Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PMS

Kelompok 3

1 RULY KUSUMA ARDIANTO


2 YUNI MARTUTIK
3 YULI MULYATI
4 SHERLY WIDYASTUTI
5 SITI YUROH
6 MAHDA ELYANA
7 MUN IMAH INDARWATI

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS 2017


BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran menyebabkan diketahuinya


bakteri, protozoa, jamur, dan virus sebagai penyebab penyakit hubungan seksual. Sebagian
besar penyakit tersebut bisa disembuhkan kecuali AIDS. Di indonesia penyakit ini sudah
banyak menjalar dengan perkembangan penularan yang sangat cepat, penyakit ini dapat
melumpuhkan semua kemampuan daya tahan tubuh terhadap berbagai
bakateri, protozoa, jamur dan Virus lainnya.
Dalam penelitian lebih lanjut dijumpai bahwa makin bertambah penyakit yang timbul akibat
hubungan seksual, dari sudut etimologi ternyata penyakit hubungan seksual berkembang
sangat cepat berkaitan dengan pertambahan dan
terjadinya migrasi penduduk, bertambahnya kemakmuran, serta terjadi
perubahan perilaku seksual yang makin bebas tanpa batas. Demikian untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat dan keluarga telah ditemukan lima penyakit hubungan seksual yang
banyak dijumpai sebagai upaya untuk lebih memperhatikan kesehatan reproduksi sehingga
lebih menjamin peningkatan sumber daya manusia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Penyakit Menular Seksual
2. Patofisiologi Penyakit Menular Seksual
3. Etiologi / Faktor Penyebab Penyakit Menular Seksual
4. Jenis jenis Penyakit Menular Sekual
5. Pengobatan Penyakit Menular Sekual
6. Konsep / cara penanggulangan masalah Penyakit Menular Sekual

C. TUJUAN
a. Tujuan umum
Untuk pemenuhan tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi terutama tentang Penyakit
Menular Sekaual (PMS), agar mahasiswa mampu memahami lebih detail tentang PMS.
b. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pengertian Penyakit Menular Seksual (PMS).
2. Untuk mengetahui patofisiologi Penyakit Menular Seksual (PMS).
3. Untuk mengetahui etiologi / faktor penyebab Penyakit Menular Seksual (PMS).
4. Untuk mengetahui jenis jenis Penyakit Menular Seksual (PMS).
5. Untuk mengetahui pengobatan Penyakit Menular Seksual (PMS).
6. Untuk mengetahui konsep / cara penanggulangan masalah Penyakit Menular Seksual (PMS)
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gonorea
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Menular Seksual


Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seks. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. PMS dapat menyebabkan
infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius.

B. Patofisiologi
Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan penderitaan,
sakit berkepanjangan, kemandulan dan bahkan kematian. Wanita lebih beresiko untuk terkena
PMS lebih besar daripada laki-laki sebab mempunyai alat reproduksi yang lebih rentan. Dan
seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal tidak segera dikenali, sedangkan penyakit
melanjut ke tahap lebih parah.
Oleh karena letak dan bentuk kelaminnya yang agak menonjol, gejala PMS pada laki-
laki lebih mudah dikenali, dilihat, dan dirasakan. Sedangkan pada perempuan sebagian besar
gejala yang timbul hampir tak dapat dirasakan.
Cara penularan Penyakit Menular Seksual ini terutama melalui hubungan seksual yang
tidak terlindungi, baik pervaginal, anal, maupun oral. Cara penularan lainnya secara perinatal,
yaitu dari ibu ke bayinya, baik selama kehamilan, saat kelahiran ataupun setelah lahir. Bisa
melalui transfusi darah atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk darah. Dan
juga bisa melalui penggunaan pakaian dalam atau handuk yang telah dipakai penderita
Penyakit Menular Seksual (PMS).
Perilaku seks yang dapat mempermudah penularan PMS adalah :
1. Berhubungan seks yang tidak aman (tanpa menggunakan kondom).
2. Gonta-ganti pasangan seks.
3. Prostitusi.
4. Melakukan hubungan seks anal (dubur), perilaku ini akan menimbulkan luka atau radang
karena epitel mukosa anus relative tipis dan lebih mudah terluka disbanding epitel dinding
vagina.
5. Penggunaan pakaian dalam atau handuk yang telah dipakai penderita PMS.
C. Etiologi / Faktor Penyebab
Penyakit menular seksual dapat diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya, yakni:
a. Dari golongan bakteri, yakni Neisseria gonorrhoeae, Treponema
pallidum, Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum,
Mycoplasma hominis, Gardnerella vaginalis, Salmonella sp, Shigella
sp, Campylobacter sp, Streptococcus group B, Mobiluncus sp.
b. Dari golongan protozoa, yakni Trichomonas vaginalis, Entamoeba
histolytica, Giardia lamblia,
c. Dari golongan virus, yakni Human Immunodeficiency Virus(tipe 1 dan
2), Herpes Simplex Virus (tipe 1 dan 2), Human papiloma Virus,
Cytomegalovirus, Epstein-barr virus, Molluscum contagiosum virus,
d. Dari golongan ektoparasit, yakni Phthirus pubis dan Sarcoptes scabei.

