Anda di halaman 1dari 126

KKD

INTEGRATIF1
ILMU
RM
BEDAH DAN
(Alexander Fernando, S.Ked)

IJ
ASSESTMENT OF
TRAUMA
ALGORITMA
TRAUMA

➢ Primary Survey umumnya terbagi atas 5 kondisi


khusus yang harus di Perhatikan yaitu:
1. A: Airway dan C-spine control
2. B: Breathing
3. C: Sirukulasi, dengan kontrol hemorrhage
4. D: Disabilitas
5. E: Eksposur
➢ Adjunct primary survey
➢ Secondary Survey, AMPLE dan
detailed examination (kepala hingga ujung
kaki)
➢ Adjunct secondary survey
➢ Definitive Care
ALGORITMA
TRAUMA
Primary Survey
➢ Airway + C-spine control
1. Semua pasien dengan riwayat trauma harus dicurigai adanya trauma
servikal➔lakukan pemasangan cervical collar
2. Obstruksi Jalur nafas dapat terjadi akibat adanya benda Solid, fluid, ataupun posisi
yang menghalangi jalur nafas tersebut
3. Eksaminasi airway: looking, listening, feeling
4. Manajemen pada airway:
• Jaw thrust
• Chin Lift
• Oropharyngeal airway
• Orotracheal intubation
• Cricothyriotomy/ tracheostomy
➢ Breathing
1. Masalah pada breathing:Tension Pnemuothorax, Hematothoraks, Pneumothorax,
flail chest
2. Manajemen pada breathing: Needle thracocentesis dan Chest tube insertion
Membebaskan
Jalan Nafas

head tilt
chin lift

neck
lift
neck lift
Hati-hati
Jangan untuk trauma
JAW
THRUST

dianjurkan
Oro-pharyngeal tube
( GCS kurang 8 )
Reflek muntah (-)

Perhatikan ukuran:
Angulus mandibula ke tengah
bibir Tragus ke sudut bibir
ALGORITMA
TRAUMA
Primary Survey
➢ semua masalah sirkulasi berhubungan dengan Shok Hipovolemik, dimana ciri khas
dari Shok Hipovolemik adalah:
1. Pulsasi meningkat
2. Tekanan darah 
3. Disorientasi
4. Clammy skin
➢ Treatment: Kontrol hemorrhage dan terapi cairan
➢ Klasifikasi Shok hipovolemik dan pemberian terapi cairan
ALGORITMA
TRAUMA
Primary Survey
➢ Disability ➢ Ekspour
1. GCS, mengecek level kesadaran 1. Lakukan disrobing (penelanjangan
pasien) yang komplit
2. Logroll untuk Inspesi
bagian
belakang pasien
3. Lakukan pengkuruan
temperatur rektal
4. Pemberian Selimut hangat dan alat
penghangat lainnya untuk mecegah
hipotermi

2. Ukuran Pupil dan reaktivitas


ALGORITMA
TRAUMA
Adjunct to Primary Survey

• EKG: Monitor HR dan deteksi aritmia dan penyakit iskemik


jantung
• Pulse Oximetry : mengukur saturasi oksigen dan monitoring
operfusi jaringan
• End-tidal carbon monitoring (EtCO2):
mengkonfirmasi
dioxide pemasangan intubasi trakea
dan
memperingatkan bila terjadi penurunan curah jantung
• Arterial blood gases (ABGs) : monitoring asam basa pasien
• Urethral catether: mengukur urine output
• NGT: dekompresi gaster dan mencegah aspirasi
• Chest x-ray: diagnosis pneumothorax
• Pelvic X-ray: diagnosis fraktur pelvis
ALGORITMA
TRAUMA
Secondary Survey
➢ AMPLE
1. A: Alergi
2. M: Medcation
3. P: Past Medical History
4. L: Last meal
5. E: Event at injury
➢ Physical exam : head to toe “Tubes and fingers in
every orifices”
➢ Adjunct to secondary survey: Tes diagnostik special
➢ Re-evaluasi
ALGORITMA
TRAUMA
Secondary Survey
➢ Physical exam : head to toe “Tubes and fingers in
every orifices”
1. Keadaan umum
2. Kepala
3. Leher
4. Thorax
5. Abdomen
6. Ekstrimitas➔FRAKTUR
7. Punggung
8. Kelamin
9. Rektum
CONTOH SECONDARY
SURVEY
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
GCS 345 VAS skor 6/10
TD = 188/89 mmHg; N = 97 x/menit; RR = 20x/menit; Tax = 36,4°C, SatO2 : 98%

Pupil isokor 3mm/3mm


Reflek pupil (+)
Konjunctiva anemis -/-
Konjungtiva hiperemi
Kepala -/- Sklera Ikterik -/-
Luka terbuka (+) regio medial periorbita sinistra bentuk
irregular dasar subkutis

Leher Dbn
CONTOH SECONDARY
SURVEY
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V MCL
Sinistra Perkusi : batas jantung kiri
Auskultasi : S1S2 single regular, murmur (-),
gallop (-)
Thorax Paru – paru :
Inspeksi : D=S , jejas (-)
Palpasi : D=S
Perkusi
SS
SS
S
S
Aus V V Rh - - Wh - -
V V - - - -
V V - - - -
CONTOH SECONDARY
SURVEY
Inspeksi : flat,
jejas (-) Palpasi
Abdomen
: soefl
Perkusi : dullness
Auskultasi : BU (+) N

Akral hangat
Extremitas
(+), CRT <2 dtk

Punggung Jejas (-)

Kelamin Discharge (-)

Rektum Discharge (-)


BEDAH PLASTIK
LUKA TERBUKA
AKUT
I
LUKA TERBUKA IJ
AKUTJ I
1
vu nus

vulnus laceratum

Acute vulnus punctum


vuInus scissum

skin loss

skin avulsion / degloving


eschar ·
Penatalaksanaan Luka Akut
Luka akut adalah luka yang sembuh sesuai dengan waktu dan waktu
penyembuhan luka. Luka akut yang sering ditemui adalah luka setelah
operasi, luka kecelakaan atau trauma dan luka bakar.
Faktor yang dapat menyebabkan infeksi pada luka akut adalah:
1. Lama waktu terbuka setelah kejadian
2. Peningkatan trauma kulit sekitarnya
3. Kontaminasi bakteri
4. Benda asing
5. Pencucian yang tidak adekuat
Penutupan Luka
akut
Dalam perkembangan ilmu bedah ada 5
macam cara menutup luka yaitu:
1. Penyembuhan secara
sekunder
2. Penutupan
primer
3. Graft
4. Flap
5. Transfer
jaringan
bebas
Primer vs Secondary Closure GRAFT

FLAP Free Tissue Transfer


Simple Interrupted Suture

Jarum ditusukkan jauh dari kulit sisi luka,


melintasi luka dan kulit sisi lainnya, kemudian
keluar pada kulit tepi yang jauh, sisi yang
kedua

Jarum kemudian ditusukkan kembali pada


tepi kulit sisi kedua secara tipis,
menyeberangi luka dan dikeluarkan kembal
pada tepi dekat kulit sisi yang pertama

