Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.I Latar Belakang


Chlamydia adalah infeksi PMS (penyakit menular seksual) yang sangat
umum. Infeksi ini dapat diobati dengan mudah tapi jika tidak ditangani dapat
menyebabkan masalah kesehatan dan kesuburan. Klamidia disebabkan oleh
bakteri yang berkembang biak di selaput lendir dari alat kelamin. Hal ini dapat
menyebabkan peradangan saluran kencing, dubur dan leher rahim. Ketika
infeksi terjadi pada anus, pasien biasanya tidak merasakan gejala meskipun
mungkin merasa tidak nyaman. Kadang-kadang ada lendir, iritasi, gatal dan
nyeri. Infeksi Chlamyidia di tenggorokan juga mungkin tidak memberikan
gejala apapun. Jika mata Anda terinfeksi, bakteri dapat menyebabkan iritasi
dan keluarnya cairan dari salah satu atau kedua mata Anda (konjunktivitis).
Infeksi Chlamidya trachomatis pada banyak negara merupakan
penyebab utama infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Laporan
WHO tahun 1995 menunjukkan bahwa infeksi oleh C. trachomatis
diperkirakan 89 juta orang. Di Indonesia sendiri sampai saat ini belum ada
angka yang pasti mengenai infeksi C. trachomatis.1 C. trachomatis merupakan
penyebab Uretritis Non Spesifik (UNS) terbanyak dibanding dengan
organisme lain. Dari berbagai studi dilaporkan bahwa 30 - 60 % dari penderita
UNS dapat diisolasi C. trachomatis, selanjutnya 4 - 43 % dari pria penderita
gonore dan 0 - 7 % dari pria dengan uretritis asimtomatik.2 Dalam bidang
penyakit menular seksual (PMS) C. trachomatis dapat merupakan penyebab
uretritis, servisitis, endometritis, salpingitis, perihepatitis, epididimitis,
limfogranuloma venerium dan seterusnya.1.3 Angka transmisi seksual C.
trachomatis sering melebihi 20 % pada wanita muda. Hutapea NO (1992)
melaporkan penularan terhadap mitra seksual 38 pria UNS dengan positif
Chlamydia terjadi pada 17 wanita (45 %).3 Diperkirakan 25 - 50 % infeksi C.
trachomatis bersifat asimtomatik, terutama pada wanita (80 %), akan tetapi C.
trachomatis mempunyai peranan penting pada servisitis mukopurulen dan
infeksi radang panggul (PID). Di Amerika 25 - 50 % kasus PID oleh karena C.
trachomatis dan meliputi 5 - 8 % wanita muda yang datang ke beberapa klinik
maternitas dan merupakan karier C. trachomatis.1 Infeksi C. trachomatis
sampai saat ini masih merupakan problematik karena keluhan ringan,
kesukaran fasilitas diagnostik, mudah menjadi kronis dan residif, dan mungkin
menyebabkan komplikasi yang serius seperti infertilitas dan kehamilan
ektopik. Selain itu bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi mempunyai resiko
untuk menderita konjungtivitis dan atau pneumonia.4.5 Mengingat tingginya
angka kejadian infeksi C. trachomatis baik secara tunggal ataupun bersamaan
dengan PMS lain, serta dampak dari komplikasinya maka perlu diberikan
perhatian yang besar dalam hal diagnosis dan pengobatannya.

1
1.2 Rumusan Masalah
 Apa pengertian dari Chlamydia?
 Bagaimana Etiologi dari Chlamydia?
 Bagaimana pencegahan Chlamydia?
 Apa Klasifikasi dari Chlamidia?
 Apa komplikasi dari Chlamida?
 Apa terapi yang digunakan pada penderita Chlamidia?
 Bagaimana Asuhan Keperawatan yang tepat diberikan kepada pasien
Chlamydia?

1.3 Tujuan Penulisan

 Mampu menjelaskan pengertian dari Chlamydia


 Mampu memahami bagaimana Etiologi dari Chlamydia
 Mampu mengetahui dan mengaplikasikan pencegahan Chlamydia
 Mampu mengetahui Klasifikasi dari Chlamidia
 Mampu mengetahui komplikasi dari Chlamida
 Mampu memberikan terapi yang digunakan pada penderita Chlamidia
 Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan yang tepat diberikan kepada
pasien Chlamydia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi Klamidia


Klamidia adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh
virus chlamydia trachomatis (klamidia trakomatis). Klamidia, sering
menyebabkan apa yang dinamakan uretritis non spesifik yakni radang saluran
kemih yang tidak spesifik, yang dikenal merupakan salah satu infeksi/penyakit,
akibat dari hubungan seksual yang terjadi pada pria. Sedangkan pada wanita
klamidia lebih sering menyebabkan cervicitis (serviksitis), yaitu infeksi leher
rahim, dan penyakit peradangan pelvis (pinggul/panggul), bahkan
menyebabkan infertilitas. (Bruner & Suddert, 2001).
Penyakit Klamidia tergolong dalam infeksi menular seksual (IMS) pada
manusia yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Istilah infeksi
Klamidia dapat juga merujuk kepada infeksi yang disebabkan oleh setiap jenis
bakteri dari keluarga Chlamydiaceae. C. trachomatis hanya ditemukan pada
manusia. dapat merusak alat reproduksi manusia dan penyakit mata.
Klamidia lebih sering terdapat pada wanita. ketika seorang wanita telah
tertular maka klamidia dapat menyebabkan Penyakit Radang Panggul (PRP)
yang dapat menyebabkan wanita tersebut menjadi mandul (tidak dapat
mempunyai anak).
Chlamydia trachomatis adalah bakteri khusus yang hidup sebagai
parasit intra sel. C. Trachomatis bersifat dimorfik. Dalam bentuk infeksiosa ,
C.tracomatis merupakan sferoid berukuran kecil, tidak aktif secara metabolis
dan mengandung asam deoksiribonukleat (DNA) dan RNA. Steroid ini
memperoleh akses ke sel penjamu melalui endositosis dan setelah berada
didalam, berubah menjadi organisme yang secara metabolis aktif yang bersaing
dengan sel penjamu pecah, terjadi pembebasan ratusan EB untuk menginfeksi
sel – sel di sekitarnya. C.trachomatis memiliki afinitas terhadap epitel uretra,
serviks dan konjungtiva mata.

II.2 Etiologi Klamidia


Chlamydia trachomatis yang terutama menyerang leher
rahim. Biasanya menyerang saluran kencing atau organ-organ reproduksi.
Pada wanita, menyebabkan infeksi di mulut rahim, sedangkan pada pria,
menyebabkan infeksi di urethra(bagian dalam penis). Sebanyak 75 persen
penderitanya, tidak mendapatkan gejala penyakit ini. Kalaupun muncul gejala,
pada wanita, hanya berupa keputihan. Penyakit menular seksual (PMS) yang
satu ini, dapat menular atau ditularkan pasangan. Masa inkubasi:7 sampai 12
hari. (Bruner & Sudert 2001).
Chlamydia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Bakteri ini
ditularkan oleh penderita melalui hubungan seksual tanpa menggunakan

3
kondom. Penularan chlamydia bisa melalui seks oral, anal, vaginal, dan saling
bersentuhannya alat kelamin. Selain itu, chlamydia juga bisa menular melalui
alat bantu seks yang tidak dilapisi dengan kondom atau tidak dicuci sampai
bersih setelah digunakan. Berhubungan seksual dengan banyak orang atau
berganti-ganti pasangan, dapat meningkatkan risiko terjangkit chlamydia.

Faktor-faktor risiko Clamidia:


Orang yang lebih berisiko terkena klamidia jika memiliki beberapa faktor risiko
berikut:
 Di bawah usia 24
 Aktif secara seksual dengan berganti-ganti pasangan
 Melakukan seks tidak aman
 Memiliki riwayat infeksi penularan seksual
Untuk memperkecil risiko Anda, Anda harus mempraktikkan seks yang
aman dan melakukan tes secara rutin. Karena klamidia dapat ditularkan melalui
hubungan seksual secara vagina, oral, Klamidia dapat menyerang siapa saja,
laki-laki maupun perempuan semua usia, terutama dewasa yang kehidupan
seksualnya tidak sehat, misalnya sering bergonta - ganti pasangan, tidak
menggunakan kondom saat berhubunganseksual, melakukan hubungan seksual
tidak wajar (oral).

