Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Vaginosis Bakterialis
Oleh:
Preseptor :
RSUD PARIAMAN
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
dan vulva seperti, gatal-gatal, rasa terbakar, iritasi, bau dan sekret vagina. Infeksi
Bacterial Vaginosis (BV) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering
dihadapi oleh wanita yang berada dalam masa reproduksi dimana terdapat
karena pertumbuhan flora bakteri anaerob lebih banyak sehingga mengganti flora
normal Lactobacillus.1
diduga terkait dengan faktor hubungan seksual (pasangan seks multipel dan riwayat
infeksi menular seksual). Vaginosis bakterial sering terjadi pada wanita usia produktif
yang aktif secara seksual, lesbian, ibu hamil, pengguna alat kontrasepsi dalam rahim
Beberapa penelitian melaporkan prevalensi BV tinggi pada populasi ras Afrika, Afro-
Asia di India dan Indonesia. Berdasarkan Penelitian Pujiastuti di poli IMS RSUD Dr.
merupakan 0.71% dari jumlah kunjungan pasien Divisi IMS. Kelompok usia
2
Diagnosis BV diperoleh dari klinis dan pewarnaan gram. Diagnosis ditegakan
dengan beberapa metode, yaitu Kriteria Nugent, Kriteria Amsel, Kriteria Spiegel.
Kriteria Amsel paling sering digunakan karena lebih mudah dan murah.4
vaginosis bakterialis
berbagai literatur.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi
usia produktif (lebih dari 30%), sangat jarang ditemukan pada usia prepubertas.
Beberapa penelitian melaporkan prevalensi BV tinggi pada populasi ras Afrika dan
Amerika (45-55%). Pada ras kaukasia prevalensi hanya sekitar (5-15%). Prevalensi
Berdasarkan Penelitian Pujiastuti di poli IMS RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode
2007-2011 didapatkan 35 pasien baru BV, yang merupakan 0.71% dari jumlah
kunjungan pasien Divisi IMS. Kelompok usia terbanyak didapatkan pada kelompok
usia 25-44 sebanyak 74.3%. Pasien yang menderita vaginosis bakterial berisiko
bertambahnya organisme anaerob lebih banyak dari flora normal Lactobaciluus Sp.
diduga terkait dengan faktor hubungan seksual (pasangan seks multipel dan riwayat
infeksi menular seksual) . Vaginosis bakterial sering terjadi pada wanita usia
4
produktif yang aktif secara seksual, lesbian, ibu hamil, pengguna alat kontrasepsi
Faktor risiko lain yang diduga terlibat diantaranya ras kulit hitam, merokok,
2.3 Patogenesis
sehingga bakteri normal dalam vagina (Lactobacillus sp) sangat berkurang. Secara
peroksida (H2O2) yang banyak dijumpai pada orang dengan vaginal normal
viskositas duh dan menghasilkan duh tubuh vagina yang homogen dan encer. 2 Bau
amis dihasilkan dari produksi amin dari bakteri anaerob. Bau amis meningkat dnegan
dan saat menstruasi bau amis semakin meningkat. Vaginosis bakterial tidak disertai
dengan inflamasi mukosa dinding vagina dan jarang mengakibatkan rasa gatal di
vulva.1
5
Hipotesis faktor Ras dan Sosial berpengaruh pada flora normal vagina
Ph vagina lebih tinggi pada wanita afrika-amerika dari pada wanita berkulit
putih pada sebuah penelitian, temuan ini mungkin terkait degan faktor lain yang
turunan ras eropa, dimana wanita turunan ras eropa memiliki flora normal
Lactobacillus sp. yang lebih dominan dan ras amerika eropa memiliki mikrobiota
dengan kolonisasi BVAB, Gemella, Bulleidia, Dialister dan Sneathia dan ras eropa
Hipotesis sosial terkait dengan vaginosis bakterial terkait dengan nutrisi dan
pergaulan. Terdapat hubungan antara diet tinggi lemak dan vaginosis bakterial dan
bakterial. Pasangan seksual yang multipel pada suatu lingkungan pergaulan juga
6
Hipotesis penggunaaan alat-alat dan bahan intravagina berpengaruh pada
vaginosis bakterial
penggunaan herbal dan bahkan cairan semen yang alkali. Paparan terhadap semen
dengan pH lebih dari 7.2 terbukti mendukung tumbuhnya BVAB, selain itu
prevalensi vaginosis bakterial juga tinggi pada wanita yang berhubungan seks dengan
panty liners, sprays, bedak tidak terkait dengan terjadinya vaginosis bakterial.7
Kebiasaan Douching
Selain itu, BV dapat juga terjadi tanpa hubungan seksual. Menurut Office on
dapat meningkatkan risiko BV.8 Wanita yang sering douche (sekali seminggu)
yang tidak douche.9 Kebanyakan dokter menyarankan supaya wanita tidak douche.
