Anda di halaman 1dari 38

MANAJEMEN JALAN NAFAS

dr. Imtihanah Amri, M.Kes, Sp.An


Tidak

sadar

Gurgling

Nafas cepat dan

dangkal
Anatomi jalan nafas atas

3
AnatomiAIRWA
jalan nafas atas
Y
• Gangguan oksigenasi pada otak dan
jaringan sangat membahayakan korban,
serta dapat menyebabkan kematian.
• Proses kematian dapat dimulai dari
hipoksia
• Hipoksia dapat dicegah dg
mempertahankan airway & oksigenasi yg
cepat dan tepat.

4
OTAK
Tidak
& ada O2 Hipoksia
JANTU Mati
NG

0-4 Menit Mati Kerusakan Sel-sel otak tidak diharapkan


Klinis
4 – 6 menit Mungkin sudah terjadi kerusakan sel
6 – 10 Mati otak
menit biologis Sudah
> 10 menit Hampirmulai terjadi kerusakan
dipastikan otak
terjadi kerusakan sel-
sel otak
AIRWA
Y
Hilangnya pergerakan usaha

bernafas Gangguan
A
danya obstruksi jalan nafas

Penurunan paru untuk


mengembang
Hipoventilasi Penurunan absorbsi O2 melalui membran alveolar-
kapiler

Penurunan aliran darah ke


alveoli
Akibat ketidak mempuan udara masuk ke alveoli
 ada cairan

Akibat penurunan darah ke


jaringan
Gangguan Jalan Nafas Sesak, a/ mengeluh sesah jk sadar

Tanda2 Obstruksi
Takhipnea
Obstruks
i
PADAT Progresi Retraksi otot bantu
nafas
CAIR f
ANATOMI
S
Parsia Gurgling
 cairan
l
Total Snoring
 lidah

Stridor  obstruksi
anatomis
Penilaia Jalan
n Napas •Penurunan
kesadaran,

Kaji Loo disorientasi?


•Gelisah?
Tanda2 k “HIPOKSIA”
Obstruksi •Pasien trauma kaptis,
gelisah?

Listen Rasakan aliran udara


pada saat ekspirasi

Feel Bunyi
napas ?

Note: Selain dari tanda hipoksia, gelisah juga sbg indikasi : buli2 penuh, trauma kapitis,
nyeri
UPAYA MEMPERBAIKI AIRWAY:
AKAN SELALU MENGGERAKAN
KEPALA
Ingat
! Multitraum
a
Trauma kapitis & penurunan
kesadaran Luka di wajah

Imobilisasi Leher

Airway  Tanda2 obstruksi


“ Jika tidak ada respon  Buka buka mulut dengan cross
finger technique”
Penanganan
Airway Back Blow
Manuver Heimlich
Manual Airway Cross finger
&Swipingfinger Jaw trust
Head tilt chin lift
Log roll
Suction
Orofaringeal
Airway
Nasofaringeal
Airway Kriko-
Tiroidotomi
Depinitif Airway Intubasi Naso-trachea
Intubasi Oro-
trachea Kriko-Tiroidotomi Surgikal/
Trekeostom
Penanganan Obstruksi
AIRWAY
Cairan (gurgling) :
• Suction
• Cairan banyak miringkan kepala

(Trauma : “log roll”) Jika tidak ada


respon : BUKA
JIka tidak teratasi :  MULUT
Airway definitif dengan
CrossFinger
Log
Roll

Ingat

Imobilisasi Leher
AIRWAY BUKA JALAN NAFAS
MANUAL
Back Blow Manuver
Heimlich
Head tilt chin lift Jaw
trust
BU
JALA NAFA MANUA
AIRWAY : Obstruksi
Parsial

Naso-
pharingeal Oro-pharingeal
Orofaringeal
Airway
Cara Pemasangan:
• Bersihkan mulut dan faring dr segala kotoran
• Masukan alat dg ujung mengarah ke
chefalad
• Saat didorong masuk mendekati dinding
belakang faring, alat diputar 180’
• Ukuran alat dan penempatan yg tepat menghasilkan
bunyi nafas yg nyaring pd auskultasi paru saat dilakukan
ventilasi
• Pertahankan posisi kepala yg tepat setelah alat
terpasang
Bahaya:
•Cara pemasangan yg tdk tepat dpt mendorong lidah ke
belakang atau apabila ukuran terlampau panjang,
epiglotis akan tertekan menutup rimaglotis, sehingga
jalan nafas tersumbat
•Terjepitnya lidah dan bibir antara gigi dan alat

Perhatian !  jangan gunakan alat ini pd korban dmn


refleks faring masih ada karena dpt mengebabkan
muntah dan spasme laring
Nasofaringeal
Airway
Cara Pemasangan:
• Pilih alat yg sesuai
• Lumasi dan masukan menyusuri bagian tengah dan
dasar rongga hidung, hingga mencapai belakang lidah
• Apabila ada tahanan dg dorongan ringan alat diputar
sedikit

Bahaya:
•Alat yg terlalu panjang dpt masuk ke esopagus dg segala
akibatnya
•Alat ini dpt merangsang muntah dan spasme laring
•Dpt menyebabkan perdarahan akibat kerusakan
mukosa akibat pesangan, oleh sebab itu alat pengisap
harus selalu siap saat pemasangan

Hal yg perlu diperhatikan:


•Selalu periksa apakah nafas spontan timbul setelah pemasangan alat ini
•Apabila tdk ada nafas spontan, lakukan nafas buatan dg alat bantu nafas yg
memadai •Bila tdk ada alat bantu nafas yg memadai, lakukan pernafasan dr mulut ke
mulut dg
menggunakan barier
Nasofaringeal airway
Cara pemasangan
Sumbatan anatomis
(stridor)
• Trauma  edema laring pada luka bakar fraktur
• Non trauma  Benda asing
 Difteri Biasanya
perlu
jalan
napas
definitif

1. Proteksi
Airway : Indikasi Ancaman obstruksi &

ncaman aspirasi
A Proteks
Perlu
2.
i
ventilasi Certikal
AIRWAY
DEFINITIF
Blin Naso-
d: t
Untuk fraktur servikal
Sambil mendengar
pernafasan
r
• Dorong saat inspirasi
• Bila suara hilang :
a masuk esofagus
• Kontra Indikasi :
c *Apnea
h *Fraktur tulang
wajah *Fraktur
e basis kranii
Airway Definitif
Intubasi Naso-trachea :

 Jika pasien apnea 


Dengan sedasi
 Dengan atau tanpa
pelumpuh otot
 Perhatikan
pengembangan
paru
Airway Definitif • Tanpa / dengan
obat pelumpuh otot
Intubasi Oro-
trachea • Menggunakan obat
sedasi • Persiapan alat
lengkap
• Selalu
Perhatikan malposisi
bersiap untuk
kriko-tirotomi
Pemasangan endotrakeal tube
(ETT)
Keuntungan : Indikasi pemasangan
ETT: • Terpeliharanya jalan nafas  Henti jantung
• Dpt memberi oksigen  Korban sadar tdk mampu
dg konsentrasi tinggi bernafas dg baik  c/
• Menjamin tercapainya edema paru
volume tidal yg  Perrlindungan jalan
• diinginkan
Mencegah nafas tdk memadai
terjadinya aspirasi  c/komatdk mampu
 Penolong
• Mempermudah memberikan bantuan
penghisapan lendir nafas dg cara konvensional
dr trakea
• Merupakan jalur masuk
beberapa obat
resusitasi
Pemasangan ETT
(lanjut...)
Peralatan pemasangan Komplikasi :
• ETT masuk ke esofagus 
ETT  Laringoskop (lengkap) hipoksia
 Pipa ETT
• Luka bibir
 Perempuan: No. 7,0: 7,5 : 8,0
 Laki-laki : No. 8,0 :
• Gigi patah
8,5 • Llaserasi pd faring dan trakea
 Emegrensi: No. 7,5 • Kerusakan pita suara
 Stilet (madrin) • Perforasi pd faring dan
esofagus
 Forsep margil
• Muntah dan aspirasi
 Jeli
• Intubasi  pelepasan
 Spuit 20 cc/ adrenalin dan
10 cc  Stetoskop noradrenalin 
 Bantal hipertensi, tkhikardi,
 Plester aritmia
 Alat pengisap lendir
• Masuk ke salahsatu
bronkus
Pemasangan ETT
(lanjut...)
Teknik Pemasangan :
 Cek alat sesuai ukuran
 Lakukan hiperventilasi minimal 30 detik

 Berikan pelumas pd ujung ETT sampai daerah cuff

 Letakan bantal setinggi + 10 cm di oksiput

pertahankan kepala ekstensi  bila perlu lakukan


pengisapan lendir pd mulut dan faring
 Buka
 mulut
Masukan dg cross
bilah finger dan
laringoskop tanga kiri
menelusuri mulut sebelah kanan, sisihkan lidah
memegang laringoskop
ke kiri. Masukan bilah sampai mencapai dasar lidah, perhatikan agar lidah
atau bibir tidak terjepit diantara bilah dan gigi korban
 Angkat laringoskop ke depan (30-40’) jngn gunakan gigi sbg
tumpuan
 Bila pita sudah terlihat masukan ETT sambil pertahankan bagian proksimal dr
cuff ETT melewati pita suara + 1-2 cm atau pd orang dewasa kedalam ETT +
19-23 cm.
Pemasangan ETT
(lanjut...)
Teknik Pemasangan
(lanjut....)
 : intubasi tdk boleh lebih dr 30
Waktu untuk
detik
 Lakukan ventilasi dg menggunakan baging dan lakukan auskultasi pertama
pd lambung kemudian pd paru kanan dan kiri sambil memperhatikan
pengembangan dada
 Bila terdengar suara gargling pd lambung dan dada tdk terdengar, lepaskan
EE dan lakukan hiperventilasi ulang selama 30 detik kemudia lakukan
intubasi kembali
 Kembangkan balon dgn menggunakan spuit 20 atau 10 cc, dg
secukupnya sampai tdk terdengar lagi suara kebucoran dimulut korban
saat dilakukan vetilasi
 Lakukan fiksasi ETT dg plester agar tdk terdorong atau dicabut
 Pasar orofaring untuk mencegah korban mengigit ETT jika mulai

sadar  Lakukan ventilasi dg oksigen 100% (aliran 10-12 liter/ mnt)


Airway Definitif (lanjut…)
Tidak berhasil intubasi
trachea

Kriko-
Tirotomi
1. Dengan jarum (needle
cricothyroidotomy) 2. Surgikal oleh dokter

Kriko-tirotomi dengan jarum:


• Ditusuk lewat membran krikotiroidea
• Sambungkan oksigen  1 detik ditutup, 4 detik
buka • Hanya selama 30-45 menit
Airway Definitif
Kriko-Tiroidotomi

Kartilago tiroid
Membrana
Kartilago krikoid
Trakea
Airway Definitif
Krikotirotomi - Jarum
• Ditusukkan lewat
membran kriko-tiroidea.
• Sambungkan oksigen : 1
detik tutup, 4 detik buka
• Hanya selama 30-45
menit
Airway Definitif
Kriko-Tiroidotomi Surgikal
Airway
Sulit
• Gelisah, tidak sadar, sulit membuka
mulut • Perlu sedasi atau pelumpuh otot
• Ulangi tindakan intubasi
• Jika tidak berhasil intubasi, naso atau
orotrakea, segera krikotiroidotomi
dengan jarum
• Segera surgical  krikotiroidotomi
surgikal • Jika mulut banyak darah
 suction
BREATHIN
Ventilasi yg G Mendapatka
n Oksigenasi
Oksigen Sel
Baik Cukup

Apakah pasien bernafas/


tdk ? KajiSegera Lakukan !

•Frekuensi pernafasan Look, Listen,


Feel
•Dispnea-sianosis
•Penurunan Note: Rentang Pernafasan Normal
kesadaran •Bunyi Bayi 25 – 50 x/
nafas abnormal menit Anak 15 – 30 x/
•Apnea menit
•Saturasi O2 (jika Dewasa 12 – 20 x/
menit
ada) •Penurunan HR
Jika pasien tidak bernapas
segera

Lakukan manajemen airway dengan


benar

Ventilasi & oksigenasi konsentrasi


tinggi
Breathing
Ventilasi Tambahan :

Mulut Ke Bag Valve &


Mulut Mask

Mulut Ke Ventilato
Mask r
Breathing
Ventilator
• Bisa secara non-
invasive (tanpa
intubasi)
• Bisa secara invasive
(terintubasi)
Breathing PEMBERIAN
OKSIGEN
Konsentras
i Rendah Nasal Kanul (1-5
Lt/mnt)
Sistem
Aliran
Renda
h Simpel Mask (6 – 8 Lt/Mnt)
Konsentras
i Tinggi Reabring Mask ( 9 – 12 Lt/ Mnt)
Non Rebriting Mask (9 – 12 Lt/
O
Mnt)
2
Konsentras
i Rendah Venturi Mask (24 % -
50%)

Sistem
Aliran Tinggi
Konsentras Ambu Bag (12 – 15
i Tinggi Lt/Mnt)
Ventilator (24 – 100 %
KESIMPULA
N
• Pembebasan jalan napas atas dengan cara
memanipulasi airway dengan cepat dan tepat.

• Bisa terhindar dari obstruksi.


• Tercapainya ventilasi dan oksigenasi yang
optimal.
• Perlu ketrampilan khusus.

Anda mungkin juga menyukai