Dibuat simpul dan benang diikat


PROSEDUR PENJAHITAN
LUKA
Pencucian luka • Membersihkan luka dengan normal saline, aquadest, RL
• melakukan desinfeksi area luka dengan cairan (jangan gunakan povidone iodine, alokohol, atau H2O2)
antiseptik (povidone iodine) pada tepi luka secara • Menilai luka dengan pencahayaan yang optimal
sirkular menjauhi luka (kedalaman luka, dasar luka, dan jaringan apa saja yang
• memasang Duk lubang sehingga hanya area luka cedera)
dan tepi luka yang sudah disinfeksi saja yang terlihat • Menyikat luka secara perlahan jika diperlukan (pada
• Melakukan injeksi obat anestesi lokal secara infiltrasi luka yang kotor sekali untuk membersihkan debris atau
di sekeliling luka pada daerah yang sudah disimpan kotoran)
si (sebelum diinjeksi di aspirasi dahulu, injeksikan • Melakukan irigasi sebanyak-banyaknya sampai terlihat
obat sambil ditarik) bersih
• Menunggu 1 sampai 2 menit (10 menit untuk • Lakukan eksisi jaringan nekrotik dan tepi luka jika
anestesi blok) agar obat sudah bekerja dan diperlukan
mengetesnya dengan cara menusukkan jarum squid • Melakukan hemostasis dan repair jaringan yang
atau jepit dengan pinset pada tepi luka sambil diperlukan
bertanya sakit atau tidak • Melakukan eksplorasi luka jika diperlukan, lihat
kemungkinan adanya ruptur tendon, syaraf, atau
pembuluh darah besar
PROSEDUR PENJAHITAN
LUKA
Penjahitan Luka
• Menempatkan jarum jahit pada • Simpul jahitan jangan ditempatkan di atas luka
needle holder kira-kira ⅓ bagian • Memotong ujung benang sehinga menyisakan
ujung jarum yang tumpul 0,5-0,6 cm
• Jahit bagian berikutnya dengan cara yang
• Menjepit tepi luka dengan pinset lalu
sama
menusukan jarum pada kulit mengambil • Membilas area penjahitan dengan normal
jarak 0,5-0,6 cm dari tepi luka yang saline, akuadest steril,a tau RL
satu dengan suduh 90 • Memberian antibiotik topikal (salep/ kain tulle)
• Mengarahkan jarum jahit sampai ke dan membalutnya dengan kasa steril dan
difiksasi dengan plester
tepi luka sebrangnya dengan • Memberikan antibiotik oral, toxoid tetanus, dan
mengambil jarak yang sama ATS atas indikasi
• Menjempit jarum yang sudah menembusi • Melepas sarung tangan, mencuci tangan, dan
sebrang luka dengan needle holder, lalu mengeringkannya
tarik jarum sapai menyisahkan benang • Memberi informasi penggantian perban dan
sekitar 2 cm waktu kontrol
• Membuat simpul jahit dengan membuat • Jika ada tanda infeksi atau komplikasi dalam
waktu 24 jam segera datang ke dokter
loop 2x dengan needle holder, lalu • Mencatat tanggal, waktu, dan tindakan yang
tarik (1 putran simpul) dilakukan
• Mengulangi sampai 3-4x putaran
untuk memastikan simpul jahitan kuat
(tiap putaran dilakukan secara
berlawanan arah)
Video Penjahitan
Luka
UROLOG
I
• Definisi: Pembesaran prostat jinak atau benign prostatic hyperplasia (BPH)
adalah kondisi ketika kelenjar prostat membesar. Akibatnya, aliran urine
menjadi tidak lancar dan buang air kecil terasa tidak tuntas.
• TERMINOLOGI
• Hypertofi: Masanya membesar
• Hyperplasia: Bertambahnya jumlah sel
• BPH➔Hyperplasia sel stroma dan epitel kelenjar prostat
• Banyak terjadi di zona transisional dan dan central sehingga menekan ke
dalam
LUTS :
1. Storage (FUN: Frekuensi, Urgency, Nocturia)
2. Voiding (WIS; Weak Stream, Intermiten, Straining-Hesistency)
3. Post Miksi : Incomplete Emptying, Postvoiding Dribling :
• FUN
• Frekuensi : Sering kencing
• Urgency : Tidak bisa menahan kencing
• Nocturia : Hanya bangun untuk kencing minimal 1 kali, sudah episode tidur, bangun hanya untuk
kencing
• WIS
• Weak Stream : Karena penyempitan uretra (dan capek karna nocturia mulu)
• Intermittern : terputus-putus pancarannya
• Straining : harus mengejan saat mulai miksi
• Hesistency : Memerlukan waktu untuk memulai kencing
• Post Miksi
• Incomplete Emptying : rasa tidak tuntas setelah kencing
• Postvoiding Dribling : Setelah kencing akan masih ada yang menetes
KUISONER LUTS (dalam 1 bulan
terakhir) : IPSS; 7 item : FUN, WIS dan
IE.

Skala 0-5, nilai maksimal 35,minimal 0

Skala LUTS :
• 0-7 Ringan
• 8-19:
sedang
• 20-35 :
berat
1. Memperkenalkan diri, Menjelaskan semua prosedur kateterisasi pada pasien dan
menyakinkan pasien sehingga benar-benar mengerti serta mau memberikan
persetujuan tindak medik
2. Mempersilahkan pasien untuk tidur terlentang dan meluruskan kaki pada ruang
privat.
3. Menyiapkan alat dan bahan untuk pemasangan kateter dan memastikan semua
berfungsi baik PROSEDUR KATERISASI URIN
4. Memakai apron plastik untuk mencegah terjadinya infeksi dan mencuci kedua tangan

