Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN ANC (ANTEATAL CARE) DENGAN

“FLOUR ALBUS ”DI POLI KANDUNGAN OBYGN

RUMAH SAKIT MEGA BUANA PALOPO

TAHUN 2023

OLEH:

INDA OCTAVIANA

N.22.04.008

PRECEPTOR LAHAN PRECEPTOR INSTITUSI

Irma Iskandar, S.Kep.,Ns Hera Heriyanti, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (PROFESI NERS)


UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN AJARAN
2022/2023
RESUME KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.D DENGAN DIAGNOSA
MEDIS ”FLOUR ALBUS” DI POLI KANDUNGAN OBGYN
RUMAH SAKIT MEGA BUANA PALOPO
TAHUN 2023

OLEH:

INDA OCTAVIANA

N.22.04.008

PRECEPTOR LAHAN PRECEPTOR INSTITUSI

Irma Iskandar, S.Kep.,Ns Hera Heriyanti, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (PROFESI NERS)


UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN AJARAN
2022/2023
BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Flour albus/Keputihan adalah merupakan tanda dan gejala yang

ditandai dengan keluarnya cairan dari alat kelamin wanita yang tidak

berupa darah di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai

rasa gatal setempat. Penyebab keputihan dapat secara normal (fisiologis)

maupun (patologis) yang dipengaruhi oleh hormone tertentu. Cairanyya

berwarna putih, tidak berbau, dan jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium tidak menunjukkan ada kelainan. Hal ini dapat tampak pada

perempuan yang terangsang pada waktu senggama atau saat masa subur

(ovulasi).

Sedangkan Keputihan/Flour albus yang tidak normal (patologis) biasa

disebabkan oleh infeksi/peradangan yang terjadi karena mencuci vagina

dengan air kotor, pemeriksaan dalam yang tidak benar, pemakaian

pembilas vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak higienis, dan

adanya benda asing dalam vagina.Selain karena infeksi, keputihan dapat

juga disebabkan oleh masalah hormonal, celana yang tidak menyerap

keringat, dan penyakit menular seksual. Cairanyya berwarna

putih/hijau/kuning, berbau, sangat gatal dan disertai nyeri perut bagian

bawah. Jika seseorang mengalami hal seperti itu, maka orang tersebut

harus segera berobat ke dokter. Pengobatan akan disesuaikan dengan

penyebabnya (Kusmiran, 2011)


B. Etiologi

Menurut Wijayanti (2009) dengan memperhatikan cairan yang keluar,

terkadang dapat diketahui penyebab keputihan. Penyebab keputihan

tersebut antara lain:

1. Infeksi Gonore, misalnya, menghasilkan cairan kental, bernanah

dan berwarna kuning kehijauan.

2. Parasit Trichomonas Vaginalis menghasilkan banyak cairan, berupa

cairan encer berwarna kuning kelabu.

3. Keputihan yang disertai bau busuk dapat disebabkan oleh kanker.

4. Kelelahan.

C. Patofisiologi
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret

vagina bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu

diinterpretasikan penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan

oleh jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret vagina yang

banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina

mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus

serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan,

penggunaan pil KB.

Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang

dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain,


estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus

acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri

pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen,

lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH

vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat

pertumbuhan bakteri lain.

Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh

Candida sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena

perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal

sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan

ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan

kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak

terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi

seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan

produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan

progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida

albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan

jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-

6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan

gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menajdi faktor

predisposisi kandidiasis vaginalis.

Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan

progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen


sehingga berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas

vaginalis.

Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah

karena pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan

vagina sehingga bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik

kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat merubah

lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen.

Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat

menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh

Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu

pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus

yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk

metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan

pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau

pada flour albus pada vaginosis bacterial.

D. Manifestasi Klinis

Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret

vagina merupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah

sesuatu yang sering kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah

mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus

(Wiknjosastro, 1999):

a) Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.

b) Sekret vagina yang bertambah banyak


c) Rasa panas saat kencing

d) Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal

e) Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang


menusuk

f) Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu


hingga kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau
semakin bertambah setelah hubungan seksual
g) Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning
kehijauan, berbusa dan berbau amis.
h) Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari
sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak
didaerah genital Tidak ada komplikasi yang serius
i) Infeksi klamidia biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang
berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat
perdarahan vagina yang abnormal.
E. Komplikasi

1. Hamil diluar kandungan

2. Gejala awal dari kanker rahim

3. Infeksi saluran kencing

4. Gangguan haid

5. Depresi

6. Infertil

7. Endometritis

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan :

1. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis.


2. Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius

3. Sitologi vagina

4. Kultur sekret vagina

5. Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis

6. Ultrasonografi (USG) abdomen

7. Vaginoskopi

G. Penatalaksanaan

Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor

albus), sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus

untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker

leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer,

berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau

busuk.

Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti

jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk

mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan

penyebabnya. Obat- obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan

biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida

dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit.

Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti

krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang

vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi

juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak


berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu,

dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan

pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan.

H. Pencegahan

1. Selalu cuci daerah kewanitaan dengan air bersih setelah buang air,

jangan hanya di seka dengan tisu. Membersihkannya pun musti

dilakukan dengan cara yang benar yaitu dari depan ke belakang, agar

kotoran dari anus tidak masuk ke vagina. Hindari pemakaian sabun

vagina berlebihan karena justru dapat mengganggu keseimbangan flora

normal vagina.

2. Jaga daerah kewanitaan tetap kering. Hal ini karena kelembapan dapat

memicu tumbuhnya bakteri dan jamur. Selalu keringkan daerah tersebut

dengan tisu atau handuk bersih setelah dibersihkan. Karena tidak semua

toilet menyediakan tisu, bawalah tisu kemana pun anda pergi. Selain itu

buatlah celana dalam yang terbuat dari katun agar dapat menyerap

keringat dan gantilah secara teratur untuk menjaga kebersihan.

3. Bila sedang mengalami keputihan atau menstruasi tinggal sedikit, boleh

saja menggunakan pelapis celana panty liner. Tetapi sebaiknya tidak

digunakan setiap hari. Panty liner justru dapat memicu kelembapan

karena bagian dasarnya terbuat dari plastik. Pilih panty liner yang tidk

mengandung parfum, terutama buat yang berkulit sensitif.


4. Hindari bertukar celana dalam dan handuk dengan teman atau bahkan

saudara kita sendiri karena berganti-ganti celana bisa menularkan

penyakit.

5. Bulu yang tumbuh di daerah kemaluan bisa menjadi sarang kuman bila

dibiarkan terlalu panjang. Untuk menjaga kebersihan, potonglah secara

berkala bulu di sekitar kemaluan dengan gunting atau mencukurnya

dengan hati-hati.

Tinjauan Khusus Tentang Flour Albus dalam kehamilan

1. Dampak flour albus pada kehamilan

Keputihan dalam kehamilan muncul dikarenakan adanya peningkatan

hormonal selama kehamilan.Dalam hal ini vagina akan mengeluarkan

cairan berwarna putih seperti susu, encer dan tidak berbau. Cairan akan

bertambah banyak seiring dengan bertambahnya usia kehamilan anda. Hal

ini merupakan hal yang wajar, untuk itu kebersihan dan kelembaban

disekitar area vagina harus tetap terjaga, juga pakailah pakaian dalam yang

tidak terlalu ketat dan menyerap keringat.Namun jika keputihan disertai

dengan gatal-gatal dan berbau segera periksa kedokter anda. Karena

dengan kondisi ini kemungkinan terjadi adanya infeksi, jika tidak segera

mendapatkan pengobatan dapat menyebabkan perlunakan dalam leher

rahim dan akan timbul kontraksi sebelum waktunya.

Seorang wanita lebih rentan mengalami keputihan pada saat hamil

karena pada saat hamil terjadi perubahan hormonal yang salah satu

dampaknya adalah peningkatan jumlah produksi cairan dan penurunan


keasaman vagina serta terjadi pula perubahan pada kondisi

pencernaan.Semua ini berpengaruh terhadap peningkatan resiko terjadinya

keputihan, khususnya yang disebabkan oleh infeeksi jamur.Selama belum

terjadi persalinan dan selaput ketuban masih utuh, dimana 21 janin masih

terlindungi oleh selaput ketuban dan air ketuban yang steril, umumnya

tidak ada efek langsung infeksi vagina yang menyebabkan terjadinya

keputihan pada janin. (Setiawati,D,2013)

Beberapa keputihan dalam kehamilan yang berbahaya karena dapat

menyebabkan persalinan kurang bulan (prematuritas) ketuban pecah

sebelum waktunya(KPD), atau bayi dengan berat badan lahir rendah

(kurang dari 2500 gram). (Pribakti,B,2010)

a. Dampak dari keputihan pada ibu hamil bila tidak diatasi adalah:

(1) merasa tidak nyaman

(2) kanker Rahim

(3) kehamilan ektopik

b. Dampak keputihan pada janin adalah :

(1) Kebutaan pada bayi

(2) Kematian Janin

(3) Berat badan bayi lahir rendah

(4) Infeksi asendrem

Dampak keputihan pada Persalinan adalah :

 Ketuban pecah dini

 Persalinan kurang bulan (prematuritas)


 Infeksi intrapartum (Maharani,S,2015).

Cara mengatasi Flour albus (keputihan) dalam kehamilan

Tanpa Obat

 Menjaga agar daerah genitalia senantiasa bersih serta

memperhatikan sabun yang digunakan sebaiknya sabun yang

tidak berparfum.

 Hindari mandi dengan merendam di tempat umum

 Menggunakan celana dalam dari bahan katun, tidak

menggunakan celana dalam yang ketat.

 Menghindari beraktivitas yang terlalu lelah, panas dan keringat

yang berlebih

 Liburan untuk mengurangi stres kaena stress merupakan suatu

factor timbulnya keputihan.

Dengan obat

 Konsultasi dengan dokter karena dokter akan memberikan obat-

obatan sesuai dengan jenis keputihan yang dialami.

 Keputihan sangat tidak mengenangkann, terlebih bagi wanita

hamil.

 Untuk keputihan normal tidak perlu dilakukan terapi khusus.

Yang penting, bagaimana membersihkan organ intim secara

benar dan teratur. Umumnya, cukup dengan sabun khusus vagina

dan air bersih serta menjaga agar pakaian dalam tetap kering dan

bersih.
 Sedangkan keputihan yang tidak normal harus segera

mendapatkan pengobatan media terapi.

 Keputihan yang terjadi selama kehamilan, misalnya disebabkan

oleh infeksi jamur Candida Sp, Pengobatan yang paling aman

adalah menggunakan obat local yang berbahan krim atau sejenis

kapsul yang dimasukkan kedalam vagina.

 Keputihann yang dialami wanita hamil aibat infeksi bakteri

diberikan obat dalam bentuk kapsul atau tablet yang aman untuk

dikomsumsi. Pada infeksi niceriagonorrhoeae, ada obat dalam

bentuk kapsul yang dpat diminum. Sebaiknya, segera periksakan

kandungan jika terjadi keputihan.

 Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat khusus untuk

mendaptkan gambaran alat kelamin secara lebih baik, sperti

melakukan kolpokopi yang berupa optic untuk memperbesar

gambaran leher rahim,liang senggama, dan bibir kemaluan.

 Selain pengobatan medis, biasanya orang akan menggunakan

daun sirih untuk mengurangi keputihan. Caaranya, dengan

meminum air daun sirih yang telah direbus terlebih dahulu. Cara

ini cukup aman bagi ibu hamil dan bayinya. Hanya saja karena

belum ada penelitian mengenei dosis takaran yang aman bagi

wanita hamil, sehingga hal ini kurang dapat dilakukan. Dan yang

terpenting bila suatu keputihan yang tidak sembuh dengan

pengobatan biasa (antibiotika dan anti jamur) harus dipikirkan


keputihan tersebut yang disebbabkan oleh suatu penyakit

keganasan seperti kanker leher rahim. Ini biasanya ditandai

dengan cairan banyak, bau busuk, sering disertai darah tak segar.

perlu dilakukan pemeriksaan khusus untuk mendeteksi apakah

merupakan gejala-gejala kanker atau bukan (Setiawati, D, 2013).

Cara penanganan flour albus pada kehamilan

Meningkatnya kadar hormone estrogen dan aliran darah ke vagina

membuat ibu hamil kerap mengalami keputihan. Untuk mengurangi

ketidak nyamanan tersebut bisa dengan menjaga kebersihan

vagina.Mengganti celana dalam lebih sering dari biasanya.Tidak

menggunakan celana ketat, atau yang tidak menyerap keringat.

(Fatmawati, S, 2010)

Mengingat pada wanita hamil terjadi kenaikan jumlah cairan

plasma dalam tubuhnya, mengakibatkan sering buang air kecil, untuk itu

diharapkan:

a) Jangan memakai celana dalam dari bahan sintesis atau celana ketat.

b) Pakailah selalu celana katun.

c) Jangan memeakai panty liner setiap hari.

d) Sesudah mandi keringkan benar-benar daerah vulva dengan baik

sebelum berpakaian/memakai celana dalam.

e) Ceboklah dari depan kebelakang setiap berkemih atau buang air besar

karena dapat membantu mengurangi kontaminasi mikroorganisme dari


saluran kemih dan anus.

f) Kurangi mengkomsumsi gula-gula,alcohol,cooklat atau kafein dalam

diet sehari-hari

g) Jangan terbiasa melakukan irigasi/bilas vagina, memakai tampon,

pewangi/spray vagina atau tissue berparfum


BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Usia

Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita

atau wanita dewasa, fluor albus yang terjadi mungkin karena kadar

estrogen yang tinggi dan merupakan fluor albus yang fisiologis.

Wanita dalam usia reproduksi harus dipikirkan kemungkinan suatu

penyakit hubungan seksual (PHS) dan penyakit infeksi lainnya. Pada

wanita yang usianya lebih tua harus dipikirkan kemungkinan

terjadinya keganasan terutama kanker serviks.

2. Metode kontrasepsi yang dipakai

Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan sekresi

kelenjar serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya infeksi

jamur. Pemakaian IUD juga dapat menyebabkan infeksi atau iritasi

pada serviks menjadi meningkat.

3. Kontak seksual

Untuk mengantipasi fluor albus akibat PHS seperti Gonorea,

Kondiloma Akuminata, Herpes Genitalis dan sebagainya. Hal yang

perlu ditanyakan kontak seksual terakhir dan dengan siapa melakukan.

4. Perilaku

Pasien yang tinggal di asrama atau bersama temannya kemungkinan

tertular penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya fluor albus


cukup besar. Contoh: kebiasan yang kurang baik tukar menukar alat

mandi atau handuk.

5. Sifat fluor albus

Hal yang harus ditanya adalah jumlah, bau, warna, dan konsistensinya,

keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan sudah berapa lama

kejadian tersebut berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara detail

karena dengan mengetahui hal-hal tersebut dapat diperkirakan

kemungkinan etiologinya.

6. Hamil atau menstruasi

Menanyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi,

karena pada keadaan ini fluor albus yang terjadi adalah fisiologis.

7. Pemeriksaan Fisik dan Genital

Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi

adanya kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, ISK, dan infeksi

lainnya yang mungkin berkaitan dengan fluor albus.

Pemeriksaan khusus yang juga harus dilakukan adalah pemeriksaan

genetalia yaitu meliputi:

a) Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna

b) Pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks

c) Pemeriksaan pelvis bimanual

Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari kontaminasi dengan

lendir vagina. Dan dapat disesuaikan dari gambaran klinis sehingga


dapat diketahui kemungkinan penyebabnya.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman

2. Ansietas

3. Defisit pengetahuan

4. Risiko infeksi

C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1 Gangguan rasa Setelah dilakukan  Kaji sumber
nyaman tindakan keperawatan ketidaknyamanan.
selama 1x5 jam  Anjurkan pasien
diharapkan status menggunakan
kenyamanan meningkat pakaian dalam
dengan kriteria hasil : Yang dapat
 Klien merasa nyaman menyerap keringat.
 Ajarkan pasien cara
membersihkan area
genital.
 Anjurkan pasien
untuk tidak
menggunakan sabun
saat membersihkan
vagina.

2 Ansietas Setelah dilakukan  Kaji tingkat


tindakan keperawatan
selama 1x 5 jam kecemasan pasien.
diharapkan ansietas  Berikan
berkurang dengan kriteria Kesempatan pada
hasil pasien untuk
 Klien rileks mengungkapkan
 Klien melaporkan perasaanya.
ansietas berkurang  Berikan informasi
akurat tentang
penyakit pasien.
3 Kurang Setelah dilakukan 1. Berikan penilaian
pengetahuan intervensi keperawatan tentang tingkat
selama 1x4 jam pengetahuan pasien
diharapkan masalah tentang proses
teratasi dengan kriteria penyakit yang
hasil spesifik.
 Pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi
menyatakan dari penyakit dan
pemahaman tentang bagaimana hal ini
penyakit, kondisi, berhubungan dengan
prognosis dan program anatomi dan fisiologi,
pengobatan. dengan cara yang
 Pasien dan keluarga tepat.
mampu melaksanakan 3. Gambarkan tanda dan
prosedur yang gejala yang biasa
dijelaskan secara muncul pada penyakit,
benar. dengan cara yang tepat
 Pasien dan keluarga 4. Gambarkan proses
mampu menjelaskan penyakit, dengan cara
kembali apa yang yang tepat.
dijelaskan perawat/tim 5. Identifikasi
kesehatan lainnya. kemungkinan
penyebab, dengan cara
yang tepat.
6. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses
pengontrolan penyakit.
7. Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan.
8. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda


tindakan keperawatan infeksi dan monitor
selama 1x5 jam TTV
diharapkan tidak ada 2. Gunakan tehnik
infeksi. antiseptik dalam
Kriteria hasil : merawat pasien
- tidak ada tanda-tanda
3. Isolasikan dan
infeksi instruksikan
individu dan
Keluarga untuk
mencuci tangan
sebelum mendekati
pasien
4. Berikan
penjelasan tentang
perawatan organ
reproduksi
5. Berikan terapi
antibiotik sesuai
program dokter

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, D. 2003. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. Yogyakarta :

LKIS.
Manoe, I.. M.S. M, Rauf, S, Usmany,H. 1999. Pedoman Diagnosis dan Terapi

Obstetri dan Ginekologi. Ujung Pandang :Bagian/SMF Obstetri dan

Ginekologi Fakultas Kedokteran Unhas RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo.

Maulana. 2008. Buku Pegangan Ibu Panduan Lengkap Kehamilan. Yogyakarta :

Kata Hati.

Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Wijayanti. 2009. Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi Wanita.

Yogyakarta : Book Marks.

Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. 1999. Radang dan

Beberapa penyakit lain pada alat genital wanita in Ilmu Kandungan. Edisi

kedua , Cetakan Ketiga. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirodihardjo.

Anda mungkin juga menyukai