Anda di halaman 1dari 7

KONSEP DASAR SKIZOFRENIA

1. Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak, skizofrenia didefinisikan

sebagai penyakit neurobiologis yang mempengaruhi persepsi pasien, cara berpikir, bahasa,

emosi, dan prilaku sosialnya. ( Melinda Hermann, 2008 dalam Iyus Yosep, 2016)

Skizofrenia (schizophrenia) adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak. Menurut

Nancy Andreasen (2008) dalam Broken Brain, The Biological Revolution in Psychiatry, bahwa

bukti – bukti tentang serangan skizofrenia merupakan suatu hal yang melibatkan banyak sekali

faktor. Fakto-faktor itu meliputi perubahan struktur fisik otak, perubahan stuktur kimia otak, dan

faktor genetik.

Menurut Lilik Ma’rifatul Azizah, Skizofrenia adalah gangguan jiwa pskikotik paling lazim

dengan dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari

hubungan antara pribadi normal. Sering kali di ikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan

halusinasi (persepsi tanpa adanya rangsangan pancaidra)

2. Tipe Skizofrenia

Dadang Hawari (2014), menyebutkan ada beberapa tipe skizofrenia yaitu sebagai berikut :

a. Skizofrenia Simplek

b. Skizofrenia Hebefrenik

c. Skizofrenia Katatonik

d. Skizofrenia Paranoid

e. Episode Skizofreniform

f. Skizofrenia Residual

g. Skizofrenia Skizo Afektif

h. Skizofrenia tak tergolongkan

1
3. Tanda Dan Gejala Skizofrenia

Menurut Lilik Ma`rifatul Azizah (2016), tanda dan gejala skizofrenia adalah:

a. Muncul delusi dan halusinasi.

Delusi adalah keyakinan/pemikiran yang salah dan tidak sesuai kenyataan, namun tetap

dipertahankan sekalipun diharapkan pada cukup banyak bukti mengenai pemikirannya yang

salah tersebut. Halusinasi adalah persepsi panca indra yang tidak sesuai kenyataan.

Misalnya penderita tampak bicara sendiri tetapi ia mempersepsikan ada orang lain yang

sedang mengajaknya berbicara.

b. Kehilangan energi dan minat untuk menjalani aktivitas sehari-hari, bersenang-senang,

maupun aktivitas seksual, bicara hanya sedikit, gagal menjalin hubungan yang dekat

dengan orang lain, tidak mampu memikirkan konsekuensi dari tindakannya, menampilkan

ekspresi emosi yang datar, atau bahka ekspresi emosi yang tidak sesuai konteks (misalnya

tiba-tiba tertawa atau marah-marahtanpa sebab yang jelas) secara umum gejala dibagi

menjadi 2 :

1) Gejala-gejala positif termaksud halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-

gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh

orang lain.

2) Gejala-gejala negatif disebut gejala negatif karena merupakan kehilangan ciri-ciri khas

atau fungsi normal seseorang. Termaksud kurang atau tidak mampu

menampakan/mengekspresikan emosi pada wajah dan prilaku, kurangnya dorongan

untuk melakukan aktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan

kurangnya kemamuan bicara (alogia).

4. Penyebab Skizofrenia

Luana (dalam Prabowo, 2014), menjelaskan penyebab dari skizofrenia, yakni:

a Faktor Biologis

1) Komplikasi kelahiran

Bayi laki-laki yang memiliki komplikasi saat dilahirkan sering mengalami skizofrenia,

hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap skizofrenia.

2
2) Infeksi

Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus pernah dilaporkan

pada orang dengan skizofrena. Penelitian mengatakan bahwa terpapar infeksi virus pada

trisemester kedua kehamilan akan meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami

skizofrenia.

3) Hipotesis Dopamine

Dopamine merupakan neurotransmitter pertama yang berkontribusi terhadap gejala

skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik tipikal maupun antipikal menyekat

reseptor dopamine D2, dengan terhalangnya transmisi sinyal di sistem dopaminergik

maka gejala psikotik diredakan.

4) Hipotesis Serotonin

Gaddum, Wooley, dan Show tahun 1954, mengobservasi efek lysergic acid diethlamide

(LSD) yaitu suatu zat yang bersifat campuran agonis/antagonis reseptor 5-HT. Ternyata

zat tersebut menyebabkan keadaan psikosis berat pada orang normal.

5) Struktur Otak

Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah system limbik dan ganglia

basalis. Otak pada penderita skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan orang normal,

ventrikel terlihat melebar, penurunan massa abu-abu dan beberapa area terjadi

peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolic. Pemeriksaan mikroskopis dan

jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam distribusi sel otak yang timbul pada

masa prenatal karena tidak ditemukannya sel gila, biasa timbul pada trauma otak setelah

lahir.

Selain pendekatan di atasada teori-teori lain yang menyebutkan penyebab skizofrenia

diantaranya :

Teori aldolf mayer

Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit bidaniah sebab hingga sekarang tidak ditemukan

kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi mayer mengakui

bahwa suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya

3
skizofrenia. Menurut mayer skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu

maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut

menjauhkan diri dari kenyataan (otisme)

Teori Sigmund Freud

Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik

ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yang

berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan (3) kehilangan kapasitas untuk

pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.

b. Faktor Genetik

Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1% populasi umum

tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat pertama seperti orang tua,

kakak laki-laki ataupun perempuan dengan skizofrenia. Masyarakat yang mempunyai

hubungan derajat kedua seperti paman, bibi, kakek/nenek, dan sepupu dikatakan lebih sering

dibandingkan populasi umum. Kembar identik 40% sampai 65% berpeluang menderita

skizofrenia, sedangkan kembar dizigotik sebanyak 12%. Anak dan kedua orang tua yang

skizofrenia berpeluang 40%, satu orang tua 12%.

5.. Komplikasi

a. Aktifitas hidup sehari-hari. Klien tidak mampu melakukan fungsi dasar secara mandiri,

misalnya kebersihan diri, penampilan dan sosialisasi.

b. Hubungan interpersonal. Klien digambarkan sebagai individu yang apatis, menarik diri,

terisolasi dari teman-teman dan keluarga. Keadaan ini merupakan proses adaptasi klien

terhadap lingkungan kehidupan yang kaku dan stimulus yang kurang.

c. Sumber koping Isolasi social, kurangnya system pendukung dan adanya gangguan fungsi

pada klien, menyebabkan kurangnya kesempatan menggunakan koping untuk menghadapi

stress.

d. Harga diri rendah. Klien menganggap dirinya tidak mampu untuk mengatasi

kekurangannya, tidak ingin melakukan sesuatu untuk menghindari kegagalan (takut gagal)

dan tidak berani mencapai sukses.

4
e. Kekuatan Kekuatan adalah kemampuan, ketrampilan aatau interes yang dimiliki dan

pernah digunakan klien pada waktu yang lalu.

f. Motivasi. Klien mempunyai pengalaman gagal yang berulang.

g. Kebutuhan terapi yang lama .Klien disebut gangguan jiwa kronis jika ia dirawat di rumah

sakit satu periode selama 6 bulan terus menerus dalam 5 tahun tau 2 kali lebih dirawat di

rumah sakit dalam 1 tahun.

6. Penatalaksanaan

a. Penatalaksaan Non Medis

1). Terapi lingkungan

 Berikan lingkungan yang aman, terstruktur dan terasa seperti di masyarakat

 Tingkatkan uji realitas

 Monitor jumlah stimulus

 Munculkan kesempatan komunikasi

 Sediakan aktivitas yang akan mengalihkan klien dari keasyikan dengan halusinasi

dan paranoid atau pemikiran waham

2). Terapi perilaku

 Fokuskan pada konsekuensi perilaku disfungsional dan cara untuk mengubahnya b)

Ajarkan keterampilan sosial, aktivitas kehidupan sehari-hari dan keterampilan

berkomunikasi

 Gunakan sistem tanda penghargaan untuk menguatkan perilaku yang diinginkan

dengan memberi penghargaan kepada mereka berupa hak-hak khusus

3). Terapi kelompok

 Fokuskan pada keterampilan kehidupan sehari-hari

 Ajarkan cara-cara mengelola stressor lingkungan dan interpersonal

 Bantu klien mengembangkan rasa diri yang positif

 Beri interaksi yang bersifat mendukung dan bersifat langsung dengan orang lain

4). Terapi keluarga

5
 Fokuskan pada peningkatan pengetahuan tentang struktur dan fungsi sistem

keluarga

 Bantu keluarga untuk bisa bersikap mendukung dan merawat klien tanpa menjadi

terlalu melindungi

 Anjurkan kejujuran atau ekspersikan perasaan

5). Terapi residensial

 Fokuskan pada intervensi krisis

 Atasi perilaku yang terlibat oleh keluarga dan masyarakat sebagai penyimpangan

 Beri lingkungan yang aman dengan ruang lingkup yang tepat dan batasan yang

realitis mengenai perilaku apa yang dapat diterima

 Beri kesempatan untuk mengobati klien dan memantau efek obat

 Lakukan rawat inap untuk mengatasi perilaku kekerasan yang ditijikan pada diri dan

orang lain

6). Terapi rawat jalan/ program pengobatan sehari

 Fokuskan pada pengelolaan gejala jangka panjang

 Tingkatkan pengelolaan pengobatan

 Beri terapi individual, terapi kelompok dan aktivitas terstruktur atau pelatihan kerja

sesuai dengan kebutuhan klien

b. Penatalaksaan Medis

1) Obat antipsikotik memberi intervensi farmakologis untuk menangani gejala skizofrenia

akut dan kronik dengan meredakan agitasi psikomotor, agresi, kegelisahan berat dan

insomnia

2) Obat-obatan antipsikotik dapat menurunkan halusinasi, waham, dan gangguan pikiran

setelah kadar terapiutik dalam darah tercapai

3) Pengobatan menurunkan perilaku kacau dan destruktif dan memfasilitasi intervensi

terapeutik

6
Daftar Pustaka

Azizah, Lilik Ma'rifatul (2016) Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori, Aplikasi Praktik Klinik.
Jakarta : Indomedia Pustaka 
Direja, A.D.S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.

Hawari, Dadang (2014). Skizofrenia Pendekatan Holistik (BPSS) Bio Psiko Sosial Spiritual .

Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Yosep, Iyus & Sutini, Titin (2016). Buku Ajar keperawatan Jiwa, Jakarta: Refika Aditama,

Anda mungkin juga menyukai