5.
dengan menggunakan sabun
Memakai sarung tangan steril untuk mencegah infeksi silang
GENITALIA PRIA
6. Membersihkan meatus urethra, sekeliling penis, pubis, skrotum dan perineum
dengan kasa yang dibasahi dengan povidone iodine, memasang kain steril (duk
lubang) sebagai pembatas lapangan tindakan
7. Memberitahu pasien bahwa saluran kemihnya akan dimasukkan obat pelicin
anastesi. Memasukkan jelly lidocaine ke meatus uretra eksternus dan menahannya
selama 2-3 menit sampai dengan efek anastesi lokal bekerja
8. Memegang penis dengan tangan kanan dan menarik penis pasien dengan posisi
hingga hampir ekstensi
9. Memasukkan kateter dengan ujung kateter dipegang dengan pinset, pangkal kateter
dipegang antara jari keempat dan kelima, kateter dimasukkan ke uretra sampai urine
mengalir keluar dan sampai ujung percabangan kateter
10. Menarik penis sedikit bersamaan dengan mendorong kateter secara perlahan
(gently) jika terasa hambatan karena kontraksi otot sfingter eksterna. Meminta
pasien untuk mengejan sedikit seperti pada saat ingin kencing
11. Mengisi balon kateter sesuai ukuran yang tertera (10 cc), apabila urin sudah
mengalir keluar. Menyambung kateter dengan saluran pembuangannya (urine bag).
12. Menarik kateter keluar untuk menilai kalau balon sudah terisi dan berfungsi sebagai
fiksator kateter, lepas duk lubang
13. Membersihkan gland penis dan mengembalikan preputium ke posisi semula.
Kateter di fikasi pada perut sebelah bawah atau paha sebelah atas
14 Mengukur dan mencatat jumlah dan warna urine
15. Memberi nasehat kepada pasien tentang pemakaian kateter dan rencana tindakan
selanjutnya
16. Membuat laporan pelaksanaan prosedur tindakan
Video Pemasangan
Kateter Urin
JENIS KEGIATAN
PEMERIKSAAN RECTAL TOUCHER(COLOK DUBUR)
Pengenalan
1. Menjelaskan kepada pasien tujuan dan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan
2. Mencuci tangan, mengenakan sarung tangan bersih
Pasien dipersilahkan tidur telentang di meja pemeriksaan dan membuka celana / baju bawah. Pasien
3.
dipersilahkan menekuk kedua sendi panggul dan kedua sendi lutut (Dorsal Recumbent)
Inspeksi
1. Pemeriksa menempatkan diri disebelah kanan caudal pasien
Menggunakan jari tangan kiri, kedua pantat pasien disibakkan sehingga daerah anus dan
2.
perianal terlihat jelas.
Perhatikan daerah anus dan peri anal adanya skin tags, fisura ani, fistula in ano, kondiloma, pile
3. hemoroid, pruritus dan adanya benjolan lain. Bila terdapat benjolan dilanjutkan dengan
pemeriksaan bejolan.
4. Pasien diminta mengejan, perhatikan kemungkinan adanya prolap rectum
Palpasi
1. Telunjuk kanan dilapisi pelumas (KY jelly)
Tekankan ujung telunjuk pada anus dan memberitahu pasien bahwa pemeriksa akan memasukkan
2.
jari ke dalam anus.
3. Masukkan ujung ruas jari telunjuk, rasakan tonus spincter anus dinilai kekuatannya
Masukkan jari lebih dalam. Palpasi dinding anterior, posterior dan lateral rectum. Dinilai keadaan
4. mucosa apakah teraba masa pada dinding lumen atau diluar lumen. Bila teraba masa deskripsi
sebagai palpasi benjolan
Palpasi kelenjar prostat pada jam 12. Diraba apakah permukaan prostate rata atau berbenjol.
5. Konsistensi keras atau kenyal. Adakah nyeri tekan. Diraba sulcus medianus apakah cekung
atau mendatar. Diraba lobus lateral apakah membesar. Apakah polus superior teraba. PROSEDUR
RT
Pemeriksaan BCR (Bulbocavernosus Refleks) : Tarik jari sehingga tertinggal satu ruas jari pada m
6. spincter ani. Tekan glans penis menggunakan telunjuk dan ibu jari tangan kiri. Dinilai kontraksi
spincter ani pada saat glans ditekan.
Keluarkan jari, dilihat sarung tangan apakah terdapat feses (warna feses), adanya darah (darah
7.
segar, melena), lendir dan pus.
8. Bersihkan anus pasien menggunakan kasa bersih
9. Lepas sarung tangan dan rendam pada cairan desinfektan.
Rectal Touche:
Tidak boleh pada RETENSI URINE :
• karena nyeri dan false positif krn bulli yang distended
• bulii menekan prostat ke bawah sehingga kesannya besar

a. Tonus Sfingter Ani (Jari akan diremes/ jepitan ) Bila menurun/


Negatif : curiga neurogenic bladder
b. Mukosa Recti : normal Licin; bila ada kelainan, Intralumnial (Ca
Recti); Extraluminal (Ca Buli, ginekologi, Pembesaran Prostat)
c. Prostat :
- Sulcus Medianus ; Normalnya teraba, cekung. Saat mendatar,
artinya prostat membesar
- Lobus Lateral : Normalnya 1 jari, 1,5 jari, Konsistensi Kenyal : BPH
seperti hidung, otot tenar. Keras seperti tulang : Ca Prostat. Nyeri ?
- Simetris atau tidak
- Nodul ada atau tidak?
- Konsistensi?
- Polus Superior :teraba atau tidak? Bila tidak teraba akan semakin
membesar
- Nyeri atau tidak?
d. Bulbouscavernous Reflex
e. Lihat sarung tangan apakah ada darah atau tidak?
Interpretasi RT
BPH : Ca Prostat : Prostatitis :
• Tonus sfingter ani: (+) • Tonus sfingter ani: (+) • Tonus sfingter ani: (+)
• Muksa recti: licin normal • Muksa recti: licin normal • Muksa recti: licin normal
• Prostat • Prostat • Prostat
• Sulcus Medianus mendatar • Sulcus Medianus mendatar • Sulcus Medianus teraba
• Lobus lateralis lebih dari 1,5 jari • Lobus lateralis lebih dari 1,5 jari • Lobus lateralis kurang dari 1 jari
• Simetris • Tidak simetris • simetris
• tidak ada nodul • Nodul berdungkul-dungkul • Tidak ada nodul
• Konsistensi lunak/kenyal • Konsistensi keras • Konsistensi lunak/kenyal
• Polus superior tidak teraba bila • Polus superior tidak teraba • Polus superior tidak teraba
sangat membesar • Nyeri tekan (-) • Nyeri tekan (+)
• Nyeri tekan (-) • BCR (+) • BCR (+)
• BCR (+) • Tidak ditemukan darah di anus • Tidak ditemukan darah di anus
• Tidak ditemukan darah di anus
• Laboratorium :
• Urinalisis
• fungsi ginjal
• PSA (tidak rutin, terutama bila >70 tahun, cancer spesific)
• Radiologi :
• Melihat volume prostat (USG transrectal) dan Intravesical Prostatic Protrusion (IPP) (USG
transabdominal)
• melihat buli-buli, bisa melihat Residual urine juga
• Uroflowmetry (dengan syarat pasien dapat kencing), melihat urodynamic

Keterangan: Bila dari USG, IPP >1cm tidak perlu TWOC lagi, karena akan gagal.
LUTS ringan : LUTS Sedang :
• α-adrenergic Blocker :
• Watchful Waiting • MoA: relaksasi Otot polos yang ada di prostat/sfingternya
dimana terdapat banyak reseptor α, serta traktus urinarius.
• evaluasi dan menunggu • Dapat untuk digunakan cepat (onset akut)
keluhan, memfollow up • Tamsulosin (0,2 mg , 0,4 mg), bisa 1dd1.
keluhan pasien, • 5-α Reduktase Inhibitor :
• KIE pasien juga agar mengurangi • MoA: untuk memblok enzim 5 α Reduktase , yang merubah
testoteron menjadi aktif jadi DHT
gejala LUTS, misal bila dominan • Butuh waktu 3-6 bulan untuk memberi efek.
nocturia mengatur jadwal • Contoh: Finasteride atau dutasteride (bisa memblok tipe 1
dan 2)
minum; lalu mengurangi yg
• Bila ada disfungsi ereksi, tambah PDE-5 inhibitor
iritasi bladder seperti kopi, ( Tadalafil 1x5mg) karena efek relaksasi otot polos
• edukasi tidak boleh menahan untuk bph nya, pemberiannya on demand
kencing. • Dapat diberikan Anti Muskarinik , bila gejala dominan
storage
• Bila memberat dapat
• Desmopressin 10 mg/kgbb bila gejala dominan
diberikan obat nocturia
• LUTS Berat : Pembedahan
• TURP➔ Gold Standard BPH
• Durante op bisa terjadi TURP
syndrome.
• Alat resektoskop yang monopolar yang irigannya
WFI, dapat terjadi hemodelusi karena prostat
banyak vaskular
• Gejala TURP Syndrome : disorietnasi, nyeri
kepala, bradikardia disertai hypertension;
takipneu; rhonci pada paru hyponaterima; bila
berat pasien gcs menurun,
• Komplikasi Lain Striktur Uretra, Bladder Neck Stenosis
(seperti keloid) khas pada pasien yang sudah
operasi pada saluran kencing
dilakukan
• Open Prostatectomy, jika volume prostat >80 cc.
tapi length of stay lama, bisa terjadi striktur
uretra
BEDAH
DIGESTIF
HERN
IA
• Hernia abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal
melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeurotik dinding perut, baik
secara kongenital atau didapat
• Faktor-faktor risiko yang berperan antara lain batuk,penyakit paru obstruktif
kronis, obesitas, konstipasi,, riwayat hernia pada keluarga, manuver, kelainan
jaringan ikat kongenital, riwayat insisi kuadran kanan bawah, mengangkat
beban berat, dan aktivitas fisik berlebih.
LET
Berdasarkan letaknya,
AK
hernia abdominalis terbagi
menjadi:
• Groin
• Inguinalis: indirek (lateralis), direk
(medialis), kombinasi
• Femoralis
• Anterior: umbilikal,
epigastrik, spigelian
• Pelvis: obturator,
sciatic, perinea!;
• Posterior: lumbar
(superior triangle, inferior
triangle).
• Tujuh puluh lima persen
hernia abdominalis terjadi di
inguinal
SIF
AT
• Reponibilis: isi hernia keluar masuk:
• Ireponibilis: isi hernia tidak dapat dikembalikan ke rongga asalnya:
• Inkarserata: isi hernia tidak dapat dikembalikan dan terjepit oleh
cincin hernia, terdapat gangguan pasase usus.
• Strangulata: isi hernia tidak dapat dikembalikan dan terjepit oleh
cincin hernia, terdapat gangguan vaskularisasi, nyeri hebat.
Sistem Ponka membagi hernia menjadi 2 tipe:
1. Hernia Indirek (hernia Inguinalis lateralis)
• hernia inguinalis indirek yang tidak terkomplikasi.
• hernia inguinalis indirek sliding.
2. Hernia Direk (hernia Inguinalis Medialis)
• suatu defek kecil di sebelah medial segitiga Hesselbach, dekat tuberculum
pubicum.
• hernia divertikular di dinding posterior.
• hernia inguinalis direk dengan pembesaran difus di seluruh permukaan
segitiga Hesselbach
■ .a