D. Jenis jenis Penyakit Menular Seksual


1. Gonore
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria
Gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan
atau bbagian putih mata (konjungtiva).
Gejalanya yaitu :
Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2 7 hari setelah terinfeksi. Gejalanya
berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri
ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis. Penderita sering berkemih dan merasakan
desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk ketika penyakit ini menyabar ke uretra
bagian atas. Lubang penis tampak merah dan bengkak.
Pada wanita, gejala awal biasa timbul dalam waktu 7 21 hari setelah terinfeksi. Penderita
wanita seringkali tidak menunjukkan gejala selama beberapa minggu atau bulan, dan tidak
diketahui menderita penyakit ini hanya setelah mitra seksualnya tertular. Jika timbul gejala,
biasanya bersifat ringan. Tetapi penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan
untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan demam.
Komplikasi yaitu kadang menyebar melalui aliran darah ke 1 atau beberapa sendi,
dimana sendi menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga pergerakannya menjadi terbatas.
Infeksi melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintik bintik merah berisi
nanah di kulit, demam, rasa tidak enak badan atau nyeri di beberapa sendi yang berpindah
dari satu sendi ke sendi lainnya (sindroma artritis dermatitis).
Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap nanah,
dimana ditemukan bakteri penyebab gonore. Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak
ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan dilaboratorium. Jika diduga terjadi infeksi
tenggorokan atau rektum, diambil contoh dari daerah ini da dibuat biakan.
Pengobatan, biasanya diobati dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler atau
dengan pemberian antibiotik per-oral selama satu minggu (biasanya diberikan doksisiklin).
Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirwat di rumah sakit
dan mendapatkan antibiotik intrvena.
2. Sifilis
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema Pallidum.
Bakteri ini masuk kedalam tubuh maniusia melalui selaput lendir (vagina dan mulut) atau
melalui kulit. Dalam beberapa jam bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening terdekat,
kemudin menyebar keseluruh tubuh melalui aliran darah. Sifilis juga bisa menginfeksi janin
selama dalam kandungan dan menyebabkan cacat bawaan.
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1 13 minggu setelah terinfeksi; rata
rata 3 4 minggu. Infeksi bisa menetap selama bertahun tahun dan jarang menyebabkan
kerusakan jantung, kerusakan otak maupun kematian.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala gejalanya. Diagnosa pasti ditegakkan
berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik.
Ada 2 jenis pemeriksaan darah yang digunakan :
1. Tes penyaringan : VDRL (Veneral disease research laboratory ) atau RPR (Rapid plasma
reagin). Tes penyaringan ini mudah dilakukan dan tidak mahal. Mungkin perlu dilakukan tes
ulang karena pada beberapa minggu pertama sifilis primer hasilnya bisa negatif.
2. Pemeriksaan antibiotik terhadap bakteri penyebab sifilis. Pemeriksaan ini lebih akurat. Salah
satu dari tes ini adalah tes FTA ABS (fluorescent treponema antibody absorption), yang
digunakan untuk memperkuat hasil tes penyaringan yang positif.
Pengobatan, antibiotik untuk semua fase sifilis biasanya adalah suntikan penisillin.
Untuk sifilis fase primer, suntikan diberikan melalui kedua bokong, masing masing satu
kali
Untuk sifilis fase sekunder, biasanya diberikan suntikan tambahan dengan selang waktu 1
minggu.
3. Kondiloma Akuminata
Kondiloma akuminata merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina, penis,
atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Penyebab virus papilloma. Pada wanita virus papilloma tipe 16 dan 18 yang
menyerang leher rahim tetapi tidak menyebabkan kutil pada alat kelamin luar dan bisa
menyebabkan kanker leher rahim. Virus tipe ini dan virus papiloma lainnya bisa
menyebabkan tumor intra-epitel pada leher rahim (ditunjukkan dengan hasil pap-smear yang
abnormal) atau kanker pada vagina, vulva, dubur, penis, mulut, tenggorokan atau
kerongkongan.
Gejala, Kondiloma akuminata paling sering timbul di permukaan tubuh yang hangat
dan lembab. Pada pria, area yang sering terkena adalah ujung dan batang penis dan dibawah
kulit depannya (jika tidak disunat). Pada wanita timbul divulva, dinding vagina, leher rahim
(serviks) dan kulit disekeliling vagina. Kondiloma akuminata juga bisa terjadi di daerah
sekeliling anus dan rektum, terutama pada pria homoseksual dan wanita yang melakukan
hubungan seksual melalui dubur. Biasanya muncul dalam waktu 1 6 hari setelah terinfeksi,
dimulai sebagai pembengkakan kecil yang lembut, lembab, berwarna merah atau pink.
Mereka tumbuh dengan cepat dan bisa memiliki tangkai. Pada suatu daerah seringkali
tumbuh beberapa kutil dan permukaannya yang kasar memebrikan gambaran seperti bunga
kol.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Kutil yang
menetap bisa diangkat melalui pembedahan dan diperiksa dibawah mikroskop untuk
meyakinkan bahwa itu bukan merupakan suatu keganasan. Wanita yang memiliki kutil di
leher rahimnya, harus menjalani pemeriksaan pap-smear secara rutin.
Pengobatan, kutil pada alat kelamin luar bisa diangkat melalui laser, krioterapi
(pembekuan) atau pembedahan dengan bius lokal. Pengobatan kimiawi, seperti podofilum
resin atau racun yang dimurnikanatau asam trikloroasetat, bisa dioleskan langsung pada kutil.
Tetapi pengobatan ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan, bisa
melukai kulit disekelilingnya dan sering gagal. Kutil di uretra bisa diobati dengan obat anti
kanker seperti tiotepa atau florourasil.
4. HIV AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus
lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).Virusnya sendiri
bernama Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan
pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan.
Penyebab AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah
retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel
T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara
langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh
dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut
hingga kurang dari 200 per mikroliter darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan
akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi
laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang
diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi
tertentu.
Penularan Seksual, Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada
kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat
kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa
pelindung lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko
hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral. Seks oral
tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif.
Kekerasan seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung
umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang
memudahkan transmisi HIV.
Diagnosis, Sejak tanggal 5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul untuk
pengawasan epidemiologi AIDS, seperti definisi Bangui dan definisi World Health
Organization tentang AIDS tahun 1994. Namun demikian, kedua sistem tersebut sebenarnya
ditujukan untuk pemantauan epidemi dan bukan untuk penentuan tahapan klinis pasien,
karena definisi yang digunakan tidak sensitif ataupun spesifik. Di negara-negara berkembang,
sistem World Health Organization untuk infeksi HIV digunakan dengan memakai data klinis
dan laboratorium; sementara di negara-negara maju digunakan sistem klasifikasi Centers for
Disease Control (CDC) Amerika Serikat
Pencegahan, Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah
melalui hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang
terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode
perinatal). Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang
terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut,
dengan demikian risiko infeksinya secara umum dapat diabaikan
5. Cangkroid
Cangkroid merupakan penyakit menukar seksual yang disebabkan oleh Hemophilus
ducreyi, dimana terjadi luka terbuka (ulkus, borok) pada alat kelamin yang sifatnya menetap
dan terasa nyeri.
Gejala mulai timbul dalam waktu 3-7 hari setelah terinfeksi. Lepuhan kecil yang
terasa nyyeri timbul dialat kelamin dan disekitar anus. Lepuhan ini akan segera pecah dan
membentuk luka terbuka yang dangkal. Luka tersebut bisa membesar dan bergabung satu
sama lain.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Contoh nanah
diambil dan dibiakkan di laboratorium.
Pengobatan, diberikan suntikan antibiotik seftriakson atau eritromisin setiap 6 jam
selama 7 hari. Nanah dari kelenjar getah bening yang membengkak bisa dikeluarkan dengan
bantuan sebuah jarum. Penderita diawasi minimal selama 3 bulan untuk memastikan bahwa
infeksi telah sembuh. Jika memungkinkan, mitra seksual juga diselidiki, sehingga bisa
diperiksa dan jika perlu, diobati.
Pencegahan, cangkroid adalah infeksi bakteri yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Untuk mencegah penyebaran cangkroid, lakukanlah hubungan seksual yang aman
(menggunakan kondom atau tidak bergonta ganti pasangan seksual).
6. Herpes Genitalis
Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di
sekeliling rektum atau daerah di sekitrnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi. Gejala awal
biasanya berupa gatal, kesemutan dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil,
yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan
bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan
nyeri dan berbentu keropeng. Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa
meninggalkan jaringan parut.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memperkuat diagnosa,
diambil apusan dari luka dan dibiakkan di laboratorium. Pemeriksaan darah bisa
menunjukkan adanya antibodi terhadap virus.
Pengobatan, tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi
pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan. Jumlah serangan bisa dikurangi dengan
terus menerus mengkosumsi obat anti-virus dosis rendah. Pengobatan akan efektif jika
dimulai sedini mungkin, biasanya 2 hari setelah timbulnya gejala.
7. Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah suatu penyakit menular seksual pada vagina atau uretra yang
disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
Gejalanya, pada wanita penyakit ini biasanya dimualai dengan keluarnya cairan dari
vagina yang berbusa dan berwarna kuning kehijauan. Pada pria, mengeluarkan cairan berbusa
atau cairan seperti nanah dari uretra, mengalami nyeri saat berkemih dan desakan berkemih
yang lebih sering. Gejala ini biasanya timbul pada pagi hari.
Diagnosa, pada wanita biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
mikroskopik terhadap contoh cairan vagina. Pada pria dilakukan pemeriksaan mikroskopik
terhadap sekret dari ujung penis yang diambil pada pagi hari sebelum penderita berkemih dan
sebagian dibiakkan di laboratorium. Jika hasil pemeriksaan mikroskopik belum meyakinkan,
bisa dilakukan pembiakan air kemih.
Pengobatan, Metronodasol dosis tunggal per-oral bisa menyembuhkan sampai 95%
penderita. Karena efektifitas tunggal pada penderita pria masih diragukan, maka kepada
penderita pria obat ini biasanya diberikan selama 7 hari.

Gejala umum penyakit menular seksual :


a. Pada anak perempuan gejalanya berupa:
Cairan yang tidak biasa keluar dari alat kelamin perempuan warnanya kekuningan-
kuningan, berbau tidak sedap.
Menstruasi atau haid tidak teratur.
Rasa sakit di perut bagian bawah.
Rasa gatal yang berkepanjangan di sekitar kelamin.
b. Pada anak laki-laki gejalanya berupa:
Rasa sakit atau panas saat kencing.
Keluarnya darah saat kencing.
Keluarnya nanah dari penis.
Adanya luka pada alat kelamin.
Rasa gatal pada penis atau dubur
E. Pengobatan
Penanganan pasien infeksi menular seksual terdiri dari dua cara, bisa dengan penaganan
berdasarkan kasus(case management) ataupun penanganan berdasarkan sindrom (syndrome
management). Penanganan berdasarkan kasus yang efektif tidak hanya berupa pemberian
terapi antimikroba untuk menyembuhkan dan mengurangi infektifitas mikroba, tetapi juga
diberikan perawatan kesehatan reproduksi yang komprehensif. Sedangkan penanganan
berdasarkan sindrom didasarkan pada identifikasi dari sekelompok tanda dan gejala yang
konsisten, dan penyediaan pengobatan untuk mikroba tertentu yang menimbulkan sindrom.
Penanganan infeksi menular seksual yang ideal adalah penanganan berdasarkan
mikrooganisme penyebnya. Namun, dalam kenyataannya penderita infeksi menular seksual
selalu diberi pengobatan secara empiris.
Antibiotika untuk pengobatan IMS adalah :
1. Pengobatan gonore: penisilin, ampisilin, amoksisilin, seftriakson, spektinomisin, kuinolon,
tiamfenikol, dan kanamisin.
2. Pengobatan sifilis: penisilin, sefalosporin, termasuk sefaloridin, tetrasiklin,
eritromisin, dan kloramfenikol
3. Pengobatan herpes genital: asiklovir, famsiklovir, valasiklovir
4. Pengobatan klamidia: azithromisin, doksisiklin, eritromisin
5. Pengobatan trikomoniasis: metronidazole.

F. Konsep / Cara Penanggulangan Masalah


Adapun upaya penanggulangan Penyakit Menular Seksual yang dapat
dilakukan adalah:
a. Tidak melakukan hubungan seks.
b. Menjaga perilaku seksual (seperti: penggunaan kondom).
c. Bila sudah berperilaku seks yang aktif tetaplah setia pada pasangannya.
d. Hindari penggunaan pakaian dalam serta handuk dari penderita PMS.
e. Tawakal pada Tuhan Yang Maha Esa.
f. Bila nampak gejala-gejala PMS segera ke dokter atau petugas kesehatan setempat.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gonorrhea

A. DEFINISI
Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea
yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, oro-genital, ano-
genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan
konjungtiva.
B. PENYEBARAN

Gonore dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit dan
persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di
dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.

C. ETIOLOGI
Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria gonorrhea yang bersifat
patogen.
Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau
lapis gepeng yang belum berkembang pada wanita yang belum pubertas.

D. MANIFESTASI KLINIS

Pada pria:

Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi
Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika
berkemih Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan
keluarnya lendir mukoid dari uretra
Retensi urin akibat inflamasi prostat
Keluarnya nanah dari penis.

Pada wanita:

Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi
Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan
(asimtomatis)
Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan
gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih
Nyeri ketika berkemih
Keluarnya cairan dari vagina
Demam
Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta
menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual

Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubunga seks melalui anus, dapat
menderita gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar
anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan
kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.

E. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan pembantu
yang terdiri atas 15 tahap, yaitu:

1. Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram


negatif, intraseluler dan ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.

2. Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur.


Menggunakan media transport dan media pertumbuhan.

3. Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes
fermentasi (kuman gonokokus hanya meragikan glukosa)

4. Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning
menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase

5. Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan
untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.
F. KOMPLIKASI

Komplikasi pada pria:

Prostatitis

Cowperitis

Vesikulitis seminalis

Epididimitis

Cystitis dan infeksi traktus urinarius superior

Komplikasi pada wanita:

Komplikasi uretra

Bartholinitus

Endometritis dan metritis

Salphingitis

G. PENGOBATAN

1. Medikamentosa

o Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin,


banyak strain yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan
tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.

o Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr
probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan
yang memadai.

o Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita


yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
o Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis
gonokokus.

2. Non-medikamentosa

Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:

o Bahaya penyakit menular seksual

o Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan

o Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya

o Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak
dapat dihindari.

o Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.

H. ASUHAN KEPERAWATAN

B. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan,
alamat, tgl MRS, dll.
2. Keluhan utama
Biasanya nyeri (saat kencing).
3. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit berat (sinovitis, artritis).
4. Riwayat penyakit sekarang
P = Tanyakan penyebab terjadinya infeksi
Q = Tanyakan bagaimana gambaran rasa nyeri tersebut.
R = Tanyakan pada daerah mana yang sakit, apakah menjalar,,,
S = Kaji skala nyeri untuk dirasakan
T = Kapan keluhan dirasakan.
5. Riwayat kesahatan keluarga
Tanyakan pada klien apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
seperti yang diderita sekarang.
6. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Pengkajian Persistem
Sistem integumen
Biasanya terjadi inflamasi jaringan sekitar uretra, genital lesions dan skin rashes.
Sistem kardivaskuler
Kaji apakah bunyi jantung normal/ mengalami gangguan
Sistem pernapasan
Amati pola pernapasan
Auskultasi paru-paru
Kaji faring, apakah ada peradangan/tidak.
Sistem penginderaan
Kaji konjungtiva, apakah ada peradangan/ tidak.
Sistem pencernaan
Kaji mulut dan tenggorokan termasuk toksil
Apakah terdapat diare/ tidak
Sistem perkemihan
Biasanya pasien mengalami disuria dan kadang kadang ujung uretra disertai darah.
Sistem Muskuluskeletal
Biasanya pasien tidak mengalami kesulitan bergerak.
Anus
Biasanya pasien mengalami inflamasi jaringan akibat infeksi
7. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Kebutuhan nutrisi
Kaji intak dan out put nutrisi dan cairan.
(biasanya kebutuhan nutrisi tidak terganggu).
Kebutuhan eliminasi
Kaji frekuensi, warna, dan bau urin (isak)
Kebutuhan alvi
Kaji warna, konsistensi, dan bau.
Kebutuhan aktivitas
Klien dengan GO biasanya aktivitasnya sering tergangu.
Kebutuhan kebersihan diri
Kaji berapa kali mandi, gosok gigi, mencuci rambut dan memotong kuku.
Klien dengan GO harus selalu menjaga kebersihan dan kesehatan diri.
8. Pengkajian psikososial dan spiritual
Psikologis : biasanya pasien merasa gelisah dan distres adanya ketakutan.
Sosial : biasanya pasien merasa kesepian dan takut ditolak dalam pergaulan
Spiritual : bagaimana ibadah pasien selama sakit.