II.3 Klasifikasi Klamidia


Klamidia yang menyebabkan penyakit pada manusia diklasifikasikan
menjadi 3 spesies :
1. Chlamydia psittaci, penyebab psittacosis
2. C. trachomatis, termasuk serotipe yang menyebabkan trachoma,infeksi alat
kelamin (lihat bawah), Chlamydia conjunctivitis dan pneumonia anak dan
serotipe lain yang menyebabkan Lymphogranuloma venereum
3. C. pneumoniae, penyebab penyakit saluran pernapasan termasuk pneumonia
dan merupakan penyebab penyakit arteri koroner

II.4 Cara Penularan


Klamidia menyebar dengan cara berhubungan seks tanpa pelindung
dengan seseorang yang telah terinfeksi.

4
II.5 Manifestasi Klinis
Gejala mula timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah terinfeksi.
Pada penis atau vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan yang tidak disertai
nyeri. Lepuhan ini berubah menjadi ulkus (luka terbuka) yang segera membaik
sehingga seringkali tidak diperhatikan oleh penderitanya. Selanjutnya terjadi
pembengkakan kelenjar getah bening pada salah satu atau kedua selangkangan.
Kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat, dan jika tidak diobati akan
terbentuk lubang (sinus) di kulit yang terletak diatas kelenjar getah bening
tersebut.Dari lubang ini akan keluar nanah atau cairan kemerahan, lalu akan
membaik; tetapi biasanya meninggalkan jaringan parut atau kambuh kembali.
Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit kepala, nyeri
sendi, nafsu makan berkurang, muntah, sakit punggung dan infeksi rektum
yang menyebabkan keluarnya nanah bercampur darah. Akibat penyakit yang
berulang dan berlangsung lama, maka pembuluh getah bening bisa mengalami
penyumbatan, sehingga terjadi pembengkakan jaringan. Infeksi rektum bisa
menyebabkan pembentukan jaringan parut yang selanjutnya mengakibatkan
penyempitan rektum.

Pada perempuan :
a. Keinginan untuk sering buang air kecil dan ketika buang air kecil akan
merasakan adanya rasa seperti terbakar atau rasa tidak nyaman.
b. Menimbulkan keluhan keputihan yang disertai nyeri pada saat BAK dan
adanya mukopurulen dan perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
c. Penularan tidak disadari, karena kebanyakan perempuan yang terinfeksi tidak
merasakan gejala
d. Pasien biasanya datang dengan stadium lanjut
e. Rasa sakit setelah melakukan hubungan seksual

Pada laki-laki :
a. Keinginan untuk sering buang air kecil dan ketika buang air kecil akan
merasakan adanya rasa seperti terbakar atau rasa tidak nyaman.
b. Keluar cairan di uretra berupa lender yang jernih samapi keruh terdapat bercak
pada celana dalam terutama pada pagi hari
c. Pelvisnya bengkak karena terjadi Epedidimitis

5
II.6 Patofisiologi Klamidia
Klamidia pada fase awal akan memasuki sel dan membentuk badan
inklusi yang menjadi badan dasar dari perkembangan organisme ini. Setelah
proses maturasi berjalan sempurna, sel-sel tersebut akan rupture dalam 2-3
hari, dan kemudian masuk ke dalam sel-sel lain untuk melanjutkan proses
replikasi. Akibat dari siklus kehidupan organisme ini, klamidia trakomatis,
tidak dapat dikultur pada media antifisial. Infeksi klamidia pada sel epitel
menyebabkan respon awal berupa infiltrasi neutrofil, yang diikuti dengan infasi
limfosit, makrofag, sel-sel plasma dan eosinofil.
Masa inkubasi dari infeksi klamidia umumnya berkisar antara 7-21
hari, walau infeksi tersering terjadi pada traktus genetalia, infeksi ekstragenital
juga dapat terjadi. Infeksi pada umumnya akan menyebabkan inflamasi pada
uretra (pria) atau serviks (wanita).
Gejala mulai timbul dalam waktu 3-15 hari atau lebih setelah terinfeksi.
Pada penis atau vagina muncul lepuhan kecil yang berisi cairan yang tidak
disertai nyeri. Lepuhan ini berubah menjadi ulkus (luka terbuka) yang segera
membaik sehingga sering kali tidak diperhatikan oleh penderitanya

II.7 Transmisi Penyakit Klamidia


Klamidia merupakan salah satu jenis penyakit yang ditimbulkan akibat
perilaku seks bebas sehingga penularannya sangat mudah untuk dilakukan
lewat hubungan seksual Seperti vagina,oral dan anal.
Penyakit klamidia tidak memandang gender, penyakit klamidia ini bisa
menyerang pria juga wanita. penyakit klamidia bisa menyebabkan gangguan
pada saluran air seni, leher rahim, jalur pelepasan dubur, tenggorokan, dan
mata. Penyakit klamidia akan menunjukkan reaksinya sekitar 2-14 hari setelah
terinfeksi. Pada wanita reaksi yang umum terjadi adalah kejang pada perut
bagian bawah, perubahan jadwal haid, juga sakit saau buang air kceil. Penderita
bisa mengidap penyakit ini selama berbulan-bulan bahkan tahunan tanpa
pernah tahu mengidap penyakit berbahaya ini. Penyakit ini bisa menyerang
baik laki-laki maupun perempuan semua usia, terutama dewasa muda.

6
II.8 Riwayat Alamiah Penyakit
1. MASA INKUBASI DAN KLINIS
Masa inkubasi Klamidia adalah 7-12 hari.Masa klinis klamidia
sampai muncul gejala adalah 1-3 minggu lebih lama daripada gonore.sekitar
25% pria dan sebagian besar wanita tidak mengalami gejala dini karena
infeksi klamidia dan banyak yang menjadi carrier asimtomatik penyakit
klamidia.
2. MASA LATEN DAN PERIODE INFEKSI
Masa laten penyakit ini timbul 2-14 hari setelah terinfeksi. Jika sudah
demikian penderita bisa mengidap penyakit ini selama berbulan-bulan,
bahkan bertahun-tahun tanpa mengetahuinya.
Periode infeksi biasanya antara 4-28 hari setelah berhubungan intim
dengan penderita,seorang pria akan mengalami panas pada alat kelaminnya
saat berkemih.biasanya akan keluar nanah dari penis,nanahnya bisa agak
jernih atau keruh, tetapi lebih encer daripada gonore.
a. Pada pria, uretritis ditandai oleh sekret yang jumlahnya sedikit, berair
(kemudian mukus) dari uretra. Gejala lain adalah nyeri dan disuria. Pada
wanita, ada disuria, polakisuria dan leukorea ringan. Servisitis adalah hal
yang relatif sering ditemui. Hal ini bermanifestasi sebagai sekret
mukopurulen dan edema atau kecenderungan perdarahan orifisium uteri.
b. Pada wanita, infeksi klamidia yang lama sering mengakibatkan
endometritis dan salpingitis. Pasien mungkin mengalami demam ringan atau
nyeri abdomen bawah yang ringan. Endometritis juga dapat menyebabkan
perdarahan uterus yang ireguler. PID (Pelvic Inflammation Disease) adalah
komplikasi lanjut dari infeksi klamidia yang penting, biasanya memerlukan
terapi rawat inap. Perihepatitis adalah komplikasi yang jarang pada infeksi
klamidia.

II.9 Cara-Cara Pemberantasan.


A. Cara pencegahan.
1. Penyuluhan kesehatan dan pendidikan seks : sama seperti sifilis
dengan penekanan pada penggunaan kondom ketika melakukan
hubungan seksual dengan wanita bukan pasangannya.

7
2. Pemeriksaan pada remaja putri yang aktif secara seksual harus
dilakukan secara rutin. Pemeriksaan perlu juga dilakukan terhadap
wanita dewasa usia dibawah 25 tahun, terhadap mereka yang
mempunyai pasangan baru atau terhadap mereka yang mempunyai
beberapa pasangan seksual dan atau yang tidak konsisten
menggunakan alat kontrasepsi. Tes terbaru untuk
infeksi trachomatis dapat digunakan untuk memeriksa remaja dan
pria dewasa muda dengan spesimen urin.
B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.
1) Laporan pada instansi kesehatan setempat; laporan kasus wajib
dilakukan dibanyak negara bagian di AS, Kelas 2B (lihat Tentang
pelaporan penyakit menular)
2) Isolasi : tindakan kewaspadaan universal, bisa diterapkan untuk
pasien rumah sakit. Pemberian terapi antibiotika yang tepat
menjamin discharge tidak infektif; penderita sebaiknya
menghindari hubungan seksual hingga kasus indeks, penderita atau
pasangannya telah selesai diberi pengobatan yang lengkap.
3) Disinfeksi serentak : Pembuangan benda-benda yang
terkontaminasi dengan discharge uretra dan vagina, harus
ditangani dengan seksama.
4) Karantina : tidak dilakukan.
5) Imunisasi kontak : tidak dilakukan.
6) Investigasi kontak dan sumber infeksi.

Pengobatan profilaktik diberikan terhadap pasangan seks lain dari


penderita, dan pengobatan yang sama diberikan kepada pasangan tetap. Bayi
yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi dan belum mendapat pengobatan
sistemik, foto thorax perlu diambil pada usia 3 minggu dan diulang lagi
sesudah 12 – 18 minggu untuk mengetahui adanya pneumonia klamidia sub
klinis.
C. Cara mengurangi resiko
1) Puasa mekukan hubungan seks
2) Batasi partner seksual
3) Gunakan kondom dengan benar
4) Cek kesehatan

8
II.10 Pencegahan
Pencegahan penyakit klamidia menurut WHO:
1). Penyuluhan kesehatan dan pendidikan seks : sama seperti sifilis (lihat
Sifilis, 9A) dengan penekanan pada penggunaan kondom ketika
melakukan hubungan seksual dengan wanita bukan pasangannya.
2). Pemeriksaan pada remaja putri yang aktif secara seksual harus dilakukan
secara rutin. Pemeriksaan perlu juga dilakukan terhadap wanita dewasa usia
dibawah 25 tahun, terhadap mereka yang mempunyai pasangan baru atau
terhadap mereka yang mempunyai beberapa pasangan seksual dan atau yang
tidak konsisten menggunakan alat kontrasepsi. Tes terbaru untuk infeksi
trachomatis dapat digunakan untuk memeriksa remaja dan pria dewasa muda
dengan spesimen urin.

Cara mengurangi resiko


1. Puasa mekukan hubungan seks
2. Batasi partner seksual
3. Gunakan kondom dengan benar
4. Cek kesehatan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan(over
tbehaviot).untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan antara
lain:fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau,faktor dukungan
(support) dari pihak lain misalnya tokoh masyarakat. petugas kesehatan
sangat penting untuk mendukung praktek pencegahan penyakit menular
seksual.

Praktek pencegahan penyakit menular seksual antara lain:


1. Pencegahan primer meliputi :
a. Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal,anal dan oral dengan orang
yang terinfeksi adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk
pencegahan.
b. Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit seksual.

9
c. Selalu menjaga kebersihan alat kelamin.
d. Segera memeriksakan diri serta melakukan konseling kedokter atau petugas
kesehtan apabila mengalami tanda dan gejala penyakit menular seksual
meliputi:rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual ,rasa
nyeri pada perut bagian bawah.Pengeluaran lendir pada vagina/alat
kelamin,keputihan berwarna putih susu,bergumpal dan disertai rasa gatal dan
kemerahan pada alat kelamin tau sekitarnya,keputihan yang
berbusa,kehijauan,berbau busuk,dan gatal,timbul bercak-bercak darah setelah
berhubungan seks bintil-bintil berisi cairan,lecet atau borok pada alat kelamin.
2. Pencegahan sekunder,meliputi:
a. Adanya siraman rohani yang dilakukan di lokalisasi
b. Peningkatan pengetahuan tentang penyakit menular seksual meliputi
penyuluhan dari dinas kesehatan.
3. Pencegahan tersier meliputi:
a. Adanya peraturan dari pemerintah tentang larangan prostitusi.
b. Adanya usaha rehabilitasi dengan pelatihan keterampilan pada wanita pekerja
seksual yang meninggalkan pekerjaan sebagai pekerja seksual.

II.11 Pengobatan
Untuk pengobatan dapat diberikan:
1. Tetrasiklin
Tetrasiklin adalah antibodi pilihan yang sudah digunakan sejak lama untuk
infeksi genitalia yang disebabkan oleh C.trachomatis. Dapat diberikan dengan
dosis 4 x 500 mg/h selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama 14 hari. Analog
dari tetrasiklin seperti doksisiklin dapat diberikan dengan dosis 2 x l00 mg/h
selama 7 hari. Obat ini yang paling banyak dianjurkan dan merupakan drug of
choice karena cara pemakaiannya yang lebih mudah dan dosisnya lebih kecil.
2. Azithromisin
Azithromisin merupakan suatu terobosan baru dalam pengobatan masa
sekarang. Diberikan dengan dosis tunggal l gram sekali minum.
Regimen alternatif dapat diberikan:
- Erythromycin 4 x 500 mg/hari selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama l4 hari.

10
- Ofloxacin 2 x 300 mg/hari selama 7 hari.
Regimen untuk wanita hamil:
- Erythromycin base 4 x 500 mg/hari selama 7 hari.
Terapi yang biasanya digunakan adalah:
- Antibiotika, minum obat secara teratur
- Partner seksualnya juga harus diobati
Obat-obat antibiotic :
Doksisiklin 2 x 100mg selama 1 minggu atau lebih.
Tetrasiklin 4 x 500 selama 1 minggu atau lebih.
Eritromisin 4 x 500mg selama 1 minggu atau lebih.
Azitromisin 1 gram dosis tunggal.

Target untuk pendidikan dan pencegahan terhadap klamidya pada pasien


adalah populasi remaja dan dewasa muda. Pantangan, menunda usia untuk
terpajan hubungan seksual sejak awal membatasi jumlah pasangan seksual dan
penggunaan kondom untuk pencegahan harus dipromosikan atau dianjurkan.
Harus ditekankan bahwa penyaringan untuk klamidya dan penanganan infeksi
pada tahap awal adalah metode penting untuk menurunkan proses penyakit yang
umum pada wanita untuk untuk menurunkan infeksi pada bayi.

II.12 Cara Diagnosis Chlamydia


Chlamydia dapat didiagnosis dengan cara yang mudah dan tidak
menimbulkan rasa sakit, yaitu dengan menggunakan alat penyeka yang
berbentuk seperti cotton bud atau melalui tes sampel urine.
Alat penyeka tipis dimasukkan ke ujung penis untuk mendapatkan sampel
dari saluran pembuangan urine atau uretra. Sedangkan bagi pasien wanita, alat
penyeka digunakan pada bagian dalam vagina bagian bawah atau serviks. Alat
penyeka bisa digunakan untuk mengumpulkan sampel cairan dari kelopak mata
jika mata Anda mengalami peradangan akibat infeksi chlamydia. Selain itu, alat
penyeka juga bisa digunakan untuk mengambil sampel dari tenggorokan atau
anus jika pasien melakukan seks oral atau anal.
Tes sebaiknya dilakukan kembali setelah tiga bulan untuk memastikan
infeksi chlamydia sudah hilang sepenuhnya. Chlamydia tidak dapat dideteksi
dengan tes darah atau pap smear.

II.13 Komplikasi Klamidia


Chlamydia dapat menyebar dan menimbulkan gangguan kesehatan jangka
panjang jika tidak ditangani dengan tepat. Berikut ini adalah beberapa
komplikasi chlamydia yang dapat terjadi pada pasien pria.

11
1. Epididimitis, yaitu peradangan dan pembengkakan pada epididimis yang
merupakan bagian dari sistem reproduksi pria dan saluran untuk
mengalirkan sperma dari testikel. Penyakit ini dapat menimbulkan rasa
sakit. Jika tidak segera ditangani, cairan atau bahkan nanah akan keluar. Dan
jika sudah parah, kemandulan bisa terjadi.
2. Reactive arthritis, yaitu peradangan pada persendian yang kebanyakan
dialami oleh pria dibandingkan wanita. Obat antiinflamasi nonsteroid
(misalnya ibuprofen) bisa digunakan untuk mengatasi gejala dari kondisi
ini. Biasanya gejala akan membaik dalam waktu kurang lebih enam bulan,
namun bisa saja kembali kembali.
3. Uretritis, yaitu peradangan pada saluran pembuangan urine atau uretra.
Kondisi ini biasanya ditandai dengan gejala seperti sering atau tidak mampu
menahan buang air kecil, terasa sakit atau perih saat buang air kecil, kulup
atau ujung penis mengalami iritasi dan terasa sakit, dan ujung penis
mengeluarkan cairan kental berwarna putih.

Sedangkan pada wanita, beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat chlamydia
adalah:

1. Cervicitis, yaitu peradangan pada leher rahim atau serviks. Gejala kondisi
ini bisa berupa sakit pada perut bagian bawah, sakit saat berhubungan
seksual, perdarahan saat atau usai berhubungan seksual, dan perdarahan di
antara masa menstruasi.
2. Penyakit radang panggul, yaitu infeksi pada ovarium, rahim dan tuba
fallopi. Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa meningkatkan risiko kehamilan
ektopik atau pertumbuhan janin di luar rahim dan keguguran. 90 persen
kasus PID disebabkan oleh komplikasi chlamydia dan gonore yang tidak
terobati dengan baik. Radang panggul bisa diobati dengan menggunakan
antibiotik.
3. Komplikasi kehamilan. Wanita hamil yang menderita chlamydia dapat
menulari janinnya jika tidak melakukan pengobatan. Apabila ini terjadi,
bayi di dalam kandungan bisa mengalami infeksi mata dan paru-paru.
Chlamydia juga dapat meningkatkan risiko bayi lahir secara prematur atau
dengan berat badan yang rendah.
4. Bartholinitis atau pembengkakan kelenjar Bartholin (kelenjar yang
memproduksi cairan pelumas saat wanita berhubungan seksual). Kista
kelenjar Bartholin dapat terbentuk jika kelenjar tersumbat dan mengalami
infeksi. Selain itu, kondisi ini juga bisa menyebabkan abses atau
penimbunan nanah yang terasa sakit atau perih saat disentuh, berwarna
merah, dan menimbulkan demam.

12
5. Salpingitis, yaitu peradangan pada tuba fallopi yang menyebabkan sel telur
dari ovarium sulit untuk menuju rahim dan membuat pasien lebih sulit untuk
hamil. Risiko mengalami kehamilan ektopik atau kehamilan di luar rahim
akan meningkat, meskipun tuba fallopi hanya tersumbat sebagian.

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
II.1 Tinjauan Kasus
Seorang Ibu Rumah tangga (29 tahun) datang ke Rumah Sakit Harapan
Bunda dengan keluhan keinginan untuk sering buang air kecil dan ketika buang
air kecil akan merasakan adanya rasa seperti terbakar atau rasa tidak nyaman,
keluhan keputihan yang disertai nyeri pada saat BAK dan adanya
mukopurulen dan perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, serta rasa
sakit di perut setelah melakukan hubungan seksual.

A. Pengkajian
Riwayat
 Riwayat penyakit dahulu : gatal-gatal pada kemaluan dan adanya
keputihan.
 Riwayat penyakit sekarang : nyeri pada bagian pelvis, nyeri saat buang air
kecil.
 Riwayat penyakit keluarga : tidak ada penyakit yang berhubungan dengan
klamidia

B. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
 Adanya Keputihan
 Adanya bercak – bercak keputihan pada celana dalam
 Kulit kelamin berwarna kemerahan
Palpasi :
 Kelenjar inguinal dipalpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan
dan bengkak. Wanita diperiksa untuk adanyanyeri tekan abdominal
dan rahim
 Mulut dan tenggorokan untuk mencari tanda peradangan atau
eksudat.

C. Analisa Data
Data Penyebab Masalah
Ø DS: Bakteri trachomatis Nyeri berhubungan
 Klien mengatakan dengan rasa terbakar,
sering BAK dan bau atau gatal-gatal
merasakan adanya akibat infeksi.
rasa seperti terbakar
dan tidak nyaman

14
 Klien mengatakan
gatal pada daerah
kelamin

DO:
 Klien terlihat sering
menggaruk daeah
kelaminnya
 Kelamin klien terlihat
nampak memerah
 daerah kelamin klien
nampak lesi akibat
garukan
 Daerah kelamin klien
tercium bau akibat
infeksi
 Skala nyeri 5

DS: Resiko infeksi


 Klien mengatakan berhubungan dengan
nyeri pada saat BAK penularan penyakit yang
terpajan.
dan adanya
mukopurulen dan
perdarahan setelah
melakukan hubungan
seksual
 Klien mengatakan
rasa sakit setelah
melakukan hubungan
seksual

DO:
 Kelamin keluar
cairan kental
kuning
 Tampak
kemerahan pada
daerah kelamin

15
D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan rasa terbakar, bau atau gatal-gatal akibat
infeksi.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan penularan penyakit yang terpajan.

E. Intervensi Keperawatan

Masalah NIC NOC


Keperawata
n
Nyeri Pain level  Lakukan pengkajian nyeri secara
berhubunga Pain control komprehensif termasuk
n dengan Comfort level lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualit
rasa as dan faktor presipitas.
terbakar, Kriteria Hasil:  Obsservasi reasi non verbal dan
bau atau  Mampu ketidaknyamanan
gatal-gatal mengontrol  Gunakan teknik komunikasi teraupetik
akibat nyeri (tahu untuk mengetahui pengalaman nyeri
infeksi. penyebab pasien
nyeri,mampu
menggunakan
teknik non
farmakologi
untuk
mengurangi
nyeri,mencari
bantuan)
 Melaporkan
bahwa nyeri
berkurang
dengan
mengunakan
menajemen
nyeri.
 Mampu
mengenali nyeri
 Menyatakan
rasa nyaman

16
setelah nyeri
berkurang
 Tanda vital
dalam rentang
normal
Resiko NOC  Kaji kultur yang mepengaruhi respon
infeksi  Immune nyeriInfection Control (Kontrol
berhubunga status Infeksi)
n dengan  Knowledge:  Observasi dan laporkan tanda dan gejala
penularan Infection infeksi seperti kemerahan, panas,
penyakit Kontrol nyeri, tumor, dan adanya fungsiolaesa
yang  Risk Control  Catat dan laporkan nilai laboratorium
terpajan. Kriteria hasil:  Kaji warna kulit, kelembaban tekstur,
 Klien bebas dan turgor, cuci kulit dengan hati-hati,
dari tanda gunakan hidrasi dan pelembab seluruh
dan gejala muka
infeksi  Gunakan strategi untuk mencegah
 Menunjukka infeksi nosokomial
n  Cuci tangan sebelum dan setelah
kemampuan tindakan keperawatan
untuk Ø
mencegah
timbulnya
infeksi
 Jumlah
leukosit
dalam batas
normal
 Menunjukka
n perilaku
hidup sehat

17
DAFTAR PUSTAKA

 Marilyn. E, Doenges. 2007, Rencana Asuhan Keperawatan , Jakarta : EGC


 Natadidjaja, hendarto.2007.Kapita Selekta Kedokteran. Bina Rupa
Aksara:Jakarta.
 Prof. DR. Djuanda, Adhi.2008.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 3.
Balai Penerbit FKUI: Jakarta
 Tim Penyusun.2008. Diagnosa NANDA [NIC &NOC].Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai