BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep skizoprenia dan asuhan keperawatan yang
harus dilakukan.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep dasar diagnosa medis skizoprenia.
2. Untuk mengetahui konsep dari diagnosa keperawatan jiwa perilaku
kekerasan.
3
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
4) Skizofrenia Paranoid
Jenis ini berbeda dari jenis-jenis lainnya dalam perjalanan penyakit.
Hebefrenia dan katatonia sering lama-kelamaan menunjukkan gejala-
gejala skizofrenia simplek atau gejala campuran hebefrenia dan
katatonia. Tidak demikian halnya dengan skizofrenia paranoid yang
jalannya agak konstan (Maramis, 2008).
5) Episode skizofrenia akut
Gejala skizofrenia ini timbul mendadak sekali dan pasien seperti
keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini
timbul perasaan seakan-akan dunia luar dan dirinya sendiri berubah.
Semuanya seakan-akan mempunyai arti yang khusus baginya.
Prognosisnya baik dalam waktu beberapa minggu atau biasanya
kurang dari enam bulan penderita sudah baik. Kadang-kadang bila
kesadaran yang berkabut tadi hilang, maka timbul gejala-gejala salah
satu jenis skizofrenia yang lainnya (Maramis, 2008).
6) Skizofrenia residual
Skizofrenia residual, merupakan keadaan skizofrenia dengan gejala-
gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala
sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan
skizofrenia (Maramis, 2008).
7) Skizofrenia skizoafektif
Pada skizofrenia skizoafektif, di samping gejala-gejala skizofrenia
terdapat menonjol secara bersamaan, juga gejala-gejala depresi atau
gejala-gejala mania. Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa
efek, tetapi mungkin juga timbul lagi serangan (Maramis, 2008).
8
2.1.5 Penatalaksanaan
Ada berbagai macam terapi yang bisa kita berikan pada
skizofrenia. Hal ini diberikan dengan kombinasi satu sama lain dan
dengan jangka waktu yang relatif cukup lama. Terapi skizofrenia
terdiri dari pemberian obat-obatan, psikoterapi, dan rehabilitasi.
Terapi psikososial pada skizofrenia meliputi: terapi individu, terapi
kelompok, terapi keluarga, rehabilitasi psikiatri, latihan ketrampilan
sosial dan manajemen kasus (Hawari, 2009). WHO
merekomendasikan sistem 4 level untuk penanganan masalah
gangguan jiwa, baik berbasis masyarakat maupun pada tatanan
kebijakan seperti puskesmas dan rumah sakit.
1) Level keempat adalah penanganan kesehatan jiwa di keluarga
2) Level ketiga adalah dukungan dan penanganan kesehatan jiwa di
masyarakat
3) Level kedua adalah penanganan kesehatan jiwa melalui
puskesmas
4) Level pertama adalah pelayanan kesehatan jiwa komunitas
9
1. Respon Adaptif
Respon adaprif adalah respon yang dapat diterima norma-
norma sosial budaya yang berlaku, dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut, respon adaptif
a) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
b) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman
11
d) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran
e) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain
dan lingkungan
2. Respon Maladaptif
a) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain Perilaku
kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanifestasiakn dalam bentuk fisik
b) Kerusakan proses emosi adalah perubahan status yang timbul
dari hati
c) Perilaku tidak terorganisir merupakan perilaku yang tidak teratur
1) Energizing Function
2) Expressive Function
4) Defensive Function
5) Potienting Function
6) Discriminating Function
13
4) Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresika.dengan
melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakan sebagai rintangan misalnya sesorangan yang tertarik
pada teman suaminya,akan memperlakukan orang tersebut dengan
kuat.
5) Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan pada objek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu ,misalnya: timmy berusia 4 tahun marah
karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena
menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermai perang-
perangan dengan temanya.
