Anda di halaman 1dari 55

KEGAWAT DARURATAN

MUSKULOSKELETAL

Ns. SABAR, S.Kep


E-mail: sabar_mas@yahoo.com
phone: 08128294599

Disampaikan pada:
Seminar & Workshop Keperawatan " Update Penatalaksanaan Kasus Kegawatan Orthopedi"
PPNI Komisariat RSPP, 2018
CEDERA MUSKULOSKELETAL TAMPAK DRAMATIS
TETAPI JARANG MENYEBABKAN ANCAMAN
TERHADAP NYAWA ATAU EKSTREMITAS
WHO ARRIVED IN
EMERGENCY ROOM

FALS EMERGENCY
TRUE EMERGENCY
10 -15%
SURGICAL MEDICAL

• TRAUMA • INFEKSI
• NON TRAUMA • NON INF
Data Statistik Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013)
Data Statistik Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013)
GAWAT : MENGANCAM NYAWA
DARURAT : SEGERA MENDAPAT TINDAKAN
PRINSIF GADAR
TI
ME

LIFE
&
LIMB
SAVING

SAV
ING
Kematian akibat trauma dapat ditelusuri pada
kurun waktu tertentu

Airway •Tersumbatnya Airway akan lebih cepat mengakibatkan


kematian daripada ketidak mampuan bernafas

Breathing •Ketidak mampuan bernapas lebih cepat mengakibatkan


kematian daripada kehilangan volume darah pada sirkulasi

Circulation •Kehilangan volume darah tidak lebih cepat mengakibatkan


kematian daripada Sumbatan Airway atau masalah
pernafasan
6 PHASES OF
PRIMARY CARE EMERGENCY MANAGEMENT TRAUMA
The successful management of severe emergency is dependent on the following six
steps.

1. Triage
2. Primary survey
3. Secondary survey
4. Stabilization
5. Transfer
6. Definitive care.

The sequence of PCEMT :


 Start resuscitation at the same time as making the primary survey
 Do not start the secondary survey until you have completed the primary
survey
 Do not start definitive treatment until the secondary survey is complete.
TRIA
GE

Berlaku juga untuk penilaian penderita


dilapangan dan dirumah sakit yang akan dituju
TRIAGE
OFFICE
R
Pada
saat
awal
Penilaian Cepat
Triase / pemilahan penderita
Penanganan primer ( ABC )
Sebelum Kontak dengan Pasien
1. Alat Pelindung Diri (APD)
Pastikan keamanan
1. Aman Penolong
2. Aman Pasien
3. Aman Lingkungan

3 Aman (3A)
Identifikasi keadaan umum

RESPONSE
Tingkat Respon :

A • Alert

V • Verbal

P • Pain

U • Unresponsive
PRINSIP

Kenali terlebih dahulu keadaan yang mengancam


nyawa
Terdiri dari :

1. Primary Survey (Survei Primer)


2. Secondary Survey (Survei Sekunder)

Terapi Definitif
TRAUMA MUSKULOSKELETAL TIDAK MENGUBAH
URUTAN PRIORITAS RESUSITASI

A. Airway (+ Cervical Spine Control)


B. Breathing (+ Ventilation )
C. Circulation (+ Kontrol Perdarahan)
D. Disability (Kesadaran, Lateralisasi)
E. Exposure
PENDEKATAN PENANGANAN
PASIEN TRAUMA
1. Tanggulangi yang mengancam jiwa (life treathening)
2. Ketidak jelasan diagnosa tidak menghalangi untuk
pemberian tindakan
3. Anamnase detail tidak diperlukan untuk memulai
menilai pasien dengan trauma akut
PRINSIF PENILAIAN DAN
PENGELOLAAAN TRAUMA
Mempersiapkan perlengkapan untuk primery survey dan
resusitasi
Kenali terlebih dahulu keadaan yang mengancam nyawa
Perlengkapan untuk proteksi diri
Penderita harus dibuka pakaian tetapi mencegah hipotermi
A. Airway (+ Cervical Spine Control)
B. Breathing (+ Ventilation )
C. Circulation (+ Kontrol Perdarahan)
D. Disability (Kesadaran, Lateralisasi)
E. Exposure
A
Buka jalan napas
• Head tilt : Dongakkan kepala
IRWAY • Chin lift : Angkat dagu
atau
Jaw Thrust jika curiga cedera servikal
B REATHING
C IRCULATION
• Identifikasi sumber perdarahan ekternal
• Kaji nadi: kecepatan, kualitas dan keteraturan
• Kaji akral: hangat atau dingin
• Ukur tekanan darah (jika sempat)

AKRAL DINGIN + NADI CEPAT & LEMAH

SYOK
• Perdarahan pada patah tulang panjang sangat
bermakna, dan fraktur femur dapat menyebabkan
kehilangan darah di dalam paha.