sent

• eday
1 ne o o
■ I

1 ,.e · on

1 ■ ■


·tio
· ·rre . uci .
: e)
• carceri ·
• · 1nl c.
PEMERIKSAAN
FISIK
Valsava Test
• Menekan bagian canalis Inguinalis
• Pasien disuruh mengejan
Jika tidak keluar : Hernia Inguinalis Lateralis
(Indirect) Jika keluar : Hernia Inguinalis Medialis
(Direct)
Finger Test
• Menggunakan jari ke 2 / 5
• Dimasukkan lewat skrotum melalui anulus eksternus ke kanal
inguinal
• Pasien disuruh mengejan
Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis
Bila impuls disamping jari berarti Hernia Inguinalis
Ziemann’s Test
• Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (oleh
penderita)
• Hernia akan diperiksa dengan tangan kanan
• Penderita disuruh
Jari ke batukInguinalis
: Hernia bila rangsangan pada :
2 Lateralis
Jari ke : Hernia Inguinalis
3 Medialis
Jari ke : Hernia Femoralis
4
Thumb Test
• Anulus Internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh
mengejan
• Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Medialis
• Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis
CARA
PEMERIKSAAN
• Pasien dalam posisi berdiri dan pemeriksa duduk di depan pasien dengan nyaman.
• Bebaskan daerah inguinal dan genital untuk pemeriksaan.
• Perhatikan apakah ada benjolan atau keadaan asimetris di kedua area inguinal.
• Untuk pemeriksaan hernia inguinal kanan, gunakan ujung jari telunjuk kanan untuk mencari batas bawah sakus
skrotalis, kemudian telunjuk di dorong ke atas menuju kanalis inguinalis.
• Telusuri korda spermatikus sampai ke ligamentum inguinal. Setelah itu temukan cincin inguinal eksterna tepat di atas dan
lateral dari tuberkel pubis. Palpasi cincin inguinal eksterna dan dasarnya. Minta pasien untuk mengedan atau melakukan
valsava maneuver. Cari apakah terdapat benjolan di atas ligamentum inguinal sekitar tuberkel pubis.
• Cincin eksterna cukup lebar untuk jari pemeriksa dapat terus masuk sampai ke cincin inguinal interna. Minta pasien untuk
kembali mengedan atau melakukan valsava maneuver, cari apakah terdapat benjolan di kanalis inguinalis dan dorong
benjolan menggunakan ujung jari telunjuk.
• Untuk pemeriksaan hernia inguinalis kiri, lakukan dengan cara yang sama menggunakan ujung jari telunjuk kiri.
• Lakukan palpasi untuk menilai hernia femoralis dengan cara meletakkan jari di bagian anterior dari kanalis femoralis. Minta
pasien untuk mengedan, perhatikan apakah terdapat pembengkakan atau nyeri.
• Jika pada pemeriksaan tampak massa pada skrotum, minta pasien untuk berbaring, lakukan penilaian apakah massa
menghilang bila pasien berbaring. Jika massa tetap ada saat pasien berbaring, lakukan palpasi pada massa, dan dengarkan
menggunakan stetoskop apakah terdapat bising usus pada massa.
-
I
ANALI
SIS
• Terdapat benjolan saat inspeksi dapat dicurigai adanya hernia.
• Teraba benjolan disekitar cincin inguinal eksterna kemungkinan adalah direct inguinal hernia
• Teraba benjolan disekitar cincin inguinal interna kemungkinan adalah indirect inguinal hernia
• Bila terdapat massa, perlu analisa kemungkinan diagnosis banding hernia
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• Pemeriksaan darah lengkap
• CT-SCAN, untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia
obturator
• Ultrasonografi, untuk membedakan adanya massa pada lipat paha
atau dinding abdomen
DIAGNOSIS
BANDING
Inguinal hernia
• Lymph node: lymphadenitis, lymphoma, metastatic
cancer
• Hydrocele, undescended testes
• Vascular: pseudoaneurysem, saphena varix
• Infection: psoas abscess, infected hematoma
• Femoral hernia
•-
R gs

• C . , t, . , l t , ' 1, C , ,

e j v
C
A/

· l t of
i .ry ·.re• i

0 ·· e · nls o ·1 · g .... ._,


_ co·. c -
_tention
TATA
KONSERVATIF LAKSANA
• Reposisi& pemakaian dan penyangga untuk memperthankan isi hernia yang telah
di reposisi
• Reposisi tidak dilakukan pada hernia Strangulata melebarkan leher hernia
sedangkan
tangan
• Metode reposisi : Bimanual Tangan yang kedua memasukkan isi hernia melalui
leher hernia.

OPERATIF
• Herniotomi
• Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya
• Hernioplasti
• Dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis inetnus dan memperkuat
dinding
belakang kanalis inguinalis
' specting
ing.u
h.emia bed cm
and rnt:Mninati

tog · Pr esenta,
· :on, bo\vcl absiln:-

No

Sn1Pffi 1 Ioi ti.al


:mducibkl I managm.nent AB C.
IV ]ioe. O:ui.d CB C .
chen"lisilry, ABG
Abdonumll. x--ray

Elective mp:ur Admit for OR


vs watchful i\ntibi.ot:ic (ce.fum.x:i:me and mrlrnDidazole)
waitin0u (' Groin exploration
e:1dnly:,, large: R.e:lici absitmcti.cm
deJ'eot) Give 100% 02 and cover bmvcl
wirth wam:m smine and assess

R.emm tih.e bo'\IVe:l and


Yes
JWfmm te, n sion- frm
:replillir with1ue:sh.