Douching dapat mengubah keseimbangan flora vagina (bakteri yang hidup dalam
pertumbuhan berlebih dari bakteri berbahaya. Hal ini dapat menyebabkan infeksi ragi
atau Vaginosis bakterial. Jika seseorang sudah memiliki infeksi vagina, douching
7
dapat mendorong bakteri penyebab infeksi, ke dalam rahim, saluran tuba, dan
dengan wanita beresiko untuk infeksi menular seksual (IMS). Insidensi vaginosis
bakterial juga tinggi pada wania yang berhubungan seksual dengan wanita.7 Wanita
lesbian dan biseksual dapat mengalami IMS satu sama lain melalui:Kulit-ke-kulit,
kontak mukosa (misalnya, mulut ke vagina) cairan vagina, darah haid dan berbagi
mainan seks. Beberapa IMS lebih umum di kalangan lesbian dan wanita biseksual
dan dapat lolos dengan mudah dari wanita untuk wanita termasuk vaginosis bakterial.
IMS lain sangat kecil kemungkinannya untuk diteruskan dari wanita dengan wanita
dan HIV namun BV belum dapat dikategorikan dalam infeksi menular seksual.7
vaginalis dengan jalur metabolism menurunkan reduksi dan oksidasi dan faktor
virulensi yaitu, kemampuan untuk melekat pada reseptor sel epitel vagina, produksi
8
Gambar 2.1 Patogenesis vaginosis bakterial dengan G. vaginalis sebagai patogen7
utama
Faktor Stres
Stres adalah suatu peristiwa fisik atau emosional yang dapat mempengaruhi
tubuh dan / atau kesehatan emosional individu. Awalnya stres memicu respon fight-
or-flight. Pada saat yang sama pencernaan dan sistem kekebalan tubuh melambat.
respon stres dipertahankan, tubuh terus memproduksi kortison dalam jumlah tinggi,
yang dapat menyebabkan siklus tidur terganggu, peningkatan kebutuhan gizi dan
kekebalan menurun. Respon stres dan kekebalan rendah, dapat menyebabkan vagina
9
Penggunaan kontrasepsi
antara BV dan penggunaan IUD kurang jelas; beberapa penelitian telah menunjukkan
perdarahan yang tidak teratur memiliki dua kali lebih kemungkinan untuk
teratur bisa meningkatkan risiko akuisisi BV adalah, darah memiliki pH netral yang
Selain itu, lactobacilli adhesi pada sel-sel darah merah yang dapat mengakibatkan
konsentrasi lactobacillus vagina menurun pada wanita dengan perdarahan uterus yang
menunjukan keluhan atau gejala (asimtomatik). Bila ada keluhan, umumnya berupa
duh tubuh vagina abnormal yang berbau amis, yang seingkali terjadi setelah
hubungan seksual tanpa kondom. Jarang terjadi keluhan gatal, dysuria, dispareunia.
Umunya pasangan seksual atau suami pasien yang mengeluhkan mengani duh vagina
tersebut.
homogen, viskositas rendah atau normal, berbau amis, melekat di dinding vagina,
10
seringkali terlihat di labia dan fourchette, pH sekret vagina berkisar antara 4.5-5.5.
Tampak gambaran klasik dari vaginosis bakteri : keputihan yang berwarna putih
2.5 Diagnosis
riwayat sekresi vagina terus-menerus dengan bau yang tidak sedap. Kadang-kadang
abdomen namun keadaan ini jarang terjadi. Pada pemeriksaan inspekulo dapat
ditemukan sekret vagina yang berwarna putih atau abu-abu yang melekat pada
dinding vagina.2
11
sebagai standar diagnosis. Pemeriksaan ini digunakan untuk memperkirakan
Kriteria Nugent dan kriteria Amsel merupakan kriteria yang palin sering
digunakan. Namun demikian kriteria Amsel lebih disukai karena mudah, murah dan
lebih efektif dari pada penggunaan kriteria Nugent. Kriteria Hay Ison
a. Kriteria Amsel
2. Terdapat clue cells pada duh vagina (>20% total epitel vagina tampak pada
pemeriksaan sediaan basah dengan NaCl fisiologis dan pembesaran 100 kali
3. Timbul bau amis pada duh vagina bila ditetesi KOH 10%
12
b. Skor Nugent
Tabel 2.1 Skor Nugent dan Gram Stain dari vagina Smear12
Metoda ini digunakan untuk melihat proporsi bakteri pada pewarnaan gram
1. Grade 0 : tidak terkait dengan vaginosis bakterial, hanya sel epitel tanpa
13
2.5.2 Pemeriksaan
Sampel cairan vagina ditempatkan pada kaca objek dan solusi KOH 10%
untuk melakukan tes whiff; kehadiran amina bau "amis" yang kuat dianggap sebagai
Pada vagina yang sehat tidak ada bau yang timbul pada pemeriksaan diatas. Adanya
bau amis ( amine odor ) mengarahkan dugaan pada infeksi trichomonas atau
vaginosis bacterial.
b. Pemeriksaan pH
pada dinding vagina atau langsung di sekresi vagina yang dikumpulkan. pH normal
vagina biasanya a ntara 3,8 dan 4,5. pH lebih dari 4,5 dapat didiagnosis dengan
vaginosis bakteri.13
c. Pewarnaan Gram
Vaginosis bakterial adalah dengan melakukan pewarnaan Gram pada pulasan cairan
vagina. Kombinasi pH vagina 4.5 dan pewarnaan Gram dari cairan vagina
14
bakterial sering dihubungkan dengan isolasi Gardnerella vaginalis, suatu bakteri
anaerob, tetapi sampai saat ini cara tersebut tidak dapat dipakai untuk kriteria
diagnosis. Menurut Spiegel dkk, diagnosis vaginosis bakterial dapat ditegakan kalau
ditemukan campuran jenis bakteri termasuk morfotipe Gardnerella dan batang gram
positif atau gram negatif yang lain atau kokus atau kedua duanya.13,14
tanpa kultur pada cairan vagina untuk diagnosis bakterial dapat disebabkan oleh
wanita sehat. Hal ini juga diperkuat oleh hasil penelitian Thomason, dkk. yang tidak
diagnostik rendah.14
dukungan terhadap diagnosis lain dan menambah dukungan terhadap diagnosis klinik
dan pH vagina juga harus meningkat. Ketiga keadaan ini harus terjadi bersamaan.14
15
2.6 Diagnosis Banding
Mycoplasma H Mobilincus
predisposisi organisme
tungal
seropurulen- putih
kuning kehijauan).
16
Pemeriksaan Sediaan apus Sediaan Sediaan basah Nacl; Duh dari Tes whiff,
Penunjang gram . Kriteria langsung gram 0.9% sekret duh di dinding lateral clue cell,
yang khas
Sumber: Hakimi, M. 2011 Radang dan Beberapa Penyakit Lain pada Alat Genital. Ilmu Kandungan.
2.7 Tatalaksana
obat utama, serta aman diberikan pada perempuan hamil. Tinidazol, merupakan
sebagai obat untuk vaginosis bakterial. obat yang diberikan intravagina menunjukan
efikasi yang sama dengan metronidazol oral dengan efek samping sistemik yang lebih
sedikit.2
17
- Pasien dengan temuan mikroskopis vaginosis bakterial
- Metronidazole 500 mg: tablet oral, 2 kali sehari selama 7 hari, atau
hari.
2.8 Komplikasi
dengan insiden endometritis yang tinggi dan penyakit radang panggul setelah
keguguran, ketuban pecah dini, dan lahir preterm. Baik vaginosis bakterial
2.9 Prognosis
walaupun tidak menunjukkan gejala. Pengobatan ulang dengan antibiotik yang sama
dapat dipakai. Prognosis bakterial vaginosis sangat baik, karena infeksinya dapat
disembuhkan. Dilaporkan terjadi perbaikan spontan pada lebih dari 1/3 kasus.
tinggi (84-96%).16
18
BAB 3
KESIMPULAN
1. Vaginosis Bakterial adalah suatu keadaan yang abnormal pada vagina yang
reproduksi.
5. Menurut Amsel, ditegakkan Vaginosis Bakterial jika tiga dari empat gejala,
yakni: sekret vagina yang homogeny, putih, pH vagina>4.5, tes amin positif
pedoman yaitu, metronidazole 500 mg secara oral dua kali sehari selama 7
hari.
partum.
19
DAFTAR PUSTAKA
2. Menaldi SLS, Barono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi
:S1-5
8. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). A fact sheet from the office
20
9. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). A fact sheet from the office
11. Tessa M, Jacyln M.G, Gina M.S, Jenifer E,A, Jeffrey F.P. Risk of Bacterial
dari:http://nurse-practitioners-and physicianassistants.advanceweb.com/Features/
Articles/Bacterial-Vaginosis-Update.aspx
13. Rebecca G.K, David H.S. vaginitis. National STD Curriculum. 2017. Diunduh
dari: http://www.std.uw.edu/go/syndrome-based/vaginal-discharge/core-
14. Sylvia Y.M, Julius E.S. Diagnosis praktis vaginosis bakterial pada
74-78.
15. Hakimi, M. 2011 Radang dan Beberapa Penyakit Lain pada Alat Genital. Ilmu
Universitas Indonesia.
21