1. DIAGNOSA DAN INTERVENSI

Nyeri b.d reaksi infeksi

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:

Mengenali faktor penyebab


Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol

Intervensi:

a) Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan


onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-
faktor presipitasi.
b) Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
c) Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
d) Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
e) Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien
terhadap ketidaknyamanan (ex.: temperatur ruangan, penyinaran, dll)
f) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologik (ex.: relaksasi, guided
imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massage, TENS,
hipnotis, terapi aktivitas)
g) Berikan analgesik sesuai anjuran
h) Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup
i) Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah
digunakan.

Hipertermi b.d reaksi inflamasi

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:

Suhu dalam rentang normal


Nadi dan RR dalam rentang normal
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Intervensi:

a) Monitor vital sign

b) Monitor suhu minimal 2 jam

c) Monitor warna kulit

d) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

e) Selimuti klien untuk mencegah hilangnya panas tubuh

f) Kompres klien pada lipat paha dan aksila

g) Berikan antipiretik bila perlu

Perubahan pola eliminasi urin b.d proses inflamasi

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:

Urin akan menjadi kontinens


Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam rentang
yang diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri

Intervensi:

a) Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna
dengan tepat

b) Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan

Cemas b.d penyakit

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:

Tidak ada tanda-tanda kecemasan


Melaporkan penurunan durasi dan episode cemas
Melaporkan pemenuhan kebutuhan tidur adekuat
Menunjukkan fleksibilitas peran

Intervensi:

a) Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi,
takipneu, ekspresi cemas non verbal)

b) Temani klien untuk mendukung kecemasan dan rasa takut

c) Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi

d) Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat

e) Sediakan informasi aktual tentang diagnosa, penanganan, dan prognosis


Risiko penularan b.d kurang pengetahuan tentang sifat menular dari
penyakit

Tujuan:

Dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit pada orang lain

Intervensi:

Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang:

Bahaya penyakit menular


Pentingnya memetuhi pengobatan yang diberikan
Jelaskan cara penularan PMS dan perlunya untuk setia pada pasangan
Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika
tidak dapat menghindarinya.

Harga diri rendah b.d penyakit

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan mengekspresikan pandangan


positif untuk masa depan dan memulai kembali tingkatan fungsi sebelumnya
dengan indikator:

Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri

Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya

Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol dan mempengaruhi hasil

Intervensi:

a) Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan

b) Dorong klien untuk membayangkan masa depan dan hasil positif dari
kehidupan
c) Perkuat kemampuan dan karakter positif (misal: hobi, keterampilan,
penampilan, pekerjaan)

d) Bantu klien menerima perasaan positif dan negatif

e) Bantu dalam mengidentifikasi tanggung jawab sendiri dan kontrol situasi


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seks. Cara penularan Penyakit Menular Seksual ini terutama melalui hubungan seksual yang
tidak terlindungi, baik pervaginal, anal, maupun oral. Cara penularan lainnya secara perinatal,
yaitu dari ibu ke bayinya, baik selama kehamilan, saat kelahiran ataupun setelah lahir. Bisa
melalui transfuse darah atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk darah.
Penanganan pasien infeksi menular seksual terdiri dari dua cara, bisa dengan penaganan
berdasarkan kasus(case management) ataupun penanganan berdasarkan sindrom (syndrome
management).
Adapun upaya penanggulangan Penyakit Menular Seksual yang dapat
dilakukan adalah:
a. Tidak melakukan hubungan seks.
b. Menjaga perilaku seksual (seperti: penggunaan kondom).
c. Bila sudah berperilaku seks yang aktif tetaplah setia pada pasngannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ratna Mardiana. 2010. Mengenal, mencegah, dan mengobati penularan penyakit dari infeksi.
Yogyakarta . Citra Pustaka
Ida Ayu Chandranita Manuaba. 2009. Memahami kesehatan reproduksi wanita. Edisi II.
Jakarta. Buku Kedokteran EGC. Hal. 7, 41-48.
Kamal Zharif Kamaluddin. 2011. Http://majalahkesehatan.com/sekilas-tentang-pms-
penyakitmenular-seksual

Anda mungkin juga menyukai