R.e:secticm and anatomical


repair of he:nua
PENCEGAHA
N kaya akan serat.
• Mengonsumsi makanan
• Hindari mengangkat beban yang terlalu berat atau lakukan
dengan perlahan.
• Menghentikan kebiasaan merokok.
• Menjaga berat badan yang ideal dan sehat.
KOMPLIKAS
isi hernia.
I
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh

1. Bila isi hernia tertahan dalam kantong hernia = Hernia


ireponibel
2. Bila isi hernia tercekik oleh cincin hernia = Hernia inkarserata
(gejala obstruksi usus sederhana)
3. Edema menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah
→ perdaran darah terganggu → Hernia strangulata →
Perforasi → Peritonitis bisa samoai terjadi sepsis.
APENDISITI
S
• Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis
dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering
• Pria kasusnya >>>
• Insiden tertinggi pada kelompok 20-30
MANIFESTASI
Gejala KLINIS
• Nyeri samar, sering kolik, periumbilikalis atau epigastrik yang
bergeser ke kuadran kanan bawah, dengan rasa sakit yang semakin
parah berjalan atau batuk
• Pada> 95% pasien apendisitis akut, terjadi anoreksia sebagai
gejala pertama, diikuti oleh nyeri perut diikuti dengan muntah
• Sembelit
Tanda

• Demam ringan (<37,8 ° C) (tanpa adanya perforasi)

• Nyeri terlokalisasi di kuadran kanan bawah nyeri

• Pada pemeriksaan abdomen dapat ditemukan bising usus menurun/menghilang, nyeri tekan dan nyeri lepas (tanda
Blumberg) fokal pada daerah apendiks yang disebut titik McBurney (sepertiga distal garis antara umbilikus dan spina iliaka
anterior superior (SIAS) kanan.

• lritasi peritoneum ditandai dengan adanya defans muskular, perkusi, atau nyeri lepas. Tanda khas yang dapat ditemukan
pada apendisitis akut adalah:
• Tanda Psoas (nyeri pada ekstensi pasif pinggul kanan)

• Tanda Obturator (nyeri dengan fleksi pasif dan internal rotasi pinggul kanan)

• Tanda Rovsing: nyeri perut kuadran kanan bawah saat palpasi kuadran kiri bawah

• Tanda Dunphy: peningkatan nyeri yang dirasakan saat batuk.

• Presentasi atipikal karena variasi anatomi di posisi apendiks yang meradang


• Tenderness

• Nyeri di abdomen bawah

• Apabila telah terjadi perforasi, nyeri perut semakin kuat dan difus menyebabkan peningkatan defans muskular dan rigiditas
(tanda peritonitis).
Pemeriksaan Rovsing’s sign
• Lakukan palpasi dalam pada kuadran kiri bawah abdomen.
• Lepas tekanan dengan cepat.

Pemeriksaan Psoas sign


• Letakkan tangan pemeriksa diatas lutut kanan pasien.
• Minta pasien untuk mengangkat pahanya melawan tangan pemeriksa, atau;
• Minta pasien untuk berbaring miring ke kiri.
• Ekstensikan tungkai kanan (sendi panggul kanan) pasien.
• Fleksi tungkai pada panggul membuat m. psoas berkontraksi; ekstensi meregangkan m. psoas.

Pemeriksaan obturator sign


• Fleksikan paha kanan pasien pada panggul, dengan lutut ditekuk, dan rotasi internal tungkai pada
panggul.
• Maneuver ini meregangkan m. obturator.
lniti<il
discomforl

Pemeriksaan Fisik
• Rovsing's sign C eol
i eus- ·

• Obturator sign
• Psoas sign
ANALI
SIS
• Nyeri appendisitis biasanya dimulai pada daerah umbilicus, kemudian bergerak
ke kuadran kanan bawah. Batuk meningkatkan rasa nyeri.
• Nyeri setempat pada kuadran kanan bawah, bahkan pada regio flank kanan,
mengindikasikan appendisitis.
• Nyeri lepas menandakan inflamasi peritoneum, seperti pada appendisitis.
• Rovsing’s sign positif: Nyeri pada kuadran kanan bawah saat menekan
kuadran kiri bawah menandakan appendisitis.
• Psoas sign positif menandakan iritasi muskulus psoas karena appendiks
yang inflamsi.
• Nyeri hipogastrik kanan juga menandakan obturator sign positif yang
disebabkan oleh inflamasi appendiks.
COLOK DUBUR PADA
APENDISITIS
PENUNJA
Pemeriksaan laboratorium
NG
• Leukositosis ringan (l0.000-20.000/ uL) dengan peningkatan jumlah neutrofil.
Leukositosis tinggi (>20.000/uL) didapatkan apabila sudah terjadi perforasi
dan gangren.
• Urinalisis dapat dilakukan untuk membedakan dengan kelainan pada ginjal
dan saluran kemih. Pada apendisitis akut didapatkan ketonuria. Pada
perempuan, perlu diperiksa tes kehamilan bila dicurigai kehamilan ektopik
sebagai diagnosis banding.
Ultrasonografi dapat digunakan dengan penemuan diameter anteroposterior
apendiks yang lebih besar dari 7 mm, penebalan dinding, struktur lumen yang
tidak dapat dikompresi (lesi target), atau adanya apendikolit
1 ""11 w::r ll!ao"'WIWI

R d Flags

o Elderly ·,.
·en w · .. atyp:i ·ecurren · -. . t ,o.ms and-
.· . · · ·e· g
0
DIAGNOSIS
BANDING
• pelvic inflammatory disease,
• pyelonephritis,
• gastroenteritis,
• inflammatory bowel disease,
• endometriosis,
• Ectopic pregnancy
• Ovulatory pain (Mittelschmerz),
• Ruptured or hemorrhagic ovarian
cyst.
• Meckel’s diverticulitis,
• Cecal or sigmoid diverticulitis,
• acute ileitis,
• cholecystitis,
• Perforated peptic ulcer disease
TATA
LAKSANA
• Preoperative antibiotics
• Percutaneous drainage for appendicular
abscess
• Appendectomy open /laparoscopic.
c i t i s
! b a s ; e d . a n
. a n d

Inuiial.
..!'!.Brc:. w linB:
CEiie:.. C M : u a i ; a q r

No

P nopl!I DU.'l'C!! ruuibio u\c5 l F u r i l t l !e r .....-o:n.. ID,ill


+ : rn .e u u ll l i da : z o l e B -hrn ( : m . a m s d :m:mii!E:)
O b t a i n U : r i . n e i s
Bookfur y .Abi:icmaimd
( o p e n . vs.. cT a l l d a n u m , (
l.apaD:JGoo::py)

No

ommtne Manll@E • •:rv-


:5:ll:118
muibiot::i:c
s
:ant:iib_inm:;:;. :fttr"
'7.- :IJO da.y:s,
DlihillAS
:fol.
:e.,r:ODffiing to
tt:1'8a:sul1:
of the. :ebov&­
,

·
1
and

, & . m n , :Coli: : a l l =
fat' 241n. • Pi:p.fl:lllz i n m o d l!WBD ttDD!E'd '""ICO n.s:i:de.l" :D1:tB:li......
ltO 1[.a!!,S : & . P l l
PEMBEDAHA
N
• Apendektomi terbuka: dilakukan dengan insisi transversal pada kuadran kanan bawah (Davis-Rockey)
atau
insisi oblik (McArthur-McBurney).

• Pada diagnosis yang belum jelas dapat dilakukan insisi subumbilikal pada garis tengah.

