Anda di halaman 1dari 4

FLOUR ALBUS

No.Dokumen :
No. Revisi :

Tanggal Terbit :
PPK
Halaman : 1/4

Vaginal Discharge atau keluarnya duh tubuh dari vagina secara


fisiologis yang mengalami perubahan sesuai dengan siklus
menstruasi berupa cairan kental dan lengket pada seluruh siklus
1. Pengertian namun lebih cair dan bening ketika terjadi ovulasi.

Vaginal discharge bersifat patologis bila terjadi perubahan


warna, konsistensi, volume dan bau.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
2. Tujuan penatalaksanaan fluor albus/vaginal discharge non gonorhea

3. Kebijakan

 Panduan Pratik Klinik Dokter di Fasilitas Kesehatan


Primer Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2014
4. Referensi
 Panduan Praktik Klinik Dokter Spesialis Indonesia
(PERDOSKI) tahun 2017

 Ginekology bed
5. Alat dan
 Spekulum vagina
Bahan
 Lampu
 Kertas lakmus
6. Langkah- Anamnesis
langkah  Terjadi di daerah genitalia wanita usia diatas 12 tahun
 Rasa gatal
 Rasa nyeri
 Disuria
 Nyeri panggul
 Perdarahan antar menstruasi
 Perdarahan paska koitus

Faktor Resiko
Terdapat riwayat koitus dengan pasangan yang dicurigai
menularkan penyakit menular seksual

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhan (Objektif)


Penyebab discharge terbagi menjadi masalah infeksi dan non
infeksi.
 Masalah non infeksi (benda asing, peradangan akut
alergi atau iritasi, tumor, vaginitis atropik, prolaps uteri)
 Masalah Infeksi
a. Kandidiasis vaginitis disebabkan oleh jamur
candida albicans, duh tubuh tidak berbau, terdapat
eritema vagina dan eritema satelit di luar vagina
b. Vaginosis bakterial, pertumbuhan bakteri
Gardnella vaginalis memperlihatkan adanya duh
putih atau abu – abu yang melekat di sepanjang
dinding vagina dan vulva, berbau amis.
c. Servisitis yang disebabkan oleh chlamydia dengan
gejala inflamasi serviks yang mudah berdarah dan
disertai dengan duh mukopurulen
d. Trichomoniasis, seringkali asimtomatik kalau
bergejala duh tubuh tampak kuning kehijauan,
berbuih dan bau amis
e. Pelvic inflamatory disease yang disebabkan oleh
chlamydia ditandai dengan nyeri abdomen bawah,
dengan atau tanpa demam.
f. Servisitis bisa ditandai dengan kekakuan adnexa
dan serviks pada nyeri angkat palpasi bimanual
g. Liken planus
h. Gonore
i. Infeksi menular seksual lainnya
j. Adanya benda asing (tampon atau kondom yang
terlupa di angkat)

Pemeriksaan Penunjang
Swab vagina atas . Pada keadaan keraguan menegakan
diagnosis, gejala kambuh, pengobatan gagal atau aat
kehamilan, postpartum, post aborsi dan postinterumentation

Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
spekulum, palpasi bimanual , uji pH duh vagina dan swab

Diagnosis Banding : tidak ada

Komplikasi
 Peradangan panggul dapat terjadi bila infeksi merambah
ke atas, ditandai dengan nyeri tekan, nyeri panggul kronis
dapat menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik
 Infeksi vagina yang terjadi pada saat paska abortus atau
melahirkan dapat menyebabkan kematian namun dapat
dicegah apabila pengobatan dengan baik
 Infertilitas
 Kehamilan ektopik

Tatalaksana Komprehensif :
1. Vaginosis Bakterial
 Metronidazole atau klindamisin seara oral atau
pervaginam
 Tidak perlu pemeriksaan silang dengan pasangan
pria
 Bila sedang hamil atau menyusui gunakan
metronodazole 400 mg 2x untuk 5-7 hari atau
pervaginam.
 Tidak dibutuhkan peningkatan dosis kontrasepsi
hormonal
 Pasien menggunakan IUD tembaga dan
mengalami vaginosis bakterial dianjurkan untuk
metode kontrasepsinya.
2. Vaginosis kandidosis (infeksi tanpa komplikasi, infeksi
parah, infeksi kekambuhan, dengan kehamilan, dengan
diabetes millitus atau imunocomprimise
 Diberikan azol antifungi oral atau pervaginam
 Tidak perlu pemeriksaan pasangan
 Pasien dnegan vulvovaginal kandidosis berulang
dianjurkan untuk memperoleh pengobatan paling
lama 6 bulan
 Pada saat kehamilan hindari kontak antifungal oral
dan gunakan imidazole topikal hingga 7 hari
 Hati – hati pada pengguna kondom atau lateks
bahwa penggunaan antifungal lokal merusak
lateks
 Pasien pengguna kontrasepsi pil kombinasi
dipertimbangkan menggunakan metode
kontrasepsi lainnya
3. Chlamydia
 Azitromycin 1 gram single dose atau doksisiklin
100 mg 2x1 selama 7 hati
 Ibu hamil dapat diberikan amoxiciciline 500 mg 3x1
selama 7 hari atau eritromycin 500 mg 4x sehari
untuk 7 hari
4. Trikomonas vaginalis
 Obat minum metronidazole efektif mengobati
trikomonas vaginalis
 Pasangan seksual pasien trikomonas vaginalis
harus diperiksa dan diobati bersama dengan
pasien
 Pasien HIV positif dengan trikomonas vaginalis
lebih baik dengan regimen oral penatalaksanaan
beberapa hari dibanding dosis tunggal
 Kejadian trikomoniasis vaginalis seringkali
berulang namun dipertimbangkan dengan adanya
resistensi obat.
Rencana Tindak Lanjut
Pasien yang memiliki resiko tinggi penyakit menular seksual
sebaiknya ditawarkan untuk diperiksa chlamydia, gonore, sifilis
dan HIV.

Konseling dan Edukasi


1. Pasien diberikan pemahaman tentang penyakit,
penularan serta penatalaksanaan di tingkat rujukan
2. Pasien diasarankan untuk tidak melakukan hubungan
seksual selama penyakit belum tuntas diobati

Kriteria Rujukan
 Tidak terdapat fasilitas pemeriksaan untuk pasangan
 Dibutuhkan pemeriksaan kultus kuman gonore
 Adanya arah kegagalan pengobatan

Prognosis
Ad Vitam : Ad bonam
Ad Functionam : Ad Bonam
Ad Sanationam : Ad Bonam

Faktor yang menentukan prognosis :


1. Prognosis lebih buruk apabila adanya gejala radang
panggul
2. Prognosis lebih baik apabila mampu memelihara
kebersihan diri (hindari penggunaan antiseptik vagina
yang malah membuat iritasi dinding vagina).
7. Bagan Alir
melakukan vital sign menegakan diagnose
Melakukan dan pemeriksaan fisik berdasarkan hasil pemeriksaan
anamnesis pada
pasien
menulis hasil Memberikan tata laksana pada
menulis diagnose anamnesa, pasien sesuai hasil pemeriksaan
pasien ke buku pemeriksaan dan
register. diagnose ke rekam
medic

8. Hal-hal yang
perlu -
diperhatikan

9. Unit Terkait Ruang Pemeriksaan Umum

10. Dokumen
terkait -

No Yang Isi Tanggal mulai


dirubah Perubahan diberlakukan

11. Rekaman
Historis
Perubahan

Anda mungkin juga menyukai