
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet
berlebihan dan retensi cairan serta natrium.
Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.
Kriteria hasil :
 Menunjukkan pemasukan dan pengeluaran mendekati seimbang
 Turgor kulit baik
 Membran mukosa lembab
 Berat badan dan tanda vital stabil
 Elektrolit dalam batas normal .

Intervensi
Kaji status cairan :

a. Timbang berat badan harian


b. Keseimbangan masukan dan haluaran
c. Turgor kulit dan adanya oedema
d. Distensi vena leher
e. Tekanan darah, denyut dan irama nadi .
f. Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau
perubahan dan mengevaluasi intervensi. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8
vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452).

Batasi masukan cairan :

a. Pembatasan cairan akan menentukan berat badan ideal, haluaran urine dan
respons terhadap terapi. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner &
Suddart, hal 1452).
b. Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi.
(Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452).
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan .Pemahaman
meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
(Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452).
d. Pantau kreatinin dan BUN serum .Perubahan ini menunjukkan kebutuhan dialisa
segera. (Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, vol 1, Barbara Ensram,
hal 156).

Diagnosa II

Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,


mual dan muntah, pembatasan diet perubahan membran mukosa mulut.

Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat

Kriteria hasil :

 Mempertahankan / meningkatkan berat badan seperti yang diindikasikan


oleh situasi individu.
 Bebas edema.

Intervensi
Kaji / catat pemasukan diet :

a. Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet.


b. Kondisi fisik umum gejala uremik dan pembatasan diet multiple mempengaruhi
pemasukan makanan. (Rencana Asuhan Keperawatan, Marylinn E. Doenges, hal
620).
c. Kaji pola diet nutrisi pasien
d. Riwayat diet
e. Makanan kesukaan
f. Hitung kalori
g. Pola diet dahulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam menyusun menu.
(Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452).
h. Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi
i. Anoreksia, mual dan muntah
j. Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien
k. Depresi
l. Kurang memahami pembatasan diet
m. Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat diubah atau
dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet.
n. Berikan makan sedikit tapi sering
o. Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status
uremik/menurunnya peristaltik. (Rencana Asuhan Keperawatan, Marylinn E.
Doenges, hal 620).
p. Berikan pasien / orang terdekat daftar makanan / cairan yang diizinkan dan
dorong terlibat dalam pilihan menu.
q. Memberikan pasien tindakan kontrol dalam pembatasan diet. Makanan dan
rumah dapat meningkatkan nafsu makan. (Rencana Asuhan Keperawatan,
Marylinn E. Doenges, hal 620).
r. Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet
Mendorong peningkatan masukan diet
s. Tinggikan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi : telur, susu,
daging.
Protein lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan penyembuhan. (Keperawatan Medikal
Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1452).
t. Timbang berat badan harian.
u. Untuk memantau status cairan dan nutrisi.

Diagnosa III
Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelelahan, anemia dan retensi produk
sampah.

Tujuan : Berpartisipasi dalam aktifitas yang dapat ditoleransi.

Kriteria hasil :

 Berkurangnya keluhan lelah


 Peningkatan keterlibatan pada aktifitas social
 Laporan perasaan lebih berenergi
 Frekuensi pernapasan dan frekuensi jantung kembali dalam rentang normal
setelah penghentian aktifitas.

Intervensi

a. Kaji faktor yang menimbulkan keletihan


b. Anemia
c. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
d. Retensi produk sampah
e. Depresi
f. Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan. (Keperawatan
Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner & Suddart, hal 1454).
g. Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi,
bantu jika keletihan terjadi.
h. Meningkatkan aktivitas ringan/sedang dan memperbaiki harga diri.
i. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.
j. Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan
istirahat yang adekuat. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner &
Suddart, hal 1454).
k. Anjurkan untuk beristirahat setelah dialysis
l. Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialisis, yang bagi banyak pasien
sangat melelahkan. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2, Brunner &
Suddart, hal 1454).

Diagnosa IV
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan
diagnostic, rencana tindakan dan prognosis.

Tujuan : Ansietas berkurang dengan adanya peningkatan pengetahuan tentang


penyakit dan pengobatan.

Kriteria hasil :

 Mengungkapkan pemahaman tentangkondisi, pemeriksaan diagnostic dan


rencana tindakan.
 Sedikit melaporkan perasaan gugup atau takut.
Intervensi
a. Bila mungkin atur untuk kunjungan dari individu yang mendapat terapi.
b. Individu yang berhasil dalam koping dapat pengaruh positif untuk membantu
pasien yang baru didiagnosa mempertahankan harapan dan mulai menilai
perubahan gaya hidup yang akan diterima. (Rencana Asuhan Keperawatan vol
1, Barbara Engram hal 159).

Berikan informasi tentang :

Sifat gagal ginjal. Jamin pasien memahami bahwa gagal ginjal kronis adalah
tak dapat pulih dan bahwa lama tindakan diperlukan untuk mempertahankan fungsi
tubuh normal.

Pemeriksaan diagnostic termasuk :

a. Tujuan
b. Diskripsi singkat
c. Persiapan yang diperlukan sebelum tes
d. Hasil tes dan kemaknaan hasil tes.
e. Pasien sering tidak memahami bahwa dialisa akan diperlukan selamanya bila
ginjal tak dapat pulih. Memberi pasien informasi mendorong partisipasi dalam
pengambilan keputusan dan membantu mengembangkan kepatuhan dan
kemandirian maksimum. (Rencana Asuhan Keperawatan vol 1, Barbara Engram
hal 159).
f. Sediakan waktu untuk pasien dan orng terdekat untuk membicarakan tentang
masalah dan perasaan tentang perubahan gaya hidup yang akan diperlukan
untuk memiliki terapi.
g. Pengekspresian perasaan membantu mengurangi ansietas. Tindakan untuk gagal
ginjal berdampak pada seluruh keluarga. (Rencana Asuhan Keperawatan vol 1,
Barbara Engram hal 160).
h. Jelaskan fungsi renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai dengan tingkat
pemahaman dan kesiapan pasien untuk belajar.
i. Pasien dapat belajar tentang gagal ginjal dan penanganan setelah mereka siap
untuk memahami dan menerima diagnosis dan konsekuensinya.
j. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara untuk memahami berbagai
perubahan akibat penyakit dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya.
k. Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat penyakit.

Anda mungkin juga menyukai