MENGAPA ????? Latar Belakang Sejumlah pasien di luar area perawatan kritis mengalami kejadian kritis laporan pasien tiba-tiba apnoe dan meninggal
Di bbrp unit perawatan
pemeriksaan TTV minimal tiap 12
jam pada pasien non intensif Identifikasi awal
care perburukan klinis pada
Tindak lanjut hasil TTV kritis : pasien rawat inap
kritikal thinking? Pelaporan? Dokumentasi ? penting
Kelainan TTV dapat diamati cardiac arrest dan kematian yang tak terduga Perawat adalah orang pertama yang mengenali perburukan kondisi pasien dan siaga memberikan bantuan yg sesuai (Adam & Osborne, 2005) Lamanya respons yang diberikan staf ruangan bervariasi, yang merupakan hal yang tidak dapat diterima (Rich, 1999) Standar Akreditasi International JCI Edisi 5
COP.3.1 – Deteksi Dini Perburukan Kondisi Pasien
(NEW STANDARD) Perawat harus dilatih untuk dapat mengenali dan berespon terhadap perubahan kondisi pasien RS mengembangkan pendekatan sistematis prosedur deteksi dini perburukan kondisi pasien Pengembangan & penerapan kriteria tsb harus menggambarkan tanda peringatan dini perburukan kondisi pasien Standar Akreditasi International JCI Edisi 5
COP.3.1 – Deteksi Dini Perburukan Kondisi Pasien
(NEW STANDARD)
Berdasarkan kriteria tsb, perawat harus dpt
mencari bantuan awal terhadap perburukan kondisi pasien Pasien dan keluarga harus di informasikan bagaimana mencari bantuan ketika terjadi perburukan kondisi Measurable Elements of COP.3.1 1. RS mengembangkan dan menerapkan proses yang sistematis agar staf dapat mengenali dan berespons thd perburukan kondisi. 2. RS mengembangkan dan menerapkan metoda pendokumentasian criteria tanda awal perburukan kondisi pasien dan kapan harus mencari bantuan lanjut 3. Berdasarkan kriteria yg telah dibuat oleh RS, perawat harus melakukan tindakan tertentu sesuai dng kondisi pasien . 4. RS harus menginformasikan kepada pasien dan keluarga bagaimana mereka mencari bantuan pada saat terjadi perburukan kondisi pasien. TUJUAN
Mencegah cardiopulmonary arest dan
mengurangi angka kematian Membantu petugas dan RS untuk memprioritaskan dan meningkatkan keselamatan pasien CRITICAL REVIEW • Beberapa pasien memperlihatkan tanda-tanda & gejala kerusakan klinis yang tidak ditangani sebelum serangan jantung (Duncan & McMullan, 2012) • Pasien kritis memiliki morbiditas & mortalitas yang tinggi (Gwinnutt, 2006) • Pasien rawat inap yang mengalami cardiorespirasy arrest sering menunjukan tanda vital yang abnormal beberapa saat sebelum tindakan atau event tertentu (Goldhill dan McGinley, 2005). CRITICAL REVIEW • Pengawasan terhadap tanda tanda klinis tertentu dapat membantu mengurangi kemungkinan cardiac arrest (Leary dan Ridley, 2003) • Mengenali ciri-ciri dengan cepat dan penatalaksanaan dini yg sesuai pada pasien beresiko kritis dpt membantu mencegah perburukan lebih lanjut & memaksimalkan peluang untuk sembuh (Grinutt, 2006) • Scoring Peringatan dini (early warning scored) dapat digunakan untuk pengambilan keputusan klinis CRITICAL REVIEW The Critical Care Stakeholder Forum (2005) mengidentifikasi masalah utama penyebab keterlambatan dalam identifikasi dan rujukan: Kurangnya observasi dan supervisi di bangsal umum Kurang pengetahuan tentang penyakit kritis Kegagalan menilai kedaruratan klinis, keterampilan dan pengetahuan yang tidak memadai Standar dokumentasi yang rendah Mengapa EWS??? Pendekatan proaktif dapat menghindari kebutuhan perawatan di unit perawatan kritis (ICU), mengurangi mortalitas & morbiditas pada pada pasien yg datang ke RS (McQuillan et al, 1998, McGloin et al, 1999, Young et al, 2003) Endacott et al (2009) mengeksplorasi kegiatan dan outcomes pasien ICU & menemukan angka kematian di ICU berkurang, juga angka re-admissions pasien. Penelitian ini juga mengidentifikasi peningkatan komunikasi, pengetahuan, keterampilan dan kepercayaan diri perawat dalam melakukan keperawatan kritis CRITICAL REVIEW • Andrew dan Waterman (2001) menyatakan bahwa EWS dapat digunakan sebagai alat untuk mengatasi masalah klinis pasien dan hambatan dalam berkomunikasi, karena tools ini memberikan perawat kesempatan untuk mempresentasikan dan bertindak sesuai dengan kondisi pasien. E EWSS adalah sebuah sistem skoring W fisiologis yang umumnya digunakan di unit medikal bedah sebelum pasien S mengalami kondisi kegawatan S ESW Dikembangkan sebagai alat yang memungkinkan staf diruang perawatan untuk menggabungkan observasi reguler utk menghasilkan skor fisiologi total (Sharpley & Holden, 2004) Perburukan fisiologis yang umum terjadi pada pasien kritis, dapat terdeteksi dengan observasi ruangan yang sederhana (Goldhill, 2001) SKORING EWSS ALGORITMA TINDAKAN
E W S S Berdasarkan hasil skoring pengkajian pasien Metoda Early Warning Score System
EWSS melengkapi sistem Tim Medik Reaksi Cepat
(Rapid Response Team) dalam menangani kondisi kegawatan pada pasien atau biasa kita kenal dengan E istilah code blue
W S S BAGAIMANA MENGGUNAKAN EWSS ?
1.EWSS dapat digunakan pada pasien anak ataupun
dewasa dengan parameter yang berbeda. 2. Pada pasien dewasa parameter yang dinilai : Frekuensi Nadi; Tekanan Darah Sistolik; Laju Pernapasan; Tingkat Kesadaran, Suhu Tubuh dan saturasi O2. 3. Pada pasien anak parameter yang dinilai : Perilaku; Status Kardiovaskular dan Status Pernapasan Mengapa Vital Sign? • Tanda-tanda klinis perburukan kondisi biasanya serupa apapun penyakit yang mendasarinya, yg mencerminkan gangguan pada fungsi pernafasan, kardiovaskuler & neurologis (Nolan et al, 2005) • Identifikasi tanda klinis yg abnormal merupakan pusat dlm mengidentifikasi secara objektif pasien yang beresiko mengalami perburukan (Buist et al, 1999) Early Warning Scoring System S C O R I 1. Setiap parameter diberikan skor dengan rentang 0-3. N 2. Jumlah skor dari seluruh parameter kemudian diberikan kode warna G dan memiliki algoritme yang harus dilakukan oleh perawat. N E W Metode: S National Early Warning Score ( NEWS ) N E W Metode: S National Early Warning Score ( NEWS ) Tabel EWSS (Duncan & McMullan) 2012) • Pasien dalam kondisi stabil HIJAU A L • Pengkajian ulang dilakukan oleh PP/ PJ Shift. Jika skor akurat, PP harus menentukan tindakan thd kondisi pasien G KUNING dan pengkajian ulang dilakukan tiap 2 jam. Pastikan kondisi pasien tercatat di catatan perkembangan pasien O • Pengkajian ulang harus dilakukan oleh PP/ PJ Shift dan R ORANGE diketahui oleh dokter jaga/PPDS. Dokter jaga/PPDS harus melaporkan ke DPJP dan memberikan instruksi tatalaksana I pada pasien tersebut. Perawat harus memonitor tanda vital setiap jam T • Aktifkan code blue, TIM melakukan tata laksana kegawatan pada M pasien, dokter jaga dan ATAU DPJP diharuskan hadir disamping MERAH pasien dan berkolaborasi untuk menentukan rencana perawatan E pasien selanjutnya. Perawat pelaksana harus memonitor tanda vital setiap jam
(Duncan & McMullan, 2012)
Implementasi EWSS Memberikan kode warna di lembar observasi tanda tanda vital sesuai dengan parameter dalam EWSS. Jika hasil pengukuran tanda vital berada pada area yang berwarna, maka perawat harus menghitung skor EWSS dan melakukan tata laksana sesuai algoritme. Implementasi EWSS Penandaan area berwarna di grafik tanda vital bertujuan untuk memudahkan perawat menentukan waktu melakukan skoring EWSS. Penerapan EWSS sangat terkait erat dengan peran perawat dalam melakukan observasi harian tanda tanda vital Sistem kriteria panggilan didasarkan pd observasi rutin, yg mengaktifkan suatu respons ketika tercapai nilai fisiologis yg ekstrim (Lee et al, 1995, Goldhill et al, 1999) Keuntungan EWS Sederhana hanya alat pemantauan dasar Dapat diulang antar pengamatan yg berbeda Dapat diterapkan pada tim multiprofesional Membutuhkan staf terlatih yang minimal Best Practice EWS • Skor EWS harus menggambarkan perubahan yg tdk terlihat pada suatu kondisi • Bagan EWS harus mudah diikuti & desain tdk rancu • Penerapan hrs direncanakan & dikoordinasikan • Lakukan audit EWS pd insiden tertentu bila kriteria pemanggilan tdk dilakukan • Hrs terdapat pendidikan berkelanjutan bagi staf Kesimpulan 1. Berikan perawatan utk pasien kritis atau yg beresiko perburukan klinis di ruang yg sesuai 2. Pasien kritis memerlukan observasi teratur 3. Gunakan sistem skor peringatan dini (EWSS) utk mengidentifikasi pasien kritis/beresiko mengalami perburukan klinis 4. Gunakan sistem lembar observasi ESW utk pemeriksaan & pendokumentasian secara teratur 5. RS hrs memiliki kebijakan yg jelas & spesifik utk mengidentifikasi pasien dng resiko perburukan klinis 6. Seluruh staf klinis harus dilatih utk mengenali, memantau dan menatalaksana pasien kritis/beresiko perburukan klinis