Anda di halaman 1dari 23

GONORRHEA

Dr Heni Setyowati, MKKK


 infeksi purulen yang menyerang membran mukosa.
 Penyebab :bakteri Neisseria gonorrhoeae (Bakteri
ini bersifat aerob, gram negatif, diplokokus
intraseluler)
 menyebar melalui penularan secara kontak seksual,
jalan lahir.
 dapat menyerang baik laki-laki maupun perempuan,
anak-anak maupun orang dewasa.
 dapat menyerang bagian:
 dubur,
 serviks (leher rahim),
 uretra (saluran kencing dan sperma),
 mata, dan
 tenggorokan.
 riwayat hubungan seksual yang tidak terproteksi
atau berisiko (secara vaginal, anal maupun oral )
 Prevalensi ( Indonesia 2009 ) :
 Wanita pekerja seks langsung: 49%
 Waria: 46%
 Laki seks sesama laki (LSL): 35%
 Pelanggan pekerja seks: 5%
PATOFISIOLOGI
 Neisseria gonorrhoeae bersifat patogen, dipengaruhi
oleh keberadaan fili pada permukaannya, yakni
berupa rambut halus di permukaan membran. Fili
tersebut mencegah fagositosis oleh neutrofil, dan juga
mengandung IgA protease yang mencerna IgA pada
permukaan mukosa, baik pada uretra, tuba falopi
serta endoserviks, sehingga dapat menempel dan
menyebabkan reaksi inflamasi yang mencetuskan
timbulnya eksudat purulen.
Pada kehamilan, bakteri Neisseria gonorrhoeae dapat
ditransmisikan kepada bayi pada saat persalinan, yang
umumnya menyebabkan inflamasi supuratif pada
konjungtiva mata
Faktor Risiko
 Kontak seksual yang dilakukan secara berisiko
(tanpa kondom sebagai pengaman, atau
promiskuitas yang tinggi) dengan pasangan yang
mengidap infeksi gonorrhea, baik secara genito-
genital, ano-genital, maupun oro-genital.
 Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi
gonorrhea saat proses persalinan terjadi.
DIAGNOSIS
ANAMNESA :
 riwayat hubungan seksual yang tidak
terproteksi
 perilaku hubungan seksual berisiko, seperti
berganti-ganti pasangan, laki-laki seks laki-
laki (LSL), atau biseksual.
 riwayat menderita infeksi menular seksual
sebelumnya,
 keluhan-keluhan
KELUHAN
 Sekret vagina/uretra/anal berupa cairan
purulen yang timbul dari area tubuh yang
terpengaruh.
 Disuria
 Dispareunia
 Demam
 Edema genitalia eksterna
 Nyeri ereksi
 Nyeri perut bawah
PEMERIKSAAN FISIK
Pria
 nyeri testikuler,
 pembengkakan pada testis/ edema, nyeri
sentuh,
 sekret atau discharge berwarna putih
kekuningan pada penis
WANITA :
 genitalia eksterna yakni bagian klitoris dan labia :
edema atau tanda inflamasi dan adanya sekret.
 pemeriksaan inspekulo (hindari penggunaan jelly
lubrikan, karena dapat menghancurkan
bakteri Neisseria. gonorrhoeae) :
 Tanda2 inflamasi di permukaan dinding vagina dan
serviks : hiperemis, erosif, dengan disertai adanya
eksudat mukopurulen.
 Pada dinding vagina, dapat terlihat sekret yang
menempel atau mengalir, disertai nyeri dan aroma
tidak sedap.
infeksi Regio Ekstragenital
Pasien yang dicurigai gonorrhea juga perlu diperiksa
akan adanya infeksi pada regio ekstragenital seperti:
 Proktitis et causa gonorrhea, dengan tanda sekret
mukopurulen dari anus
 Faringitis et causa gonorrhea, adanya faring
hiperemis dan memiliki sekret/eksudat, dapat
disertai dengan pembengkakan kelenjar limfe regio
servikal anterior
 Konjungtivitis gonokokus, dapat timbul dengan
sekret putih kekuningan pada mata
Diagnosis Banding
Diagnosis banding gonorrhea adalah sebagai berikut:
 Infeksi saluran kemih
 Uretritis nonspesifik seperti klamidia atau herpes
simpleks
 Servisitis nongonokokus
 Abses perianal
 Faringitis
 Konjungtivitis nongonokokus
Pemeriksaan Penunjang
 Pengambilan sampel berupa sekret
diambil melalui tindakan swab pada
bagian tubuh yang mengalami keluhan,
untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan:
Pewarnaan Gram
 Pemeriksaan mikroskopis dengan
pewarnaan Gram merupakan pemeriksaan
paling umum dan mudah dilakukan,
dengan hasil positif ditemukannya bakteri
diplokokus gram negatif intraseluler.
Kultur
 Pembiakan bakteri dari sampel yang ada, untuk
mendapatkan hasil yang lebih spesifik, dapat
dilanjutkan dengan pemeriksaan
sensitivitas/resistensi pengobatan terutama
antibiotik, sangat bermanfaat bagi pasien yang
telah mendapat penanganan namun tidak
terjadi perbaikan kondisi secara optimal.
PCR (Polymerase Chain Reaction) Assay
 PCR merupakan jenis pemeriksaan yang sangat
sensitif dalam membantu menegakkan diagnosa.
Penatalaksanaan gonorrhea,
 tingkat resistensi kuman Neisseria
gonorrhoeae terhadap antibiotik meningkat

Regimen Pengobatan Antibiotik


 Ceftriaxone 250mg, IM, dan azithromycin 1g, PO,
dosis tunggal
 P O : Cefixime 400mg, dosis tunggal
dan doxycycline 2x100mg 7 hari
 cefixime 400 mg, PO, dosis tunggal dan kanamisin
2g, IM, dosis tunggal
Di puskesmas :
 cefixime 400mg dan azithromycin 1g. ( PO)
Komplikasi
Kasus gonorrhea yang tidak mendapatkan pengobatan
maupun tidak menjalani pengobatan secara komplit
hingga terbukti pulih melalui pemeriksaan akan
berisiko untuk mengalami komplikasi.
Komplikasi yang dapat muncul adalah sebagai
berikut:
 Infertilitas
 Pelvic inflammatory disease
 Kehamilan ektopik
 Penyebaran infeksi pada prostat, epididimis, dan
testis
Prognosis
 Prognosis tergantung pada diagnosis
dini dan pengobatan yang tepat dengan
antibiotik
 Dengan penanganan yang cepat dan
tepat, maka infeksi gonorrhea dapat
ditangani dengan baik.
 Umumnya infeksi gonokokus memiliki
respon yang baik terhadap pemberian
antibiotik golongan sefalosporin
EDUKASI DAN PROMKES
untuk menghindari penyebaran infeksi gonorrhea,
sangat penting untuk dilakukan.

Edukasi :
 tidak berhubungan seksual hingga dinyatakan pulih
oleh dokter,
 hindari hubungan seks berisiko,
 gunakan kondom sebagai pengaman,
 jalani pengobatan hingga benar-benar dibuktikan
telah pulih melalui pemeriksaan profesional medis.
 Sarankan untuk kontrol dalam waktu 5-7
hari untuk evaluasi ulang dan pastikan
pasangan juga ikut diperiksa serta
mendapatkan penanganan untuk
menghindari ping-pong phenomenon.
 Untuk menghindari reinfeksi, abstinensia
disarankan minimal 7 hari pasca
pengobatan dari dokter,
 berikan pula KIE (komunikasi, informasi dan
edukasi) untuk melakukan skrining HIV dan
infeksi menular seksual lainnya, sebagai
langkah preventif dan deteksi dini.
PROMKES
 Promosi perilaku seksual yang aman
 Memprogramkan peningkatan penggunaan kondom,
yang meliputi berbagai aktivitas mulai dari promosi
penggunaan kondom sampai melakukan perencanaan
dan manajemen pendistribusian kondom
 Peningkatan perilaku upaya mencari pengobatan
 Pengintergrasian upaya pencegahan dan perawatan
IMS ke dalam upaya pelayanan kesehatan dasar, upaya
kesehatan reproduksi, klinik pribadi/swasta serta
upaya kesehatan terkait lainnya
 Pelayanan khusus terhadap kelompok populasi berisiko
tinggi, seperti misalnya para wanita dan pria penjaja
seks, remaja, pengemudi truk jarak jauh, anggota
militer termasuk anggota kepolisian, serta para
narapidana
 Penatalaksanaan kasus IMS secara paripurna
 Deteksi dini terhadap infeki yang bersifat simtomatik
maupun asimtomatik
 Pendidikan seksual sejak dini,
Pencegahan
Untuk mengurangi risiko infeksi penyakit kelamin ini, silakan
lakukan pencegahan berikut ini:
 Gunakan kondom dengan benar setiap kali Anda berhubungan seks
 Jangan ganti-ganti pasangan seks
 Batasi kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi
 Cegah dengan melakukan vaksin HPV sebelum berusia 26 tahun
 Bila Anda merasa terinfeksi, hindari kontak seksual dan periksa ke
dokter
 Gejala pada organ kelamin seperti keputihan atau rasa panas
selama buang air kecil serta nyeri atau ruam sebaiknya menjadi
tanda untuk berhenti melakukan seks dan konsultasi dengan
dokter segera.
 Bila Anda diberi tahu menderita kencing nanah atau penyakit
menular seksual lain dan menerima pengobatan, Anda sebaiknya
memberi tahu pasangan Anda sehingga mereka bisa memeriksakan
diri ke dokter dan diobati juga.
 Gunakan seluruh antibiotik yang diresepkan oleh
dokter Anda
 Lama waktu yang dibutuhkan untuk gonore bisa
sembuh total akan tergantung pada banyak hal.
Misalnya saja, sudah berapa lama Anda mengidap
gonore sebelum didiagnosis dan tingkat keparahan
penyakit tersebut (dilihat dari gejala dan risiko
komplikasinya). Dua faktor ini jugalah yang akan
membantu dokter untuk menentukan jenis, dosis, dan
durasi pemberian obat untuk Anda.
 Jika berhasil dideteksi pada tahap awal (misalnya
baru hanya saluran kemih saja yang terinfeksi),
gejalanya akan mulai mereda dalam 24 jam dan
gonore bisa sembuh sekitar dua hari setelah berobat
— walaupun, harus terus minum obat sampai batas
waktu yang ditentukan oleh dokter.
 Jika terlambat dideteksi, durasi pengobatan hingga
sembuhnya tentu akan memakan waktu yang lebih lama.
Pasalnya, infeksi kemungkinan telah menyebar luas
dalam tubuh dan meningkatkan risiko komplikasi.
 Terlebih jika antibiotik tidak dihabiskan. Tubuh Anda
justru malah akan mengembangkan kekebalan terhadap
bakteri penyakit, sebuah kondisi yang dinamakan
resistensi antibiotik. Kondisi ini nantinya akan semakin
menyebabkan bakteri penyebab penyakit berkembang
biak makin subur dan memperparah penyakit Anda.
Ketika tubuh sudah terlanjur mengalami resistensi
antibiotik, maka akan ada pengobatan lanjutan yang
perlu Anda jalani. Ini membuat durasi pengobatan
penyakit menular seksual jadi makin panjang dan makin
sulit disembuhkan.

Anda mungkin juga menyukai