Anda di halaman 1dari 11

Ganesha Medicina Journal, Vol 1 No 1 Maret 2021

INFEKSI PADA VAGINA (VAGINITIS)

Luh Putu Prihandini Utami1, Ni Putu Dewi Sri Wahyuni2


1
Prodi Kedokteran, Universitas Pendidikan Ganesha
2
Prodi Kedokteran, Universitas Pendidikan Ganesha

e-mail: prihandini@undiksha.ac.id, sriwahyuni@undiksha.ac.id

Abstrak
Infeksi pada vagina sering dikenal dengan istilah vaginitis. Penyebab vaginitis,
70% diantaranya disebabkan oleh bakterial vaginosis, candidiasis, dan
trikomoniasis. Sedangkan sisanya 30% dapat disebabkan oleh faktor lain
seperti penurunan estrogen. Vaginitis terjadi pada wanita yang telah memasuki
fase pubertas maupun akan memasuki fase menopause dengan faktor resiko
berupa kurangnya higenitas, hubungan seksual tanpa pengaman dengan
banyak pasangan, penyakit menular seksual, dan lainnya. Gejala dan ciri khas
masing-masing tipe vaginitis dapat dibedakan berdasarkan gambaran
discharge yang dihasilkan serta kondisi fisik dari vagina. Dalam menentukan
diagnosis dari vaginitis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
pengukuran pH vagina, kriteria amsel, whiff test, dan mikroskopi menggunakan
KOH dan saline. Pengobatan vaginitis dapat dilakukan dengan pemberian obat
topical ataupun sistemik sesuai dengan tipe penyebab vaginitis. Penyakit infeksi
vagina ini tidak sampai menyebabkan kematian. Namun apabila tidak ditangani
dengan tepat dapat menimbulkan komplikasi, berupa radang panggul, servisitis
mukopurulent, selusitis vagina, kemudian apabila dialami oleh ibu hamil dapat
menyebabkan keguguran, ketuban pecah dini, kelahiran premature,
korioamnionitis, dan infeksi cairan ketuban. Prognosis pada penyakit vaginitis
ini umumnya baik dan hampir semua dapat disembuhkan, namun yang patut
diwaspadai adalah vaginitis yang berulang atau recurrent karena dapat
menyebabkan komplikasi. Pencegahan vaginitis dapat dilakukan dengan
tindakan menjaga higenitas vagina serta penggunaan pengaman saat
berhubungan seksual.

Kata kunci: Vaginitis, Gejala, Tatalaksana

Abstract
Vaginal infections are often known as vaginitis. The cause of vaginitis, 70% of
them are caused by bacterial vaginosis, candidiasis, and trichomoniasis. While
the remaining 30% can be caused by other factors such as decreased estrogen.
Vaginitis occurs in women who have entered the puberty phase and will enter
the menopause phase with risk factors such as lack of hygiene, unprotected
sexual intercourse with multiple partners, sexually transmitted diseases, and
others. The symptoms and characteristics of each type of vaginitis can be
distinguished based on the resulting discharge and physical condition of the
vagina. In determining the diagnosis of vaginitis investigations can be carried
out in the form of measurement of vaginal pH, amsel criteria, whiff test, and
microscopy using KOH and saline. Treatment of vaginitis can be done by giving
topical or systemic drugs according to the type of cause of vaginitis. This
vaginal infection does not cause death. However, if not handled properly can
cause complications, such as pelvic inflammation, mucopurulent cervicitis,
vaginal selusitis, then if experienced by pregnant women can cause
miscarriage, premature rupture of membranes, premature birth,
chorioamnionitis, and amniotic fluid infections. The prognosis for vaginitis is
generally good and almost all can be cured, but what should be wary of is
recurrent vaginitis because it can cause complications. Prevention of vaginitis

GMJ | 9
Ganesha Medicina Journal, Vol 1 No 1 Maret 2021

can be done with measures to maintain vaginal hygiene and use of protection
during sexual intercourse.

Keywords : Vaginitis, Symptom, Treatment

PENDAHULUAN
Vagina merupakan organ genital gangguan fungsi organ tersebut. Namun
interna pada wanita yang memiliki panjang infeksi pada vagina tak hanya disebabkan
sekitar 7-10 cm. Organ ini berbatasan oleh dua faktor diatas, infeksi juga dapat
dengan uretra dan kandung kemih pada terjadi akibat jamur ,alergi , dan iritasi.
bagian anterior, otot levator ani serta fascia Infeksi yang terjadi pada vagina ini
endopelvic pada bagian lateral, dan rectum sering disebut dengan Vaginitis. Dikatakan
pada bagian posterior. Secara histologis bahwa, 50-75% wanita akan mengalami
dinding vagina tersusun atas 3 lapisan vaginitis, satu kali dalam hidupnya.
yakni lapisan mukosa dengan epitel Penyebab utama vaginitis 70% umumnya
squamous non keratin, dibawahnya adalah akibat bakteria vaginosis,
terdapat lapisan tunika muskularis yang candidiasis vulvovaginal dan trikomoniasis
tersusun atas otot lurik dan otot polos, dengan presentase 40-50% pasien vaginitis
lapisan terakhir terdapat lapisan adventitia akibat bakteria vaginosis, 20-25% akibat
yang kaya akan kolagen dan elastin(Cohen, candidiasis vulvovaginitis, dan 15-20%
2019). Vagina berfungsi untuk akibat trichomonas vaginitis (Roby, 2019).
menghubungkan alat kelamin luar dengan Sedangkan 30% pasien kemungkinan
rahim, sebagai jalan keluarnya janin, serta menderita vaginitis akibat atrophic vaginitis,
sebagai saluran ekskresi pada saat wanita vaginitis inflamasi deskuamatif, dan
mengalami menstruasi (Utama, 2017). penyakit erosif vagina (Neal, 2019).
Dalam kondisi normal, pada vagina Vaginitis memang tidak sampai
hidup mikrobiota ( mikroorganisme yang menimbulkan kematian, namun apabila
hidup pada organ maupun jaringan tertentu) seorang wanita mengalami vaginitis dapat
yang berfungsi untuk melawan invasi dari mengakibatkan hilangnya rasa percaya diri,
patogen asing. Umumnya mikrobiota vagina terbatasnya fungsi seksual, bahkan depresi
normal terdiri atas kumpulan yang efeknya akan sangat berpengaruh
mikroorganisme aerob maupun anaerob. pada aktivitas sosial individu tersebut
Namun 90% mikrobiota vagina itu tersusun (Raphaelidis, 2015). Melihat latar belakang
atas Lactobacilli. Lactobacilli berperan tersebut, penulis ingin membahas lebih
penting dalam melindungi ekosistem vagina dalam mengenai penyakit infeksi pada
dari serangan patogen melalui produksi vagina secara lebih terperinci dan jelas,
lendir dan senyawa antimikroba seperti agar para wanita dapat mengetahui dan
asam laktat dan hidrogen peroksida membedakan macam-macam penyebab
(Graziottin, 2015). Asam laktat hasil dari infeksi pada vagina berdasarkan gejala
metabolisme glikogen inilah yang kemudian yang dialami, serta dapat mengobatinya
akan mengatur kadar keseimbangan pH dengan mandiri dan tepat.
pada vagina agar tetap berada pada
rentang normal yaitu 3,8 – 4,4 (Mendling, HASIL DAN PEMBAHASAN
2016). Perubahan yang terjadi pada pH Vaginitis merupakan penyakit yang
(tingkat keasaman) vagina dapat sering di alami pasien wanita, penyakit ini
disebabkan oleh adanya mikrobiota memiliki beragam variasi etiologi dan
pathogen yang hidup dan menginfeksi pengobatan, namun umumnya gejala yang
ekosistem vagina, contohnya adalah ditumbulkan masing-masing faktor
Bakterioides spp dan protozoa parasit T. penyebab vaginitis sama. Bakterial
Vaginalis (O’Hanlon, 2013). Efek infeksi dari Vaginosis merupakan salah satu penyebab
patogen tersebut dapat menimbulkan rasa vaginitis, dimana merupakan suatu keadaan
ketidaknyamanan dan rasa sakit serta terjadinya perubahan pertumbuhan flora

GMJ | 10
Ganesha Medicina Journal, Vol 1 No 1 Maret 2021

pada ekosistem vagina, yang umumnya melekat pada permukaan epitelnya. Selain
didominasi oleh bakteri Lactobacillus menghilangkan bakteri yang melekat,
digantikan oleh mikroorganisme anaerob pelepasan sel-sel epitel vagina yang kaya
yang dominan seperti Gardnerella vaginalis, glikogen menguntungkan bagi lactobacillli
Prevotella, Peptostreptococcus, selaku tuan rumah dengan menyediakan
Megasphaera, Leptotrichia, Sneathia, sumber nutrisi untuk lactobacilli, yang juga
Bifidobacterium, Dialister dan tiga spesies membantu tubuh dalam melawan bakteri
Clostridium yang dikenal sebagai bakteri patogen melalui pengeluaran bakteriosin
yang terkait dengan BV 1-3 Bacteroides spp serta menjaga keseimbangan pH vagina .
(Turovsky, 2011). Diagnosis Bakterial Sehingga eksistensi dari Bacterial vaginosis
vaginosis sering kali dikaitkan dengan dalam ekosistem vagina dapat
gangguan pada saluran reproduksi. dikendalikan.(Nasioudis, 2016).
Patogenesis BV diawali dengan masuknya Candidiasis Vulvovaginitis merupakan
bakteri-bakteri tersebut melalui hubungan penyebab kedua paling sering terjadinya
seksual, infeksi akibat operasi seperti vaginitis. Candida albicans merupakan
histerektomi, atau akibat higenitas yang penyebab yang sering ditemukan pada 70-
kurang dalam merawat ekosistem vagina. 90% kasus. Namun dapat juga disebabkan
Bakteri tersebut kemudian akan menempel oleh Candida glabrata, Candida tropicalis,
pada permukaan vagina dan mulai Candida parapsilosis, dan Saccharomyces
melepaskan campuran asam lemak rantai cerevisiae. Tanda dari infeksi Candida
pendek, seperti asam butirat dan suksinat, ditandai dengan terbentuknya keputihan
yang dapat memodulasi respons imun yang tebal serta bercak-bercak putih seperti
dengan memberikan efek negatif yang keju. Patogen ini dapat masuk kedalam
dapat mempengaruhi kemotaksis neutrofil ekosistem vagina setelah seorang wanita
dan monosit serta aktivitas fagositosis. mengalami menstruasi pertamanya. Hal ini
Bakteri tersebut juga memproduksi amina terjadi akibat adanya peningkatan hormon
biogenik yang dapat memfasilitasi dominasi estrogen yang menyebabkan peningkatan
bakteri vagina BV pada vagina(Nasioudis, glikogen pada vagina. Selain itu juga dapat
2016). terjadi pada wanita dengan penggunaan
Pada kasus BV akibat bakteri antibiotik spectrum luas, mengidap diabetes
Gardnella Vaginalis, bakteri tersebut mellitus, serta infeksi HIV (Quan,2010).
memproduksi sitolisins yang menyebabkan Untuk mengidentifikasi spesies Candida
kematian sel, serta sialidase, profil, dan dapat dilakukan dengan penggunaan
putresin, yang dapat memainkan peran spesimen KOH. Masuknya Candida
dalam menurunkan faktor pelindung kedalam ekosistem vagina salah satunya
mukosa seperti musin (Onderdonk, 2016). dapat dimulai dari adanya bakteri ini pada
Zat besi, seng, dan mangan merupakan bagian perineum area perianal, yang
nutrisi penting bagi bakteri ini, nutrisi kemudian akan masuk melalui hubungan
tersebut yang akan berpengaruh pada laju sexual, kemudian menempel pada epitelium
reproduksinya. Tubuh kemudian akan vagina. Selain itu, lingkungan dan higenitas
merespon zat-zat tersebut melalui respon wanita juga dapat mempengaruhi adanya
imun yaitu dengan dikeluarkannya Candida pada vagina (Mills, 2017).
antimikrobial peptide seperti Cathelicidin Pada ekosistem vagina, awalnya
yang hadir dalam bentuk sekresi vaginal Candida Albicans akan berbentuk bulat
yang kemudian bertindak sebagai racun telur (Y), kemudian berubah menjadi
dan menginduksi migrasi neutrofil dan organisme dengan hifa berbentuk (H).
monosit atau makrofag dan mengaktifkan Umumnya bentuk Y dari Candida Albicans
sel-sel inflamasi untuk melepaskan sitokin ini bersifat komensalisme, sedangkan untuk
proinflamasi. bentuk H lebih bersifat pathogen. Ketika
Sebelum dikeluarkannya respon imun, berada diekosistem vagina, epitel vagina
epitel pada permukaan vagina terlebih akan menghambat bentuk Y tersebut agar
dahulu memberikan respon berupa tidak berubah bentuk menjadi H. Ketika
pengelupasan sel-sel epitel untuk mekanisme pertahanan tidak dapat
mengeluarkan mikroorganisme yang menekan perubahan bentuk tersebut,