• Pemasangan bidai yang baik dapat menurunkan


perdarahan secara nyata dengan mengurangi
gerakan.
CIRCULATION (Lanjutan…)

Tindakan
• Baringkan korban dengan posisi
kaki lebih tinggi dari kepala
• Hentikan sumber perdarahan
• Selimuti tubuh korban 
mencegah hipotermia
• Infuse 2 line
• Tinggikan ekstrimitas bawah
(posisi syok)
> 60 mmHg Perkiraan Tekanan
Nadi Karotis Darah melalui
perabaan nadi
> 80 mmHg
Nadi Radialis • Angka pada area nadi
tersebut menunjukkan
tekanan darah lebih besar
dari angka tersebut
> 70 mmHg
Nadi Femoralis
CIRCULATION (Lanjutan…)
PENGHENTIAN PERDARAHAN

1 •Tutup luka dengan kasa steril

1 2

2 •Tekan hingga perdarahan berhenti (direct pressure)

4
3 •Tumpukkan kasa jika perdarahan belum berhenti

4 •Tutup kasa dengan perban

5 •di elevasikan / di tinggikan


LUAS DAN DERAJAT LUKA BAKAR

1
2

Rule of 9 3
D ISABILITY
Hanya setelah ABC tertangani
 Lakukan Pengecekan DISABILITY

Tentukan tingkat kesadaran dengan GCS
• Hati-hati bila GCS turun 2 atau lebih

Tanda lateralisasi
• - Pupil ( isokor )
• - Tanda lateralisasi lainnya
E XPOSURE

SENSOR

Jangan ada bagian yang terlewat.


Kalau perlu buka baju penderita
agar bagian yang tertutup jadi mudah diperiksa
RESUSITASI
Resusitasi yang agresip dan pengelolaan keadaan
yang mengancam nyawa segera setelah dikenal
merupakan hal yang mutlak bila ingin penderita hidup

1. Oksigen dan ventilator


2. Pengelolaan Syok, IV line, Ringer Laktat dihangatkan
3. Meneruskan pengelolaan masalah yang ditemukan dalam primary survey
Tambahan

Pemeriksaan pada pasien dengan trauma muskuloskeletal


meliputi :
 Imobilisasi fraktur
 Pemeriksaan X-Ray
IMOBILISASI
 Dengan tujuan meluruskan ekstremitas yang cedera dengan posisi
se-anatomis mungkin.
 Mencegah gerakan yang berlebihan pada daerah fraktur
 Akan tercapai dengan cara melakukan traksi untuk meluruskan dan
di pertahankan dengan alat imobilisasi
 Pembidaian yang benar akan membantu menghentikan
perdarahan, mengurangi nyeri, mencegah kerusakan jaringan lunak
SECONDARY
SURVEY

Penderita stabil ?
(Re-evaluasi A-B-C-D-E
Bila stabil secondary survey
• SECONDARY
SURVEY
SECONDARY
SURVEY SECONDARY SURVEY

Tidak lupa ditanyakan riwayat dan anamnase :


I . KOMPAK :
II. SAMPLE:
• K = keluhan S: sign and symtomps
• O = Obat A: allergy
M: medication
• M = Makanan
P: past history
• P = Penyakit L: last medication/meal
• A = Alergi E: event leading
• K = Kejadian
PEMERIKSAAN DAERAH BELAKANG PADA PASIEN YANG
DICURIGAI CEDERA TULANG BELAKANG

LOG-ROLL
MUSKULOSKELETAL

Penilaian
 Inspeksi
Periksa DOTS :
 D – deformity (deformitas)
 O - open wounds (luka terbuka)
 T - tenderness (nyeri tekan)
 S – swelling (bengkak)
Ekstremitas yang bengkak pada daerah yang berotot menunjukan adanya
crush injury ancaman kompartemen sindroma
MUSKULOSKELETAL

