PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Apa pengertian dari Chlamydia?
Bagaimana Etiologi dari Chlamydia?
Bagaimana pencegahan Chlamydia?
Apa Klasifikasi dari Chlamidia?
Apa komplikasi dari Chlamida?
Apa terapi yang digunakan pada penderita Chlamidia?
Bagaimana Asuhan Keperawatan yang tepat diberikan kepada pasien
Chlamydia?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
kondom. Penularan chlamydia bisa melalui seks oral, anal, vaginal, dan saling
bersentuhannya alat kelamin. Selain itu, chlamydia juga bisa menular melalui
alat bantu seks yang tidak dilapisi dengan kondom atau tidak dicuci sampai
bersih setelah digunakan. Berhubungan seksual dengan banyak orang atau
berganti-ganti pasangan, dapat meningkatkan risiko terjangkit chlamydia.
4
II.5 Manifestasi Klinis
Gejala mula timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah terinfeksi.
Pada penis atau vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan yang tidak disertai
nyeri. Lepuhan ini berubah menjadi ulkus (luka terbuka) yang segera membaik
sehingga seringkali tidak diperhatikan oleh penderitanya. Selanjutnya terjadi
pembengkakan kelenjar getah bening pada salah satu atau kedua selangkangan.
Kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat, dan jika tidak diobati akan
terbentuk lubang (sinus) di kulit yang terletak diatas kelenjar getah bening
tersebut.Dari lubang ini akan keluar nanah atau cairan kemerahan, lalu akan
membaik; tetapi biasanya meninggalkan jaringan parut atau kambuh kembali.
Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit kepala, nyeri
sendi, nafsu makan berkurang, muntah, sakit punggung dan infeksi rektum
yang menyebabkan keluarnya nanah bercampur darah. Akibat penyakit yang
berulang dan berlangsung lama, maka pembuluh getah bening bisa mengalami
penyumbatan, sehingga terjadi pembengkakan jaringan. Infeksi rektum bisa
menyebabkan pembentukan jaringan parut yang selanjutnya mengakibatkan
penyempitan rektum.
Pada perempuan :
a. Keinginan untuk sering buang air kecil dan ketika buang air kecil akan
merasakan adanya rasa seperti terbakar atau rasa tidak nyaman.
b. Menimbulkan keluhan keputihan yang disertai nyeri pada saat BAK dan
adanya mukopurulen dan perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
c. Penularan tidak disadari, karena kebanyakan perempuan yang terinfeksi tidak
merasakan gejala
d. Pasien biasanya datang dengan stadium lanjut
e. Rasa sakit setelah melakukan hubungan seksual
Pada laki-laki :
a. Keinginan untuk sering buang air kecil dan ketika buang air kecil akan
merasakan adanya rasa seperti terbakar atau rasa tidak nyaman.
b. Keluar cairan di uretra berupa lender yang jernih samapi keruh terdapat bercak
pada celana dalam terutama pada pagi hari
c. Pelvisnya bengkak karena terjadi Epedidimitis
5
II.6 Patofisiologi Klamidia
Klamidia pada fase awal akan memasuki sel dan membentuk badan
inklusi yang menjadi badan dasar dari perkembangan organisme ini. Setelah
proses maturasi berjalan sempurna, sel-sel tersebut akan rupture dalam 2-3
hari, dan kemudian masuk ke dalam sel-sel lain untuk melanjutkan proses
replikasi. Akibat dari siklus kehidupan organisme ini, klamidia trakomatis,
tidak dapat dikultur pada media antifisial. Infeksi klamidia pada sel epitel
menyebabkan respon awal berupa infiltrasi neutrofil, yang diikuti dengan infasi
limfosit, makrofag, sel-sel plasma dan eosinofil.
Masa inkubasi dari infeksi klamidia umumnya berkisar antara 7-21
hari, walau infeksi tersering terjadi pada traktus genetalia, infeksi ekstragenital
juga dapat terjadi. Infeksi pada umumnya akan menyebabkan inflamasi pada
uretra (pria) atau serviks (wanita).
Gejala mulai timbul dalam waktu 3-15 hari atau lebih setelah terinfeksi.