GMJ | 11
Ganesha Medicina Journal, Vol 1 No 1 Maret 2021

bentuk Y akan berubah menjadi hifa, hifa inang untuk mendapatkan nutrisi makanan.
(H) ini kemudian akan membentuk biofilm Trichomonas vaginalis mengeluarkan
yang kuat, melekat, dan akan menyerang berbagai macam zat untuk dapat terus
epitel vagina. Sel-sel epitel akan dilisiskan melekat pada epitel vagina. Lipoglikan pada
oleh hifa dan kemudian bersama sel permukaan Trichomonas vaginalis
inflamasi akan membentuk cairan vagina merupakan penyebab protozoa ini mampu
yaitu keputihan sebagai tanda dan gejalan bertahan melekat sekaligus mampu
dari vulvovaginal candidiasis . Adanya mematikan sel inang atau epitel vagina. Zat
serangan pathogen ini menyebabkan protease yaitu sitokin protease dan protein
munculnya respon imun pada vagina. palmitoilasi juga dianggap penting dalam
Dikeluarkannya sel dendritik (DC), T-helper, perlekatan Trichomonas vaginalis pada
limfosit pengatur dan sitotoksik, B-limfosit epitel vagina. Protease yang dihasilkan dari
dan sel pembunuh alami yang protozoa ini sangat membatu dalam
menghasilkan sitokin pelindung dan merusak epitel vagina . Sama seperti
kemokin yang berperan dalam melavan mekanisme sebelumnya masuknya
invasi dari patogen ini agar tidak semakin trichomonas vaginalis ini kemudian akan
luas. merangsang tubuh untuk mengeluarkan
Selain itu sel epitel juga berperan respon imun guna menghilangkan
penting dalam melawan pathogen ini. Sel- keberadaan trichomonas vaginalis pada
sel epitel vagina tidak hanya merupakan ekosistem vagina.(Mercer, 2018).
penghalang mekanis dan penangkap Athropic Vaginitis. Vaginitis ini terjadi
dengan bahan permukaan seperti musin akibat berkurangnya kadar serum estrogen .
dan keratin. , namun juga dapat mendeteksi Reseptor estrogen, alfa dan beta,
bahaya yang ditimbulkan oleh patogen dan diekspresikan di seluruh epitel skuamosa,
merespons dengan aktivasi sel dan sekresi jaringan ikat dan otot polos vulva, vagina,
mediator imun yang memicu peradangan uretra, dan trigonum kandung kemih dan
dan respons imun. Kompleks multiprotein sangat penting untuk memediasi berbagai
intraseluler, yang disebut 'inflamasi', fungsi biokimia dan fisiologis reproduksi
menerjemahkan sinyal bahaya yang terkait wanita . Dengan hilangnya stimulasi
dengan patogen atau produknya ke dalam estrogen, perubahan besar terjadi dalam
aktivasi kekebalan. Rekrutmen sel mukosa vulvovaginal dan urogenik. Hasil
polimorfonuklear ke vagina, sitokin dari perubahan ini adalah hilangnya
(terutama IL-1b dan IL-18) produksi dan elastisitas mukosa keseluruhan dan
aktivasi subset limfosit T-helper 1 dan penipisan sel epitel vagina. Menipisnya
(dengan beberapa kontroversi) T-helper 17 lapisan pada epitel vagina menyebabkan
telah dikaitkan dengan peran dalam anti- permukaan vagina sangat rentan terhadap
perlindungan Candida. (Cassone, 2014). infeksi sekunder patogen lain. Terjadinya
Trikomoniasis Vaginitis merupakan penipisan sel epitel dapat menyebabkan
infeksi menular seksual yang umum dialami penurunan kadar glikogen yang kemudian
oleh seorang wanita. Penyebabnya adalah akan berakibat pada penurunan lactobacilli
akibat infeksi dari Trichomonas vaginalis yang berperan sebagai mikrobiota
yang dapat masuk akibat hubungan seksual pelindung ekosistem vagina, sehingga
atau lingkungan dan ekosistem vagina yang dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri
kurang higenis. Organisme ini merupakan patogen. Selain itu penurunan esterogen
tropozoit flagela, dengan lima flagela yang juga menyebabkan vagina kehilangan
berperan membantu motilitasnya, tropozoit rugae, terjadinya distensibilitas, dan ada
ini juga dapat berbentuk ameboid ketika pemendekan dan penyempitan vagina.
bersentuhan dengan inang dan berbentuk Mukosa vagina, introitus, dan labia minora
pseudokista pada suhu dingin (Lewis, menjadi tipis, pucat, dan kering.
2014). Patogenesis Trichomonas Vaginalis Vaskularisasi pada daerah sekitar vagina
diawali dengan masuknya protozoa ini ke juga dapat berkurang. Kita ketahui bahwa
dalam ekosistem vagina yang kemudian vagina tidak mempunyai sel goblet dan
akan menempel pada epitel vagina. Setelah tidak menghasilkan mucus sendiri, cairan
itu ia akan melilsiskan dan memakan sel sekresi vagina merupakan transudat dari

GMJ | 12
Ganesha Medicina Journal, Vol 1 No 1 Maret 2021

pembuluh darah disekitarnya, oleh karena abnormal (Sobel, 2011).


itu apabila kadar serum esterogen menurun Kriteria untuk menetapkan diagnosis
jumlah dan konsistensi mukosa vagina juga vaginitis ini terdiri dari ada tidaknya infeksi
ikut menurun (Stika, 2010). Vaginitis ini dan stenosis pada vagina, ada tidaknya
dapat juga disebut sebagai vaginitis vaginitis purulen eksudatif, ditemukannya
hipoestrogenik. Vaginitis ini biasanya tanda-tanda pengelupasan epitel, pH
dialami oleh wanita yang telah mencapai vagina meningkat, serta pada pewarnaan
fase menopause. Dapat terjadi karena gram ditemukan bakteri gram positif cocci
berbagai faktor seperti, ooforektomi, dimana pada keadaan normal seharusnya
kontrasepsi oral, serta obat anti estrogenik terdapat bakteri gram positif bacilli. Tidak
(Neal,2019). seperti vaginitis atrofi, gangguan ini tidak
Di dalam vagina wanita yang telah responsif terhadap terapi estrogen.
mengalami menopause atau premenopause (Bradford, 2010).
akan terdapat bakteri Doderlein Beragam faktor resiko dapat
lactobacillus yang berperan sebagai flora menyababkan terjadinya penyakit infeksi
dominan, dan memiliki kemampuan untuk vagina ini, umumnya vaginitis terjadi pada
mengubah glikogen menjadi asam laktat wanita setelah memasuki fase pubertas
yang kemudian akan menjaga atau memasuki fase menopause. Karena
keseimbangan pH vagina. Selain itu vaginitis dapat dialami oleh setiap wanita
hidrogen peroksida juga dihasilkan, dengan minimal satu kali episode vaginitis
kombinasi keduanya akan membantu dalam kehidupannya maka dari itu patut
menekan potensi infeksi vagina akibat kiranya wanita mewaspadai faktor-faktor
patogen lain . berikut.
Faktor lain selain status estrogen Pada bakterial vaginosis dapat
yang dapat mempengaruhi keparahan dialami oleh individu dengan sosial ekonomi
gejala genital adalah wanita yang tidak yang rendah, sering membersihkan vagina
pernah melahirkan melalui vagina. Wanita dengan cairan antiseptic atau pewangi,
yang melahirkan tidak melalui persalinan merokok, melakukan hubungan seksual
per vaginam cenderung lebih bergejala tanpa pengaman, melakukan hubungan
daripada wanita yang telah mengalami seksual dengan lebih dari satu partner,
peregangan vulvovaginal. Kondisi serta personal hygine yang kurang. Untuk
penurunan estrogen ini dapat diperburuk faktor resiko dari candidiasis vulvovaginitis
oleh aktivitas merokok dengan menurunkan dapat disebabkan akibat penggunaan
perfusi genital dan selanjutnya mengurangi antibiotic spectrum luas, mengidap diabetes
ketersediaan estrogen dalam mukosa melitus, adanya infeksi HIV, serta adanya
vulvovaginal. Seperti yang telah dijelaskan penggunaan kortikosteroid dan
sebelumnya bahwa esterogen berperan imunosupresan jangka panjang.
penting untuk tetap menjaga ekosistem Untuk faktor resiko dari
vagina dari pertumbuhan mikrobiota trikomoniasis vaginitis sendiri dapat
patogen.(Stika, 2010). disebabkan oleh tindakan sex bebas,
Vaginitis Inflamasi Deskuamatif penggunaan narkoba, merokok, melakukan
merupakan vaginitis non infeksi yang khas hubungan seksual tanpa pengaman,
dan menyakitkan.Vaginitis ini jarang dialami adanya penyakit infeksi seksual menular
oleh wanita, cirinya adalah ruam pada pada pasangan, serta personal hygine yang
vagina, produksi cairan purulen yang kurang. Faktor resiko athropik vaginitis
berlebih serta timbulnya rasa sakit yang dapat terjadi pada wanita yang telah
berulang atau terus-menerus. Etiologi mengalami menopause, laktasi, tindakan
vaginitis ini tidak diketahui dan sering tidak ooforektomi, terapi radiasi, kemoterapi,
terdiagnosis. Apabila dilihat secara adanya gangguan imunologis, gangguan
mikroskopik epitel vagina menunjukkan endokrin, serta konsumsi obat antiestrogen.
adanya peningkatan yang nyata pada sel- Sedangkan vaginitis inflamasi
sel inflamasi, terutama leukosit desquamatif. dapat terjadi pada wanita
polimorfonuklear dan sel epitel parabasal, perimenopause, wanita seksual aktif,
bersama dengan peningkatan flora vagina hubungan seksual tanpa pengaman,

