Anda di halaman 1dari 38

Nursing Concept

of Intravenous Access & Therapy


Ns. Muhamad Adam, M.Kep, Sp.Kep.MB RSUI – FIK UI
LINGKUP BAHASAN Struktur, Fungsi dan Lokasi Vena Perifer

Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Implikasi Keperawatan

muhamad.adam31@ui.ac.id
Struktur, Fungsi dan Lokasi
Vena Perifer
Pendahuluan
Terapi intravena merupakan salah satu
bagian terpenting dari terapi yang
diberikan di rumah sakit.

Pemberian intravena yang efektif dan


aman membutuhkan pengetahuan
terkait anatomi pembuluh darah, fisiologi
aliran darah, pengkajian dan
penanganan yang tepat, serta
pemantauan yang ketat untuk menjamin
efektifitas terapi dan mencegah
terjadinya komplikasi.
Struktur Pembuluh Darah

Sumber:
McConnell T. H., Hull K. L. (2011). Human form human function: Essentials of anatomy & physiology. Philadelphia: Wolters
Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins.
Struktur Pembuluh Darah (Lanjutan)
Lokasi Vena Perifer

Sumber:
Perry, A.G. & Potter, P.
A. (2014). Nursing Skills
& Procedures (8th ed.).
St Louis: Mosby
Elsevier.
Keseimbangan
Cairan
muhamad.adam31@ui.ac.id
Distribusi Cairan
2/3 tubuh terdiri dari cairan.
Dua kompartemen utama cairan:
intraseluler dan ekstraseluler.
Distribusi Cairan
(Lanjutan)

Distribusi cairan dapat


bervariasi karena jenis
kelamin, massa tubuh
dan usia

Sumber:
Fluid, Electrolyte, and Acid-Base
Imbalances
https://nursekey.com/fluid-electrolyte-and-
acid-base-imbalances/
Distribusi Cairan (Lanjutan)

Distribusi Cairan pada Organ-Organ Tubuh


•a
Intake dan Output Cairan

• Jumlah dan distribusi


cairan dalam tubuh
selalu dipertahankan
normal dan konstan.
• Intake = Output
Intake dan Input Cairan (Lanjutan)

Sumber:
Peronnet F, et al (2012)

Air diabsorbsi di saluran GI, masuk ke sistem


vaskuler, ke ruang instertisiel, lalu ditransportasi
ke seluruh sel.
Difusi
Perpindahan Cairan • Perpindahan pasif ke
konsentrasi yang lebih
rendah
Osmosis
• Perpindahan ke
konsentrasi yang lebih
tinggi melalui membran
semipermeable
Transpor Aktif
• Perpindahan cairan
melawan gradien
dengan bantuan energi
Mekanisme Regulasi Cairan Tubuh
• Memicu untuk melakukan intake cairan
• Osmolalitas naik 1-2% sudah dapat
Haus memicu haus

• Renin-Angiotensin-Aldosteron System
• Nefron menahan natrium dan air serta
RAAS adrenal melepas aldosteron

• Andiuretic Hormone dilepaskan oleh


kelenjar pituitari
ADH • Menyebabkan ginjal menahan air

• Aldosteron memicu tubulus distal ginjal


untulk mengabsorbsi natrium
Aldos

Sumber: Mekanimse Renin-Angiotensin-Aldosteron System (RAAS)


Wilkinson, et al (2016); Vasudevan et al (2017)
Kebutuhan Cairan
25 – 30 cc/kgBB/hari (NICE, 2016)

Metode Holliday-Segar untuk memprediksi kebutuhan cairan


Contoh:
Berat Badan Per Jam Per Hari Laki-laki dengan BB 50 kg
10 kg pertama 4 cc/kgBB 100 cc/kgBB
10 kg x 4 cc = 40 cc
10 kg kedua 2 cc/kgBB 50 cc/kgBB 10 kg x 2 cc = 20 cc
Selebihnya 1 cc/kgBB 20 cc/kgBB 30 kg x 1 cc = 30 cc

Total Kebutuhan Cairan:


Metode 4-2-1
90 cc/jam atau 2160 cc/hari
Keseimbangan
Elektrolit
muhamad.adam31@ui.ac.id
Elektrolit dalam Tubuh
• Konsentrasi elektrolit
dalam cairan tubuh
harus dipertahankan
dalam rentang normal
yang spesifik
• Deviasi sedikit saja
dapat mengakibatkan
konsekuensi serius
• Elektrolit utama: Na Cl
Natrium, Klorida dan
Kalium, Magnesium.
K Mg
Elektrolit dalam Tubuh (Lanjutan)

Sumber: Electrolyte and Why You Need Them. https://www.pinterest.com/pin/571605377695807052/


Komposisi Elektrolit
• Jumlah elektolit pada
setiap kompartemen
cairan tubuh berbeda
• Natrium dan Klorida
merupakan elektrolit
utama pada ekstrasel
• Kalium merupakan
elektrolit utama pada
intrasel

Sumber:
Vasudevan, D., Sreekumari, S., & Vaidyanathan, K. (2017). Chapter-28
Electrolyte and Water Balance. 10.5005/jp/books/13014_29.
muhamad.adam31@ui.ac.id
Kebutuhan Elektrolit
Natrium 1-2 mEq/kgBB/hari
Klorida 1-2 mEq/kgBB/hari
Kalium 1-2 mEq/kgBB/hari
Magnesium 8-20 mEq/hari
Kalsium 10-15 mEq/hari
Kebutuhan Elektrolit (Lanjutan)

Kebutuhan elektrolit
dapat dipenuhi dari
makanan sehari-hari
Peran Elektrolit
dalam Tubuh
• Mempertahankan hidrasi
• Mendukung fungsi sistem
saraf
• Mendukung kontraksi otot
• Membantu
mempertahankan
keseimbangan pH

Sumber:
https://nutrita.app/article/keto-electrolyte
Implikasi Keperawatan
Pengkajian
Keluhan Utama
Anamnesis
Riwayat
PENGKAJIAN

Kesehatan
TTV
Fisik
Head-to-Toe

Pemeriksaan Laboratorium
Penunjang
Radiologi
Pengkajian (Lanjutan 1)
Pengkajian Temuan Indikasi
Gejala/Tanda Normal Hipovolemia Hipervolemia

Riwayat penyakit, Dapat berbeda- Diare akut/kronis, Intake cairan


pengobatan, pola beda tiap pengobatan (mis. berlebih,
hidup, atau faktor pasien diuretik), intake gagal/disfungsi
risiko cairan oral kurang ginjal
Haus Mampu minum Haus Tidak haus
Frekuensi Nadi 60 - 100 x/mnt Meningkat Normal/Meningkat
Karakter Nadi Teraba Sulit teraba Bounding, teraba
Akral Hangat Dingin Hangat
Tekanan Darah Normal Menurun Normal/Meningkat
Sumber:
Dougherty & Lister (2015), Adam & Osbourne (2006), Epstein et al. (2006), Flanagan et al. (2007), Levi (2005).
Pengkajian (Lanjutan 2)
Pengkajian Temuan Indikasi
Gejala/Tanda Normal Hipovolemia Hipervolemia

CRT 2 – 3 detik Lambat Cepat


Turgor Kulit Kulit kembali Menurun Normal
normal
Frekuensi Napas 12 – 20 x/menit Meningkat Meningkat
Suhu 36.5 – 37.5 C Dapat meningkat Normal
CVP 3 – 10 mmHg Rendah Tinggi
Output urine 0,5 – 1 mL/kg Menurun Meningkat (jika
fungsi ginjal baik)
Suara Napas Vesikuler Normal Ronkhi
Sumber:
Dougherty & Lister (2015), Adam & Osbourne (2006), Epstein et al. (2006), Flanagan et al. (2007), Levi (2005).
Pengkajian (Lanjutan 3)
Pengkajian Temuan Indikasi
Gejala/Tanda Normal Hipovolemia HIpervolemia

Kadar Elektrolit Serum


• Natrium 135 - 145 Meningkat Menurun
• Kalium 3.5 – 5 Dapat Menurun Normal
• Ureum 2.5 – 6.4 Menurun Normal
• Kreatinin L: 63 - 116 Normal/Meningkat Normal
P: 54 - 98
Osmolaritas serum 275 - 295 Meningkat Menurun
Osmolaritas ureum 50 -1400 Meningkat Menurun

Sumber:
Dougherty & Lister (2015), Adam & Osbourne (2006), Epstein et al. (2006), Flanagan et al. (2007), Levi (2005).
Diagnosis Keperawatan

Hipovolemia Risiko Hipovolemia Hipervolemia

Kesiapan
Risiko Risiko
Peningkatan
Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan
Keseimbangan
Cairan Elektrolit
Cairan

Sumber:
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP. PPNI.

muhamad.adam31@ui.ac.id
Luaran Keperawatan

Status Cairan
Membaik

Keseimbangan Keseimbangan
Cairan Meningkat Elektrolit Meningkat

Sumber:
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP. PPNI.
Intervensi Keperawatan

Manajemen Manajemen Manajemen


Hipovolemia Hipervolemia Cairan

Manajemen Resusitasi
Terapi Intravena
Elektrolit Cairan

Pemantauan Pemantauan
Cairan Elektrolit

Sumber:
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP. PPNI.
Terapi Intravena (I.02086)

Sumber: Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) – PPNI (2018)


Observasi
• Identifikasi indikasi terapi intravena
• Periksa jenis dan jumlah cairan yang diberikan
• Periksa kepatenan IV sebelum pemberian obat/cairan
• Monitor tanda dan gejala kelebihan cairan
• Monitor tanda dan gejala flebitis atau infeksi lokal
Terapeutik
• Pertahankan teknik aseptik
• Lakukan 5 benar sebelum pemberian obat/cairan
• Atur tetesan infus sesuai program terapi
• Berikan melalui infusion pump, jika perlu
• Lakukan pembilasan setelah pemberian larutan pekat
• Ganti kateter IV setiap 72 – 96 jam
Edukasi
• Jelaskan tujuan dan langkah prosedur
Kolaborasi
• Kolaborasi penentuan jenis dan jumlah pemberian cairan
Indikasi Terapi Intravena
• Pemeliharaan/penggantian volume cairan
• Pemelihaan/penggantian kadar elektrolit
• Pemberian medikasi
• Pemberian produk darah
• Pemberian nutrisi parenteral
• Pemberian vitamin larut air (water-soluble)
• Pengambilan sampel darah
• Pemberian agen kontras radiologis
Algoritma Terapi
Cairan Intravena
(NICE, 2016)
Jenis Cairan Intravena

Isotonik
280 – 300 mOsm/L

Kristaloid
Cairan

240-340 mOsm/L
Hipertonik
>300 mOsm/L

Hipotonik
<280 mOsm/L
Koloid
>340 mOsm/L

Sumber:
https://clinicalgate.com/intravenous-fluid-therapy/
Jenis Cairan Intravena (Lanjutan)
LARUTAN OSMO- EKSPANSI DURASI VOL. WAKTU POTENSI EFEK SAMPING
LALITAS VOLUME EKSPANSI PARUH EFEK
MAKS* (%) (jam) PLASMA (jam) SAMPING
Albumin 4%, 5% 290 70–100 12–24 16–24 + Reaksi alergi
Albumin 20%, 25% 310 300–500 12–24 16–24 + Reaksi alergi
Hetastarch 300–310 100–200 8–36 50 ++ Disfungsi renal
3%, 6%, 10%
Pentastarch 10% 326 100–200 12–24 2–12 ++ Disfungsi renal
Dekstran            
 10% Dekstran 40 280–324 100–200 1–2 4–6 +++ Reaksi
 3% Dekstran 60 280–324 80–140 <8–24 12 +++ anafilaktik
 6% Dekstran 70 12 +++
Gelatin 300–350 70–80 <4–6 2–9 ++ Mengandung
kalsium tinggi
NaCl 0.9% 285–308 20–25 1–4 0.5 + Asidosis
Hiperkloremik
Ringer’s lactate 250–273 20–25 1–4 0.5 + Hiperkalemia
Dougherty, L. & Lister, S. (2015). Manual of Clinical Nursing Procedures (9th ed.). UK:
Referensi The Royal Marsden NHS Foundation Trust.
National Institute for Health and Care Excellence (2013 (updated 2016)). Intravenous
Fluid Therapy In Adults In Hospital
Peronnet F, Mignault D, du SP, Vergne S, Le BL, Jimenez L, Rabasa-Lhoret R. (2012)
Pharmacokinetic analysis of absorption, distribution and disappearance of ingested
water labeled with D(2)O in humans. Eur J Appl Physiol. 112:2213-2222.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP. PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP. PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP. PPNI.
Vasudevan, D., Sreekumari, S., & Vaidyanathan, K. (2017). Chapter-28 Electrolyte and
Water Balance. 10.5005/jp/books/13014_29.
Wilkinson, J. M., Treas, L. S., Barnett, K. & Smith, M. H. (2016). Fundamentals of
Nursing (3rd ed.). Philadelphia: F. A. Davis Company

muhamad.adam31@ui.ac.id
THANK YOU

muhamad.adam31@ui.ac.id

Anda mungkin juga menyukai