Anda di halaman 1dari 37

Manajemen Nyeri di ICU

Ns. Zumaidah, S.Kep


PN PICU/ICU RSUI
Pengertian Nyeri
• International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan
nyeri sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan
• Nyeri disepakati oleh American Pain Society sebagai tanda vital kelima
atau “the fifth vital sign”, hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran penanganan nyeri di antara Profesional Pemberi Asuhan
(PPA) bahwa dengan penanganan nyeri sesuai kebutuhan, klien akan
merasa nyaman dan dapat mempercepat penyembuhan.
• Respon nyeri bersifat subjektif, yaitu pasti akan bebeda-beda pada
setiap individu
Mengapa manajemen nyeri itu penting?
Pasien di ICU berada pada tingkat yang lebih tinggi risiko rasa sakit (bahkan saat istirahat)
tetapi dalam banyak kasus tidak dapat menggambarkan atau mengomunikasikan rasa sakit
mereka.

Jika rasa sakit tidak ditangani secara memadai, dapat menyebabkan berbagai efek samping
dan meningkatkan insiden nyeri kronis dan pasca trauma gangguan stres pada pasien

Pasien di ICU mengalami kecemasan, kurang tidur dan juga delirium yang akan meningkatkan
kepekaan terhadap rasa sakit

Disfungsi organ hadir pada pasien kritis dapat menurunkan potensi obat analgesik dan
meningkatkan kondisi toksisitas pasien
Kategori Nyeri

• Nyeri Akut
Durasi
• Nyeri Kronik

• Nyeri Nosiseptif
• Nyeri Neuropati
Penyebab
• Nyeri Inflamatorik
• Nyeri Fungsional
Nyeri Akut
• Merupakan respon biologis normal terhadap cedera jaringan
dan merupakan sinyal terhadap adanya kerusakan jaringan
misalnya nyeri pasca operasi, dan nyeri pasca trauma
muskuloskeletal.

• Nyeri tipe ini sebenarnya merupakan mekanisme proteksi tubuh


yang akan berlanjut pada proses penyembuhan. Nyeri akut
merupakan gejala yang harus diatasi atau penyebabnya harus
dieliminasi.
• Nyeri sub akut (1 – 6 bulan) merupakan fase transisi dimana
nyeri yang ditimbulkan kerusakan jaringan diperberat oleh
konsekuensi problem psikologis dan sosial
Nyeri Kronik
• Nyeri kronis yang berlangsung lebih dari 6 bulan.
• Nyeri tipe ini sering kali tidak menunjukkan abnormalitas baik dari
fisik maupun indikator-indikator klinis lain seperti laboratorik
maupun pencitraan. Keseimbangan kontribusi faktor fisik dan
psikososial dapat berbeda-beda dan menyebabkan respon
emosional yang berbeda pula antar individu yang satu dengan
lainnya.
• Dalam praktek klinis sehari-hari nyeri kronik dibagi atas nyeri kronik
tipe maligna (nyeri kanker) dan nyeri kronik tipe non maligna (artritis
kronik, nyeri neuropatik, nyeri kepala, dan nyeri punggung kronik)
• Nyeri dengan stimulasi singkat dan tidak menimbulkan
kerusakan jaringan. Pada umumnya, tipe nyeri ini tidak
Nyeri memerlukan terapi khusus karena perlangsungannya
yang singkat. Nyeri ini dapat timbul jika ada stimulus
yang cukup kuat sehingga akan menimbulkan
Nosiseptif kesadaran akan adanya stimulus berbahaya, dan
merupakan sensasi fisiologis vital. Contoh: nyeri pada
operasi, dan nyeri akibat tusukan jarum.

• Nyeri dengan stimulasi kuat atau berkepanjangan yang


menyebabkan kerusakan atau lesi jaringan. Nyeri tipe
Nyeri II ini dapat terjadi akut dan kronik dan pasien dengan
tipe nyeri ini, paling banyak datang ke fasilitas
kesehatan. Contoh: nyeri pada rheumatoid artritis.
Inflamatorik
• Merupakan nyeri yang terjadi akibat adanya lesi

Nyeri sistem saraf perifer (seperti pada neuropati


diabetika, post-herpetik neuralgia, radikulopati
lumbal, dll) atau sentral (seperti pada nyeri

Neuropati pasca cedera medula spinalis, nyeri pasca


stroke, dan nyeri pada sklerosis multipel).

• Bentuk sensitivitas nyeri ini ditandai dengan tidak


ditemukannya abnormalitas perifer dan defisit neurologis.

Nyeri Nyeri disebabkan oleh respon abnormal sistem saraf


terutama hipersensitifitas aparatus sensorik. Beberapa
kondisi umum memiliki gambaran nyeri tipe ini yaitu

Fungsional fibromialgia, iritable bowel syndrome, beberapa bentuk nyeri


dada non-kardiak, dan nyeri kepala tipe tegang. Tidak
diketahui mengapa pada nyeri fungsional susunan saraf
menunjukkan sensitivitas abnormal atau hiperresponsif
Pengkajian Nyeri (PQRST)
Penyebab/pencetus nyeri

Kualitas, deskripsi nyeri

Regio dan penjalaran nyeri

Subjektif deskripsi oleh pasien mengenai tingkat nyerinya

Periode/waktu yang berkaitan dengan nyeri


Tools skoring Nyeri

BPS

CPOT

NRS

VAS
BPS
BPS
Skor ≤3 : Tidak nyeri

Skor 4-5 : Nyeri ringan

Skor 6-11: Nyeri sedang s/d


berat

Skor 12 : Nyeri maksimal


CPOT
NRS
VAS
Tatalaksana Nyeri

Nonfarmakologi Farmakologi
Nonfarmakologi

Educational and
psychological Hipnosis Comforting
conditioning

Terapi
Terapi fisik dan
psikososial
okupasi
(Konsuling)
Sedasi dan Analgesia
• Tujuan sedasi: Menurunkan rasa takut, cemas, agitasi, dan efek
neuroendokrin akibat stres
• Tujuan analgesia : Menurunkan nyeri akibat penyakit dasar, adanya
pemasangan alat invasive, prosedur diagnostic dan terapi
• Sedasi yang ideal : Onset cepat, waktu paruh singkat, dieliminasi
dengan baik, efek samping kecil, tidak ada interkasi dan antidotum
spesifik
• Indikasi dan dosis sesuai : PPA yang terlatih, monitoring terhadap
level sedasi dan komplikasi
Farmakologi
Jenis Analgesia
• Berdasarkan skala nyeri yaitu Ringan, Sedang. Dan Berat
• Nyeri ringan : Aspirin, Acetaminophen, Ibuprofen
• Nyeri Sedang dan Berat
• Golongan Opioid : Tramadol, Pethidine, Morphine, Fentanyl, Remifantanil
• NSAIDs : Ketoroloac, Ketoprofen, Diclofenc
• Golongan Non Opioid Lain “ Ketamin, Matemizole
Jenis Sedasi

Gol. Benzodiazepine : Midazolam, Diazepam, Lorazepam

Gol. Barbiturate : Fenobarbital, Pentobarbital

Lainnya : Propofol, Dexmedetomidin, Chloral hydrate


Skoring sedasi = RAMSAY
Monitoring
• Pemantauan dan evaluasi : Sebelum, selama, dan setelah pemberian
sedasi dan analgesia
• Sebelum : Kondisi umum, Akses obat, airway clear
• Selama prosedur : Hemodinamik. Tingkat sedasi, EKG, hasil
laboratorium
• Setelah : Sedasi jangka panjang perlu dievaluasi kemungkinan
timbulnya withdrawal syndrome
FASTHUG
Daftar Pustaka
• Barr J, Fraser GL, Puntillo K, et al. Clinical practice guidelines for the
management of pain, agitation, and delirium in adult patients in the
intensive care unit. Crit Care Med. 2013;41(1):263–306.
• Morone NE, Weiner DK. Pain as the fifth vital sign: exposing the vital
need for pain education. Clin Ther. 2013;35(11):1728– 1732.
• Rawal G, Kumar R, Yadav S, R Sujana. Pain Management in Intensive
Care : A Brief
• Rawal G, Yadav S, Kumar R. Post-intensive Care Syndrome: an
Overview. J Transl Int Med. 2017;5(2):90–92. Published 2017 Jun 30.
doi:10.1515/jtim-2016-0016 Review. Med. Res. Chronicles.,
2019:6(6), 302-309.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai