Anda di halaman 1dari 72

KONSEP VENTILATOR

Retno Puji Astuti, S. Kep., Ns., M. Kep


PENGERTIAN
● Ventilasi mekanik: upaya bantuan napas dg alat bantu napas mekanik atau ventilator
sbg alat pengganti fungsi pompa dada yg mengalami kelelahan atau kegagalan.
● Ventilasi mekanik membantu/ menggantikan napas spontan.
● Tujuan: menjamin ventilasi-oksigenasi yg adekuat, mengurangi kerja napas, dan
memperbaiki gangguan pertukaran oksigen di alveoli.
● Diaplikasikan dg alat khusus yg mendukung fungsi ventilasi dan memperbaiki
oksigenasi melalui penggunaan gas dg tinggi oksigen dan tekanan positif.
● Fungsi ventilator:
1. Mengembangkan paru selama inspirasi

2. Mengatur waktu dari inspirasi ke ekspirasi

3. Mencegah paru utk menguncup sewaktu ekspirasi

4. Mengatur waktu dari fase ekspirasi ke fase inspirasi

Ventilator mekanik dilengkapi monitor pengukur tekanan (pressure gauge), pembatas


tekanan utk mencegah paru dari barotrauma (pressure limiting device), pengaman (alarm)
tekanan tinggi dan rendah, dan pengatur volum paru (spirometer).
INDIKASI
● Gagal napas (respiratory failure)
● RR > 35 atau < 5 x/m – SaO2 < 90% atau PaO2 < 60 mmHg (Hipoxemia)

● pCO2 > 55 mmHg (Hipercapnia)

● Penurunan kesadaran (GCS < 8)