Penilaian
 Palpasi pada ekstremitas untuk memeriksa sensorik dan
daerah nyeri tekan.
 Hilangnya rasa raba dan nyeri menunjukkan adanya trauma
spinal / syaraf tepi
 Nyeri tekan di atas otot menunjukan adanya kontusio jaringan
lunak / fraktur
 Adanya nyeri tekan, pembengkakan dan deformitas dapat
dipastikan diagnosis fraktur
MUSKULOSKELETAL

Penilaian
 Evaluasi Sirkulasi
Pulsasi bagian distal tiap ekstemitas diperiksa dengan melakukan
palpasi dan diperiksa pengisian kapiler jari-jari (capillary refill)
PENANGANAN TRAUMA
EKTREMITAS
CEDERA PADA MUSKULOSKELETAL
• Cedera Muskuloskeletal :
1. Strain
2. Sprain
3. Fraktur
4. Dislokasi
5. Amputasi
6. Sindrom Kompartemen
TIPE CEDERA
• TERBUKA
 Terjadi kerusakan kulit dan disertai perdarahan

• TERTUTUP
 Tidak terjadi kerusakan kulit tetapi kemungkinan adanya perdarahan di dalam bisa terjadi

• PERHATIKAN CEDERA PENYERTA


 Cedera saraf
 Cedera arteri
 Cedera vena
 Cedera jaringan lunak
CEDERA JARINGAN LUNAK

RRest
Istirahatkan bagian yang cedera

I Ice
Kompres es

CCompression
Bebat dengan perban elastis

EElevation
Tinggikan bagian yang cedera
FRAKTUR

Pengelolaan
• Imobilisasi
 Bidai
DISLOKASI

Pengelolaan
• Reposisi
secara tertutup atau terbuka dengan kontrol
anesthesi
• Imobilisasi dengan bantalan lunak
• Terapi analgetik
PERDARAHAN ARTERI BESAR

Pengelolaan
• Jika di curigai atau ditemukan trauma arteri besar maka
secepatnya harus konsultasi dokter bedah
• Pengelolaan perdarahan arteri besar berupa tekanan
langsung dan resusitasi cairan yang sesuai.
TRAUMA AMPUTASI

Pengelolaan
• Dilakukan pemasangan tourniquet
• Anggota tubuh yang teramputasi dicuci dengan larutan
isotonik dan dibungkus dengan kassa steril
• Dimasukandalam kontong plastik, kemudian
dimasukan kedalam termos yang berisi es.
SINDROMA KOMPARTEMEN

Pengelolaan
• Semua balutan yang menekan di buka
• Di lakukan observasi tiap 30 s/d 60 menit
• Bila diperlukan fasiotomi
Penagangan Awal Luka Bakar
• Alirkan air selama setidaknya

3C
20 menit
• Bahan kimia dialirkan air 1 jam
Cool
• Singkirkan apapun yg dapat
membakar (yg tidak menempel).
Clear • Lepas perhiasan
• Lepaskan pakaian yg terkontaminasi
bahan kimia

Cover • Balut dengan non-adherent


dressing (balutan tidak lengket)

!
Perhatian:
- Jangan gunakan es
- Jangan oleskan pasta gigi, putih telur, mentega, dll
- Jangan pecahkan lepuhan
Tehnik Pemasangan Bidai / Splinting
1. Lepaskan pakaian pada bagian fraktur.
2. Cek Pulsasi, Sensorik, Motorik.
3. Bila Fraktur terbuka, tutup dengan kasa steril,
balut tekan (kontrol perdarahan)
Tehnik Pemasangan Bidai
4. Pada Fraktur yang bagian ujung tulang keluar jangan
dipaksa untuk dimasukkan, tutup dengan kasa.
5. Boleh lakukan traksi ringan pada fraktur dan dislokasi
sendi bila ada tahanan jangan diteruskan, pasang
bidai.
Tehnik Pemasangan Bidai
6. Fraktur di tulang melewati dua sendi
Fraktur di sendi melewati dua tulang
7. Pasang bidai, sebelum dipasang diukur di
ekstremitas yang sehat
Tehnik Pemasangan Bidai
8. CEK PULSASI, MOTORIK SENSORIK
9. OBSERVASI

Anda mungkin juga menyukai