• Laparoskopi apendektomi: teknik operasi dengan Iuka dan kemungkinan infeksi lebih kecil
• Pasca operasi → observasi tanda vital untuk mengantisipasi adanya perdarahan dalam. syok,
hipertermia, atau gangguan pernapasan.
• Pasien dibaringkan dalam posisi Fowler dan selama 12 jam dipuasakan terlebih dahulu.
• Pada operasi dengan perforasi atau peritonitis umum, puasa dilakukan hingga fungsi ususkembali
normal.
Secara bertahap pasien diberi minum, makanan saring, makanan lunak, dan makanan biasa.
KOMPLIKAS
• Perforasi usus,
• Peritonitis umum,
I
• Abses apendiks,
• Tromboflebitis supuratif sistem
portal,
• Abses subfrenikus,
• Sepsis,
• Obstruksi usus.
PROGNOSI
S
• Tingkat mortalitas dan morbiditas sangat kecil dengan diagnosis yang akurat
serta pembedahan. Tingkat mortalitas keseluruhan berkisar antara 0,2-0,8%
dan disebabkan oleh komplikasi penyakit daripada intervensi bedah.
• Pada anak. angka ini berkisar antara 0, 1-1 %, sedangkan pada pasien di atas 70
tahun angka ini meningkat di atas 20% terutama karena keterlambatan
diagnosis dan terapi
ORTHOPAEDI
DEFINISI FRAKTUR
Fraktur didefinisikan sebagai HILANGNYA
KONTINUITAS struktur pada tulang.

Adanya Fraktur terjadi akibat berbagai fenomena


diantaranya adalah:
1. Traumatic Fracture:
kecelakaan/trauma tunggal
2. Stress Fracture: stress yang bersifat repetitif
3. Pathologic Fracture terjadinya
kelemahan abnormal pada tulang (fraktur
patologis)
FRACTURE:MECHANISM OF
INJURY
Arah terjadinya
Cedera

Energi yang terjadi saat cedera


• Low Energy Injury: jatuh biasa, sport
injury
• High-Energy Injury : KLL
Diagnosis Fraktur
• Riwayat/ History:
• Riwayat cedera yang mengakibatkan tidak bisanya pemakaian ekstrimitas/
limb
• Umur pasien dan MEKANISME CEDERA
• Tanyakan Gejala-gejala yang berhubungan dengan cedera
• Riwayat adanya cedera sebelumnya ataupun abnormalitas
muskuloskeletal
• Riwayat umum terkait rekam medis➔ diperlukan terutama untuk operasi
orthopedi
• Tanda Umum
• Semua gejala umum diasses dengan Primay Survey (ABCD dan Cedera V.
Cervicalis)
• Setelah dilakukan Primary survey dilanjutkan dengan Secondary survey
untuk melihat adanya cedera tidak terduga dan faktor predisposisi
yang
mungkin berperangaruh
Diagnosis Fraktur

• Pemeriksaan Fisik
• Look:
• Pembengkakansoft tissue
• Perlukaan kulit, apakah intak atau tidak
• Deformitas: angulasi, rotasi, pemendekan
• Feel:
• Bagian yang terluka dipalpasi dengan lembut untuk melihat nyeri dan tenderness
local
• Tes vaskuler: CRT
• nervus perifer: sensorik dan motorik
• Move
• Krepitasi dan pergerakan abnormal mungkin terlihat
Diagnosis Fraktur

• Radiologi, Eksaminasi X-Ray, digunakanlah RULE OF TWO


• two Views: AP dan Lateral/ AP dan Oblique
• two Joints: 2 persendian di proksimal dan di distal sendi
• two Limbs: khusus anak-anak, melihat 2 ekstrimitas (untuk compare
karena epifisis yang immature dapat membingungkan diagnosis)
• two Injures: Terkadang, fraktur bisa terjadi pada tempat yang berbeda
(multi-fraktur)
• two Occasions: perlu evaluasi ulangan dalam X-ray (Fraktur schapoid)
• CT SCAN, terutama LESI pada Spine dari Condylus Os Tibial
• MRI, Indikasi terutama pada Fraktur yang
membahayakan
Spinal cord
• Radioisotope scaning, Indikasi stress fracture atau undisplaced
Fracture
Terminologi Diagnosis Fraktur

TERMINOLOGI:
Fraktur+Terbuka/Tertutup+Lokasi (posisi dan Tulang apa)*+Dextra/Sinistra+Komplit/ Inkomplit+
Konfigrasi + Adakah keterlibatan soft tissue

*Untuk yang bukan tulang panjang, tidak perlu mendeskripsikan posisi

• Fraktur Tertutup 1/3 Media Os Humerus Sinistra Komplit Konfigurasi spiral dengan lesi nervus
radialis
• Fraktur Tertutup 1/3 Distal Os Tibia Dextra komplit konfigurasi spiral
• Fraktur Tertutup 1/3 Medial Os Femur Komplit Konfigurasi transversal
• Fraktur Tertutup Os Patella Dextra Komplit Konfigurasi Transversal
I
IJ
I
Fraktur Tertutup 1/3 distal Os Humerus Dextra Komplit konfigurasi oblique dengan dislokasi
DRUJ

Fraktur Tertutup 1/3 distal Os Femur Dextra Komplit konfigurasi


Pengobatan Fraktur

BLS Management Pain Management

Definitive Care Of
Fracture
Pengobatan Fraktur: BLS

1. C-spine control
2. Manajemen pada airway:
• Jaw thrust
• Chin Lift
• Oropharyngeal airway
• Orotracheal intubation
• Cricothyriotomy/ tracheostomy
3. Manajemen pada breathing:
thracocentesis dan Chest tubeNeedle
insertion
4. Manajemen sirkulasi: Fluid Replacement
Therapy
5. Manajemen Eksposur: Selimut hangat
Pengobatan Fraktur: Pain Management

COX 1:
- ditemukan dalam tubuh paling banyak di SALURAN CERNA, ginjal, dan
juga platelet
- bersifat CYTOPROTECTIVE, Berfungsi dalam FUNGSI FISIOLOGIS
TUBUH
- terdapat Prostasiklin (PGI2), PGE2, dan lainnya
COX 2
- Muncul pada LOKASI PERADANGAN dan berperan serta dalam proses
tersebut
- Ekspresi COX-2 menginduksi Sitokin seperti: IL-1, IL-2, TNF α, dan GF
- Ekspresi COX-2 biasanya ditekan oleh agen anti-inflamasi (IL-4, IL-10,
IL-13, dan Glucocorticoid)
Ketorolac
1. Indikasi: nyeri moderat hingga severe.
2. Efek Samping = NSAID
3. Farmako Kinetik:
- Waktu 3,5-9,2 jam
- Bioaviabilitas 100%
- Pemberian secara IM, IV dan oral
- Bila dikombinasikan dengan opoid (kebutuhan
opoid berkurang 25-50%)
4. Dosis
• Single-Dose Treatment:
• Weight 50 kg or more: 60 mg IM or 30 mg IV
once
• Weight less than 50 kg: 30 mg IM or 15 mg IV
once
• Multiple-Dose Treatment:
• Weight 50 kg or more: 30 mg IM/IV every 6
hours as needed; maximum dose: 120
mg/day
• Weight less than 50 kg: 15 mg IM/IV every 6
hours as needed; maximum dose: 60 mg/day
Pengobatan Fraktur: Definitive
Prinsip Pengobatan Fraktur

Reduksi:
• Teknik untuk meposisikan fraktur pada alignment yang tepat
• Reduksi dibagi menjadi 2: closed reduction dan open reduction

Immobilization
• Mengimmobilisasi ekstrimitas untuk mencegah adanya
displacement
dari fraktur

Rehabilitation
• Latihan otot untuk mengembalikan fungsi
Pengobatan Fraktur: Definitive
Reduksi: Closed Reduction Vs Open Reduction

Closed Reduction Open Reduction

Closed Manipulation

Continuous Traction
Pengobatan Fraktur: Definitive
Imobilization

Modalitas untuk Immobilzation


1. Balut bidai
2. Strapping
3. Sling
4. Cast
5. Functional bracing
6. Applying Traction
7. Internal Fixation
8. External Fixation
Pengobatan Fraktur: Definitive
Immobilization

Balut Bidai Strapping Cast

Sling Functional Brace


Pengobatan Fraktur: Definitive
Immobilization

Traction
Pengobatan Fraktur: Definitive
Immobilization

Internal Fixation, Indikasi External Fixation, NDIKASI Fiksasi Eksternal


1. Fraktur yang tidak bisa direduksi kecuali dengan terutama
Operasi digunakan
1. Frakturpada:
yang terasosiasi dengan KERUSAKAN HEBAT
2. Fraktur yang tidak stabil dan pada jaringan lunak
perluredisplacement setelah reduksi
3. Fraktur yang memiliki karateristik pengabunggan 2. Fraktur berkaitan dengan KERUSAKAN JARINGAN
tulang (unite) yang lambat dan buruk (TERJADI 3. Fraktur yang TIDAK STABIL dan Comminuted
pada Fraktur Femoral neck
4. Pathological Fracture 4. Fraktur yang Ununited
5. Fraktur Multiple 5. Fraktur pada PELVIS
6. Fraktur dimana perawatan pasien sulit dilakukan
6. Fraktur TERINFEKSI
7. Cedera Multipel
Pengobatan Fraktur: Definitive
SPLINT
• Fungsi
• Mencegah Pergerakan dari situs Fraktur
• Menurunkan Nyeri
• Mencegah cedera lanjutan dan
komplikasi
Pengobatan Fraktur: Definitive
PRINCIPA
L
• Panjang bidai harus melewati 2 sendi (sebelum
dan sesudah situs fraktur)
• Menggunakan 3 bidau
• Bagian yang lembut diposisikan kontak dengan
kulit
• Selalu cek NEUROVASKULER sebelum dan
seseudah
splinting
• Minimal 3 iaktan di tengah, proksimal, dan
distal persendian
• Bila ada luka➔Bersihkan dan tutup dengan
Pengobatan Fraktur: Definitive
Rehabilitation

1. Fungsi Excercise adalah untuk mengembalikan fungsi tdak


hanya pada bagian cedera, melainkan keseluruhan tubuh
pasien
2. Objektif yang dicapai dari Execise diantaranya adalah:
- Reduksi Edema
- Menejaga ROM
- Mengmbalikan Kekuatan otot
3. Latihan Aktif: Membantu menurunkan cairan adema dan
menstimulasi sirkulasi, mengcegah adhesi jaringan lunak
dan mempromosi kecepatan penyembuhan fraktur.
4. Bantuan Pergerakan dapat dilakukan, saat ini dibantu
menggunakan ALAT CPM (Continous passive motion)
Komplikasi Fraktur
REHAB
MEDIK
Definisi:
• Suatu penyakit degeneratif yang bersifat kronik dan progresi
menyeran persendian pada struktur kartilago sendi
• OA dapat didekripsikan sebagai Degradasi dan Hilangnya kartilago
artikuler yang diikuti dengan: (1) subchondral remodelling, (2)
Formasi Osteofit, dan (3) Sinovitis
• Merupakan suatu proses biologis yang menganggu Komponen
Kartilago Tulang

Faktor Risiko
• Genetika
• Trauma persendian
• Overuse syndrome
• Post-Infeksi
• Obesitas
Fitur Klinis:
• Gejala
• Nyeri, diakibatkan oleh (Nyeri akan
bertambah bila melakukan Aktivitas):
• Sinovium
• Periosteum
• Tulang Subkondral
• BERKURANGNYA FUNGSI (kesulitan
berjalan)
• Adanya Crepitasi dari sendi
• Kekakuan pada pagi hari/ Morning
Stiffness (<1 jam)
• TIDAK ADA PEMBENGKAKAN
• Tanda
• Penemuan nyeri sendi Asmietris
• Adanya Heberden dan Bouchard
(DIP)
Nodes (PIP)
• Adanya Pembengkakan yang bersifat
bony
Pemeriksaan Fisik
Look
• Inspeksi dan bandingkan posisi
dan juga
kesimetrisan ekstrimitas
• Pembengkakan soft tissue
• Perlukaan kulit, apakah intak atau tidak
• Deformitas: angulasi, rotasi, pemendekan
Feel
• Palpasi untuk melihat firmness,
fullness,
tenderness, dan adanya massa
Move
• Pergerakan pasif: digerakkan pemeriksa
(Krepitasi dan pergerakan abnormal
mungkin terlihat)
• Pergerakan aktif: digerakkan oleh pasien
sendiri

Fleksi➔1300
Hiperkestensi➔150 dari garis tengah
Pemeriksaan Fisik:
Special Test

Patellar Tap Test/ Ballottement Medial collateral Test Lateral Collateral Ligament
1. Melakukan Kompresi dari atas
lutut hingga Suprapattelar pouch Cradle the patients lower leg between Cradle the patients lower leg between
2. Lakukan Tap pada Patella, Bila your arm and body. The knee should be your arm and body. The knee should
terdapat bounce maka terdapat flexed to 30 degrees. Now with your be flexed to 30 degrees. Now with
EFFUSI pada Pattela other hand apply valgus stress to the your other hand apply varus stress to
knee joint. Excessive movement the knee joint. Excessive movement
indicates ligament damage. indicates ligament damage.
• Radiologi sangat
membantu dalam
penegakan diagnosis
OA
• Penyempitan ruang
sendi
• Osteofit marginal
• Sklerosis Subkondral
• Malalignment
Synovial Fluid analysis
Osteoarthritis: Treatment

1.1t l'l i:::r::-rb tion

C ly

B
dr. Alexander Fernando
Jalan Kedondong No.5
190070201011054
08115670807
RS. Malang

Malang, 9 Desember

2020 Riwayat alergi

ada/tidak

R/ Paracetamol 500 mg Tab No.X


S 3 dd 1 tab prn nyeri

pro : Ny. Mawar (60


Thn) alamat : Jl. Bunga
No. 10
CEDERA DAN PENYAKIT
JARINGAN LUNAK/ SOFT
TISSUE INJURY IN
EXTRIMITY
Jaringan Lunak
• Kulit
• Ligaments
• Tendons
• Meniscus
• Kapsul
• Fascia
• Skeletal Muscle

Cedera jaringan lunak pada lutut


Cedera jaringan lunak pada bahu
• ACL rupture
• PCL rupture • Capsulitis Adhesivitis
• MCL rupture • Supraspinatus tear
• LCL rupture
• Medial Meniscal Tear
• Lateral Meniscal Tear
Pemeriksaan Fisik KNEE
Look
• Inspeksi dan bandingkan posisi
dan juga
kesimetrisan ekstrimitas
• Pembengkakan soft tissue
• Perlukaan kulit, apakah intak atau tidak
• Deformitas: angulasi, rotasi, pemendekan
Feel
• Palpasi untuk melihat firmness,
fullness,
tenderness, dan adanya massa
Move
• Pergerakan pasif: digerakkan pemeriksa
(Krepitasi dan pergerakan abnormal
mungkin terlihat)
• Pergerakan aktif: digerakkan oleh pasien
sendiri