● Tidal volume < 5 mL/kg

● Pasca operasi mayor


● Pasca henti jantung
FASE PERNAFASAN VENTILASI MEKANIK
● Trigger: sinyal untuk memulai proses inspirasi (katup inspirasi membuka)
● Limit: batas dari aliran udara yang mengalir ke dalam paru selama proses inspirasi
● Cycle: sinyal untuk menghentikan proses insipirasi (katup inspirasi menutup dan katup
ekspirasi membuka)
GAMBARAN VENTILATOR
● Aliran udara masuk ke paru2  ada tekanan positif buatan oleh ventilator (fase
ekspirasi pasif).
● Ventilator mengirimkan udara dg memompakan ke paru-paru klien  tekanan selama
inspirasi positif  tekanan intra thorakal meningkat.
● Pada akhir inspirasi tekanan dlm rongga toraks paling positif.
• Efek pada kardiovaskular terlihat  tekanan positif yg diberikan  penurunan aliran
darah balik ke jantung sehingga curah jantung menurun.
• Klien dg status hemodinamik baik  mengkompensasi perubahan dg vasokontriksi.
• Klien dg gangguan saraf simpatis dan sedang mengalami hipovolemik  hemostatis
terganggu  klien bisa jatuh dlm keadaan syok.
• Perubahan pd paru tergantung keadaan paru dari klien  tekanan inflasi yang tinggi dan
lama merusak membran kapiler paru, kerusakan surfaktan, atelektasis, barotrauma,
malditribusi gas, perubahan V/Q ratio dan penurunan kapasitas residu fungsional.
• Penggunaan ventilasi mekanik mempengaruhi keseimbangan asam basa dlm tubuh 
volume ventilasi yang besar  hipocarbia dan alkalosis respiratorik  vasokontriksi
serebral dan peningkatan afinitas oksigen-hemoglobin.
• Hipokarbia diatasi dg menggunakan ruang rugi tambahan.
• Efek pd organ lain: menurunnya aliran darah ke hati dan ginjal akibat penurunan curah
jantung  sekresi ADH dan aldosteron  retensi natrium dan air  eksresi urin yang
menurun.
KLASIFIKASI VENTILASI MEKANIK
Negative Pressure Tank Respiratory Support (Ventilasi Bertekanan Negatif)
● Klien diberi tekanan udara sub-atmosfer (tekanan negatif)  dada
mengembang dan tekanan jalan napas menjadi negatif  turunnya tekanan
intrapulmoner  meningkatkan aliran udara sekitar ke dalam paru  ketika vakum
dilepaskan, tekanan di dalam tangki mjd sama dg sekitar  tjd ekshalasi pasif dada
dan paru.
● Prinsip: mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal.
● Saat bernapas spontan, tekanan negatif diciptakan oleh rongga pleura melalui otot2
pernapasan  gradien tekanan yg tjd antara tekanan atmosfer dan tekanan di dalam
toraks  aliran udara ke dalam paru.
• Kelebihan: tidak diperlukan pemasangan pipa endotrakea.
• Kekurangan: alat yang terlalu besar, volume semenit tidak pasti, dan kesulitan dalam
perawatan klien.
• Kontraindikasi: klien yang tidak stabil atau klien yang kondisinya membutuhkan
perubahan ventilasi sering (jrg digunakan).
Positive Pressure Ventilation (Ventilasi Bertekanan Positif)
• Memberikan tekanan positif di atas tekanan atmosfer  dada dan paru mengembang
pada fase inspirasi  pd akhir inspirasi tekanan kembali sama dengan tekanan atmosfer
 udara keluar secara pasif pada fase ekspirasi.
• Selama ventilasi bertekanan positif, inflasi paru dicapai scr berkala dg tekanan positif ke
saluran napas bagian atas melalui masker ketat (ventilasi mekanik non-invasif) atau
endotrakeal tube atau trakeostomi.
• Peningkatan resistensi saluran napas dan penurunan complians paru diatasi dg
memanipulasi aliran dan tekanan gas inspirasi.
• Kelemahan: mengubah rasio ventilasi-perfusi, efek pada peredaran darah berpotensi
merugikan, dan risiko barotrauma paru dan volutrauma.
• Ventilasi bertekanan positif meningkatkan ruang mati (dead space) fisiologis krn aliran gas
secara khusus dialirkan ke bagian paru yg lebih compliant, daerah nondependent dari
paru-paru, sedangkan aliran darah (yg dipengaruhi oleh gravitasi) mengisi daerah paru
yang dependen.
• Penurunan curah jantung disebabkan penurunan aliran balik vena ke jantung krn tekanan
intratoraks yang meningkat.
• Barotrauma  paparan berulang dari puncak2 tekanan inflasi.
• Volutrauma  berulangnya kolaps dan pengembangan kembali paru yg normal/ yg
patologis.
MODE VENTILASI MEKANIK
• Semua ventilator memiliki empat fase: inspirasi, perubahan dari inspirasi ke ekspirasi,
ekspirasi, dan perubahan dari berakhirnya inspirasi.
• Manipulasi pada fase ini menentukan VT (tidal volume), tingkat ventilasi, waktu inspirasi,
aliran gas inspirasi, dan waktu ekspirasi.
Mode ventilator dibagi berdasarkan cycling (perubahan dari inspirasi ke ekspirasi):
1. Pressure limited/ pressure cycled
• Pressure-cycle ventilator berjalan ke fase ekspirasi ketika tekanan udara mencapai
tingkat yang telah ditentukan sebelumnya.
• VT dan waktu inspirasi bervariasi, terkait dg resistensi saluran napas dan paru serta
komplians sirkuit.
• Alat lebih mudah dipacu oleh usaha napas klien, namun pada peningkatan tahanan jalan
napas atau penurunan daya regang dada atau paru tjd penurunan volume tidal dan
volume semenit.
2. Time cycled
• Time-cycled ventilator masuk ke fase ekspirasi setelah interval ditentukan yg dihitung
dari awal inspirasi.
• VT (tidal volume): produk dari waktu inspirasi dan laju aliran inspirasi.
• Ventilator time-cycled biasanya digunakan untuk neonatus dan di ruang operasi.
3. Volume cycled
• Menghasilkan volume tertentu disesuaikan dg kebutuhan klien.
• Volume yang ditentukan sudah dicapai  fase inspirasi akan berakhir.
• Dilengkapi dengan batas sekunder pd tekanan inspirasi  melindungi paru-paru dari
barotrauma.
• Jika tekanan inspirasi melebihi batas tekanan  siklus mesin berlanjut ke ekspirasi
bahkan jika volume yang dipilih belum disampaikan.
4. Flow cycled
• Fase inspirasi akan berganti menjadi ekspirasi ketika aliran udara jatuh ke level tertentu.
• Memiliki sensor tekanan dan aliran yg memungkinkan ventilator untuk memantau aliran
inspirasi pada tekanan inspirasi yang ditentukan sebelumnya ketika aliran mencapai
tingkat yang telah ditentukan.
METODE VENTILASI MEKANIK
Controlled Mechanical Ventilation (Ventilasi Mekanik Terkontrol) (CMV)
● Siklus ventilator berubah dari ekspirasi ke inspirasi setelah interval waktu yang telah
ditetapkan  klien tdk dpt memicu pernapasan sendiri.
● Ventilasi terkontrol (time-triggered inspiration) hanya dapat diterapkan pada klien yg
tidak memiliki usaha napas sendiri atau pada saat ventilasi ini diberikan, klien harus
dikontrol seluruhnya.
● Tdk dianjurkan mempertahankan mode ventilasi ini tanpa membuat klien mempunyai
usaha napas sendiri.
● Diterapkan pd klien2 yg tdk sadar krn pengaruh obat, gangguan fungsi serebral, cedera
saraf spinal dan frenikus serta klien dengan kelumpuhan saraf motorik yg menyebabkan
hilangnya usaha napas volunteer.
Assist-Control (AC) Ventilasi
• Klien dapat memicu pernapasannya dengan laju yang lebih cepat namun volume preset
atau tekanan tetap diberikan pada tiap napas.
• Bila telah ada usaha napas klien  mode assist-control digunakan.
• Tiap napas (pemicu waktu ataupun klien)  pernapasan yang diatur.
• Pemicu dari klien timbul karena ventilator sensitif terhadap tekanan atau perubahan
aliran pada saat klien berusaha untuk bernapas.
Intermittent Mandatory Ventilation (IMV)
• IMV didesain untuk memberikan bantuan ventilasi parsial.
• Mengkombinasikan periode ventilasi assist-control dengan periode pernapasan spontan
klien.
• Membantu mencegah hiperinflasi paru dan auto PEEP pada klien2 dg pernapasan yg cepat.
• Tujuan: mencegah atropi otot2 pernapasan krn ventilasi mekanik jangka lama.
• Kekurangan: tjd peningkatan work of breathing dan penurunan curah jantung.
Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation (SIMV)
• Synchronized intermittent mandatory ventilation (SIMV) mengatur napas mekanik, kapanpun
memungkinkan, agar bertepatan dengan awal dari upaya respirasi spontan.
• Sinkronisasi mencegah tersisipnya napas mekanik di tengah napas spontan, menghasilkan VT
yang sangat besar.
• Keuntungan: klien nyaman jk digunakan untuk menyapih, napas dari mesin menyediakan
cadangan jika klien menjadi lelah.
• Jk laju napas terlalu rendah (4 kali / menit), cadangan mungkin terlalu rendah, terutama klien
yg lemah yg mungkin tdk dpt mengatasi tambahan kerja pernapasan yg disisipkan ventilator
selama napas spontan.
Mandatory Minute Ventilation (MMV)
• Klien dapat bernapas secara spontan dan juga menerima napas mekanik, sementara mesin
memonitor ventilasi semenit yg dihembuskan.
• Mesin menyesuaikan jumlah napas mekanik  jumlah napas spontan + mekanik X VT 
besar ventilasi semenit yang diinginkan.
Presure Support Ventilation (PSV)
• Non invasif melalui sungkup wajah/ sungkup hidung khusus dg tekanan 20 cmH2O.
• Metode ini digunakan utk memperkuat penapasan spontan, tdk utk memberikan bantuan
napas secara keseluruhan.
• PSV mengatasi resistensi pernapasan melalui sirkuit ventilator.
• Tujuan: mengurangi work of breathing selama proses penyapihan (weaning) dari
ventilator, memberikan tekanan yg cukup utk mengatasi resistensi yg dihasilkan pipa
endotrakeal dan sirkuit ventilator.
Pressure Control Ventilation /ventilasi pressure-control (PCV)
• PCV menggunakan tekanan yang konstan untuk mengembangkan paru-paru.
• Kurang disukai  volume pengembangan paru tidak sama.
• Masih tetap digunakan  risiko cedera paru yang diinduksi ventilator lebih rendah.
• Ventilasi dengan PCV secara keseluruhan diatur oleh ventilator, tanpa peran serta
klien (= ventilasi assist-control).
Positive End-Expiratory Pressure (PEEP)/ Tekanan Positif Akhir Pernapasan
• Klien dg ketergantungan pada ventilator, di akhir pernapasan, umumnya terjadi kolaps
ruang udara bagian distal  sering timbul atelektasis  mengganggu pertukaran gas dan
memperberat gagal napas yang sudah ada  upaya dg menurunkan komplians paru-paru
dg konsekuensi dpt tjd kelainan paru2 yg umum pada klien-klien yang tergantung pada
ventilator, misalnya ARDS dan pneumonia.
• Mengantisipasi kecenderungan timbulnya kolaps alveoli pada akhir pernapasan 
tekanan positif pada akhir ekspirasi (PEEP)  sbg penyangga (stent) utk menjaga agar
jalan napas yang kecil tetap terbuka pada akhir ekspirasi.
• Tdk direkomendasikan pada klien2 dg penyakit paru2 yang terlokalisasi seperti pneumonia
 tekanan yang diberikan dapat didistribusikan ke daerah paru-paru yang normal 
distensi yang berlebihan  rupture alveoli.
Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)/ Tekanan Positif Jalan Napas Kontinyu
• Pernapasan spontan dengan tekanan positif yang dipertahankan selama siklus respirasi
disebut dengan continuous positive airway pressure (CPAP).
• Klien tidak perlu menghasilkan tekanan negatif untuk menerima gas yang diinhalasi.
• Hal ini dimungkinkan oleh katup inhalasi khusus yang membuka bila tekanan udara di
atas tekanan atmosfer.
• PEEP spontan telah digantikan oleh CPAP karena dapat menurunkan work of breathing.
• Penggunaan: klien yang tidak diintubasi.
• CPAP dapat diberikan melalui sungkup wajah khusus yang dilengkapi dengan katup
pengatur tekanan  sementara.
• Sungkup hidung khusus lebih dapat ditoleransi oleh klien terutama pada klien dengan
apnea obstruktif saat tidur, juga pada klien dengan penyakit paru obstruktif kronik
eksaserbasi akut.
PENGKAJIAN DAN PENATALAKSANAAN
KLIEN DENGAN VENTILASI
Perawatan Jalan Nafas
• Pipa endotrakea yang dipasang dan aplikasi ventilasi mekanik menimbulkan hipersekresi kelenjar jalan
napas  dpt menyebabkan sumbatan jalan napas dan atelektasis  gangguan pertukaran gas serta
bisa merupakan media infeksi  tindakan asepsis dan kebersihan jalan napas selalu harus diperhatikan.
• Cara membersihkan jalan napas :
1. Hiperinflasi manual dengan oksigen 100% memakai alat bantu napas manual selama 2-3 menit.
2. Masukkan kateter secara hati-hati ke dalam trakea lewat pipa endotrakeal atau trakeotomi, kemudian
tarik pelan-pelan sambil memutar dan lakukan penghisapan < 15 detik, kemudian lakukan hiperinflasi
manual kembali dengan oksigen 100%.
3. Lebih efektif apabila disertai vibrasi atau perkusi dinding dada.
Perawatan Selang Endotrakeal
• Intubasi trakea untuk ventilasi mekanik paling sering dilakukan pada klien ICU untuk

mengelola kegagalan paru.


• Intubasi trakea nasal dan oral (translaryngeal) aman untuk 2-3 minggu.

• Intubasi sering dilakukan tanpa menggunakan obat sedasi atau pelumpuh otot pada klien

yang tidak sadar.


Pemantauan
• Pemantauan efek hemodinamik yang tidak diinginkan dan efek merugikan pada paru
akibat tekanan positif di saluran udara  Elektrokardiografi rutin, pulse oksimetri, dan
monitoring tekanan intraarterial langsung.
• Asupan cairan masuk dan keluar diperlukan untuk menilai keseimbangan cairan
secara akurat. Cth: Kateter urin.
• Pemantauan vena sentral dan tekanan arteri pulmonalis diindikasikan pada
hemodinamik klien stabil dan klien dg output urin yang rendah.
• Foto polos dada untuk menilai TT dan posisi lini tengah, mencari bukti barotrauma
paru, membantu mengevaluasi keseimbangan cairan, dan memantau perkembangan
penyakit paru.
• Tekanan udara saluran napas (baseline, puncak, dan rerata), VT yang dihirup dan
dihembuskan (mekanik dan spontan), dan konsentrasi fraksi oksigen harus dimonitor.
• Pengisapan/ suction periodik sekresi jalan napas yang tidak adekuat dan adanya
gumpalan sekret yang besar pada klinis tampak sbg peningkatan tekanan puncak
inflasi dan penurunan VT yang dihembuskan.
• Peningkatan mendadak tekanan puncak inflasi bersama-sama dg hipotensi tiba2
kemungkinan terjadi pneumotoraks.
Penataan/ setting awal ventilator
• Setelah pipa endotrakeal atau trakeostomi terpasang baik  pemberian napas buatan
dengan pompa manual, sambil menilai masalah sistem organ yang lainnya  penataan
ventilator.
1. Volume tidal awal 10-15 ml/kgBB, volume ini 50% lebih besar dari ukuran normal. Tujuan:
membuka alveoli yang sempat kolaps atau atelektasis agar pertukaran gas lebih baik.
2. Frekuensi ditentukan 12-15 menit pada orang dewasa, relatif lebih lambat untuk
mencegah kenaikan rasio VD/VT (volume ruag rugi/volume tidal).
3. Rasio waktu inspirasi : ekspirasi=I/E=1:2 menit.
4. Fraksi inspirasi oksigen (FiO2)= 100% selama 15-30 menit.
5. Tekanan inflasi < 35-40 cmH2O mencegah barotrauma atau goncangan fungsi
kardiovaskular.
6. Pemberian volume inspirasi sekitar 2x (“sigh”) pada periode tertentu untuk mencegah
atelektasis paru. Biasanya tidak digunakan bila sudah mempergunakan volume tidak
yang besar.
7. Setelah 15-30 menit aplikasi dilakukan, periksa analisis gas darah.
8. Berdasarkan hasil analisis gas darah ditentukan metode ventilasi mekanik yang akan
diberikan, apakah perlu PEP atau tidak.
9. Setiap perubahan ventilasi mekanik 15-30 menit kemudian periksa analisis gas darah
untuk menilai kondisi yang pantas bagi klien.
Klien melawan mesin/ Fighting
• Berarti antara klien dan mesin tidak padu lagi.
• Bisa disebabkan klien tidak nyaman, nyeri, hipoksemia, hiperkarbia, pneumotoraks
dan kemungkinan kerusakan pada ventilator.
• Perlawanan klien menyebabkan proses ventilasi-oksigenasi tidak teratur, kebutuhan
oksigen meningkat dan resiko komplikasi meningkat.
• Upaya penanggulangan: ambil alih ventilasi sementara dengan pompa napas
manual oleh tenaga terampil dan berikan oksigen 100% sambil mencari
penyebabnya.
• Apabila yakin tidak ada masalah pada komponen respirasi, berikan sedativa atau
narkotik dan kalau perlu berikan pelumpuh otot.
• Apabila disebabkan oleh faktor respirasi, analisis masalah pada klien dan tata ulang
parameter ventilasi mekanik yang telah ditentukan terdahulu dengan tuntunan
analisis gas darah.
Efek pada gastrointestinal
• Efek: stress ulceration dan kolestasis mild hingga moderate.
• Penanganan: klien dengan ventilasi mekanik diberikan profilaksis H2-receptor antagonist
atau sucralfate untuk mencegah stress-related ulcer.
• Kolestasis ringan disebabkan oleh efek meningkatnya tekanan intratoraks terhadap tekanan
vena portal, dan pada umumnya bersifat self-limited.

KOMPLIKASI DUKUNGAN MEDIS
AP (Ventilator Associated Pneumonia)
• Adalah pneumonia yang muncul pada klien dengan ventilator mekanik setelah 48 jam
pemasangan intubasi endotrakea, dan mengenai 5-25% klien terintubasi.
• Ciri: inflamasi yang meningkat, demam dapat muncul atau meningkat, dan oksigenasi
memburuk, serta adanya perubahan pada gambaran radiologi.
• VAP berhubungan dengan lamanya pemasangan ventilasi mekanik.
Onset munculnya VAP penting dalam variabel epidemiologis:
1. Early onset VAP: muncul dalam 5 hari pertama setelah pemasangan ventilasi mekanik,

memiliki prognosis yang lebih baik dan sering disebabkan mikroorganise komunitas seperti
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, methicillin-sensitive Staphylococcus
aureus and antibiotic-sensitive enteric Gram-negative bacilli.
2. Late onset VAP: muncul setelah 5 hari dan lebih sering disebabkan pathogen multidrug

resistant seperti Pseudomonas aeruginosa, resistant Klebsiella pneumoniae,


Acinetobacter baumannii or methicillin resistant S. aureus, dengan angka kematian yang
lebih tinggi.
Cara mencegah VAP  VAP bundle:
1. Elevasi kepala tempat tidur: yaitu dengan cara menaikkan kepala tempat tidur hingga
30-45° .
2. Penilaian level sedasi: sedasi dikurangi untuk dilakukan penilaian minimal tiap hari
sekali, kecuali klien sadar dan merasa nyaman.
3. Kebersihan oral: mulut dibersihkan dengan Chlorhexidine Gluconate (≥1- 2% gel or
liquid) tiap 6 jam. Gigi dibersihkan dengan pasta gigi standar tiap 12 jam.
4. Aspirasi subglotis: tracheal tube (endotracheal atau tracheostomy) dg drainase sekresi
subglotis digunakan bila klien direncanakan pemasangan intubasi >72 jam. Sekresi
diaspirasi melalui sekresi subglotis tiap 1-2 jam.
5. Tekanan cuff tracheal tube: tekanan cuff diukur tiap 4 jam, dijaga antara 20- 30 cmH2O
dan dicatat pada grafik ICU.
6. Profilaksis stress ulcer: digunakan hanya untuk klien dengan resiko tinggi berdasarkan
pedoman lokal.
Atelektasis
• Tjd krn sumbatan sputum dalam waktu cukup lama dan imobilisasi dalam waktu yang
lama.
• Dilakukan mobilisasi, fisioterapi dada, drainase postural, dan penghisapan sputum.
• Apabila belum berhasil bisa dihisap dengan bantuan bronkoskop lewat pipa endotrakeal
atau trakeostomi.
Barotrauma
• Tkd ketika tekanan tinggi (>50 cmH2O) terlalu mengembang dan mengganggu
jaringan paru-paru.
• Ciri: interstitial emphysema, pneumomediastinum, subcutaneous emphysema, atau
pneumotoraks.
• Interstitial emphysema, pneumomediastinum, subcutaneous emphysema dapat
diperbaiki dengan mengurangi tekanan udara.
• Pneumotoraks yang signifikan, dg ciri hipoksemia, penurunan komplians paru dan
gangguan hemodinamik, memerlukan tube thoracostomy.
Hipotensi
• Tjd akibat peningkatan tekanan intratoraks dengan penurunan venous return yang hampir
selalu responsif terhadap penurunan volume intravaskular.
• Monitoring hemodinamik dengan kateter arteri pulmonal dalam delivery O2 melalui
manipulasi volume intravaskular serta level FIo dan PEEP.
PENYAPIHAN VENTILASI MEKANIK
• Adalah proses pelepasan ventilator baik secara langsung maupun bertahap  pemutusan
ventilator dan pelepasan jalan nafas buatan.
• Penghentian atau penyapihan (weaning) sudah harus direncanakan pada saat
mulai aplikasi ventilasi mekanik, semakin cepat penyapihan dilakukan, klien
akan terhindar dari masalah yang dapat timbul akibat pemakaian ventilasi
mekanik yang berkepanjangan
Kriteria penyapihan
1. Penyakit primer sebagai penyebab telah membaik
2. Tonus otot pernapasan masih cukup kuat
3. Memenuhi kriteria yang berlawanan dengan kriteria untuk aplikasi ventilasi
mekanik
4. Kondisi faktor non respirasi, seperti kesadaran, status hemodinamik, metabolik dan
suhu tubuh, keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa serta normalisasi sistem
organ yang lain
Proses penyapihan dilakukan apabila memenuhi syarat2:
1. Memenuhi kriteria penyapihan
2. Klien bebas dari pengaruh sisa obat pelumpuh otot, sedatif, atau narkotik
3. Sebaiknya dimulai pada siang hari
4. Dipantau oleh dokter spesialis yang terkait
5. Disiapkan alat atau obat untuk mengantisipasi kegagalan proses penyapihan
Metode yang digunakan untuk program penyapihan adalah:
1. IMV/SIMV, yang frekuensinya diturunkan secara bertahap.
2. PSV, yang tekanannya diturunkan secara bertahap.
3. CPAP, secara bertahap tekanan positif diturunkan.
4. T piece, dengan humidifier
Selama proses penyapihan, dipantau :
1. Keluhan umum
2. Tanda vital respirasi dan non respirasinya: tanda-tanda aktivitas simpatis seperti
berkeringat, gelisah, takikardi dan tekanan darah meningkat
3. Memperhatikan perubahan pola napas selama penyapihan
4. Dilakukan pemeriksaan analisis gas darah (AGD) untuk mengetahui perubahan kimia darah
5. Koreksi segera faktor-faktor yang mengarah pada kegagalan penyapihan
 Periode napas spontan secara bertahap diperpanjang terutama pada siang hari,
sebaliknya pada malam hari kondisi akhir pada siang hari dipertahankan dengan
ventilator.
 2 hari berturut-turut klien mampu bernapas spontan dan hasil gas darahnya normal
 aplikasi ventilasi mekanik dihentikan  oksigenasi dg nebulizer.
 Sekresi tidak banyak dan kemampuan batuk memadai, setelah 2-3 hari berikutnya
dilakukan dekanulasi kanul trakeostomi jk pakai trakeostomi.
Penyapihan jangka pendek

Prosedur Penyapihan Jangka Pendek


• Butuh waktu sekitar 20 menit sebelum ektubasi.
• Menjelaskan prosedur penyapihan kepada klien
• Lakukan penghisapan
• Mendapatkan parameter spontan
• Berikan bronkodilator jika perlu Istirahatkan klien selama 15- 20 menit
• Tinggikan kepala tempat tidur
• Metode yang digunakan dalam proses penyapihan jangka panjang: T-Piece dan Intermitten
Mandatory Ventilation
1. Metode T-Piece
Prosedur:
• Mengumpulkan data fisiologis yang mendukung pelaksanaan penyapihan.
• Menghubungkan set TPiece dengan FiO2 yang dibutuhkan klien (tunggu selama 20-
30 menit untuk evaluasi potensial ektubasi.
• Lakukan pengawasan data fisiologis tiap 5-10 menit jika perlu)
• Pada akhir menit ke-30, periksa AGD klien dan evaluasi klien dari tanda kelemahan.
• Bila kriteria penyapihan terpenuhi, maka ektubasi dapat dilakukan.
2. Metode Intermitten Mandatory Ventilation
• Membutuhkan waktu yang lebih panjang dari Tpiece karena tiap tambahan frekuensi
pernapasan harus disertai dengan AGD.
• Langkah2.nya = T-Piece.
• Kecepatan pernafasan pada VMI diturunkan dua pernafasan hingga mencapai 2 atau 0.
• Klien dapat dievaluasi dengan kriteria penyapihan untuk menentukan potensial ekstubasi.
Prosedur Penyapihan Jangka Panjang

• Waktu: 3-4 minggu.


• Prinsip pelaksanaannya = proses jangka pendek.
1. T-Piece
• Penyapihan dilakukan untuk 24 jam pertama.
• Pemeriksaan AGD.
• Mulai penyapihan selama 5 menit per jam
• Secara bertahap, tingkatkan penyapihan 5 menit selanjutnya perhari
• Tekankan klien agar tidak terlalu merasa kelelahan
• Tingkatkan periode penyapihan hingga 1 menit/jam
• Tingkatkan periode penyapihan dengan 5 menit tambahan sampai mencapai 30
menit/jam
• Tingkatkan periode istirahat sampai 1 jam setelah periode penyapihan 30 menit
tercapai
• Turunkan volume tidal pada repirator dengan 50 cc/hari
• Setelah 8 jam periode penyapihan dilakukan, tingkatkan penyapihan pada malam hari
dan dini hari
• Lanjutkan 1 jam istirahat diantara periode penyapihan
• Lakukan penyapihan pada malam hari dengan perlahan  periode kritis
• Selama proses penyapihan yang panjang ini, pencatatan harus dilakukan terus, salah
satunya adalah total jam yang dibutuhkan selama penyapihan ini
• Nilai AGD dan peningkatan pernapasan spontan juga harus ditambahkan untuk
meyakinkan klien secara aktual mengalami perkembangan yang signifikan
2. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)
• Kecepatan SIMV diturunkan perlahan  memberikan kesempatan kepada klien
untuk melatih otot pernafasan.
• Evaluasi yang cepat terhadap kemungkinan hipoventilasi dan hiperkapnia.
• volume tidal secara perlahan diturunkan sesuai dengan kemajuan klien.
• Pengawasan dilakukan dengan pemeriksaan AGD dan ventilasi klien.
3. Continues Positive Air Ways Pressure (CPAP)
• Penggunaan CPAP pada 5 cm H2O dianggap menguntungkan bagi klien dengan
pernafasan tidak stabil dan memiliki gradien besar PO2 alveolar-arteri yang
menimbulkan kolaps alveolar dini.
4. Pressure Support Ventilation (PSV)
• Penggunaan Pressure Support dalam penyapihan utk meningkatkan tahanan dan
kekuatan otot pernapasan.
• Penyapihan dimulai dengan tingkat tekanan yang bisa menghasilkan volume tidal
yang diharapkan.
• Tekanan dikurangi secara perlahan tapi tetap memperhatikan pemenuhan volume
tidal yang diharapkan.
Metode penyapihan lain:
• Mengkombinasikan antara metode SIMV denga PSV.
• Kecepatan SIMV diturunkan, sementara pernapasan spontan klien diperbesar
dengan PSV yang rendah.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAMANYA PENYAPIHAN
• Faktor Non Ventilator
1. Penyalahgunaan obat sedasi: kebanyakan klien dengan penyakit kritis, mengalami
gangguan renal dan hepar selama masa sakitnya. Penggunaan obat sedatif jangka
panjang yg mempengaruhi eleminasi hepatorenal  atrofi otot pernapasan krn otot
tidak digunakan dalam jangka waktu yang lama.
2. Malnutrisi Keadekuatan: fungsi otot tidak hanya tergantung pada kekuatan otot, tapi
juga pada normal posfat, kalsium, magnesium, dan potasium.
3. Kurangnya dukungan psikologis bagi klien.
4. Kurangnya dukungan dari jantung jika terdapat kerusakan ventrikel kiri.
• Faktor ventilator
1. Over ventilasi, menyebabkan disuse atrofi (atropi akibat jarang digunakan) otot
pernapasan.
2. Under ventilation, menyebabkan kelelahan otot pernafasan. Untuk pemulihan
dibutuhkan waktu 48 jam. Kegagalan untuk mengadopsi ventilasi yang aman bagi
paru pada klien dengan gagal nafas akut atau kronis  memperburuk resiko
terjadinya kerusakan paru.
KEGAGALAN PENYAPIHAN
• Kegagalan penyapihan: ketidaksiapan psikis klien untuk bernapas spontan setelah dalam
jangka waktu lama dibantu.
• Kegagalan dalam memulai penyapihan: belum tertanganinya penyakit yang memicu
penggunaan ventilator, penyembuhan penyakit yang tidak komplit atau berkembanya
masalah baru.
• Proses penyapihan tergantung pd kekuatan otot pernafasan, beban yg ditanggung otot tsb,
dan pengendali pusat.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai