Anda di halaman 1dari 13

BAHAN TUGAS INDIVIDU

DOSEN : Ns. Faisal Rizal, S.Kep., M.Kes.,M.Kep

METODE PENELITIAN

(pengaruh pengetahuan mahasiswa terhadap efektifitas air rebusan daun sirih untuk mengatasi
keputihan (flour albus) )

Oleh :

ASMITA AZIS

(122172020)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR

2022/2023
KERANGKA TEORI
A.Tinjauan Pustaka
a.Keputihan
1.Definisi
Keputihan ataupun flour albus merupakan keadaan Miss V dikala menghccasilkan cairan
ataupun lendir menyerupai nanah yang diakibatkan oleh bakteri. Terkadang, keputihan bisa
memunculkan rasa gatal, bau tidak sedap, serta berupa kehijauan( Sunyoto, 2014). Keputihan
ataupun dalam sebutan medisnya disebut flour albus( flour= cairan kental, albus= putih) ataupun
leokorhoea, secara universal merupakan keluarnya cairan kental dari Miss V( Cakmoki, 2007).
Keputihan merupakan indikasi keluarnya getah atau cairan Miss V yang melampaui batas
sehingga kerap mengakibatkan celana dalam jadi basah( Pudiastuti, 2010).
Keputihan ialah peradangan jamur Candida albicans pada genitalia wanita ( Caroline,
1984).Candida albicans ialah anggota flora wajar di kulit, membran mukosa, serta saluran
pencernaan( Brooks, 2005 dalam Maytasari 2010). Keputihan merupakan keluarnya cairan
berlebihan dari liang senggama ( Miss V) yang terkadang diiringi rasa gatal, nyeri, rasa terbakar
di bibir kemaluan, sering disertai bau busuk, serta memunculkan rasa nyeri sewaktu buang air
kecil atau bersenggama. Meski demikian, Miss V senantiasa mempunyai mekanisme pertahanan
terhadap benda asing. Kelenjar pada Miss V serta serviks( leher rahim) menghasilkan secret yang
berperan sebagai pelindung natural serta lubrikasi untuk mengurangi gesekan pada bilik Miss V
disaat berjalan ataupun berhubungan seksual ( Aulia, 2012).
Keputihan ataupun Leukorea merupakan keluarnya cairan tidak hanya darah dari liang
Miss V diluar kebiasaan, baik berbau maupun tidak, dan diiringi rasa gatal setempat( Kusmiran,
2011).

2.manifestasi klinis
Menurut Sunyoto( 2014), Manifestasi keputihan bisa dilihat dari warna cairannya
a. Keputihan dengan cairan bercorak kuning ataupun keruh. Keputihan dengan warna semacam
ini dapat jadi menggambarkan ciri terdapatnya peradangan pada gonorrhoea akan tetapi, perihal
tersebut wajib didukung oleh tanda- tanda yang lain, semacam pendarahan di luar masa haid
serta rasa perih ketikabuang air kecil.
b. Keputihan dengan cairan berupa putih kekuningan serta sedikit kental menyerupai susu. Bila
diiringi bengkak serta perih di bibir Miss V, rasa gatal, dan perih kala berhubungan intim,
keputihan dengan cairan seperti susu tersebut dapat diakibatkan oleh adanya peradangan jamur
pada organ kewanitaan.
c. Keputihan dengan cairan berupa coklat ataupun disertai sedikit darah. Keputihan seperti itu
harus kita waspadai. Karena, ini kerap kali terjadi sebab masa haid yang tidak teratur. Terlebih,
keputihan tersebut disertai oleh darah serta rasa perih pada panggul. Perihal ini bisa jadi
diakibatkan karena terdapatnya kanker serviks ataupun kanker endometrium.
d. Keputihan dengan cairan berwarna kuning ataupun hijau, berbusa, serta berbau sangat
menyengat. Umumnya, keputihan semacam ini disertai dengan rasa nyeri serta gatal kala buang
air kecil. Bila sepeti itu, mungkin terkena peradangan Trikomoniasis.
e. Keputihan dengan berwarna pink. Keputihan semacam ini umumnya terjadi pasca melahirkan.
f. Keputihan dengan warna abu- abu ataupun kuning yang diiringi dengan bau amis menyerupai
bau ikan. Keputihan semacam ini, menampilkan adanya peradangan kuman pada Miss V.
Umumnya, keputihan tersebut juga disertai rasa terbakar, gatal, kemerahan serta bengkak pada
bibir Miss V ataupun vulva.
Menurut Sibagariang( 2010). Manifestasi klinis keputihan yaitu:
a. Keputihan Fisiologis
1) Cairan Miss V berupa bening/ jernih.
2) Tidak lengket.
3) Tidak berbau.
4) Tidak gatal, panas, nyeri serta Miss V tidak bengkak.
b. Keputihan Patologis
1) Cairan Miss V berupa putih susu, putih kekuningan, serta kuning kehijauan.
2) Cairan yang keluar banyak.
3) Terasa gatal, nyeri, serta Miss V bengkak.
4) Berbau tidak sedap.

3 Klasifikasi
Keputihan dibagi atas 2 ragam, ialah keputihan fisiologis( normal) dan keputihan
patologis( abnormal).
a. Keputihan Fisiologis
Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang- kadang berupa muskus yang
memiliki banyak epitel dengan leukosit yang langka, sementara itu keputihan patologis banyak
mempunyai kandungan leukosit. Alat kelamin perempuan dipengaruhi oleh bermacam hormon
yang dihasilkan berbagai organ yaitu: hipotalamus, hipofisis, ovarium serta adrenal. Estrogen
bisa menyebabkan maturasi epitel Miss V, serviks, proliferasi stroma serta kelenjar sementara itu
progesteron akan menyebabkan fungsi sekresi. Keputihan normal bisa berlangsung pada masa
menjelang dan setelah haid, disaat terangsang, mengandung, keletihan, stres serta sedang
mengonsumsi obat- obatan hormonal semacam kapsul KB. Keputihan ini tidak berwarna ataupun
jernih, tidak berbau serta tidak menimbulkan gatal.
b. Keputihan Patologis
Ialah cairan eksudat dan cairan ini memiliki banyak leukosit. Eksudat berlangsung akibat
respon badan akibat adanya jejas( cedera). Jejas ini bisa disebabkan oleh peradangan
mikroorganisme, benda asing, neoplasma jinak, lesi, prakanker serta neoplasma ganas. Bakteri
penyakit yang menginfeksi Miss V semacam jamur Candida Albicans, parasit Tricomonas,E.
Coli, Staphylococus, Treponema Pallidum, Kondiloma Aquaiminata,Herpes dan cedera didaerah
Miss V, benda asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke Miss V serta kelainan serviks.
Dampaknya, muncul gejalagejala yang mengacaukan, semacam berubahnya cairan yang
berwarna jernih jadi kekuningan hingga kehijauan, jumlahnya berlebihan, kental, berbau, tidak
sedap, terasa gatal ataupun panas serta memunculkan cedera di wilayah mulut Miss
V( Sibagariang, Pusmaika,& Rismalinda, 2010).

4 Patogenesis
Keputihan ataupun flousr albus ialah indikasi dimana terjadinya pengeluaran cairan dari
perlengkapan kelamin perempuan yang tidak berbentuk darah. Dalam pertumbuhan, alat kelamin
perempuan hadapi bermacam pergantian mulai bayi sampai menopause. Keputihan ialah kondisi
yang bisa terjalin yang fisiologis serta bisa jadi keputihan yang patologis sebab terinfeksi kuman
penyakit. Apabila Miss V terinfeksi bakteri penyakit semacam jamur, parasit, kuman, serta virus
hingga penyeimbang ekosistem pada Miss V hendak terhambat, yang sebelumnya kuman
doderlienatau lactobasillus memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada bilik Miss V
buat pertumbuhannya serta menjadikan pH Miss V jadi asam, perihal ini tidak bisa terjalin
apabila pH Miss V basa. Kondisi pH Miss V basa membuat bakteri penyakit hidup serta tumbuh
produktif di dalam Miss V( Sibagariang, Pusmaika,& Rismalinda, 2010).

5 Etiologi
a. Keputihan Fisiologis
Keputihan yang fisiologis bisa diakibatkan oleh:
1) Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus serta Miss V janin sehingga balita baru
lahir hingga 10 hari menghasilkan keputihan.
2) Pengaruh esterogen yang bertambah dikala menarche.
3) Rangsangan dikala koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual menciptakan sekret, yang
ialah akibat terdapatnya pelebaran pembuluh darah di Miss V ataupun vulva, sekresi kelenjar
serviks yang meningkat sehingga terjalin pengeluaran transudasi dari dinding Miss V. Perihal ini
dibutuhkan buat melancarkan persetubuhan atau koitus.
4) Terdapatnya kenaikan penciptaan kelenjar- kelenjar pada mulut rahim pada dikala masa
evolusi.
5) Mukus serviks yang padat pada masa kehamilan sehingga menutup lumen serviks yang
berperan menghindari bakteri masuk ke rongga uterus.
b. Keputihan Patologis
Keputihan patologis terjalin sebab diakibatkan oleh:
1) Infeksi
Badan hendak membagikan respon terhadap mikroorganisme yang masuk ini dengan
serangkaian respon radang. Pemicu peradangan, ialah: jamur Candida Albicans, kuman
Gonococcus, Klamidia Trakomatis, Grandnerella, Treponema Pallidum, parasit Trikomonas
vaginalis, virus Human Papilloma Virus( HPV) serta Herpes simpleks. HPV sering diisyarati
dengan kondiloma akuminata, cairan berbau, tanpa rasa gatal.
2) Kelainan alat kelamin yang didapat ataupun bawaan, barang asing seperti kondom yang
tertinggal serta pesarium buat pengidap hernia atau prolaps uteri bisa memicu sekret Miss V
kelewatan, tumor jinak, kanker, serta menopause( Sibagariang, Pusmaika,& Rismalinda,
2010).

6 Pemeriksaan Penunjang
Penanggulangan keputihan bisa dilakukan dengan memeriksakan keputihan pada
pelayanan kesehatan. Pengecekan bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan. Menurut Arif( 1999),
pengecekan penunjang keputihan merupakan sebagai berikut:
1) Nilai sekresi bilik Miss V( warna, konsistensi, bau)
2) Kertas penanda( N=4- 4, 5)
3) Swab buat pengecekan dengan larutan garam fisiologis serta KOH 10%
4) Kultur( apabila perlu)
5) Pewarnaan gram
6) Serologis sifilis
7) Uji papsmear

7 Pencegahan Keputihan
Tidak di pungkiri bahwa melindungi kesehatan bagian kewanitaan sangatlah berarti untuk
perempuan. Menurut Irianto( 2015), Berikut metode melindungi kesehatan organ reproduksi
supaya bebas dari permasalahan keputihan:
1. Dianjurkan buat mensterilkan bagian luar Miss V sehabis buang air kecil ataupun besar
dengan memakai air. Jauhi pemakaian tisu.
2. Membilas Miss V yang benar ialah dengan arah gerakan dari depan ke balik.
3. Kala haid, hendaknya kerap mengubah pembalut paling utama pada hari- hari yang banyak
darah. Ini karena darah ialah media yang sangat cocok buat bakteri tumbuh biak.
4. Hindari sering berlatih douching ialah memasukkan jari ataupun ejakulasi ke dalam Miss V
dengan tujuan mensterilkan bagian dalam Miss V. Perihal ini hendak menghilangkan sejenis
kuman Lactobacilli dari Miss V di samping mengatakan Miss V serta bagian luar genitalia pada
bahan kimia yang bisa menimbulkan iritasi kulit. 5. Jauhi memakai sabun ataupun menyapu
shower gel pada organ genetalia sebab bisa menimbulkan kekeringan serta iritasi kulit dan
hendak jadi gatal. Sebagian perempuan sensitif serta alergi pada kandungan pewangi dan buih
sabun.
6. Melindungi kebersihan sanitasi lingkungan. Lingkungan yang kotor( bak mandi, ember,
kloset, dll) hendak memudahkan berkembangnya kuman lewat air yang tidak bersih.
7. Pasangan suami istri hendaknya mensterilkan organ genetalia dengan air saat sebelum serta
setelah melaksanakan ikatan intim buat menjamin kebersihan yang maksimal. Biasakan guna
membuang air kecil lebih kurang separuh jam sehabis melaksanakan ikatan seks untuk kurangi
resiko peradangan pada kandung kencing.
8. Celana dalam wajib diganti tiap hari serta pada hari- hari yang hadapi keputihan, lebih baik
mengenakan penty liner sehingga tidak melekat pada baju dalam yang menimbulkan
ketidaknyamanan.
9. Jauhi pemakaian celana dalam yang sangat ketat serta lembab
10. Hendaknya tidak memakai produk ataupun obat perawatan organ kewanitaan yang malah
bisa mengusik penyeimbang pH Miss V.
11. Jauhi sangat banyak komsumsi santapan dengan kandungan glukosa yang besar serta jauhi
tekanan pikiran.
12. Hendaknya perempuan yang hadapi permasalahan keputihan dianjurkan untuk bertanya
dengan tenaga kesehatan.
b.Daun sirih

