SYOK ANAFILAKTIK
DOSEN PEMBIMBING
DI SUSUN OLEH :
Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kamin dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammd SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di
akhirat nanti.
i
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan syok anafilaktik ?
b. Apa yang saja faktor-faktor penyebab syok anafilaktik ?
c. Bagaimana gangguan pada organisme yang sakit ?
d. Apa saja tanda-tanda klinis syok anafilaktik ?
e. Apa terapi yang digunakan untuk syok anafilaktik baik
farmakologi ataupun non-farmakologi ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Secara harfiah, anafilaktik berasal dari kata ana yang berarti
balik dan phylaxis yang berarti perlindungan. Dalam hal ini
respons imun yang seharusnya melindungi (prophylaxis) justru
merusak jaringan, dengan kata lain kebalikan daripada melindungi
(anti-phylaxis atau anaphylaxis).
3
yang berat dapat terjadi tanpa adanya hipotensi, seperti pada
anafilaksis dengan gejala utama obstruksi saluran nafas.
2.2. Etiologi
Berbagai mekanisme terjadinya anafilaksis, baik melalui
mekanisme IgE maupun melalui non-IgE . Tentu saja selain obat
ada juga penyebab anafilaksis yang lain seperti makanan, kegiatan
jasmani, serangan tawon, faktor fisis seperti udara yang panas, air
yang dingin pada kolam renang dan bahkan sebagian anafilaksis
penyebabnya tidak diketahui.
Mekanisme dan Obat Pencetus Anafilaksis
a. Anafilaksis (melalui IgE)
1) Antibiotik ( penisilin, sefalosporin)
4
2) Ekstra alergen (bisa tawon, polen)
3) Obat (glukokortikoid, thiopental, suksinilkolin)
4) Protein manusia (insulin, vasopresin, serum)
b. Anafilaktoid (tidak melalui IgE)
Zat pelepas histamin secara langsung :
1) Obat (opiat, vankomisin, kurare)
2) Cairan hipertonik (media radiokontrks, manitol)
3) Obat lain (dekstran, flouresens)
4) Aktivasi komplemen
5) Protein manusia (imunoglobulin, dan produk darah
lainnya)
6) Bahan dialysis
7) Modulasi metabolism
8) Asam asetilsalisilat
9) Antiinflamasi nonsteroid
2.3. Patofisiologi
Syok anafilaktik terjadi setelah pajanan antigen terhadap sistem
imun yang menghasilkan dreganulasi sel mast dan pelepasan
mediator. Aktivasi sel mast dapat terjadi baik oleh jalur yang
dimediasi imunoglobulin E (IgE) (anafilaktik) maupun yang tidak
dimediasi IgE (anafilaktoid). Pencetus syok anafilaktik meliputi
gigitan atau sengatan serangga, obat-obatan dan makanan;
anafilaksis dapat juga bersifat idiopatik. Mediator gadar meliputi
5
histamine, leukotriene, triptase, dan prostaglandin. Bila dilepaskan,
mediator menyebabkan peningkatan sekresi mucus, peningkatan
tonus otot polos bronkus, edema saluran napas, penurunan tonus
vascular, dan kebocoran kapiler. Konstelasi mekanisme tersebut
menyebabkan gangguan pernapasan dan kolaps kardiovaskular.
(Michael I. Greenberg, Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan, Hal.
24)
6
berperan sebagai pengenal dan pengikat antigen yang sama. Proses
yang berlangsung sampai di sini disebut proses sensitisasi.
Pada saat fase akut ini berlangsung, pada membran sel mast dan
basofil terjadi pula proses yang lain. Fosfolipid yang terdapat di
membrane sel mast dan basofil oleh pengaruh enzim fosfolipase
berubah menjadi asam arakidonat dan kemudian akan menjadi
prostaglandin, tromboksan dan leukotrien / SRSA ( Slow Reacting
Substance of Anaphylaxis) yang juga merupakan mediator-
7
mediator endogen anafilaksis. Karena proses terbentuknya
mediator yang terakhir ini lebih lambat, maka disebut dengan fase
lambat anafilaksis.
8
c. Terjadi peningkatan permeabilitas kapiler yang
mengakibatkan edema karena pergeseran cairan dari
intravaskuler ke interstisial dan menyebabkan hipovolemi
intravaskuler dan syok. Edema yang dapat terjadi terutama
di kulit, bronkus, epiglottis dan laring.
d. Pada jantung dapat terjadi spasme arteri koronaria dan
depresi miokardium.
e. Terjadinya spasme arteri koronaria dan depresi miokardium
yang bila sangat hebat dapat menyebabkan henti jantung
mendadak.
b) Pernapasan :
1) Hidung : hidung gatal, bersin, dan tersumbat
2) Laring : rasa tercekik, suara serak, sesak napas,
stridor, edema.
3) Lidah : edema.
4) Bronkus : batuk, sesak, mengi, spasme.
10
e) Kulit : urtika, angiodema di bibir, muka, atau
ekstermitas.
f) Mata : gatal, lakrimasi
g) Susunan saraf pusat : gelisah, kejang.
b) Aminofilin
Dapat diberikan dengan sangat hati-hti apabila
bronkospasme belum hilang dengan pemberian adrenalin
250 mg aminifilin diberikan perlahan-lahan selama 10
menit intraven. Dapat dilanjutkan 250 mg lagi melalui
drips infus bila dianggap perlu.
2) Terapi Non-Farmakologi
a. Pemberian oksigen
Jika laring atau bronkospasme menyebabkan hipoksi,
pemberian O2 3 – 5 liter / menit harus dilakukan. Pada
keadaan yang amat ekstrim tindakan trankeostomi atau
kritiroidektomi perlu dipertimbngkan.
b. Posisi Trendelenbrurg
Posisi trendelenbrug atau berbaring dengan kedua
tungkai diangkat (diginjal dengan kursi) akan membantu
13
menaikkan venous return sehingga tekanan darah ikut
meningkat.
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Syok anafilaktik merupakan reaksi alergi yang tergolong
emergency life-threatening.
Pemberian antihistamin dan steroid pra-exposure dilaporkan
sangat bermanfaat.
Drug of Choice dari syok anafilaktik adalah adrenalin.
15
DAFTAR PUSTAKA
16