Fleksi➔1300
Hiperkestensi➔150 dari garis tengah
Pemeriksaan Fisik:
Special Test

Anterior Drawer Test


Posterior Drawer Test
• The integrity of the anterior cruciate ligaments can be assessed using
the anterior draw test. Have your patient assume the supine position Simply repeat the process as for anterior draw
with their knee flexed to approx 90 degrees. test but instead of pulling - push the patients
• After checking if the patient does not have a sore foot, fix the lower leg. Excessive movement in the
patient's foot by sitting on their foot, in order to stabilize the lower
leg. posterior plane may be indicative of posterior
• With the patient's hamstring muscles relaxed, wrap your fingers cruciate ligament injury
around the
back of the knee, keeping your thumbs in front of the patella.
• Now pull anteriorly. In a relaxed normal patient there is usually a small
Pemeriksaan Fisik:
Special Test

Medial collateral Test Lateral Collateral Ligament

Cradle the patients lower leg between Cradle the patients lower leg between
your arm and body. The knee should be your arm and body. The knee should
flexed to 30 degrees. Now with your be flexed to 30 degrees. Now with
other hand apply valgus stress to the your other hand apply varus stress to
knee joint. Excessive movement the knee joint. Excessive movement
indicates ligament damage. indicates ligament damage.
Pemeriksaan Fisik:
Special Test

McMurray
Apley Grind Test • Pasien berada dalam keadan fleksi lutut
Test
• Palpasi garis ruang sendi dengan satu
• Pasien dalam keadaan menghadap ke • Bagian lateral pada lateral meniscus
tangan:
bawah dan kaki difleksi 900 • Bagian medial pada medial
• Kompresi diberikan seiring dengan rotasi • Rotasimeniscus
tibia dan berikan Stress seiring
eksternal pada knee dengan
• Apley test positif ditandai produksi • Internalkaki.
ekstensinya rotasi
Arah
danrotasi
Stres dan
varus
stress:
neryi • Eksternal rotasi dan Stress
yang menandakan cedera meniskus • Tes positif:
Valguspalpable pop ataupun Nyeri
Pemeriksaan Fisik:
Special Test

Lachman test
1. Fleksi kaki 15-200
2. Memegang distal femur dan upper tibia pada 2
tangan yang berbeda
3. Dorong Distal fmur ke bawah dan Upper tibia ke
atas
Balikan arah dorongan, lihat adakah peningkatan
gerak ataupun laxity antara tibia dan femur
Pemeriksaan Fisik Shoulder
Look
• Inspeksi bahu dan gelang bahu,
bandingkan
posisi dan juga kesimetrisan bahu
Feel
• Palpasi bahu untuk melihat
firmness,
fullness, tenderness, dan adanya massa
Move
• Tes Trapezius untuk kekuatan otot
• Observasi ROM meliputi:
• Straight Extension➔ 1800
• Hyperextension➔ 500
• Abduksi Bahu➔ 1800
• Adduksi Bahu➔ 500
• Rotasi Eksternal dan Internal➔ 900
1) Sternoclavicular joint 6) Deltoid muscle
2) Clavicle 7) Spine of scapula
3) Acromioclavicular joint 8) Supraspinatus muscle
4) Humeral head 9) Infraspinatus muscle
5) Coracoid process 10) Trazpezus muscle
Pemeriksaan Fisik Shoulder
Look
• Inspeksi bahu dan gelang bahu,
bandingkan
posisi dan juga kesimetrisan bahu
Feel
• Palpasi bahu untuk melihat
firmness,
fullness, tenderness, dan adanya massa
Move
• Tes Trapezius untuk kekuatan otot
• Observasi ROM meliputi:
• Straight Extension➔ 1800
• Hyperextension➔ 500
• Abduksi Bahu➔ 1800
• Adduksi Bahu➔ 500
• Rotasi Eksternal dan Internal➔ 900
Pemeriksaan Fisik:
Special Test
ACL rupture • Capsulitis Adhesivitis
• OA
• MCL rupture
• GA
• Medial Meniscal Tear
Cedera jaringan
lunak: Treatment
Most minor soft tissue injurie s can be managed
at home. For the first two to three days afte r your
injury, you sh ould fo llow the PRICE procedure.

C
Compress

C
P r o t ec t yo u r in jury
@
Rest your injury for
@
Ice the p ainfu l area
(1)
Compress the injured
e
Elevate y our injury by

D
fro m further da m the fir st two to t hree w i t h a c o ld compress area w i t h a n elastic resting it above the
age, days. You may nee d such as ice or a bag of b an dage or elasticated level of your heart a nd
for example, by usin g a to use crutches if frozen peas w r a p p e d in tubular b and age to keep it s upport ed. This
sup p o rt or sp lint. you've injured your a towel. This w ill help help limit swe l ling and cou ld me an lying on
leg and you w an t to reduce sw el ling and m ov e me n t . But d on ' t the sofa w i t h your f oot
remain mo b i le . Then bruis ing. Do this for 15 leave the ban dage o n on some cushions if
reint rodu ce mo ve ment to 20 minut es every while yo u sleep. you've injured your leg.
gradual ly so you do n' t t w o t o three hours.
delay your recovery by Don' t apply ice directly
losing m usc le st rengt to yo ur sk in as it can
h. dama ge it.
--
-
dr. Alexander Fernando
Jalan Kedondong No.5 • Tatalaksana PRICE di lanjutkan
190070201011054 • Latihan kontraksi otot secara perlahan (mencegah atrofi
08115670807
RS. Malang otot)
• Aktivitas jalan dengan bantuan tongkat
Malang, 9 Desember 2020

Riwayat alergi ada/tidak

R/ Paracetamol 500 mg Tab No.X


S 3 dd 1 tab prn nyeri

pro : pak. Anwar (28


Thn) alamat : Jl. Bunga
No. 10
FRAKTUR KOMPRESI
ec
05TEPOPR05l5
Pemeriksaan Fisik Back
Look
• Inspeksi Bahu, vertebra cevical,
throracica, dan lumbar untuk
melihat alignment dan
kesimetrisan
• Cervical dan Lumbal Lordosis;
Thoracal dan Sacral Kyphosis
Feel
• Palpasi Leher posterior, Proc.
Spinosus,
Muskulus Paravertebralis untuk
melihat alignment dan tenderness
Move
• Fleksi dengan menyentuh jari
kaki➔750
• Hiperkestensi dari posisi
normal➔350
• Fleksi ke arah lateral➔350
I
Pemeriksaan I IJ-
l'f/ e;Qi u
Penunjang " Q

X-ray
Lumbosacral AP
dan Lateral
Fraktur Kompresi Lumbal I ec
Osteporosis
• Fraktur Kompresi Lumbal I ec Ca
Metastasis
• Fraktur Kompresi Lumbal I ec
spondylitis
dr. Alexander Fernando
Jalan Kedondong No.5
190070201011054
08115670807
RS. Malang

Malang, 9 Desember

2020 Riwayat alergi

ada/tidak

R/ Paracetamol 500 mg Tab No.X


S 3 dd 1 tab prn nyeri

----------------------------------------------------- • Pemansangan lumbal korset


pro : pak. Anwar (28
Thn) alamat : Jl. Bunga • Latihan kontraksi otot secara perlahan (mencegah atrofi otot)
No. 10 • Berada di luar rumah agar terpapar sinar matahari pagi
(Osteoporosis)
SKENARIO
KASUS
KASUS 1:
BEDAH
Seorang laki-laki, usia 65 tahun datang ke UGD dengan keluhan
tidak bisa kencing sejak 1 hari sebelum masuk RS

Lakukan anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan


Penunjang, diagnosis kerja dan banding, dan tatalaksana
KASUS 2:
RM
Seorang perempuan, usia 75 tahun datang ke UGD dengan
keluhan nyeru lutut kanan sejak 1 tahun yang lalu

Lakukan anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan


Penunjang, diagnosis kerja dan banding, dan tatalaksana
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai