Anda di halaman 1dari 30

Manajemen Keperawatan

Syok pada Pasien Trauma


SEMINAR & WORKSHOP ONLINE
Ns. Muhamad Adam, M.Kep, Sp.KMB
NURSING MANAGEMENT IN TRAUMA CASES
@muh_adam_ Muhamad Adam PT. AISYAH HUMAIRA AZZAHRA (AHA), 14 MARET 2021
Ns. Muhamad Adam, M.Kep, Sp.KMB
Lahir di Pangkep, Sulawesi Selatan, 30 Maret 1984.
Berdomisili di Cyber Orchid Town House, Blok A12, Depok
Riwayat Organisasi
- Anggota DPP PPNI, Bidang Diklat (2018 – sekarang)
- Tim Satgas COVID-19 DPP PPNI (2020 - sekarang)
- Tim Satgas BNPB Bidang Perlindungan Tenaga Kesehatan (2021)
- Tim Penyusun SDKI, SLKI, SIKI PPNI (2016 – sekarang)
- Pengurus Pusat HIPGABI (2010 – 2018)
Riwayat Pekerjaan
- Clinical Care Manager IGD RSUI (2018 – sekarang)
- Dosen Departemen KMB FIK UI (2013 – sekarang)
- Perawat IGD RSCM (2016 – 2017)
Riwayat Pendidikan
- M.Kep dan Sp.KMB (Kardiovaskuler) di FIK UI (2009 – 2012)
- S.Kep dan Ners di PSIK Unhas Makassar (2002 – 2007)
muhamad.adam31@ui.ac.id
Lingkup Pokok Bahasan

Konsep Dasar Syok


(Definisi, Tipe, Etiologi, Patofisiologi)

Asuhan Keperawatan pada Pasien Syok

Penatalaksanaan Umum dan Spesifik pada


Pasien Syok

muhamad.adam31@ui.ac.id
Konsep Dasar
Syok

muhamad.adam31@ui.ac.id
Definisi Syok
Dulu syok hanya didefinisikan sebagai penurunan
tekanan darah akibat penurunan curah jantung dan
kehilangan darah.

Definisi saat ini:


Syok adalah kegagalan sirkulasi akut
yang mengancam jiwa dan
mengakibatkan penggunaan oksigen
yang tidak memadai oleh sel.
Sumber:
Cecconi M, et al (2014) Consensus on circulatory shock and hemodynamic monitoring. Task force of the European Society of Intensive
Care Medicine. Intensive Care Med, 40(12):1795–815.

muhamad.adam31@ui.ac.id
Tipe dan Etiologi Syok
• Perdarahan, kebocoran kapiler, luka bakar
Hipovolemia

• IMA, disritmia, gagal jantung, penyakit


Kardiogenik katup jantung

• Emboli paru, tamponade jantung, tension


Obstruktif pneumothorax

• Sepsis, anafilaktik, neurogenik


Distributif
Sumber:
Suh, Gil Joon (2018). Essentials of Shock Management, A Scenario-Based Approach. Singapore: Springer

muhamad.adam31@ui.ac.id
Patofisiologi

Sumber:
Suh, Gil Joon (2018). Essentials of Shock Management, A
Scenario-Based Approach. Singapore: Springer muhamad.adam31@ui.ac.id
Asuhan Keperawatan
(Pengkajian, Diagnosis, Luaran dan Intervensi Keperawatan)

muhamad.adam31@ui.ac.id
Pengkajian Primer

Seperti pada semua kondisi


gawat darurat, prioritas pertama
ialah melakukan pengkajian pada
ABCDE

muhamad.adam31@ui.ac.id
Pengkajian Primer (Lanjutan)

A irway
Sumbatan jalan napas, wheezing, stridor, gurgling

Sesak napas, takipnea, bradipnea, mengi,


B reathing sianosis, henti napas

Takikardia, nadi teraba lemah, akral dingin,


Circulation pucat, CRT>2 detik, hipotensi, henti jantung

D
isability
Penurunan kesadaran

Sumber: DOTS (deformity, open


ATLS (2018), ENA (2013)
E
xposure
wound, tenderness,
muhamad.adam31@ui.ac.id swelling)
Diagnosis Keperawatan
pada Pasien Syok
• Hipovolemia b.d. kehilangan cairan aktif
• Risiko Syok d.d. hipoksemia, hipoksia,
hipotensi
• Perfusi Perifer Tidak efektif b.d.
kekurangan volume cairan, penurunan
hemoglobin, penurunan aliran arteri/vena
• Gangguan Sirkulasi Spontan
(D.0007) b.d. penurunan fungsi ventrikel

muhamad.adam31@ui.ac.id
Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan

Hipovolemia Status Cairan Membaik

Risiko Syok Tingkat Syok Menurun

Perfusi Perifer Tidak


Efektif Perfusi Perifer Meningkat

Gangguan Sirkulasi Sirkulasi Spontan Meningkat


Spontan
Sumber: SDKI (2016), SLKI (2018)
muhamad.adam31@ui.ac.id
Luaran Keperawatan (Lanjutan)