Pada penis atau vagina muncul lepuhan kecil yang berisi cairan yang tidak
disertai nyeri. Lepuhan ini berubah menjadi ulkus (luka terbuka) yang segera
membaik sehingga sering kali tidak diperhatikan oleh penderitanya
6
II.8 Riwayat Alamiah Penyakit
1. MASA INKUBASI DAN KLINIS
Masa inkubasi Klamidia adalah 7-12 hari.Masa klinis klamidia
sampai muncul gejala adalah 1-3 minggu lebih lama daripada gonore.sekitar
25% pria dan sebagian besar wanita tidak mengalami gejala dini karena
infeksi klamidia dan banyak yang menjadi carrier asimtomatik penyakit
klamidia.
2. MASA LATEN DAN PERIODE INFEKSI
Masa laten penyakit ini timbul 2-14 hari setelah terinfeksi. Jika sudah
demikian penderita bisa mengidap penyakit ini selama berbulan-bulan,
bahkan bertahun-tahun tanpa mengetahuinya.
Periode infeksi biasanya antara 4-28 hari setelah berhubungan intim
dengan penderita,seorang pria akan mengalami panas pada alat kelaminnya
saat berkemih.biasanya akan keluar nanah dari penis,nanahnya bisa agak
jernih atau keruh, tetapi lebih encer daripada gonore.
a. Pada pria, uretritis ditandai oleh sekret yang jumlahnya sedikit, berair
(kemudian mukus) dari uretra. Gejala lain adalah nyeri dan disuria. Pada
wanita, ada disuria, polakisuria dan leukorea ringan. Servisitis adalah hal
yang relatif sering ditemui. Hal ini bermanifestasi sebagai sekret
mukopurulen dan edema atau kecenderungan perdarahan orifisium uteri.
b. Pada wanita, infeksi klamidia yang lama sering mengakibatkan
endometritis dan salpingitis. Pasien mungkin mengalami demam ringan atau
nyeri abdomen bawah yang ringan. Endometritis juga dapat menyebabkan
perdarahan uterus yang ireguler. PID (Pelvic Inflammation Disease) adalah
komplikasi lanjut dari infeksi klamidia yang penting, biasanya memerlukan
terapi rawat inap. Perihepatitis adalah komplikasi yang jarang pada infeksi
klamidia.
7
2. Pemeriksaan pada remaja putri yang aktif secara seksual harus
dilakukan secara rutin. Pemeriksaan perlu juga dilakukan terhadap
wanita dewasa usia dibawah 25 tahun, terhadap mereka yang
mempunyai pasangan baru atau terhadap mereka yang mempunyai
beberapa pasangan seksual dan atau yang tidak konsisten
menggunakan alat kontrasepsi. Tes terbaru untuk
infeksi trachomatis dapat digunakan untuk memeriksa remaja dan
pria dewasa muda dengan spesimen urin.
B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.
1) Laporan pada instansi kesehatan setempat; laporan kasus wajib
dilakukan dibanyak negara bagian di AS, Kelas 2B (lihat Tentang
pelaporan penyakit menular)
2) Isolasi : tindakan kewaspadaan universal, bisa diterapkan untuk
pasien rumah sakit. Pemberian terapi antibiotika yang tepat
menjamin discharge tidak infektif; penderita sebaiknya
menghindari hubungan seksual hingga kasus indeks, penderita atau
pasangannya telah selesai diberi pengobatan yang lengkap.
3) Disinfeksi serentak : Pembuangan benda-benda yang
terkontaminasi dengan discharge uretra dan vagina, harus
ditangani dengan seksama.
4) Karantina : tidak dilakukan.
5) Imunisasi kontak : tidak dilakukan.
6) Investigasi kontak dan sumber infeksi.
8
II.10 Pencegahan
Pencegahan penyakit klamidia menurut WHO:
1). Penyuluhan kesehatan dan pendidikan seks : sama seperti sifilis (lihat
Sifilis, 9A) dengan penekanan pada penggunaan kondom ketika
melakukan hubungan seksual dengan wanita bukan pasangannya.
2). Pemeriksaan pada remaja putri yang aktif secara seksual harus dilakukan
secara rutin. Pemeriksaan perlu juga dilakukan terhadap wanita dewasa usia
dibawah 25 tahun, terhadap mereka yang mempunyai pasangan baru atau
terhadap mereka yang mempunyai beberapa pasangan seksual dan atau yang
tidak konsisten menggunakan alat kontrasepsi. Tes terbaru untuk infeksi
trachomatis dapat digunakan untuk memeriksa remaja dan pria dewasa muda
dengan spesimen urin.
9
c. Selalu menjaga kebersihan alat kelamin.
d. Segera memeriksakan diri serta melakukan konseling kedokter atau petugas
kesehtan apabila mengalami tanda dan gejala penyakit menular seksual
meliputi:rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual ,rasa
nyeri pada perut bagian bawah.Pengeluaran lendir pada vagina/alat
kelamin,keputihan berwarna putih susu,bergumpal dan disertai rasa gatal dan
kemerahan pada alat kelamin tau sekitarnya,keputihan yang
berbusa,kehijauan,berbau busuk,dan gatal,timbul bercak-bercak darah setelah
berhubungan seks bintil-bintil berisi cairan,lecet atau borok pada alat kelamin.
2. Pencegahan sekunder,meliputi:
a. Adanya siraman rohani yang dilakukan di lokalisasi
b. Peningkatan pengetahuan tentang penyakit menular seksual meliputi
penyuluhan dari dinas kesehatan.
3. Pencegahan tersier meliputi:
a. Adanya peraturan dari pemerintah tentang larangan prostitusi.
b. Adanya usaha rehabilitasi dengan pelatihan keterampilan pada wanita pekerja
seksual yang meninggalkan pekerjaan sebagai pekerja seksual.
II.11 Pengobatan
Untuk pengobatan dapat diberikan:
1. Tetrasiklin
Tetrasiklin adalah antibodi pilihan yang sudah digunakan sejak lama untuk
infeksi genitalia yang disebabkan oleh C.trachomatis. Dapat diberikan dengan
dosis 4 x 500 mg/h selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama 14 hari. Analog
dari tetrasiklin seperti doksisiklin dapat diberikan dengan dosis 2 x l00 mg/h
selama 7 hari. Obat ini yang paling banyak dianjurkan dan merupakan drug of
choice karena cara pemakaiannya yang lebih mudah dan dosisnya lebih kecil.
2. Azithromisin
Azithromisin merupakan suatu terobosan baru dalam pengobatan masa
sekarang. Diberikan dengan dosis tunggal l gram sekali minum.
Regimen alternatif dapat diberikan:
- Erythromycin 4 x 500 mg/hari selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama l4 hari.
10
- Ofloxacin 2 x 300 mg/hari selama 7 hari.
Regimen untuk wanita hamil:
- Erythromycin base 4 x 500 mg/hari selama 7 hari.
Terapi yang biasanya digunakan adalah:
- Antibiotika, minum obat secara teratur
- Partner seksualnya juga harus diobati
Obat-obat antibiotic :
Doksisiklin 2 x 100mg selama 1 minggu atau lebih.
Tetrasiklin 4 x 500 selama 1 minggu atau lebih.
Eritromisin 4 x 500mg selama 1 minggu atau lebih.
Azitromisin 1 gram dosis tunggal.
11
1. Epididimitis, yaitu peradangan dan pembengkakan pada epididimis yang
merupakan bagian dari sistem reproduksi pria dan saluran untuk
mengalirkan sperma dari testikel. Penyakit ini dapat menimbulkan rasa
sakit. Jika tidak segera ditangani, cairan atau bahkan nanah akan keluar. Dan
jika sudah parah, kemandulan bisa terjadi.
2. Reactive arthritis, yaitu peradangan pada persendian yang kebanyakan
dialami oleh pria dibandingkan wanita. Obat antiinflamasi nonsteroid
(misalnya ibuprofen) bisa digunakan untuk mengatasi gejala dari kondisi
ini. Biasanya gejala akan membaik dalam waktu kurang lebih enam bulan,
namun bisa saja kembali kembali.
3. Uretritis, yaitu peradangan pada saluran pembuangan urine atau uretra.
Kondisi ini biasanya ditandai dengan gejala seperti sering atau tidak mampu
menahan buang air kecil, terasa sakit atau perih saat buang air kecil, kulup
atau ujung penis mengalami iritasi dan terasa sakit, dan ujung penis
mengeluarkan cairan kental berwarna putih.
Sedangkan pada wanita, beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat chlamydia
adalah:
1. Cervicitis, yaitu peradangan pada leher rahim atau serviks. Gejala kondisi
ini bisa berupa sakit pada perut bagian bawah, sakit saat berhubungan
seksual, perdarahan saat atau usai berhubungan seksual, dan perdarahan di
antara masa menstruasi.
2. Penyakit radang panggul, yaitu infeksi pada ovarium, rahim dan tuba
fallopi. Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa meningkatkan risiko kehamilan
ektopik atau pertumbuhan janin di luar rahim dan keguguran. 90 persen
kasus PID disebabkan oleh komplikasi chlamydia dan gonore yang tidak
terobati dengan baik. Radang panggul bisa diobati dengan menggunakan
antibiotik.
3. Komplikasi kehamilan. Wanita hamil yang menderita chlamydia dapat
menulari janinnya jika tidak melakukan pengobatan. Apabila ini terjadi,
bayi di dalam kandungan bisa mengalami infeksi mata dan paru-paru.
Chlamydia juga dapat meningkatkan risiko bayi lahir secara prematur atau
dengan berat badan yang rendah.
4. Bartholinitis atau pembengkakan kelenjar Bartholin (kelenjar yang
memproduksi cairan pelumas saat wanita berhubungan seksual). Kista
kelenjar Bartholin dapat terbentuk jika kelenjar tersumbat dan mengalami
infeksi. Selain itu, kondisi ini juga bisa menyebabkan abses atau
penimbunan nanah yang terasa sakit atau perih saat disentuh, berwarna
merah, dan menimbulkan demam.
12
5. Salpingitis, yaitu peradangan pada tuba fallopi yang menyebabkan sel telur
dari ovarium sulit untuk menuju rahim dan membuat pasien lebih sulit untuk
hamil. Risiko mengalami kehamilan ektopik atau kehamilan di luar rahim
akan meningkat, meskipun tuba fallopi hanya tersumbat sebagian.
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
II.1 Tinjauan Kasus
Seorang Ibu Rumah tangga (29 tahun) datang ke Rumah Sakit Harapan
Bunda dengan keluhan keinginan untuk sering buang air kecil dan ketika buang
air kecil akan merasakan adanya rasa seperti terbakar atau rasa tidak nyaman,
keluhan keputihan yang disertai nyeri pada saat BAK dan adanya
mukopurulen dan perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, serta rasa
sakit di perut setelah melakukan hubungan seksual.
A. Pengkajian
Riwayat
Riwayat penyakit dahulu : gatal-gatal pada kemaluan dan adanya
keputihan.
Riwayat penyakit sekarang : nyeri pada bagian pelvis, nyeri saat buang air
kecil.
Riwayat penyakit keluarga : tidak ada penyakit yang berhubungan dengan
klamidia
B. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Adanya Keputihan
Adanya bercak – bercak keputihan pada celana dalam
Kulit kelamin berwarna kemerahan
Palpasi :
Kelenjar inguinal dipalpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan
dan bengkak. Wanita diperiksa untuk adanyanyeri tekan abdominal
dan rahim
Mulut dan tenggorokan untuk mencari tanda peradangan atau
eksudat.
C. Analisa Data
Data Penyebab Masalah
Ø DS: Bakteri trachomatis Nyeri berhubungan
Klien mengatakan dengan rasa terbakar,
sering BAK dan bau atau gatal-gatal
merasakan adanya akibat infeksi.
rasa seperti terbakar
dan tidak nyaman
14
Klien mengatakan
gatal pada daerah
kelamin
DO:
Klien terlihat sering
menggaruk daeah
kelaminnya
Kelamin klien terlihat
nampak memerah
daerah kelamin klien
nampak lesi akibat
garukan
Daerah kelamin klien
tercium bau akibat
infeksi
Skala nyeri 5
DO:
Kelamin keluar
cairan kental
kuning
Tampak
kemerahan pada
daerah kelamin
15
D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan rasa terbakar, bau atau gatal-gatal akibat
infeksi.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan penularan penyakit yang terpajan.
E. Intervensi Keperawatan
16
setelah nyeri
berkurang
Tanda vital
dalam rentang
normal
Resiko NOC Kaji kultur yang mepengaruhi respon
infeksi Immune nyeriInfection Control (Kontrol
berhubunga status Infeksi)
n dengan Knowledge: Observasi dan laporkan tanda dan gejala
penularan Infection infeksi seperti kemerahan, panas,
penyakit Kontrol nyeri, tumor, dan adanya fungsiolaesa
yang Risk Control Catat dan laporkan nilai laboratorium
terpajan. Kriteria hasil: Kaji warna kulit, kelembaban tekstur,
Klien bebas dan turgor, cuci kulit dengan hati-hati,
dari tanda gunakan hidrasi dan pelembab seluruh
dan gejala muka
infeksi Gunakan strategi untuk mencegah
Menunjukka infeksi nosokomial
n Cuci tangan sebelum dan setelah
kemampuan tindakan keperawatan
untuk Ø
mencegah
timbulnya
infeksi
Jumlah
leukosit
dalam batas
normal
Menunjukka
n perilaku
hidup sehat
17
DAFTAR PUSTAKA
18