GMJ | 13
Ganesha Medicina Journal, Vol 1 No 1 Maret 2021

melakukan hubungan seksual dengan lebih yang mulai tumbuh. Selain pemeriksaan
dari satu partner, serta personal hygine mikroskopis kultur bakteri juga dapat
yang kurang. (Hainer, 2011). Dapat dilihat digunakan untuk membantu menegakkan
dari faktor-faktor tersebut sebagian besar diagnosis. (Mills, 2017).
disebabkan oleh pola hidup wanita yang Untuk trikomoniasis vaginitis, gejala
kurang sehat. Kebiasaan-kebiasaan buruk dan tanda trikomoniasis umumnya tidak
tersebut dapat menyebabkan terjadinya spesifik, dan diagnosis dapat dilakukan
pergeseran pH vagina, berkurangnya dengan menggunakan mikroskop. Tanda
Lactobascilus sp. sebagai flora normal dari trikomoniasis adalah terlihatnya
vagina, sehingga menyebabkan trichomonas vaginalis dengan saline pada
pertumbuhan berlebih dari mikrobiota mikroskop, leukosit juga terlihat lebih
patogen yang ada di vagina. Kemudian banyak daripada sel epitel, apabila
faktor resiko dari tiap etiologi vaginitis ini dilakukan Whiff test hasilnya positif, dan pH
cenderung serupa antara satu dengan yang vagina didapatkan lebih tinggi dari 5,4. Ciri
lainnya, untuk itu pemeriksaan penunjang khasnya adalah keputihan abnormal yang
diperlukan guna menegakkan diagnosis berwarna kuning kehijauan, adanya
infeksi vagina ini. dispareunia, nyeri dan gatal vulvovaginal,
Setiap jenis vaginitis memiliki serta nyeri saat buang air kecil, eritema
manifestasi klinis yang hampir mirip dengan vulvovaginal, keluarnya cairan, dan kadang-
satu sama lain, namun tetap terdapat faktor kadang perdarahan pada mukosa vagina
pembeda yang membedakan tipe-tipe dan serviks (Mills, 2017), dapat dilihat pada
vaginitis tersebut. Hal ini tergantung dari gambar 3.
etiologi penyebab vaginitis. Umumnya ciri Pada athropic vaginitis manifestasi
dari vaginitis adalah keluarnya cairan klinis yang dapat terjadi adalah adanya
berbau, rasa gatal, dan dispareunia atau dispareunia, vagina kering, gatal, rasa
rasa sakit terus menerus pada vagina. terbakar, cairan purulen, eritema vagina,
Gejala atau manifestasi klinis yang dan petekia. Dapat dilihat pada gambar 4
dialami pasien dengan bakterial vaginosis Pada atropik vaginitis pH vagina akan
umumnya adalah adanya keputihan yang meningkat di atas 4,5. Ciri khasnya adalah
abnormal dengan bau amis, pruritus, serta pada pemeriksaan mikroskop terlihat
iritasi. Ciri khas dari bakterial vaginosis mukosa vagina yang tipis dengan lapisan
adalah adanya keputihan dengan warna yang lebih sedikit akibat penurunan kadar
putih atau abu-abu yang terlihat pada serum esterogen (Neal, 2019).
dinding samping vagina dengan Untuk vaginitis inflamasi
pemeriksaan spekulum (Mills, 2017) Dapat deskuamatif manifestasi klinis dari vaginitis
dilihat pada gambar 1. Sedangkan tipe ini adalah terjadinya dispareunia berat,
manifestasi klinis seseorang yang pruritus, iritasi , erosi dengan batas yang
mengalami vaginitis akibat candidiasis jelas, dapat dilihat pada gambar 5. Lesi
dapat dilihat pada gambar 2 adalah muncul dalam pola yang terlihat linier , dan
ditemukannya keputihan yang kental dalam kadang-kadang terdapat ekimosis, pH lebih
jumlah banyak dan gatal, terasa pegal, tinggi dari 5. Ciri khasnya adalah keputihan
disuria eksternal, dan dispareunia. Terdapat purulen dan ruam pada vagina, serta
kemerahan, pembengkakan dan eritema adanya peningkatan sel inflamasi (neutrofil)
vagina yang dapat dilihat pada pemeriksaan ,dan kurangnya dominasi Lactobacilli ketika
fisik. Ciri khas dari candidiasis adalah dilakukan pemeriksaan dengan
adanya bercak-bercak keputihan yang putih menggunakan mikroskop (Mills, 2017).
seperti keju . PH vagina biasanya normal.
Tidak ada bau ketika sekresi vagina
dicampur dengan 10% KOH (tes bau).
Pemeriksaan penunjang untuk candidiasis
vulvovaginitis adalah dengan pemeriksaan
mikroskopis epitel vagina dalam saline atau
dalam 10% KOH karena dapat
mengungkapkan adanya ragi atau miselia

GMJ | 14
Ganesha Medicina Journal, Vol 1 No 1 Maret 2021

Gambar 1. Menunjukkan gambaran discharge


pada vaginitis bakterial vaginosis (Paavonen
dan Brunham, 2018)
Gambar 4. Menunjukkan gambaran vagina pada
atropik vaginitis (Stika, 2010)

Gambar 5. Menunjukkan gambaran discharge


pada vaginitis inflamasi deskuamatif (Paavonen
dan Brunham, 2018)

Gambar 2. Menunjukkan gambaran discharge Perbedaan pada etiologi setiap


pada candidiasis vulvovaginitis (Sobel, 2014) jenis vaginitis, mengharuskan seorang
wanita yang diduga memiliki gejala vaginitis,
untuk melakukan sejumlah pemeriksaan
penunjang guna menegakkan diagnosis
vaginitis tersebut. Berikut merupakan
pemeriksaan penunjang yang hendaknya
dilakukan guna mengetahui etiologi atau
penyebab pasti vaginitis pada wanita
sehingga dapat dilakukan pengobatan yang
tepat.
Pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan oleh seorang wanita adalah
pemeriksaan dengan kriteria Amsel. Kriteria
Amsel berguna dalam penegakan diagnosis
pada wanita yang diduga mengalami
bacterial vaginosis. Kriteria tersebut
diantaranya adalah adanya peningkatan
keputihan yang tipis dan homogeneous
atau berwarna putih seperti susu, pH vagina
lebih dari 4,5, terdapat bau amina ketika
Gambar 3. Menunjukkan gambaran discharge larutan kalium hidroksida 10% ditambahkan
pada trikomoniasis vaginitis(Lewis, 2014) ke setetes cairan vagina serta kehadiran sel

GMJ | 15
Ganesha Medicina Journal, Vol 1 No 1 Maret 2021

petunjuk dalam preparat basah. Apabila terkandung dalam cairan vagina guna
seorang wanita mengalami 3 dari 4 kriteria menegakkan diagnosis, dilakukan dengan
tersebut dapat dipastikan mengalami mengambil specimen cairan vagina
bakteral vaginosis (Mohammadzadeh, kemudian diletakkan dipeparat dan
2014). diteteskan saline atau 10% KOH kemudian
Kedua, pengukuran pH vagina. diamati pertumbuhan mikrobiota pathogen
Pengukuran pH penting dilakukan, karena didalamnya lewat mikroskop. Apabila
umumnya infeksi yang terjadi pada vagina lactobacilli ditemukan sedikit atau bahkan
menyebabkan pH vagina meningkat, dari tidak ada dapat menjadi pertanda adanya
yang mulanya normal sekitar 3,8-4,4, naik infeksi disebabkan oleh bacterial vaginosis
menjadi diatas 4,5. Test pH ini dilakukan atau vaginitis inflamasi deskuamatif,
dengan mencelupkan pH strip pada cairan kemudian apabila ditemukan protozoa motil
vagina, kemudian amati perubahan warna dengan flagella dan lebih banyak sel
yang terjadi, umumnya rentangan pH leukosit dibanding epitel, kemungkinan
tersebut 0 hingga 6. Test ini dapat disebabkan oleh trichomoniasis. Jika
dilakukan untuk pada tiap jenis vaginitis, ditemukan fillamen yang dirangkai oleh ragi
serta memiliki biaya yang terjangkau dalam serta terdapat miselium dapat menjadi
pelaksanaannya (Mills, 2017) pertanda adanya infeksi vulvovaginal
Ketiga, Whiff Test. Test ini hampir candiasis, apabila pada mikroskop mukosa
mirip dengan ph test, dimana untuk vagina lebih sedikit dibanding jumlah
mengetahui penyebab infeksi diperlukan normalnya dapat menjadi pertanda adanya
swab vagina terlebih dahulu guna atropik vaginitis.(Mills, 2017).
mengambil spesimen cairan vagina, Kelima, kultur mikrobiologi. Kultur
kemudian cairan diletakkan pada kaca bakteri penting dilakukan untuk mengetahui
preparat dan diteteskan 10% potassium mikrobiota patogen penyebab infeksi dan
hydroxide (KOH), kemudian dilakukan keberlimpahannya, studi virulensi,
penilaian terhadap baunya, dikatakan positif kerentanan antibiotik, dan urutan genomnya
apabila timbul bau amis atau fishy odor . sehingga memudahkan dalam pemahaman
Keuntungan melakukan uji Whiff test adalah dan pengobatan penyakit yang disebabkan
bahwa tes ini dapat dilakukan tanpa oleh mikrobiota patogen. Kultur dilakukan
spekulum, dan penggunaan antibiotik dapat dengan membiakkan mikroorganisme pada
dibatasi. Tetapi dibandingkan dengan medium tertentu. Dalam pelaksanaan kultur
pemeriksaan spekulum, whiff test tidak akan mikrobiologi terdapat variasi mulai dari
dapat mendiagnosis kondisi seperti waktu inkubasi, nutrisi, media, atmosfer,
servisitis, erosi serviks dan PID. Hasil uji pH dan suhu yang disesuaikan dengan
dan uji Whiff sebanding dengan uji kebutuhan yang diperlukan.
mikroskop dan tes ini lebih hemat biaya Untuk tatalaksana masing-masing
serta memakan waktu lebih sedikit jenis vaginitis berbeda-beda disesuaikan
dibandingkan dengan uji mikroskop. dengan etiologi vaginitis tersebut. Berikut
(Damke, 2016). merupakan beberapa obat-obatan yang
Keempat, mikroskopi dengan saline dapat digunakan dalam mengobati vaginitis.
atau KOH. Mikroskop dapat digunakan
untuk mengetahui mikrobiota yang

Tabel 1. Tatalaksana Vaginitis


Tipe Vaginitis Obat Dosis
Bakterial Vaginosis Konsumsi umum :
1. Metronidazole 500 mg tabet 500 mg 2x sehari dalam 7 hari
2. Metronidazole 0,75% gel 5 gr setiap hari dalam 5 hari
3. Clindamycin 2% cream 5 gr saat waktu tidur dalam 7 hari
4. Tinidazole 2 gr tablet 2 gr sehari untuk 2 hari
5. Tinidazole 1 gr tablet 1 gr sehari untuk 5 hari
6. Clindamycin 300 mg tablet 300 mg 2z sehari selama 7 hari
7. Clindamycin 100 mg ovule 1 ovule pada waktu tidur dalam 3 hari

GMJ | 16
Ganesha Medicina Journal, Vol 1 No 1 Maret 2021

Utuk ibu hamil : 2x sehari dalam 7 hari


1. Metronidazole 500 mg tablet 3x sehari dalam 7 hari
2. Metronidazole 250 mg tablet 2x sehari dalam 7 hari
3. Clindamycin 300 mg tablet
Candidiasis Candidiasis tidak rumit :
Vulvovaginitis 1. Miconazole 4% krim 5 gr 1x sehari selama 3 hari
2. Miconazole vaginal supositori 100 mg supositori 1x dalam 7 hari 200
mg supositori 1x dalam 3 hari
1200 mg supositori dalam dosis
3. Tionidazole 6,5% salep tunggal
4. Terconazole 0.4% krim 5 gr intravaginal dalam dosis tunggal
5 gr intravaginal 1x sehari dalam 7 hari
5. Terconazole 0.8% krim
 5 gr intravaginal 1x sehari dalam 3
hari
150 mg oral dosis tunggal
6. Fluconazole 150 mg tablet
5 gr intravaginal 1x sehari dalam 3 hari
7. Butoconazole 2% krim 5 gr intravaginal 1x sehari dalam 3 hari
8. Clotrimazole 2% krim
Candidiasis Candidiasis rumit :
Vulvovaginitis 1. Topical agen 7-14 hari
2. Fluconazole 100, 150, atau 200 mg orally 1x sehari
dalam 3 hari untuk 3 dosis
3. Topikal azole Intravaginal 1x sehari 7-14 hari
Candidiasis nonalbican:
4. Nonfluconazole azole 7-14 hari
(oral atau topical)
5. Kapsul gelatin asam Intravaginal 1x sehari dalam 14 hari
borat
Untuk ibu hamil : Intravaginal 1x sehari dalam 7 hari
1. Topical azole

Konsumsi umum :
Trikomoniasis 1. Metronidazole 2 gr oral 2 gr oral pada dosis tunggal
Vaginitis 2. Tinidazole 2 gr oral 2 gr oral pada osis tunggal
3. Metronidazole 500 mg 500 mg oral 2x sehari selama 7 hari
Untuk ibu hamil :
1. Metronidazole 2 gr oral 2 gr oral pada dosis tunggal
Athropik 1. Estrogen (krim) 0,5 – 1 gr 2x sehari dalam 7 hari
Vaginitis Contohnya : Premarin
2. Estradiol (krim) 2 – 4 gr 1-2 minggu
Contohnya: Estrace
3. Tablet Estradiol 10 – 25 1x sehari selama 14 hari
mcg
Vaginitis 1. Clindamycin 2 % Krim Setiap malam
Inflamasi 2. Hidrokortison 25 mg Setiap malam selama 14 hari
Deskuamatif supositori atau 10%
hidrokortisone krim

Vaginitis merupakan penyakit umum servicitis mukopurulent, selusitis vagina,


yang sering dialami oleh wanita, umumnya kemudian apabila dialami oleh ibu hamil
penyakit infeksi ini tidak sampai dapat menyebabkan keguguran, ketuban
menyebabkan kematian. Namun apabila pecah dini, kelahiran premature,
tidak ditangani dengan tepat dapat korioamnionitis, dan infeksi cairan ketuban.
menimbulkan komplikasi. Pada wanita yang Trikomoniasis vaginitis juga memiliki resiko
mengidap bakterial vaginosis dapat terjadi tinggi terhadap penyebab terjadinya
komplikasi berupa radang panggul, keguguran pada ibu hamil, kelahiran

GMJ | 17
Ganesha Medicina Journal, Vol 1 No 1 Maret 2021

premature, serta karioamnionitis. Pada lembab, usahakan agar tetap kering. Tidak
wanita biasa trichomonas vaginitis dapat menggunakan pembersih kewanitaan yang
menyebabkan neoplasia serviks, radang terlalu banyak mengandung bahan kimia.
panggul, infertilitas tuba, serta faktor resiko Mencukur bulu kemaluan agar tidak terlalu
penularan virus HIV (Quan, 2010). Pada lebat karena dapat menyebabkan
infeksi candidiasis vulvovaginitis apabila ekosistem vagina menjadi lembab.
tidak ditangani dengan baik dapat Kemudian menggunakan pengaman berupa
menyebabkan kondisi paling parah dan kondom bila melakukan hubungan seksual,
kronis yang dikenal sebagai candidiasis hindari seks bebas, lakukan hubungan
vulvovaginitis berulang (Cassone, 2014). seksual yang aman. Pencegahan yang
Pada athropic vaginitis dapat menyebabkan dilakukan ini berupaya agar patogen
iritasi vagina atau vulva, kondisi penginfeksi tidak dapat masuk kemudian
dermatologis vulva seperti lichen planus tumbuh dan berkembang serta merusak
atau peradangan pada kulit dan selaput ekosistem vagina (Sumarah,2017).
lendir, lichen sklerosis yaitu bercak putih
pada kulit daerah genital, dan vulvodinia KESIMPULAN
yaitu nyeri kronis pada lubang vagina. Pada Vaginitis merupakan penyakit infeksi
vaginitis inflamasi deksuamatif komplikasi pada vagina yang umum dialami oleh
yang dapat terjadi adalah timbulnya wanita. Infeksi ini dapat disebabkan oleh
keputihan purulen terus-menerus disertai berbagai macam penyebab. Untuk
rasa nyeri (Roby, 2019). memastikan penyebabnya, terdapat
Prognosis pada penyakit vaginitis ini berbagai macam test yang dapat dilakukan.
umumnya baik dan hampir semua dapat Gejala dari penyakit ini umumnya berupa
disembuhkan apabila diberikan pengobatan keputihan abnormal, bau vagina yang tak
yang tepat serta konsumsi obat dengan sedap, rasa nyeri pada saat kencing
teratur oleh pasien, pengobatan juga ataupun berhubungan seksual, serta gatal.
hendaknya diberikan sedini mungkin agar Vaginitis tidak akan membahayakan apabila
tidak sampai menimbulkan komplikasi, ditangani dengan tepat. Pengobatan yang
namun yang patut diwaspadai adalah diberikan haruslah sesuai dengan
terjadinya vaginitis yang berulang atau penyebab yang ada. Namun tidak menutup
recurrent karena dapat menyebabkan kemungkinan akan terjadi infeksi berulang
peningkatan terjadinya komplikasi. serta komplikasi apabila pengobatan yang
Hal-hal yang perlu dilakukan seorang diberikan tidak tepat , ketidak patuhan
wanita untuk mencegah penyakit infeksi pasien dalam mengkonsumsi obat yang
pada vagina ini dapat melalui tindakan- diberikan, serta gaya hidup pasien yang
tindakan yang berkaitan dengan kebersihan kurang bersih dan sehat. Vaginitis dapat
atau higenitas vagina. Karena kita ketahui dicegah dengan cara menerapkan gaya
bersama umumnya infeksi terjadi pada hidup bersih dan sehat sehingga dapat
vagina dengan higenitas yang relative menjaga dan meningkatkan kebersihan
rendah, meskipun demikian tak menutup serta higenitas ekosistem vagina.
kemungkinan ada faktor lain juga yang
dapat memicu terjadinya vaginitis. Oleh DAFTAR PUSTAKA
karena itu penting sekali bagi wanita untuk Bradford, J., & Fischer, G. 2010.
menjaga kebersihan vagina dengan cara Desquamative Inflammatory
rutin mebersihkan vagina setiap mandi Vaginitis. Journal of Lower Genital
dengan arah dari atas kebawah atau Tract Disease, 14(4), 306–310.
tangan tidak sampai mengenai anus, rutin Cassone, A. 2014. VulvovaginalCandida
mengganti pembalut setidaknya 4x sehari albicansinfections: pathogenesis,
ketika menstruasi, menggunakan pakaian immunity and vaccine prospects.
dalam yang tidak terlalu ketat dan BJOG: An International Journal of
usahakan berbahan dasar kapas, sehingga Obstetrics & Gynaecology, 122(6),
mudah menyerap keringat. Mengeringkan 785–794.
daerah kewanitaan dengan baik sehabis Cohen Sacher, B. 2019. The Normal Vulva
mandi atau buang air kecil, sehingga tidak and Vagina. Vulvar Disease, 7–19.

GMJ | 18
Ganesha Medicina Journal, Vol 1 No 1 Maret 2021

Damke, S. S., Fule, R. P., & Tankhiwale, N. Desquamative Inflammatory


S. 2016. Utility of Ph and whiff test Vaginitis. New England Journal of
for screening of abnormal vaginal Medicine, 379(23), 2246–2254.
discharge among women of Quan, M. 2010. Vaginitis: Diagnosis and
reproductive age in rural area. Management. Postgraduate
International Journal of Current Medicine, 122(6), 117–127.
Research and Review, 8(10), 33. Raphaelidis, L. 2015. Uncommon Vaginitis
Graziottin, A., & Gambini, D. 2015. Cases: Expect the Unexpected. The
Anatomy and physiology of genital Journal for Nurse Practitioners,
organs–women. In Handbook of 11(1), 135–138.
Clinical neurology (Vol. 130, pp. 39- Roby, K. F. 2019. Vaginitis. Reference
60). Elsevier. Module in Biomedical Sciences.
Hainer, B. L., & Gibson, M. V. 2011. Sobel, J. D., Reichman, O., Misra, D., &
Vaginitis: diagnosis and treatment. Yoo, W. 2011. Prognosis and
American family physician, 83(7), Treatment of Desquamative
807-815. Inflammatory Vaginitis. Obstetrics &
Lagier, J.-C., Edouard, S., Pagnier, I., Gynecology, 117(4), 850–855.
Mediannikov, O., Drancourt, M., & Sobel, J. D. 2014. Genital candidiasis.
Raoult, D. 2015. Current and Past Medicine, 42(7), 364–368.
Strategies for Bacterial Culture in Stika, C. S. 2010. Atrophic vaginitis.
Clinical Microbiology. Clinical Dermatologic Therapy, 23(5), 514–
Microbiology Reviews, 28(1), 208– 522.
236. Sumarah, S., & Widyasih, H. 2017. Effect of
Lewis, D. 2014. Trichomoniasis. Medicine, Vaginal Hygiene Module to Attitudes
42(7), 369–371. and Behavior of Pathological
Mendling, W. 2016. Normal and abnormal Vaginal Discharge Prevention
vaginal microbiota. Among Female Adolescents in
LaboratoriumsMedizin, 40(4). Slemanregency, Yogyakarta,
Mills, B. B. 2017. Vaginitis. Obstetrics and Indonesia. Journal of family &
Gynecology Clinics of North reproductive health, 11(2), 104.
America, 44(2), 159–177. Turovskiy, Y., Sutyak Noll, K., & Chikindas,
Mohammadzadeh, F., Dolatian, M., Jorjani, M. L. 2011. The aetiology of
M., & Alavi Majd, H. 2014. bacterial vaginosis. Journal of
Diagnostic Value of Amsel’s Clinical Applied Microbiology, 110(5), 1105–
Criteria for Diagnosis of Bacterial 1128.
Vaginosis. Global Journal of Health Utama, B. I., & Ermawati, E. 2017. Septum
Science, 7(3). Vagina Transversa. Andalas
Neal, C. M., Kus, L. H., Eckert, L. O., & Obstetrics and Gynecology Journal,
Peipert, J. F. 2019. Non-Candidal 1(2), 68-72.
Vaginitis: A Comprehensive
Approach to Diagnosis &
Management. American Journal of
Obstetrics and Gynecology.
O’Hanlon, D. E., Moench, T. R., & Cone, R.
A. 2013. Vaginal pH and
Microbicidal Lactic Acid When
Lactobacilli Dominate the
Microbiota. PLoS ONE, 8(11),
e80074.
Paavonen, J., & Brunham, R. C. 2018.
Bacterial Vaginosis and

GMJ | 19

Anda mungkin juga menyukai