PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Mengetahui dan memahami Laporan Pendahuluan, Asuhan Keperawatan
dan Strategi Pelaksanaan pada Kasus Halusinasi.
1.4 Manfaat
1.Bagi penulis
Dengan dibuatnya makalah ini penulis dapat mengerti dan menulis
makalah dengan baik dan benar.
2. Bagi pembaca
Makalah ini diharapkan bagi pembaca dapat memahami dan lebih
mengerti tentang halusinasi dan masalah keperawatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
1 2 3
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada.
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu didapatkan adalah sebagai
berikut :
a. Tujuan Keperawatan :
Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya.
Pasien dapat mengontrol halusinasinya.
Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal.
b. Tindakan keperawatan :
1) Bantu pasien mengenali halusinasi. Untuk membantu pasien
mengenali halusinasi, perawat dapat berdiskusi dengan pasien
tentang isi halusinasi (apa yang didengar, dilihat, atau dirasa),
waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi
yang menyebabkan halusinasi muncul dan respons pasien saat
halusinasi muncul.
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien
mampu mengontrol agar halusinasi, perawat dapat melatih pasien
empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi.
Keempat cara mengontrol halusinasi adalah sebagai berikut :
Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien
dilatih untuk mengatakan tidak terhadap tidak muncul halusinasi
atau yang mempedulikan halusinasinya. Jika ini dapat dilakukan,
pasien akan mampu mengikuti tidak dan diri mengendalikan
halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada, tetapi
dengan kemampuan ini, pasien tidak akan larut untuk menuruti
halusinasinya. Berikut ini tahapan intervensi yang dilakukan
perawat dalam mengajarkan pasien;
Pertama : Menjelaskan menghardik cara halusinasi.
Kedua : Memperagakan cara menghardik.
Ketiga : Meminta pasien memperagakan ulang.
Keempat : Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku pasien.
Bercakap-cakap dengan orang lain
Bercakap-cakap denagn orang lain dapat membantu mengontrol
halusinasi. Ketika pasien lain dapat bercakap-cakap dengan orang
lain, terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari
halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain.
Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menyibukkan diri melakukan aktivitas yang teratur. Dengan
beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak
waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan halusinasi. Oleh
karena itu, dapat dikontrol dengan cara halusinasi beraktivitas
secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam. Tahapan
intervensi perawat dalam memberikan aktivitas yang terjadwal,
yaitu:
a. Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk
mengatasi halusinasi.
b. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien.
c. Melatih pasien melakukan aktivitas.
d. Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas
yang telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas
mulai dari bangun pagi sampai tidur malam.
e. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan
penguatan terhadap perilaku pasien yang positif.
Minum obat secara teratur
Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi. Pasien
juga harus dilatih untuk minum obat secara teratur sesuai
dengan program terapi dokter. Pasien gangguan jiwa yang
dirawat di rumah sering mengalami putus obat sehingga Jika
kekambuhan. mengalami pasien kekambuhan terjadi, untuk
mencapai kondisi seperti semula akan membutuhkan waktu.
Oleh karena itu pasien harus dilatih minum obat sesuai
program dan berkelanjutan. Berikut ini intervensi yang dapat
dilakukan perawat agar pasien patuh minum obat :
1) Jelaskan kegunaan obat.
2) Jelaskan akibat jika putus obat.
3) Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat,
4) Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 5 benar (benar
obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, dan benar
dosis). pasien mengenal halusinasi, Membantu pasien:
Kerja
"Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi kalau D suara, langsung saja cari teman untuk
diajak ngobrol, minta teman untuk ngobrol dengan D Contohnya begini, "Tolong
saya mulai mendengar suara suara. Ayo ngobrol dengan saya!." Atau kalau ada
orang di rumah, misalnya Kakak D, katakan, "Kak, ayo ngobrol mulai mendengar
suara - suara"." Begitu D. dengan D. D sedang mendengar suara Coba D lakukan
seperti yang saya lakukan tadi. Ya, begitu, Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah,
latih terus ya D!"
(Di sini, D dapat mengajak perawat atau pasien lain untuk bercakap-cakap)
Teminasi
"Bagaimana perasaan D setelah latihan ini? Jadi, sudah ada berapa cara yang D
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau D
mengalam halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan
harian D. Mau jam berapa latihan bercakap- cakap? Nah, nanti lakukan secara
teratur sewa aktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke sini lagi,.
Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga, yaitu melakukan aktivitas jam
berapa? Bagaimana kalau jam 10 pagi? Mau di mana? Di sini lagi? terjadwal?
Mau Sampai besok ya. Selamat pagi!"
SP 3 Pasien: Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melaksanakan
aktivitas terjadwal. Peragakan komunikasi di bawah ini!
Orientasi
"Selamat pagi D ! Bagaimana perasaan D hari ini?" "Apakah suara-suaranya
masih muncul? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih? Bagaimana
hasilnya? Bagus!" "Sesuai janji kita hari ini kita akan belajar cara yang ketiga
untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. "Mau di mana
kita bicara? Baik. kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana
kalau 30 menit? Baiklah."
Kerja
"Apa saja yang Biasa D lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus, jam
berikutnya apa?" (Terus kaji hingga didapatkan kegiatannya sampai malam).
kegiatannya! Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut)! Bagus
sekali jika D bisa lakukan!" "Kegiatan ini dapat D lakukan untuk mencegah suara
tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar "Wah banyak sekali
dari pagi sampai malam ada kegiatan."
Terminasi
"Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih
untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali! Mari kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian D. Coba lakukan sesuai jadwal ya!" (Perawat dapat melatih
aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari
pagi sampai malam.) "Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita
membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 12? Di ruang makan ya! Sampai jumpa!"
SP 4 pasien: Melatih pasien minum obat secara teratur.
Orientasi
"Selamat siang D! Bagaimana perasaan D siang ini? Apakah suaranya masih
muncul? Apakah sudah digunakan suara- tiga cara yang telah kita latih? Apakah
jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan? Apakah pagi tadi sudah minum obat?
Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang D minum. Kita
akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya D?"
Kerja
"D. Adakah bedanya setelah minum obat secara teratur? Apakah suara suara
berkurang atau hilang? Minum obat sangat penting agar suara suara yang D
dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang D
minum? (Perawat menyiapkan obat paslen. ) Inl yang warna oranye
(Chlorpromazine, CPZ) gunanya untuk menghilangkan suara suara. Obat yang
berwarna putih (T pyhexilpendil, THP) gunanya agar D merasa rileks dan tidak
kaku, sedangkan yang merah jambu (Haloperidol, HLP) berfungsi untuk
menenangkan pikiran dan menghilangkan suara-suara. Semua obat ini diminum 3
kali sehari, setiap pukul 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam. Kalau suara suara sudah
hilang, obatnya tidak boleh dihentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab
kalau putus obat, D akan kambuh dan sulit sembuh seperti keadaan semula. Kalau
obat habis, bisa minta ke dokter untuk D mendapatkan obat lagi. D juga harus
teliti saat minum obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya D harus
memastikan bahwa itu obat yang benar - benar punya D. Jangan keliru dengan
obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada
waktunya, dengan cara yang benar, yaitu diminum sesudah makan dan tepat
jamnya. D juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan D juga
harus cukup minum 10 gelas per hari."
Terminasi
"Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap mengenai obat? Sudah berapa cara
yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban
benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya cakap pada jadwal kegiatan D!
Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di
rumah. Nah, makanan sudah datang!" "Besok kita ketemu lagi untuk melihat
manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau pukul berapa?
Bagaimana kalau pukul 10 pagi? Sampai jumpa, Selamat pagi!"
2. Tindakan Keperawatan Pada Keluarga Pasien
a. Tujuan keperawatan.
1) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien, baik di rumah sakit
maupun di rumah.
2) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
b. Tindakan keperawatan keluarga merupakan faktor menentukan yang
penting keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi.
Dukungan keluarga selama pasien di rawat di rumah sakit sangat
dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat
pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang
mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien mampu
mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun, jika
keluarga tidak mampu merawat pasien mereka akan kambuh bahkan untuk
memulihkannya lagi akan sangat sulit. Oleh karena itu, perawat harus
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu
menjadi pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi, baik saat
di rumah sakit maupun di rumah. Tindakan keperawatan yang dapat
diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memeragakan halusinasi
langsung di hadapan pasien. pasien dengan cara merawat
4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga.
SP 1 keluarga : Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi,
jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, dan cara-cara
merawat pasien halusinasi.
Orientasi
"Selamat pagi Bapak/lbu!, Saya SS, perawat yang merawat anak Bapak/lbu.
Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Apa pendapat Bapak tentang anak
Bapak/lbu?"
"Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang anak Bapak/lbu alami dan
bantuan apa yang Bapak dapat berikan."
"Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang Wawancara? Berapa lama
waktu Bapak/1bu? Bagaimana kalau 30 menit?"
Kerja
"Masalah apa yang Bapak alami dalam merawat D? Apa yang Bapak/lbu lakukan?
"Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/lbu itu disebut halusinasi yaitu
mendengar atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada bendanya. Tanda
tandanya bicara marah tanpa sebab. Jadi, dan tertawa sendiri, atau marah jika anak
Bapak/lbu mengatakan mendengar suara suara, sebenarnya suara itu tidak ada.
Kalau anak Bapak/lbu bayangan-bayangan, sebenarnya melihat mengatakan
bayangan itu tidak ada. Oleh karena itu, kita diharapkan dapat membantunya
dengan beberapa cara. Terdapat beberapa cara untuk membantu anak Bapak/lbu
agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut adalah : Pertama, di
hadapan anak Bapak/lbu, jangan membantah atau mendukung halusinasi. Katakan
saja Bapak/lbu percaya bahwa D memang mendengar suara atau melihat
bayangan, tetapi Bapak/ ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya. Kedua,
jangan biarkan anak Bapak/lbu melamun dan sendiri karena kalau melamun
halusinasi akan muncul lagi.
Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya, Buat kegiatan keluarga
seperti makan bersama dan ibadah bersama. Terkait dengan kegiatan, saya telah
melatih anak Bapak/lbu untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong
Bapak/lbu pantau pelaksanaannya dan berikan pujian jika D berhasil
melakukannya! Ketiga, bantu anak obat Bapak/lbu minum teratur. Jangan secara
menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah
melatih anak Bapak/1bu untuk minum obat secara teratur. Jadi, Bapak/lbu dapat
mengingatkan kembali. Obatnya ada tiga macam, yang berwarna oranye namanya
CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan. Yang berwarna
putih namanya THP berfungsi untuk membuat D tenang dan tidak kaku. Yang
berwarna biru namanya HLP gunanya menenangkan pikiran. Semua obat ini harus
D minum 3 kali sehari pukul 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam. Obat harus selalu
diminum untuk mencegah kekambuhan. Terakhir, jika ada tanda-tanda halusinasi
mulai muncul, putus halusinasi dengan cara menepuk punggung D. Kemudian
suruh D menghardik suara tersebut. D sudah saya ajarkan cara untuk menghardik
halusinasi. Sekarang, mari kita latihan memutus halusinas D. Sambil menepuk
punggung anak Bapak/lbu, katakan: D sedang apa kamu? Kamu ingatkan apa
yang diajarkan perawat jika suara suara itu datang lagi? Ya, usir suara itu DI,
tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu saya tidak mau dengarl Ucapkan
berulang ulang, D Sekarang coba Bapak/ibu praktikkan cara yang baru saya
ajarkan. Bagus Pak/Bu"
Terminasi
"Bagaimana perasaan Bapak/ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan
halusinasi D?"
"Sekarang coba Bapak/lbu sebutkan kembali empat cara merawat D!"
"Bagus sekali Pak/Bu! Bagaimana kalau dua hari lagi kita halusinasi memutus
untuk mempraktikkan bertemu langsung di hadapan D?"
"Jam berapa kita bertemu? Baik, sampai jumpa!"
SP 2 keluarga: Melatih keluarga praktik merawat pasien langsung di hadapan
pasien. Memberi kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat
pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
Orientasi
"Selamat pagil Bagaimana perasaan Bapak/ lbu pagi ini?" "Apakah Bapak/lbu
masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi anak Bapak/lbu yang sedang
mengalami halusinasi? Bagus!" "Sesuai dengan perjanjian kita, selama 30 menit
ini kita akan mempraktikkan cara memutus halusinasi langsung di hadapan anak
bapak/ibu. Mari kita datangi anak Bapak/ Ibul"
Kerja
"Selamat pagi D, Bapak/ Ibu D sangat ingin membantu D mengendalikan suara-
suara yang sering D dengar, untuk itu pagi ini Bapak/ lbu D datang untuk
mempraktikkan cara memutus suara-suara yang D dengarD nanti kalau sedang
dengar suara suara dan D bicara atau tersenyum senyum sendiri, Bapak/ lbu akan
mengingatkan ya?
Sekarang, coba Bapak/lbu peragakan cara halusinasi yang sedang D alami seperti
yang sudah kita memutus pelajari sebelumnya. Tepuk punggung D lalu suruh D
mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik tersebut." (perawat
mengobservasi apa yang suara dilakukan keluarga terhadap pasien). "Bagus
sekali! Bagaimana D? Senang dibantu Bapak/lbu? Nah, Bapak/ibu ingin melihat
jadwal harian D." (pasien memperagakan dan kemudian perawat mendorong
orang tua memberikan pujian). "Baiklah, sekarang saya dan orang tua D ke ruang
perawat dulu" (Perawat dan keluarga meninggalkan melakukan terminasi dengan
keluarga pasien). pasien untuk
Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak/lbu setelah mempraktikan halusinasi langsung
dihadapan anak memutus cara Bapak/Ibu?."
"Diingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Pak/Bu. Bapak/lbu dapat melakukan cara
itu, jika anak Bapak/lbu mengalami halusinasi."
"Bagaimana kalu kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal
kegiatan harian D di rumah? Pukul berapa Bapak! Ibu bisa datang? Kita bertemu
di tempat ini lagi ya? Sampai jumpa"
SP 3 keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
Orientasi
"Selamat pagi Pak/Bu, karena besok D sudah boleh pulang sekarang untuk
bertemu sesuai janji kita maka Membicarakan jadwal D selama di rumah."
Bagaimana Pak/Bu, selama Bapak/lbu membesuk apakah sudah mempraktikkan
cara merawat D?" "Nah sekarang kita bicarakan jadwal D di rumah, Mari kita
duduk di ruang perawat" "Berapa lama Bapak/lbu ada waktu? Bagaimana kalau
30 menit?"
Kerja
"Ini jadwal kegiatan D di rumah sakit. Jadwal ini dapat dilanjutkan di rumah.
Coba Bapak/lbu lihat mungkinkah dilakukan di rumah? Siapa yang kira -kira akan
memotivasi dan mengingatkan? Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama D di
rumah sakit tolong dilanjutkan di rumah, baik jadwal aktivitas maupun minum
obatnya." "Hal-hal yang harus diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh anak ibu dan Bapak selama di rumah, misalnya kalau D terus
mendengar suara suara yang mengganggu dan tidak memperlihatkan perbaikan,
menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain.
Jika hal ini terjadi, segera hubungi Suster B di Puskesmas terdekat dari rumah
Bapak/ Ibu, ini nomer telepon puskesmasnya: (0262)554###. Selanjutnya Suster B
yang akan membantu memantau perkembangan D selama di rumah."
Terminasi
"Bagaimana Bapak/lbu? Ada yang ingin ditanyakan?"
"Coba Bapak/ lbu sebutkan cara-cara merawat D di rumah!"
"Bagus! (jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat; ini jadwalnya untuk
dibawa pulang. Selanjutnya, silakan Ibu menyelesaikan administrasi yang
dibutuhkan. Kami akan siapkan D untuk pulang."
2.2.4. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Pasien Halusinasi
TAK yang dapat dilakukan untuk pasien dengan halusinasi adalah sebagai
berikut :
Yosep Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama
Keliat, B.A, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic
Course). Jakarta: EGC.
Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
World Health Organization. Mental Health Action Plan for 2013–2020. World
Health Organization: Geneva, 2013. Available on ;
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/89966/1/9789241506021_eng.pdf
Stuart & Laraia. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Stuart, GW, Laraia, M.T., 2001, Principle and Practice of Pshychiatric Nursing,
7th Edition, Mosby, Philadelpia.
Hungerford, Catherine, et all. 2012. Mental Health Care, 2nd Edition. New Jersey:
Wiley
Jaelani, A. (2001). Penyucian Jiwa & Kesehatan Mental. Jakarta: AMZAH.
Larsen, R.J. & Buss, D.M. 2013. Personality Psychology: Domain of Knowledge
about Human Nature. Boston: McGraw-Hill
Sadock, J. Benjamin & Virginia A. Sadock. 2010. Kaplan & Sadock’s Pocket
Handbook of Clinical Psychiatry (5th Edition). Philadelphia: LWW.
Nasir, Abdul & Abdul Munith. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar
dan Teori. Jakarta: Selemba Medika