Proteksi servikal: pertahankan posisi kepala, pasang kolar servikal, dan letakkan klien diatas Long spine board.
• Sesak pada jalan nafas akibat sumbatan berbeda dengan sesak karena gangguan breathing.
• Pada obstruksi jalan nafas, bunyi nafas bisa:
1. Gurgling: bunyi kumur-kumur karena adanya cairan
2. Snoring: bunyi mengorok karena pangkal lidah yang jatuh ke dorsal.
3. Stridor: adanya penyempitan/ oedem laring.
Ingat:
Gangguan airway: pembunuh tercepat
• klien sadar: jgn lakukan pemasangan pipa orofaringeal airway (mayo). Lebih baik pasang pipa nasofaringeal.
• Kontraindikasi pemasangan pipa melalui hidung: curiga fraktur basis krani bagian depan (pipa bisa masuk ke rongga
kranium).
• klien apnu / ancaman obstruksi / ancaman aspirasi: pasang jalan nafas definitif (bisa lewat hidung (nasotrakeal),
mulut (orotrakeal), atau trakea (krikotiroidotomi)).
1. Menilai Pernafasan
• Pernafasan yang baik adalah pernafasan yang:
1. Frekuensi normal (dewasa rata-rata 20x/menit, anak 30x/menit, bayi 40x/ menit)
2. Tidak ada gejala dan tanda sesak
3. Pada pemeriksaan fisik baik
• Lakukan pemeriksaan dengan cara:
1. Lihat dada klien: buka bajunya untuk melihat pernafasan yang baik. Lihat apakah ada jejas, luka terbuka, dan
ekspansi kedua paru.
2. Auskultasi dilakukan untuk memastikan masuknya udara kedalam kedua paru dengan mendengarkan bising
nafas (sekaligus memeriksa jantung).
3. Perkusi untuk menilai adanya udara (hipersonor) atau darah (dull) dalam rongga pleura.
4. Palpasi untuk merasakan ada atau tidaknya suara krepitasi menandakan adanya fraktur, dislokasi, atau
keadaan mengancam lain.
• Cedera thorax yang dapat mengakibatkan gangguan ventilasi berat yang harus segera ditangani untuk menghindari
kematian dan ditemukan pada saat melakukan survei primer:
1. Tension pneumothorax
2. Flail chest dengan kontusio paru
3. Pneumothoraks terbuka
4. Hematothoraks masif
2. Ventilasi tambahan
• Pernafasan tidak adekuat: bantuan pernafasan (assisted ventilation).
• Di IGD sebaiknya untuk bantu pernafasan dengan Bag-Valve Mask (Ambu Bag): tindakan bagging.
• Ventilator bisa digunakan dengan konsentrasi oksigen 100%.
3. Oksigen
• Berikan oksigen.
• Konsentrasi oksigen tinggi dengan rebreathing atau non-rebreathing mask.
• Bisa dengan kanul 5-6 lpm.
Nasal kanul
Bag-Valve Mask (Ambu Bag)
Circulation dengan Kontrol Perdarahan
• Syok dianggap disebabkan oleh hipovolemia pada klien trauma sampai terbukti sebaliknya.
• 2 pemeriksaan cepat untuk mengetahui keadaan hemodinamik:
1. Keadaan kulit akral: warna kulit kemerahan terutama wajah dan ekstremitas jarang hipovolemia. Wajah pucat
keabu-abuan dan kulit ekstremitas yang pucat dan dingin: tanda syok.
2. Nadi: nadi akan kecil dan cepat saat syok. Pemeriksaan di arteri femoralis atau arteri carotis secara bilateral
(berbaring datar). Periksa kekuatan nadi, kecepatan, dan irama.
• Perdarahan: eksternal (terlihat) dan internal (tidak terlihat).
• Perdarahan internal dari: rongga toraks, rongga abdomen, fraktur pelvis, fraktur tulang panjang, dan perdarahan
retro-peritonial karena robekan vena kava/ aorta / perdarahan masif dari ginjal (jarang).
• Kehilangan darah sebaiknya diganti darah (butuh waktu). Awal diberi cairan kristaloid (sebaiknya Ringer laktat) 1-2
liter untuk mengatasi syok hemoragik lewat 2 jalur dengan jarum intravena yang besar (minimal ukuran 16) dan
tetesan cepat.
• Cairan dihangatkan untuk menghindari hipotermia.
• Pada fase awal, jangan terlalu percaya dengan tekanan darah untuk menentukan syok.
• Kehilangan darah lebih dari 30%: penurunan TD signifikan.
• Syok hemoragik pada orang dewasa tidak disebabkan perdarahan intra-kranial.
• Kontrol Perdarahan
1. Perdarahan eksternal
• Penekanan langsung pada luka.
• klien dengan luka tusuk dengan alat masih menempel di badan: jangan dicabut.
• Torniquet jarang dipakai: merusak jaringan karena menyebabkan iskemia distal dari turniket.
2. Perdarahan internal
• Bidai digunakan mengontrol perdarahan dari fraktur pada ekstremitas.
• Perdarahan intra-abdominal atau intra-torakal yang masif dan tidak dapat diatasi dengan pemberian cairan
intravena yang adekuat dilakukan operasi resusitative laparo/ thoracotomy.
• Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang, seperti X-Ray.
• 5 tempat diperiksa: thorax, abdomen, pelvis, tulang panjang, dan retoperitonial.
Balut bidai Perdarahan internal
Kemungkinan setelah resusitasi cairan:
Respon baik
Pemasangan Kateter
Gastric Tube (Kateter Lambung)
Keterangan:
1. NGT lewat hidung
2. NGT lewat mulut
Heart Monitoring (Monitoring EKG)
Monitoring hasil resusitasi didasarkan pada ABC klien.
pulse oximetry
Disability: nilai
Breathing: pemantauan tingkat kesadaran
laju nafas (sekaligus klien dan adakah
memantau airway) dan EKG perubahan pupil.
kalau ada pulse oximetry.
Foto Rontgen
1. Anamnesis
A: alergi
M: medikasi/ obat-obatan
P: penyakit yang sebelumnya diderita
L: last meal (terakhir makan jam berapa)
E: events (hal-hal yang bersangkutan dengan penyebab cedera)
Riwayat AMPLE bisa dari klien, keluarga, atau petugas pra RS.
2. Pemeriksaan Fisik
• Kulit kepala
Seluruh kulit kepala diperiksa dan diraba untuk mengetahui adanya perdarahan, fraktur, dan lainnya.
• Wajah: look – listen – feel
• Mata: periksa cornea ada cidera atau tidak, reaksi pupil terhadap cahaya.
• Hidung: apabila ada pembengkakan, raba dengan sedikit ditekan (palpasi) untuk kemungkinan fraktur.
• Zygoma: bila ada bengkak, cari krepitasi terhadap fraktur zygoma (tulang yang menonjol pada wajah).
• Telinga: periksa dengan senter kedalam telinga, apakah ada darah atau lainnya.
• Rahang atas: periksa stabilitas rahang atas.
• Rahang bawah: periksa adanya fraktur.
• Vertebra servikalis dan leher
Periksa adanya cedera tumpul/ tajam, deviasi trakea, atau pemakaian otot tambahan. Palpasi adanya nyeri,
pembengkakan. Tetap imobilisasi segaris dan proteksi servikal. Bila memakai kolat terpaksa dilepas dengan 1 orang
fiksasi leher.
• Toraks (look – listen – feel)
Inspeksi dinding dada bagian depan, samping, dan belakang untuk adanya trauma tumpul/ tajam, pemakaian otot nafas
tambahan.
• Abdomen
Inspeksi dinding dada bagian depan, samping, dan belakang untuk adanya trauma tumpul/ tajam, perdarahan internal.
Pemeriksaan USG untuk penegakan diagnosa. Bila ada cedera dibawah puting susu patut dicurigai cedera intra-
abdominal.
• Pelvis
Cedera pelvis berat: pelvis biasanya tidak stabil. Kemungkinan klien mengalami syok.
• Ekstremitas (look – feel – move)
Periksa adanya luka dekat daerah fraktur (fraktur terbuka). Jangan dipaksa digerakkan bila jelas fraktur.
• Bagian punggung (log roll/ memiringkan klien dengan tetap menjaga kesegarisan tubuh)
Re-Evaluasi klien dan Transfer ke Pelayanan Definitif
• Tambahan terhadap surveu sekunder dilakukan pemeriksaan tambahan seperi CT Scan, USG, endoskopi, dll.
• Re-evaluasi klien
Penilaian ulang dilakukan dengan mencatat, melaporkan setiap perubahan pada kondisi klien, dan respon terhadap
resusitasi. Menitoring tanda vital dan jumlah urin yan keluar.
• Transfer ke pelayanan definitif
Menentukan indikasi rujukan, prosedur rujukan, kebutuhan klien selama perjalanan, dan cara komunikasi dengan
dokter yang akan dirujuk.
THANK YOU