Pikiran Orang lain jahat, Orang lain jahat, Orang lain jahat,
mengancam, mengancam, mengancam,
melecehkan melecehkan melecehkan
Muka merah,
Pandangan tajam,
napas pendek,
keringat (+), tekanan
darah meningkat
2. Status mental
a. Aktivitas motoric
Data Masalah
Data obyektif :
- Agitasi
- Meninju
- Membanting
- Melempar
- Menjauh dari orang lain
No Dx Rencana Tindakan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Patuh obat SP 2
SP 3
SP 4
yang bisa
dilakukan klien
jika gejala tindak
perilaku kekerasan
mulai muncul
kembali.
SP 5
2) Halusinasi patologis
a) Halusinasi pendengaran
b) Halusinasi penglihatan
26
c) Halusinasi penciuman
d) Halusinasi pengecapan
e) Halusinasi perabaan
1. Fase comforting
2. Fase condemning
Klien merasa halusinasi menjadi menjijikan, tingkat kecemasan
berat secara umum halusinasi menyebabkan rasa antipati.
Karakteristik mulai merasa kehilangan control menarik diri dari
orang lain. Prilaku ansietas terjadi peningkatan tanda – tanda vital,
kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realita.
27
3. Fase controlling
4. Fase conquering
Klien mengalami kepanikan, ketakutan, klien sudah di kuasai oleh
halusinasi. Karakteristik pengalaman sensori menakutkan
berlangsung lama dan intensitas lebih sering muncul. Perilaku
pasein panik, mencederai diri, orang lain dan lingkungan, amuk,
tidak mampu berespon terhadap petunjuk komplek, tidak mampu
berespon terhadap lebih dari satu orang.
28
2. Faktor sosiokultural
3. Faktor biokimia
4. Faktor psikologis
Tipe kepribadian yang lemah dan tidak betanggung jawab akan mudah
terjerumus pada penyalahan gunaan zat adiktif. Klien lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
1. Biologis
2. Stres lingkungan
3. Sumber koping
1) With drawal : menarik diri dan klien sudah asik dengan pengalaman
internalnya
[ ] Pengecapan [ ] Penghidu
Data Masalah
Data obyektif :
No Dx Rencana Tindakan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
menghardik, pasien.
Pasien mampu SP 2
mengontrol - Evaluasi kegiatan - Untuk mengetahui
halusinasinya. yang lalu (SP 1) bagaimana
perkembangan
Kriteria evaluasi : kegiatan
Setelah ….x sebelumnya
- Latih
pertemuan, - untuk mengontrol
berbicara/bercakap
pasien mampu : halusinasi yang
dengan orang lain
36
Pasien mampu SP 3
mengontrol - Evaluasi kegiatan - Untuk mengetahui
halusinasinya. yang lalu (SP 1 & bagaimana respon
2) dan perkembangan
Kriteria evaluasi : atas kegiatan yang
Setelah ….x telah dilakukan
pertemuan, - Latih kegiatan agar sebelumnya
pasien mampu : halusinasi tidak - agar pasien tidak
melakukan pentingnya
Pasien mampu SP 4 :
mengontrol - Evaluasi kegiatan - Untuk mengetahui
halusinasinya. lalu (SP 1,2,3) bagaimana respon
dan pengembangan
Kriteria evaluasi : atas kegiatan yang
Setelah ….x - Tanyakan program telah dilakukan
pertemuan, pengobatan. - Agar Pasien tahu
pasien mampu : dan kembali
pentingnya
- Jelaskan akibat bila pengobatan bagi
tidak digunakan dirinya.
sesuai program. - Agar Pasien
mengetahui akibat
dari ketidakaturan
- Jelaskan akibat
dalam pengobatan
putus obat.
- Agar Pasien
mengetahui efek
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS
SKIZOFRENIA DI RUANG KESWARA RUMAH SAKIT JIWA CISARUA
40
Ruang rawat : Ruang Keswara Rumah Sakit Jiwa Cisarua Provinsi Jawa
barat
Tanggal dirawat : 28 November 2019
I. Identitas Klien
Nama : An. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 16 Tahun
No. RM : 078028
Informan : Pasien dan Rekam Medis
f. Sistem persyarafan
Test fungsi cerebral Kesadaran
Klien composmentis, GCS 15 (E4V5M6), klien mampu merespon
terhadap rangsangan verbal dan klien dapat berbicara, orientasi
terhadap orang dan tempat baik terbukti klien mengenali anggota
keluarganya, mengetahui bahwa klien sedang di rumah sakit.
Orientasi terhadap waktu juga baik, terbukti klien mengetahui saat
pagi dan sore.
Test fungsi nervus (cranialis)
Nervus I (Olfaktorius) Klien mampu membedakan bau minyak kayu
putih dan parfum.
Nervus II (Optikus) Klien dapat membaca papan nama perawat
dengan jarak ± 30 cm, pergerakan bola mata bebas, konjungtiva
merah muda, sklera putih, kedua mata simetris, respon pupil baik
terhadap cahaya, dilatasi saat pencahayaan kuurang dan kontriksi saat
diberikan cahaya.
Nervus III (Okulomotorius) Reflek pupil mengecil saat diberi
rangsang cahaya, dapat berkedip dengan spontan.
Nervus IV (Troklearis) Klien dapat menggerakkan bola mata keatas
dan kebawah dengan mengikuti obsent, klien dapat menggerakkan
mata ke segala arah.
Nervus V (Trigeminus) Klien dapat menggerakan rahangnya
Nervus VI (Abdusen) Klien dapat menggerakan mata secara lateral
ke kiri dan ke kanan dengan mengikuti objek.
Nervus VII (Fasialis)
Klien dapat mengangkat alis secara bersamaan, menggerakan dahi,
menutup kedua mata dengan rapat.
Nervus VIII (Vestibulokoklearis)
Klien dapat mendengar bisikan dari perawat
44
Nervus IX (Glosofaringeus)
Klien bisa membuka mulut
Nervus X (Vagus)
Reflek menelan baik, dan tidak ada nyeri ketika menelan.
Nervus XI (Aksesorius)
Klien dapat menggerakkan kedua bahu kesemua arah tanpa rasa
nyeri.
Nervus XII (Hipoglosus)
Klien bisa menjulurkan lidah keluar
g. Sistem integument
Kulit kepala bersih, rambut bersih, warna rambut hitam, warna kulit
sawo matang, turgor kulit baik dan kembali dalam 2-3 detik ketika
dicubit.
h. Sistem musculoskeletal
Ekstremitas atas
Bentuk simetris, ROM tangan dapat bergerak abduksi, fleksi, ekstensi,
dan rotasi. Tidak terdapat nyeri tekan pada persendian dan tulang, tidak
ada udema, reflek bisep +/+, reflek trisep +/+, reflek radius +/+.
Ekstremitas bawah
Bentuk kaki simetris, reflek patella +/+, reflek babinski+/+,reflek
archilles +/+,gerakan aktif dan dapat melawan tahanan penuh 5|5.
i. Sistem penglihatan
Bentuk mata simetris, konjungtiva merah muda, sklera berwarna putih,
reflek pupil terhadap cahaya (+) yaitu mengecil saat terkena
cahaya, bola mata dapat bergerak mengikuti jari pemeriksa, klien dapat
membaca papan nama perawat pada jarak ± 30 cm, dan tidak
menggunakan kacamata.
j. Wicara dan THT
45
V. Psikososial
1. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan : Hubungan Keluarga
K : Klien : Tinggal satu rumah
/ : Sudah Meninggal
2. Konsep diri
a. Gambaran diri :
Klien mengatakan “saya suka semua yang ada di badan saya”.
b. Identitas diri
46
c. Peran
Klien mengatakan peran klien dirumah adalah seorang cucu dan kaka
bagi kedua adiknya
d. Ideal diri
Klien ingin segera pulang dan ingin cepat sembuh dan bercita-cita
menjadi pemain bola
e. Harga diri
Klien mengatakan bahwa dirinya berharga untuk keluarganya
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti :
Klien mengatakan bahwa neneknya adalah orang yang berarti bagi klien.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
Klien mengatakan jika dirumah sering bermain dengan teman-temannya,
saat di rumah sakit klien mengatakan “tidak kenal tahu nama pasien lain
tapi sesekali ngobrol”
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan “karena saya di kurung jadi jarang ketemu”
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
4. Spiritual
Klien beragama islam dan meyakini bahwa Allah SWT adalah tuhannya,
akan tetapi klien tampak jarang melaksanakan sholat 5 waktu, klien tampak
sering melatunkan adzan dan bersholawat.
47
8. Proses berfikir
Ketika pengkajian pembicaraan klien langsung sampai pada tujuannya, tetapi
terkadang klien selalu berbicara aneh di tengah-tengah obrolan, yaitu ”saya
mabuk, saya frustasi”.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
9. Isi pikir
Tidak
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
10. Tingkat kesadaran
Klien tampak bingung saat pengkajian klien mampu mengakatan waktu
“sekarang siang”. Klien mengatan bahwa dirinya berada di rumah sakit
jiwa, dan klien mengenal kakanya “kaka saya namanya rahmat”. Klien
tampak seperti orang yang sedang mabuk terlihat bingung
Masalah Keperawatan : Prilaku Kekerasan
11. Memori
a. Gangguan daya ingat jangka panjang : Klien dapat mengingat tahun klien
lahir ”kelahiran tahun 2003”
b. Gangguan daya ingat jangka pendek : Klien dapat mengingat 4 hari yang
lalu sudah dijenguk kakanya ”sudah dijenguk kaka 4 hari yang lalu
c. Gangguan daya ingat jangka saat ini: Klien dapat mengingat kegiatan
pagi ”mandi, makan”
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
49
mampu mengurangi
halusinasi dan
kegelisahan, membuat
pikiran lebih tenang,
berfikir positif dan
membuat pasien merasa
lebih berani untuk ikut
serta dalam atifitas
sosial.
Diazepam 5mg 2x1 Oral Mengatasi kejang
gangguan kecemasan,
untuk mengatasi zat
akibat alcohol, otot yang
tegang.
Risperidone 2 mg 2x1 Oral Mengatasi gangguan
mental/mood tertentu,
seperti schizophrenia,
gangguan bipolar dan
membantu untuk berfikir
lebih jernih dan
beraktivitas normal
dalam kehidupan sehari-
hari.
ANALISA DATA
Data Masalah
Subjektif
“Saya frustasi” Prilaku Kekerasan
“Saya marah, saya mabuk”
“Aarghhh saya ngefly”
“Saya di borgol gara-gara merobek baju, gedor-gedor
pintu”
Objektif
- Klien berbicara dengan nada suara yang tinggi
- Klien mengeluarkan kata-kata kasar dan seringkali
menyebutkan nama binatang
- Klien bersikap seperti orang yang sedang mabuk
- Klien berbicara sendiri serta teriak-teriak tidak jelas
- Klien dalam keadaan tangan dan kaki terfiksasi
Subjektif
”Disini ada aulia pacar saya” Halusinasi Penglihatan dan
”Saya melihat kuntilanak” Pendengaran
”Saya mendengar bisikan”
Objektif
- Klien tampak memanggil-manggil nama aulia
- Klien tampak tertawa dan bebicara sendiri
53
RENCANA KEPERAWATAN
Memantau dan
Follow up rujukan Follow Up
mengkaji ulang kondisi
Rujukan
klien
Memberikan
pengobatan tahap
lanjutan dalam
beraktivitas
Halusinas Pasien mampu: Setelah….,pertemuan SP.1 Mengidentifikasi jenis
i Mengenali yang pasien dapat Bantu pasien mengenal halusinasi yang klien
dialaminya menyebutkan: halusinasi alami dan klien
Mengontrol halusinasinya Isi, waktu, frekuensi, - Isi rasakan.
Mengikuti program situasi pencetus, - Waktu terjadinya Agar mampu
program pengobatan perasaan - Frekuensi mengontrol halusinasi
secara optimal Mampu - Situasi pencetus yang dialami oleh
memperagakan cara - Perasaan saat terjadi pasien.
dalam mengontrol halusinasi Supaya klien dapat
halusinasi. Latih mengontrol halusinasi menjadikan hal tersebut
dengan cara menghardik sebagai kegiatan rutin
yang menjadi kebiasaan
Tahapan tindakannya meliputi:
- Jelaskan cara menghardik
halusinasi
61
lakukan
Melaksanakan RTL Keluarga :
Rencana tindak lanjut
Follow Up
Follow Up
dibutuhkan dalam
rujukan
Rujukan membantu
memulihkan kondisi
klien
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP
RUMAH SAKIT JIWA
Nama : An. S Ruangan : Keswara RM No : 078028
P:
Evaluasi pasien :
Lakukan latihan cara fisik ke 2 pukul bantal secara
terjadwal
Evaluasi perawat :
Evaluasi kegiatan yang lalu kepada klien (Tarik Nafas
Dalam & Pukul bantal)
Latih kembali SP 2 secara berulang
Intervensi dilanjutkan pada SP 3 Perilaku Kekerasan
06 Desember 2019 (16.00)
SP 3 06 Desember 2019 (15.20)
S:
Mengvaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan
”Kemarin udah latihan tarik nafas sama pukul
2)
bantal”
Melatih secara sosial/verbal ”Harus meminta dengan baik, menolak dengan baik.
Mengungkap dengan baik”.
Menolak dengan baik
O:
69
P:
Evaluasi pasien :
Lakukan latihan cara fisik 3
Evaluasi perawat :
Evaluasi kegiatan yang lalu kepada klien (Tarik Nafas
dalam, pukul bantal, meminta dengan baik, menolak
dengan baik. Mengungkap dengan baik)
Latih kembali SP 1 dan SP 2 secara berulang
Intervensi dilanjutkan pada SP 4 Perilaku Kekerasan
07 Desember 2019 (16.00)
SP 4 07 Desember 2019 (15.20)
S:
Mengvaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, 2
”Saya sudah mengerti tentang cara fisik ke 3”
dan 3)
”Harus meminta dengan baik, menolak dengan baik.
Melatih secara spiritual: Mengungkap dengan baik”.
”Belum bisa cara fisik ke 4”
70
O:
- Berdoa
Klien tampak sudah dapat memperagakan cara
- Sholat
meminta dan menolak dengan baik kepada
Memasukan dalam jadwal harian pasien temannya.
Klien tampak masih kebingungan saat ditanya
tantang cara fisik ke 4”
A : Masalah belum teratasi
Masalah Teratasi
- Berdoa
- Sholat
Memasukan dalam jadwal harian pasien
P:
Evaluasi pasien :
Lakukan latihan cara fisik 4
Evaluasi perawat :
Evaluasi kegiatan yang lalu kepada klien (Tarik Nafas
dalam, pukul bantal, meminta dengan baik, menolak
dengan baik. Mengungkap dengan baik, latih secara
spiritual)
Latih kembali SP 1, 2, 3 dan SP 4 secara berulang
Intervensi dilanjutkan pada SP 5 Perilaku Kekerasan
10 Desember 2019 (16.00)
SP 5 11 Desember 2019 (10.00)
S:
72
P:
Evaluasi pasien :
Lakukan latihan cara fisik 5
Evaluasi perawat :
Evaluasi kegiatan yang lalu kepada klien (Tarik Nafas
dalam, pukul bantal, meminta dengan baik, menolak
dengan baik. Mengungkap dengan baik, latih secara
spiritual, cara patuh minum obat)
73
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi
fungsi otak manusia, mempengaruhi fungsi normal kognitif, mempengaruhi emosional dan
tingkah laku (Depkes RI, 2015).
Gangguan jiwa skizofrenia sifatnya adalah ganguan yang lebih kronis dan melemahkan
dibandingkan dengan gangguan mental lain (Puspitasari, 2009). Stuart (2007) menjelaskan
bahwa skizofrenia merupakan penyakit otak yang persisten dan juga serius yang bisa
mengakibatkan perilaku psikotik, kesulitan dalam memproses informasi yang masuk,
kesulitan dalam hubungan interpersonal, kesulitan dalam memecahkan suatu masalah.
4.2 Saran
1. Mahasiswa diharapkan lebih memahami konsep dari Skkizofrenia dan Asuhan
Keperawatan Jiwa sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas.
2. Mahasiswa harus mampu memberikan pengarahan dan motivasi pada keluarga dengan
klien yang menderita masalah gangguan jiwa