Tingkat Syok
Dalam 1 jam, Tingkat Syok menurun dengan kriteria hasil:

- Akral hangat - Tingkat kesadaran meningkat


- Frekuensi nadi 60–100 x/menit - Saturasi oksigen meningkat
- Kekuatan nadi meningkat - Frekuensi napas 12–20 x/menit
- Pengisian kapiler <2 detik - Pucat menurun
- MAP membaik - Haus menurun
- TD membaik - Konfusi menurun
- Output urine meningkat
- Tekanan nadi membaik

muhamad.adam31@ui.ac.id
Sumber: Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) – PPNI (2018)
Indeks Syok (Shock Index)

• Nilai normal 0,5 – 0,8


𝑯𝑹 • SI >0,8 à syok
𝑺𝑰 = • Semakin tinggi SI, maka:
𝑺𝑩𝑷 • Kebutuhan transfusi masif semakin meningkat
• Prognosis semakin buruk
SI (Shock Index) • Angka mortalitas semakin meningkat
HR (Heart Rate)
SBP (Sistolic Blood Pressure)

Sumber:
Haider, et al (2016); Tseng, et al (2015), Yu, et al (2017), Zhang, et al (2017).

muhamad.adam31@ui.ac.id
Penatalaksanaan Umum

muhamad.adam31@ui.ac.id
Manajemen Syok
• Monitor status kardiopulmonal (HR, akral, kekuatan nadi, TD, MAP, RR)
• Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
• Monitor status cairan (intake-output, turgor kulit, CRT)
• Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
• Pertahankan jalan napas paten
• Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
• Berikan posisi syok (modified Trendelenberg)
• Pasang jalur IV
• Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
• Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah langkap dan elektrolit
• Kolaborasi infus cairan kristaloid 1 L pada dewasa atau 20 mL/kgBB
pada anak
• Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
muhamad.adam31@ui.ac.id
Sumber: Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) – PPNI (2018)
Penatalaksanaan Umum (Lanjutan…)
Posisi Syok
Posisi Syok dianggap dapat memberikan efek
‘autotransfusi’ 300–500 cc darah dari kaki ke
sirkulasi sentral.

Hasil systematic review dari 14 riset,


menunjukkan hasil yang tidak konsisten
(Ballesteros-Peña, Sendoa & Rodriguez Larrad, Ana, 2012).

Posisi syok dapat meningkatkan vonous


return, namun tidak meningkatkan TD
secara signifikan Kaki diangkat ±30 cm
(Johnson & Henderson, 2004).
- Kontraindikasi pada trauma servikal
- Pada syok kardiogenik dapat
muhamad.adam31@ui.ac.id memperburuk edema paru
Resusitasi Cairan
• Tentukan Estimated Blood Volume (EBV)
1 • EBV = 70 ml x BB (kg)

• Tentukan Kelas Syok untuk mengetahui persentase


2 kehilangan darah

• Tentukan Estimated Blood Loss (EBL)


3 • EBL = Persentase x EBV

• Resusitasi cairan kristaloid 3 for 1 rule


4
muhamad.adam31@ui.ac.id
Kelas Syok
KELAS 1 KELAS 2 KELAS 3 KELAS 4
PERSENTASE <15% 15–30% 30–40% >40%
KEHILANGAN DARAH
Frekuensi Nadi <100 100 – 120 >120 >140
Tekanan Darah Normal Normal Menurun Menurun
Frekuensi Napas 14 - 20 20 - 30 30 - 40 >40
CRT <2 detik >2 detik >2 detik Tdk Terdeteksi
Ekstremitas Normal Pucat Pucat Pucat & Dingin
Produksi Urine (ml/jam) >30 20 - 30 10 - 20 0 - 10
Status Mental Sadar, haus Gelisah, Gelisah, Ngantuk,
Agresif, haus agresif, bingung, tidak
ngantuk sadar
Penggantian Cairan Kristaloid Kristaloid Kristaloid Kristaloid dan
dan Darah Darah
muhamad.adam31@ui.ac.id
Penatalaksanaan Spesifik

muhamad.adam31@ui.ac.id
Manajemen Syok Hipovolemik
• Lakukan penekanan langsung
(direct pressure) pada perdarahan
eksternal
• Kolaborasi pemberian infus
kristaloid 1 L pada dewasa atau
20 mL/kgBB pada anak
• Kolaborasi pemberian transfusi
darah, jika perlu

muhamad.adam31@ui.ac.id
Sumber: Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) – PPNI (2018)
Manajemen Syok Neurogenik
• Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
• Monitor hipotermia akibat disfungsi
hipotalamus
• Lakukan stabilisasi spinal (mis. neck collar)
• Kolaborasi pemberian:
• Vasopressor (mis. phenylephrine)
à mempertahankan TD dan perfusi organ
• Atropine à mengatasi bradikardia
• Methylprednisolone
à cegah kerusakan sekunder spinal cord akibat
pelepasan mediator kimia

muhamad.adam31@ui.ac.id
Sumber: Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) – PPNI (2018)
Manajemen Syok Obstruktif
• Kolaborasi prosedur:
• Perikardiosentesis, jika tamponade
jantung
• needle decompression atau chest
tube, jika tension pneumothorax
• Kolaborasi terapi antitrombolitik, jika
emboli paru

muhamad.adam31@ui.ac.id
Sumber: Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) – PPNI (2018)
Kasus
Seorang laki-laki berusia 24 tahun masuk IGD
setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.
Tampak deformitas pada femur dextra.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi


nadi 124 x/menit, frekuensi napas 32 x/menit,
tekanan darah 90/65 mmHg, CRT >2 detik,
produksi urine 10 mL/jam, ekstremitas pucat,
gelisah dan kesadaran menurun, BB 50 kg.

muhamad.adam31@ui.ac.id
1. EBV = 70 mL x 50 kg = 3.500 mL
2. Kelas III (30% – 40%)
3. EBL = 30% x 3.500 mL = 1.050 mL
4. Kebutuhan resusitasi dengan kristaloid:
1.050 mL x 3 = 3.150 mL
Sebanyak 3.150 mL tidak langsung diberikan semua, namun
disesuaikan dengan respons pasien) à dicoba 1 L loading
dalam 15-20 menit, kemudian evaluasi respons pasien.

muhamad.adam31@ui.ac.id
Respons Terhadap Resusitasi Cairan
Rapid Transient Minimal
Response Response Response
Tanda Vital Kembali normal Pulih sementara Tetap abnormal
EBL Minimal (<15%) Sedang (15 – 40%) Berat (>40%)
Kebutuhan thd darah Rendah Sedang - Tinggi Segera

Persiapan darah Type dan Type-spesific Emergency blood


crossmatch release

Kebutuhan thd operasi Mungkin Butuh Sangat butuh

Sumber: ATLS (2018)

muhamad.adam31@ui.ac.id
Pemantauan dan Evaluasi

muhamad.adam31@ui.ac.id
Output urine

resuscitation in patient with severe trauma. Journal of Intensive Care, 5,


• 0,5 mL/kg/jam (Dewasa)
• 1 mL/kg/jam (Anak) dan 2 mL/kg/jam (Bayi)

hypotension/hypotensive resuscitation and restricted/cotrolled


• Kudo, D., Yoshida, Y. & Kushimoto, S. (2017). Permissive
Tekanan darah
• Target 80–90 mmHg jika perdarahan belum terkontrol

11. https://doi.org/10.1186/s40560-016-0202-z
• MAP ≥80 mmHg pada cedera kepala berat (GCS<8)

Tekanan nadi
• 25% dari TDS atau ±40 mmHg

Frekuensi nadi

• ATLS (2018)
Sumber:
• 60 – 100 kali/menit
Pemantauan dan Evaluasi (Lanjutan)

• Output urine merupakan indikator utama untuk mengevaluasi


keberhasilan resusitasi cairan
• Output urine menggambarkan perfusi pada organ (terutama ginjal),
sementara TD dan nadi hanya menggambarkan perfusi perifer

• Jika perdarahan belum terkontrol, maka


target TD tidak terlalu tinggi (dianjurkan 80-
90 mmHg) dan hindari resusitasi cairan
masif, karena dapat memicu perdarahan
yang lebih banyak à Resusitasi Hipotensif
(resusitasi cairan dengan target TD di
bawah normal)

Sumber: ATLS (2018)


muhamad.adam31@ui.ac.id
American Collage of Surgeons (2018). Advance Trauma Life Support (10th ed.). USA: ACS
Referensi Ballesteros-Peña, Sendoa & Rodriguez Larrad, Ana. (2012). Does the Trendelenburg position
affect hemodynamics? A systematic review. Emergencias. 24. 143-150.
Cecconi M, et al (2014) Consensus on circulatory shock and hemodynamic monitoring. Task force
of the European Society of Intensive Care Medicine. Intensive Care Med, 40(12):1795–815.
Emergency Nurses Association (2013). Emergency Care. USA: Elsevier.
Emergency Nurses Association (2007). Emergency Nursing, Core Curriculum (6th ed.). USA:
Saunders Elsevier.
Haider AA, et al (2016). Substituting systolic blood pressure with shock index in the National
Trauma Triage Protocol. J Trauma Acute Care Surg. 2016;81(6):1136–41.
Johnson S & Henderson SO (2004). Myth: the Trendelenburg position improves circulation in
cases of shock. CJEM, 6(1):48-9.
Kudo, D., Yoshida, Y. & Kushimoto, S. (2017). Permissive hypotension/hypotensive resuscitation
and restricted/cotrolled resuscitation in patient with severe trauma. Journal of Intensive Care,
5, 11. https://doi.org/10.1186/s40560-016-0202-z
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP. PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP. PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP. PPNI.
Suh, Gil Joon (2018). Essentials of Shock Management, A Scenario-Based Approach. Singapore:
Springer.
muhamad.adam31@ui.ac.id

Anda mungkin juga menyukai