Daun sirih( Piper betle L) tercantum tipe tanaman merambat dan bersandar pada batang
tumbuhan lain. Daun sirih memiliki minyak atsiri, chavikol yang mengakibatkan daun sirih
mempunyai bau yang khas serta memilik manfaat untuk menewaskan kuman. Tumbuhan ini
berguna buat menghindari bermacam penyakit, ialah: diabetes, mengatasi mimisan, luka bakar,
asma, peradangan tenggorokan, bronchitis, serta keputihan( Suparni& Wulandari, 2012).
Daun sirih( Piper betle linn) termasuk suku Peiperaceae. Bagian yang digunakan
merupakan daunnya. Di dalam daun sirih ada minyak atsiri yang memiliki senyawa yang
memiliki manfaat antibakteri yang kokoh, yang disebut selaku“ kavikol” serta“ kavibetol”. Anti
kuman itu pula ada dalam rebusan sirih dalam air. Daun sirih dalam penyembuhan tradisional
biasanya digunakan buat pertolongan awal dalam penyembuhan awal dalam penyembuhan tiap
hari, paling utama sebgai antiseptik( Koensoemardiyah, 2010).
1. Metode Pengolahan Tumbuhan Herbal
Perawat berfungsi melaksanakan pemberdayaan kepada komunitas serta keluarga dalam
menggunakan kemampuan lingkungan alam yang ada, salah satunya pemanfaatan tumbuhan obat
keluarga( TOGA). Pengolahan secara simpel dapat dicoba melalui sebagian sesi antara lain:
1. Mengindentifikasi tipe tumbuhan herbal yang hendak digunakan. Bermanfaat buat mengenali
tipe tumbuhan herbal yang akan digunakan untuk menyembuhkan penyakit tertentu.
Berpedoman pada manfaat serta zat aktif yang tercantum pada tipe tumbuhan herbal tersebut.
2. Waktu pemetikan serta pengumpulan. Metode dalam pemetikan dan pengumpulan tumbuhan
herbal berguna guna melindungi mutu dan kuantitas zat aktif yang tercantum di dalam tumbuhan
herbal.
3. Penyortiran. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan obat herbal hendaknya disortir
terlebih dulu guna melepaskan dari bahan asing ataupun kotoran. Penyortiran ini berperan guna
memperoleh simlisia secara homogen yang meliputi tipe, dimensi, tingkatan, kematangan serta
lain- lain.
4. Pencucian. Pencucian simplisia dicoba dengan air bersih yang mengalir ataupun yang
dibersihkan dengan metode yang pas sehingga diperoleh simplisia yang bersih serta terbebas dari
mikroba pathogen, kapang, khamir, serta pencemar yang lain. Apabila menghendaki pemakaian
simplisia fresh maka sehabis dicuci bisa segera diproses jadi obat herbal cocok yang
dikehendaki.
5. Pengeringan. Pengeringan simplisia bisa memakai cahaya matahari secara langsung.
Pengeringan dengan mengangin- anginkan simplisia di tempat yang teduh ataupun dalam
ruangan pengeringan yang aliran udaranya baik ataupun bisa memakai oven dengan pengaturan
temperatur yang telah disesuaikan. Simplisia dengan dimensi besar bisa dipotong- potong
seperlunya buat kurangi kandungan air.
6. Metode pengolahan
1) Merebus
Dalam perebusan tumbuhan herbal biasanya memakai wadah dari bahan anti karat, tanah
liat, cermin ataupun email. Perebusan ini dilakukan untuk proses terbentuknya pemindahan
senyawa- senyawa aktif dari simplisia ke dalam air rebusan.
2) Menyeduh
Menyeduh bahan tumbuhan herbal pada prinsipnya sama dengan merebus. Metode seduh
kerap digunakan pada simpisia lunak berupa bunga serta daun. Metode penyeduhan dengan
memakai air panas supaya senyawa aktif dari tumbuhan herbal berpindah kedalam air. Setelah
itu seduhan herbal ditunggu hingga dingin dan dinikmati.
3) Serbuk
Dalam pembuatan serbuk tumbuhan herbal ada 2 tipe serbuk ialah: serbuk
tunggal( murni) serta serbuk kombinasi sebagian tanaman herbal. Serbuk lebih instan digunakan
serta lebih tahan lama bila kadar air serta penyimpanannya cocok dengan prosedur( Purwanto,
2013).

Menurut Depkes RI( 2003), metode pengolahan tumbuhan herbal dilakukan dengan
metode ekstraksi. Ekstrak merupakan sediaan kering, kental serta cair yang diperoleh dengan
mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati ataupun simplisia hewani memakai pelarut
yang cocok, setelah itu seluruh ataupun nyaris semua pelarut diuapkan serta masa ataupun serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga penuhi baku yang sudah diresmikan. Secara
universal tata cara ekstraksi dengan memakai pelarut dipecah jadi 2 ialah dengan metode dingin
dan dengan metode panas.
1. Metode Dingin
a) Maserasi
Maserasi merupakan proses mengekstrakan simplisia dengan memakai pelarut dengan
sebagian kali pengocokan atau pengadukan pada temperature ruangan.
b) Perkolasi
Perkolasi merupakan ekstraksi dengan pelarut yang senantiasa baru sampai sempurna
yang biasanya dicoba pada temperature ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan
bahan, sesi maserasi antara, tahap perkolasi sesungguhnya( penetasan ataupun penampungan
ekstrak), terus menerus hingga diperoleh ekstrak( perkolat). 2. Metode Panas a) Infus Infus
merupakan ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air( bejana infus tercelup
dalam penangas air mendidih, temperatur terukur( 960 C– 980 C).
c) Soxhlet
Soxhlet merupakan ekstraksi memakai pelarut yang senantiasa baru yang biasanya dicoba
dengan perlengkapan spesial sehingga terjalin ekstraksi berkepanjangan dengan jumlah pelarut
konstan dengan terdapatnya pendingin balik.
d) Refluks Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut tanpa temperature titik didihnya,
sepanjang waktu tertentu serta jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan terdapatnya
pendingin balik. Biasanya dilakukan pengulangan proses pada residu awal hingga 3- 5 kali.
e) Digesti
Digesti merupakan maserasi kinetik( dengan pengadukkan kontinu) pada temperature
ruangan( kamar), ialah secara universal dicoba pada temperature 400 C- 500 C.
f) Dekok
Dekok merupakan infus pada waktu yang lebih lama( 30 menit) dan temperatur hingga
titik didih air.

2 Perebusan
Perebusan ialah proses pemasakan sesuatu bahan sampai mendidih. Tumbuhan herbal
bisa pula direbus dalam mengolahannya. Perihal ini dikarenakan isi senyawa aktif serta minyak
atsiri dalam daun sirih yang tercantum di dalamnya hendak keluar serta larut dalam air( Erliza,
Ersa, Muhammad, 2006: 91). Dalam perebusan tumbuhan herbal biasanya memakai wadah dari
bahan anti karat, tanah liat, cermin ataupun email. Perebusan ini dicoba buat proses terjadinya
pemindahan senyawa- senyawa aktif dari simplisia ke dalam air rebusan ( Purwanto, 2013). Ada
pula metode perebusan daun sirih yang sudah diterapkan oleh periset adalah selaku berikut:
1. Perlengkapan serta Bahan
a. Daun sirih fresh sebanyak 20 gr(± 12 lembar)
b. Air 600 cc buat merebus daun sirih
c. Periuk yang dibuat dari tanah liat
d. Gelas takar
e. Timbangan
f. Air bersih seperlunya buat cuci daun sirih gram. Saringan

2. Metode Pengolahan
a. Daun sirih yang sudah diseleksi, ditimbang serta dicuci terlebih dahulu dengan air hingga
bersih.
b. Daun sirih yang sudah dicuci bersih dipotong- potong sampai ukurannya jadi lebih kecil.
c. Daun sirih yang sudah dipotong setelah itu dimasukan ke dalam periuk kemudian tambahkan
air 600 cc yang sudah disediakan.
d. Rebus daun sirih dengan api lagi sampai± 30 menit( air berkurang ¾ dari kondisi semula).
e. Sehabis itu hasil rebusan daun sirih dibiarkan hingga dalam kondisi hangat, kemudian
disaring. Air rebusan ini hendak bercorak kuning kehijauan serta jernih.
f. Air rebusan ditaruh di dalam wadah yang tidak bercorak( bening) serta mempunyai tutup, serta
tidak terserang cahaya matahari langsung. gram. Dalam keadaan hangat air rebusan diberikan
kepada responden untuk lekas diminum.
h. Bila air rebusan berganti warna jadi kecoklatan hendaknya tidak digunakan lagi.
B.KERANGKA KONSEP
a.Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya merupakan kerangka hubungan antara
konsep- konsep yang ingin diamati ataupun diukur lewat penelitian yang akan
dicoba( Notoatmodjo, 2012: 100).

Dependen Independen

Efektifitas air rebusan daun


Keputihan
sirih

Ket:

b.Definisi Operasional
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya merupakan kerangka hubungan antara
konsep- konsep yang ingin diamati ataupun diukur lewat penelitian yang akan dicoba
(Notoatmodjo, 2012: 100).
1.Dependen
Variabel dependen merupakan apa yang diukur dalam percobaan. Ini merupakan transformasi
karena adanya pergantian pada variabel independen.
Variabel penelitian ini diujarkan dependen karena“ bergantung” pada variabel independen.
Dalam eksperimen ilmiah, Kamu tidak bisa mempunyai variabel dependen tanpa terdapatnya
variabel independen.
Variabel dependen pula disebut variabel output, kriteria, ataupun konsekuensial. itu merupakan
akibat ataupun pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel bebas. Penelitian ini mengamati serta
mengukur variabel dependen buat mengenali pengaruh variabel independen.
Di sini, variabel dependen disebut pula variabel yang terpengaruh ataupun dihasilkan karena
variabel independen. Variabel terikat tidak bisa berubah kecuali terjadi suatu yang lain ataupun
mempengaruhi itu. Yang bisa mempengaruhi variabel terikat ialah variabel bebas

b.Variabel Independent
variabel independen ialah variabel yang mempengaruhi ataupun menimbulkan pergantian pada
aspek yang diukur ataupun diseleksi oleh seseorang peneliti dalam mengenali ikatan antara
fenomena yang diamati.
Variabel independen merupakan variabel yang menimbulkan ataupun mempengaruhi pergantian
variabel dependen ataupun yang menimbulkan perubahan variabel dependen. Bila variabel
independen berganti, variabel dependen pula berganti. Variabel ini diukur, dimanipulasi, ataupun
diseleksi oleh peneliti guna memastikan hubungannya dengan indikasi yang diamati.

Variabel independen serta dependen yang ditunjukkan pada grafik senantiasa terletak di tempat
yang sama. Ini hendak menolong dengan cepat melihat variabel mana yang independen serta
mana yang dependen dikala memandang grafik ataupun diagram.
Pada model dengan persamaan matematika, variabel independen selalu terletak pada sumbu x
ataupun sumbu horizontal, sebaliknya variabel dependen terletak pada sumbu y ataupun sumbu
vertikal.
c.Garis
ialah garis penghubung antara variable dependen dengan variable independent
d.Efektifitas Rebusan Daun Sirih
Di dalam daun sirih ada minyak atsiri yang memiliki senyawa yang memiliki manfaat antibakteri
yang kokoh, yang disebut selaku“ kavikol” serta“ kavibetol”. Anti kuman itu pula ada dalam
rebusan sirih dalam air sehingga dapat mengatasi keputihan pada miss v perempuan.
f.Keputihan
Keputihan ataupun flousr albus ialah indikasi dimana terjadinya pengeluaran cairan dari
perlengkapan kelamin perempuan yang tidak berbentuk darah.

c.Hipotesis
Hipotesis merupakan kesimpulan teoritis yang masih wajib dibuktika kebenarannya lewat
analisis terhadap bukti- bukti empiris( Setiadi, 2013).
Hipotesis di dalam sesuatu penelitian berarti jawaban sedangkan penelitian, patokan duga,
ataupun dalil sedangkan, yang kebenarannya hendak dibuktikan dalam penelitian
tersebut( Notoatmodjo, 2012).

Hipotesis yang harus di dapat oleh peneliti dalam penelitian ini merupakan: Hipotesis
Alternatif( Ha) ialah:apakah benar terdapat dampak air rebusan daun sirih terhadap keputihan

Anda mungkin juga menyukai