Anda di halaman 1dari 9

REFERAT

VAGINITIS

Oleh :

Siti Qomarioyah

201410330311188

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Infeksi pada vagina atau Vaginitis adalah suatu kondisi yang menyebabkan
beberapa gejala pada vulva, seperti gatal, rasa terbakar, iritasi, bau dan keputihan.
Keluhan pada vulvovaginal adalah salah satu hal yang paling umum dan menjadi alasan
mengapa wanita datang ke fasilitas kesehatan. Vaginitis merupakan kondisi
ginekologis yang paling umum ditemui oleh dokter di faskes. Penderita vaginitis
hampir selalu datang dengan keluhan utama keputihan abnormal. Yang paling umum
penyebab vaginitis adalah trikomoniasis (infeksi Trichomonas vaginalis), vagina
kandidiasis (Candida vaginalis), dan bacterial vaginosis (BV). Insiden terjadinya
bacterial vaginosis terjadi sekitar 23,6%, trichomonas berkisar antara 5,1%-20% dan
candida vaginitis berkisar antara 15-42%. Adapun dokter menentukan diagnosis pada
pasien vaginitis menggunakan kombinasi gejala, pemeriksaan fisik, pH cairan vagina,
hasil mikroskop dan tes bau.
1.2.Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang
Vaginitis terkait definisi, faktor resiko, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis,
penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Definisi

Vaginitis merupakan peradangan pada vagina yang menyebabkan adanya

discharge, gatal, dan nyeri. Vaginitis dapat disebabkan oleh bakteri seperti Gardnerella

dan gonorrhea ; protozoa seperti trichomonas ; dan jamur (Candida). Adapun yang

paling sering terjadi adalah vaginitis jamur.

2.2.Etiologi

a. Infeksi

 Bakteri

 Jamur seperti Candida terutama pada penderita diabetes dan wanita hamil serta

pemakai antibiotik

 Protozoa seperti Trikomonas vaginalis

 Virus seperti HPV dan Herpes

b. Zat atau benda yang bersifat iritatif

Misalnya spermisida, pelumas, diafragma, penutup serviks dan spons, pembilas

vagina, pakaian dalam yang terlalu ketat yang tidak berpori dan tidak menyerap

keringat.

c. Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya.

d. Perubahan hormonal.

2.3.Patofisiologi

Flora vagina terdiri atas banyak jenis kuman, antar lain basil doderlein,

streptokokkus, stafilokokkus, difteroid, yang dalam keadaan normal hidup dalam

2
simbiosis diantara mereka. Jika simbiosis ini terganggu, dan jika kuman-kuman

seperti streptokokkus, stafilokokkus, basil koli dan lain-lain dapat berkembang biak,

timbullah vaginitis non spesifik. Antibiotik, kontrasepsi, hubungan seksual, stress

dan hormone dapat merubah lingkungan vagina dan dapat memungkinkan organism

pathogen tumbuh. Pada vaginosis bacterial dipercayai bahwa beberapa kejadian

yang provokatif menurunkan jumlah hydrogen peroksida yang diproduksi C.

acidophilus organism. Hasil dari perubahan pH yang terjadi memungkinkan

perkembangbiakan berbagai organism yang biasanya ditekan pertumbuhannya

seperti G. vaginalis, M.Hominis, dan Mobiluncus spesies.

Organism tersebut memproduksi berbagai produk metabolik seperti amine, yang

akan meningkatkan pH vagina dan menyebabkan ekspoliasi sel epitel vagina.

Amine inilah yang menyebabkan adanya bau yang tidak enak pada infeksi vaginosis

bacterial dengan fisiologi yang sama, perubahan lingkungan vagina, seperti

peningkatan produksi glikogen pada saat kehamilan dan tingkat progesterone karena

kontrasepsi oral memperkuat penempelan C.albikans ke sel epitel vagina dan

memfasilitasi pertumbuhan jamur. Perubahan ini dapat mentransformasi kondisi

kolonissi organism yang asimptomatik menjadi infeksi yang simptomatik. Pada

pasien dengan trikomoniasis perubahan tingkat estrogen dan progesterone

sebagaimana juga peningkatan pH vagina dan tingkat glikogen dapat memperkuat

pertumbuhan dan virulensi trikomonas vaginalis.

2.4.Diagnosis

Diagnosis vaginitis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, hasil pemeriksaan fisik

dan karakteristik cairan yang keluar dari vagina.

3
 Pap smear

Dilakukan untuk mengetahui adanya keganasan

 Pemeriksaan KOH 10 – 40 % dilihat secara mikroskopis

Dilakukan apabila curiga infeksi jamur

 Pemeriksaan gram

Dilakukan bila curiga infeksi bakteri

 Pemeriksaan mikroskopis

> 20% sel epitel vagina adalah sel ”clue” (sel dengan batas tidak jelas, dotted

with bacteria)

 Identifikasi Secret berwarna abu-abu seperti susu, homogen, sekret

kental/menempel.

Berikut merupakan kiteria diagnosis vaginitis :

4
2.5. Penatalaksanaan

- Non Medikamentosa

 Hindari bathtub dan pusaran air panas spa. Bilas sabun dari luar daerah

genital Anda setelah mandi, dan keringkan area itu dengan baik untuk

mencegah iritasi. Jangan gunakan sabun wangi atau kasar, seperti yang

dengan deodoran atau antibakteri.

 Hindari iritasi. Ini termasuk tampon dan bantalan berparfum.

 Usap dari depan ke belakang setelah menggunakan toilet. Hindari

penyebaran bakteri dari tinja ke vagina.

 Jangan gunakan douche. Vagina anda tidak memerlukan pembersihan lain

dari mandi biasa. Berulang menggunakan douche mengganggu organisme

normal yang berada di vagina dan dapat benar-benar meningkatkan risiko

infeksi vagina. Douche tidak menghilangkan sebuah infeksi vagina.

 Gunakan kondom lateks laki-laki. Ini membantu mencegah infeksi yang

ditularkan melalui hubungan seksual.

 Pakailah pakaian katun dan stoking dengan pembalut di selangkangannya.

Jika Anda merasa nyaman tanpa itu, langsung mengenakan pakaian tidur.

Ragi tumbuh subur di lingkungan lembab.

- Medikamentosa

Secret vagina yang keluar akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai

dengan penyebabnya. Berikut merupakan tatalaksana medikamentosa untuk

vaginitis :

5
Trikomoniasis Bacterial Vaginosis Candidiasis Vaginitis
Metronidazole 2 g Metronidazole 2 g Klotrimazol 200 mg intravagina
per oral dosis per oral dosis setiap hari selama 3 hari ATAU
tunggal tunggal
Klotrimazol 500 mg intravagina
dosis tunggal ATAU
Flukonazol 150 mg per oral
dosis tunggal ATAU
Itrakonazol 200 mg per oral
dosis tunggal
Pilihan Pengobatan Lain
Metronidazole Metronidazole Nistatin 100.000 IU intravagina
2x500 mg per oral 2x500 mg per oral selama 7 hari
selama 7 hari selama 7 hari

2.6. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi karena vaginitis yaitu serviksitis, penyakit radang

panggul dan infeksi traktus urinarius.

6
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Infeksi pada vagina atau Vaginitis merupakan suatu kondisi yang menyebabkan
beberapa gejala pada vulva, seperti gatal, rasa terbakar, iritasi, bau dan keputihan.
Penderita vaginitis hampir selalu datang dengan keluhan utama keputihan abnormal.
Penyebab tersering vaginitis adalah trikomoniasis (infeksi Trichomonas vaginalis),
vagina kandidiasis (Candida vaginalis), dan bacterial vaginosis (BV). Vaginitis sering
disebabkan karena hilangnya normal flora akibat obat-obatan tertentu sehingga vagina
rentan terkena infeksi. Penentuan diagnosis vaginitis dapat dilihat dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sesuai dengan penyebab masing-
masing. Terapi pada vaginitis juga disesuaikan dengan penyebabnya, apabila
trikomoniasis dan bacterial vaginosis diberikan antibiotik metronidazole dan apabila
candidiasis vagina diberikan klotrimazole. Pasien juga harus diedukasi mengenai
kebersihan daerah kewanitaan, kebiasaan yang harus diubah agar vaginitis tidak
berulang dan lifestyle yang baik.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. CDC Treatmeant Guidelines, 2015. Sexually Transmitted Disease.

2. Djuanda, dkk.2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. p. 3-4, 7-8.

3. Hainer BR, Gibson MV. 2011. Vaginosis: Diagnosis and Treatment.

American Academy of Family Physicians

4. Hakimi, Mohammad.2011. Dalam Buku Ilmu Kandungan. Edisi 3. Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal; 221

5. Manuwaba, Ida Bagus Gde. 2010 . Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan

dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

6. Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan . Jakarta : PT. Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai