Anda di halaman 1dari 18

ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN CARDIOVASKULER

A. ATHEROSKLEROSIS

1. Lapisan pembuluh darah arteri


- Tunica Intima
- Tunica Media
- Tunica Adventitia
2. Lesi pada lapisan intima
- Penumpukan asam lemak
- Penebalan intima  lipids colagen, elastic fibers

Penyempitan lumen arteri
 Risk Faktor.
- Cigaret suncting (asap rokok)
- Colesterol  dan terigliserid 
- Obesitas
- Stress emosional
- Diabetes Melitus
 Manifestasi Klinik
☃ Stage 1 :
- Asimptomatik
- Mungkin (+) Bruit
☃ Stage 2
- Claudicatien:
- Muscle pain, Craming, Burning
- Mulai terasa saat exercise
- Berkurang saat istirahat
☃ Stage 3
- Pain positif dibagian distal extremitas:
Jari kaki, pergelangan.
☃ Stage 4
- Ada luka, jaringan yang menghitam di telapak kaki, organ jari kaki.
- Bau gangrene

 Masalah Keperawatan
☃ Gamgguan perfusi jaringan menurunkan aliran darah arteri
☃ Gangguan integritas jaringan Menurunkan suplay O2 ke jaringan
☃ Activity Intolerance akibat nyeri – obstruksi aliran darah arteri
 Prinsip Intervensi
A. Non Surgical
1. Exercise
2. Perubahan posisi
3. Pencegahan vasoskonstriksi
4. Therapy/obat-obatan ( Kolaborasi)
- Visodilatorr
- Defibrilation
- Antiplatelet
 Exercise
☃ Meningkatkan kontraksi/ relaksasi otot
☃ Memperbaiki venous return
☃ Meningkatkan sirkulasi kolateral
 Perubahan Posisi
☃ Hindarkan berdiri dan duduk ~ dalam periode waktu yang lebih lama
☃ Hindarkan menyilangkan kaki, paha dan lutut.
☃ Biasakan menggerak-gerakan sendi lutut, paha, kaki secara periodik.
 Pencegahan vasokonstriksi lebih lanjut
☃ Hindarkan menggunakan pakaian yang ketat
☃ Tidur dengan menggunakan soft matras (kasur lembut)
☃ Hindarkan exposur  udara dingin
☃ Pertahankan udara yang hangat (210C)
☃ Stop merokok dan kopi.
 Metode Invasive
☃ Untuk memperbaiki aliran darah arteri yang tersumbat
☃ Precutaneus transluminal Angioplasty  PTA

1
 Surgical Management
☃ Emboliktomi
☃ By pass grafting

B. BUERGER DISIASE
☞ TROMBOANGITIS
☃ Obstruksi pada arteri dan vena  medium dan kecil
☃ Biasa mengenai extremitas bawah
☞ Etiologi
☃ Tobacco/rokok
☃ Trombosit dan spasme
☞ Klinis
☃ Claudication Intermitent  extremitas (nyeri otot  Menurunkan oksigen suply)
☃ Dingin - sensitiv terhadap dingin
☃ Burning pain
☃ Pulsasi arteri distal extremitas tidak teraba atau lemah lemah.
☃ Selanjutnya extremitas tersebut  kemerahan cyanosis  satu atau dua digit
☃ Ulcerasi atau gangrene  spontan atau karena trauma.
☞ Intervensi keperawatan
☃ Mencegah bertambah beratnya penyakit:
Menghindari vasokonstriksi
Meningkatkan vasodilatasi
Menurunkan nyeri
Pengobatan luka dan gangrene

C. RAYNAUD’S PHENOMENON

☞ Vasospasme  arteri dan arteriole di upper oatau lower extremitas


☞ Unilateral atau Bilateral
☃ Etiologi : Unknown
berhubungan keadaan
- Stress emosional, thermal
☃ Manifestasi klinis
- Dingin, Pallor, cyanosis, redness
- Ulcer
☃ Kolaboratif
- Mencegah vasokonstriksi  drug therapy
- Mencegah komplikasi
Minimalkan exposure dingin
Menurunkan stress

D. THROMBOPHLEBITIS

 Inflamasi pada pembuluh darah  vena


☞ Etiologi
☃ Statis aliran vena
☃ Trauma pada dinding vena: IV. Line
☃ Meningkatnya coagulability: polycytemia.
☞ Manifestasi Klinis
☃ Bengkak pada area yang terkena
☃ Peningkatan suhu dan kemerahan sepanjang vena yang terkena
☃ Homan sign (+): nyeri (+) calf  dorso flexi
☃ Vena supervisial  teraba keras

☞ Intervensi Keperawatan
☃ Bed rest
☃ Kompres hangat : deep vein
☃ Kompreds dingin: supervisial vein
☃ Elevasi extremitas

DISSEMINATED INTRAVASCULER COAGULATION ( D I C )

☞ Rrespon pathofisiologi dari mekanisme hemostatic tubuh terhadap penyakit atau injury.
☞ Complikasi yang fatal, ditandainya dengan mulainya proses pembekun selanjutnya

PATHOFISIOLOGI

2
☞ PATHOFISIOLOGI DIC
☃ Perdarahan
☃ Organ ischemia
☃ Anemia haemolytic
☃ Penyakit utama injuri

☃ Proses pembekuan intravasculer

☃ Hypercoagulability

Normal  fibrinolity process


Yang membatasi process coagulasi

DIC Platelet  dan faktor pembekuan II, V, VIII


Fibrinogen  Fibrin dekadation produk ( FDP) & anticoagulasi

☞ Perdarahan
☃ Perdarahan  oral vagina, rectal injection
☃ Lab.  tr ombosit , PT & PTT memanjang faktor V, VIII, fibrinolisis 
☞ Intervensi Keperawatan
☃ Intervensi keperawatan  klien DIC

☃ Intervensi keperawatan terhadap klien kritis

Dirawat di ICU

1. Monitor perdarahan secara kontinue


2. Kaji dan observasi  cairan yang keluar dari drain, NGT , dst
3. Monitor keseimbangan cairan:
- Tetesan cairan infus
- Terdapat kelebihan cairan
- HR  distended JVP, CVP
4. Askep terhadap klien kritis
5. Penjelasan terhadap keluarga pasien  dapat berikan kesempatan untuk expresiv feelings.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK SYSTIM CARDIOVASCULER


☞ Pem. Radiologi
☞ Chest Radiografi
Posisi
☺ Postero anterior & left lateral  gambaran posisi jantung, ukuran.
☺ Antero posterior
- Pembesarn jantung
- Bendungan paru
- Posisi CVP, ETT

☞ Angiografi
Pemeriksan invasiv ® dengan menggunakan Fluoroscopy & X’Ray ® untuk mengetahui keadaan pembuluh darah arteri.  pada jantung  coronary
Arteriografi.
Tujuan angiografi untuk mengetahui :
☺ Obstruksi arteri.
☺ Penyempitan arteri.
☺ Aneurisma.
☞ Coronary Arteriografi ® Catheterisasi jantung kiri
a. Persiapan Pasien.
- Radiologist menjelaskan prosedur dan risiko pemeriksaan.
- Pasien menandatangani informed consent
- Risiko :
◦ Emboli.
◦ Trombosis.
◦ Perdarahan.
◦ Meninggal.
- Kaji pasien alergi terhadap :
◦ Zat contras.
◦ Iodine.
◦ Lokal anastesik.
◦ Terhadap zat-zat tertentu.
3
- Area cateterisasi dicukur dan dibersihkan ® preparasi kulit ® drapping.
- Monitoring vital sign dan arteri dorsalis pedis.
b. Prosedur.
- Posisi supinasi ® Pada meja x-Ray (diruang khusus cath).
- Radiologist dan cardiolog menlaksanakan prosedur ini.
- Injeksi anastesi lokal ® area-arteri.
- Dimasukkan catheter ® arteri femoralis dengan menggunakan fluoroscopy. Posisi catheter dapat di ketahui. Jika posisi tepat, dekat aorta.
- Disemprotkan zat contras.
 Dapat diketahui ® keadaan.
 Arteri coroner ® di x - Ray.
c. Follow Up Care.
- Bedrest total ® posisi supinasi 8-12 jam (tidak boleh turun dari tempat tidur).
- Extremitas ® setelah dilakukan catheterisasi tidak boleh ditekuk (6-8 jam).
- Pressure dressing diatas area insersi ® diberi bantal pasir (6-8 jam).
- Perawat harus mengkaji ® pasien datang :
◦ Tanda-tanda perdarahan diarea insersi.
◦ Tanda-tanda infeksi.
◦ Pulse arteri ® distal.
◦ Tanda-tanda vital.
- Pengkajian dilakukan :
◦ Tiap 15 menit ® 1 jam pertama.
◦ Tiap 30 menit ® 2 jam berikut.
◦ Tiap 4 jam dan perawatan selanjutnya.
- Terjadi perdarahan ® Konsul cito.

II. Elektrocardiografi.
☞ EKG :
a. Resting EKG.
b. Holter monitoring.
c. Exercise EKG ® Stress test.
☞ EKG Resting ® memberikan informasi tentang :
a. Gangguan irama jantung.
b. Iskemia Miocardium.
c. Miocard Infark.
☞ Standard Lead (I, II, III).
☞ Standard Lead ® bipolar Limb Lead mempunyai kutub positif dan negatif.
☞ Unipolar Lead ® Augmented Lead (aVR, aVL, aVF).
◦ V1 ® ICS ke 4 Rigt sternal border.
◦ V2 ® ICS ke 4 Left sternal border.
◦ V3 ® ICS antara V2 dan V4.
◦ V4 ® ICS ke 5 midclavicula left line.
◦ V5  ICS ke 5 Anterior axylary line.
◦ V6  ICS ke 5 mid axylary left line
☞ Persiapan pasien.
◦ Informasikan tujuan prosedur EKG.
◦ Jelaskan test aman dan tidak sakit.
◦ Jelaskan selama test pasien diminta relax dan tidur tidak merubah posisi.
☞ Prosedur.
◦ Posisi pasien supmasi dan bagian dada terbuka.
◦ Bersihkan kulit dengan alkohol.
◦ Tambahkan jelly atau kassa + air dibawah elektrode.
◦ Pasang elektrode dibawah pergelangan kaki dan tangan pada permukaan yang rata.
◦ EKG ® Sambungkan dengan listrik/baterai ® siap test EKG.
◦ Tidak ada follow up care yang spesipik.
III. Exercise Electrocardiografy.
☞ Dikenal ® stress test ® tread Mill.
☞ Pemeriksaan EKG yang dilakukan bersamaan dengan pemberian stress fisik.
Tujuan :
☞ Untuk mengkaji respon cardiovasculer, ketika diberikan peningkatan beban kerja jantung.
Persiapan pasien.
1. Berikan informasi yang jelas tentang
- Tujuan stress
- Prosedur
- Resiko
2. Untuk menurunkan kecemasan pasien informasikan ® alat dan obat-obat emergensi, tenaga nurse dan dokter yang terlatih ® siaga.
3. Instruksikan kepada pasien untuk istirahat penuh, tidur cukup malam sebelum pelaksanaan test.
4
4. Hindarkan merokok , minuman yang mengandung cafein dan alkohol.
5. Jika pasien mendapatkan obat-obat jantung biasanya dokter menstop obat-obat tersebut untuk sementara.
6. Pasien diharuskan memakai pakaian yang nyaman ® pakaian sport dan sepatu sport.
7. Instruksikan kepada pasien ® jika sewaktu test pasien mengalami ® Chest pain, pusing, sesak nafas, keringat dingin dan berdebar ® segera
lapor.
8. Sebelum test ® Pemeriksaan fisik dan EKG Resting 12 Lead.
9. Siapkan fasilitas emergensi ® Obat-obat jantung, defibrilator dan alat-alat resusitasi.
10.Nurse dan dokter ® harus mampu melihat keadaan gawat darurat jantung.
Prosedur.
1. Electrode ® pasang didada pasien ® sambungkan ke monitor.
2. Ukur BP, HR, RR ® dokumentasikan.
3. Stress test ® Tread Mill-Walking, bicycle Ergometry.
4. Tread Mill ® kecepatan ® modifikasi 1-10 milles/hour, posisi ® flat – 22 derajat.
5. Insturksikan dan demonstrasikan cara berjalan pada tread mill ® exercise ® dimulai.
6. Selama exercise, BP, EKG ® monitor ketat olah dokter dan perawat terlatih.
7. Pasien exercise ® sampai capai
- HR ~ maksimal = 220-usia (kolaborasi-dokter).
- Timbul keluhan : Chest pain, vertigo, fatigue, dyspnea, hypotensi, ventricular dysrhythmia, ST segmen depresi.
Follow Up Care.
1. Monitor EKG dan BP dan pasien recovered, mungkin pasien mengalami.
- Chest pain.
- Hypotensi.
- fatigue.
- Recover ® pasien boleh pulang.
2. Informasikan ® Pasien tidak boleh mandi ± 1-2 jam setelah test.
3. Jika pasien terus mengalami chest pain, hypotensi, ventricular dysrhythmia, kedaan tidak stabil ® pasien ® coronary unit ® observasi.
IV. Echocardiography.
☞ Prosedur non invasive ® tidak beresiko.
☞ Menggunakan  ultrasound ® mengkaji struktur jantung, mobilitasnya, terutama katup jantung.
☞ Echocardiography ® Diagnostik.
☞ Cardiomyopaty ® kelenjar, katup jantung.
☞ Ventrikular aneurisma pasti.
Persiapan pasien
- Tidak ada persiapan khusus.
- Lama pemeriksaan 30-60 menit.
- Pasien diminta baring tenang.
- Kepala elevasi 15◦ -20◦
Prosedur.
- Transducer + gel ® digerakan pada dada pasien dan lever ® ICS 3 dan 4. Dekat sternal border.
- Transducer ® Gelombang suara High ferkwensi dan menerima kembali gelombang suara high frekwensi yang dipantulkan oleh struktur jantung.
- Gelombang tersebut ® dicatat simultan dengan EKG pasien ® direkam dan dicopy.
- Dapat diketahui :
◦ Ukuran rungan jantung.
◦ Aliran darah ® lewat katup.
◦ Ejectio fraktion.
Tidak ada follow up care spesifik.

PEMGKAJIAN SISTEM CARDIOVASKULER


A. Riwayat Kesehatan.
☞ Data Demografi.
☺ Usia.
☺ Sex
☺ Ethnic.
☺ Tinggi/BB.
☞ Personal dan Family History.
☺ Mayor Illnes.
- DM
- Renal disease
- Anemia Mempenga
- High blood ruhi status
Pressure cardiovas
cular
- Gout
- Stroke
- COPD
☺ Rheumatic Fever
- Strertococal infeksi
- Kelainan bawaan ® Abnormalitas katup jantung.
5
☺ Sensitivitas :
- Penicilin
- Lidocain
☺ Family history
- Usia
- Status kesehatan
☞ Diet History
☺ Intake selama 24 jam
☺ Tipe diet ® Restriksi suplemen.
☺ Diet ~ Jantung
Pembatasan :
- Sodium
- Sugar
- Cholesterol
- FAT
☞ Status Sosioekonomic
☺ Status marital (perkawinan)
☺ Number of childreen (anak keberapa)
☺ Family members (orang terdekat/berpengaruh)
☺ Living enviromental (lingkungan tempat tinggal)
☺ Occupation (pekerjaan)
☺ Support system
☺ Kebiasaan hidup sehari-hari
- Merokok (cigarette smoking).
- Aktifitas fisik
- Emotional stress
☞ Masalah Kesehatan Saat Ini.
Keluhan utama :
☺ Chest pain
☺ Dyspnea Waktu
☺ Fatigue Onset
☺ Palpitation Durasi
☺ Peningkatan BB Intensitas
☺ Syncope Kwalitas
☺ Pain ® Extremitas

1. Palpitation
- Rasa berdebar-debar
- Perubahan HR (denyut jantung)
- Perubahan irama jantung meningkatkan kekuatan kontraksi jantung
- Aktivitas yang berlebihan
- Anxiety dan fatigue
- Stress dan insomnia
- Cafein,alkohol, nikotin
2. Peningkatan BB
- Akumulasi cairan diinterstitial space ~ edema ® payah jantung kanan dan over load cairan.
- Edema ® terlokalisasi pada spesifik area general ® anasarka.
3. Syncope
- Kehilangan kesadaran sesaat
- Menurunkan perfusi ke jaringan otak
- CO ¯
- Usila ® hypersensitif carotin sinus, body vagal resnponse
4. Chest Pain
- Iscemic heart disease pericarditis, aortic stenosis, pulmonary emboli dan pleurisy.
- Chest pain akibat ischemic miocard :
◦ Life-threatening.
◦ Chest pain ® radiate
◦ Intensitas ® -10 (severspain)
◦ Gejala lain yang menyertai dyspnea, vomiting,diaphoresis dan nausea.
5. Dyspnea
- Kesulitan bernafas ® shortness of breath
- Saat istirahat/aktifitas
- Orthopnea
- Paroksimal nocturnal dyspnea
6. Fatigue
- Tidak mampu melaksanakan ADL
- Nocturia, insomnia, dyspnea, fatigue
- Menurunkan aliran darah perifer.
6
7. Extremitas
- Extremitas ® dikaji:
◦ Perubahan warna kulit
◦ Perubahan vaskuler
◦ Clubbing
◦ Capillary Filling
◦ Edema
- Perubahan Vaskuler
- Parasthesia, Muscle fatique, numbness, Pain, Poikilothermy
- Clubing Finggers
8. Extremity Pain.
- Ischemia:
◦ Atherosclerosis
◦ Insufisiensi Vena periper

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. General Appearance penampilan umum
- Tingkat kesadaran
- Adakah sesak nafas
- Respon verbal
- Posisi
- Warna kulit, Edema
2. Integument
☞ Sistem Integument :
- Warna kulit
- Turgor
- Texture
- Temperatur
☞ Kulit & Mukosa membran ® Cyanosis
☞ Pulse pressure
- Perbedaan antara systolik pressure dan Diastolik Pressure.
- Normal polse Pressure ® 30 - 40 mmHg
- Pulse Pressure
◦ Brady Cardia, Ao Regurgitasi
◦ Athero Sclerosis, Hypertensi, Aging
- Pulse Pressure 
◦ Me Resistensi Vascular
◦ MeStorke Volume:
☺ CHF
☺ Cardiogenikshock
- Hypovolemia

3. Pemeriksaan Pulsasi Vena dan Arteri


☞ Observasi Pulsasi Vena ® JVP
Untuk memperkirakan filling volume & Pressure ® Jantung kiri.
☞ JVP Normal 3 ~ 10 cm.
☞ JVP Payah jantung kanan, TI, TS, PH, Cardic Tamponade.
4. Pengukuran Tekanan Darah
☞ Normal TD usia > 45 th
Sistolik: 90 mmHg ~ 140 mmHg
Diastolik : 60 mmHg ~ 90 mmHg
☞ BP > 140/90 mmHg
Me ↗ Beban kerja jantung
Me↙ Oxygen Consumption
☞ BB< 90/60 mmHg
TD Adekwat supla nutrisi dan O2 ke cell tubuh
☺ Postural Blood Pressure
☞ Supine
☞ Sitting Ukur : HR,BP
☞ Standing BP  5 mmHG
HR  5–10 /mt
☺ Postural Hypotensi ®
BP ® systolik > 10 – 15 mmHg
Diastolik > 10 mmHg
HR ± 40 % - 90%

C. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
☞ Jantung ® Symbol kehidupan
7

Klien Sakit Jantung Krisis berat dalam kehidupan

Hadapi Situasi klien & KLG
Stressful

Ancaman kematian, Takut nyeri
Ketidak mampuan self esteem

☞ Perawat ® klien & keluarga beradaptasi


¯
Koping adaptiv

D. MENGKAJI JVP
1. Posisi Supinasi.
2. Posisi kepala ditingikan ± 300 - 450
3. Gunakan pen light ® cari pulsasi vena jugularis internal
4. Tentukan letak pulsasi yang paling tinggi di vena jugularis internal ( Meniscus).
5. Tentukan letak sternal angle
6. Dengan garisan cm ukur jarak vertikal dari sternal angle
7. Untuk hitung CVP ® JVP + 4 cm

E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan Darah
1. Serum Cardiac Enzymes.
- Injuri sel ® enzym dilepaskan dari tempat penyimpana di intra sel ® level enzym di sirkulasi.
- Meningkat secara bermakna.
- Acut MI ® enzym / Isoenzym dalam serum me
a. Creatinine Kinase, (CK).
- Enzym spesipik ® Brain, Myokardium, muskuloskeletal
- CK (+) ® menunjukan: Nekrosis pada otot or injury
- 3 iso enzym CK:
◦ CK – MM : Isoenzym muskuloskeletal
◦ CK - BB : Isoenzym Brain
◦ CK – MB : Isoenzym Myocardial musle

☞ Spesifik menunjukan Aktivitas Myocardial


☞ Mencapai puncak aktivitas 24 jam setelah onset chest pain
☞ Normal Range 0 – 3% dari total CK
☞ CK : ♀ : ≤ 2,5 U, 5U – 35 iu/L
♂ : ≤ 4,3 U, 5 – 50 iu/L
☞ CK – MM, 95 – 100% total CK
☞ CK – BB : 0 %
☞ Pe CK – MB -
- Injury, necrosis myocardialz
- PTCA
- Intracoronary Streptokinase Infark.
☞ Naik dan turun selama 3 hari

2. Laktat Dehydrogenase (LDH)


☞ LDH ® Didistribusikan dalam tubuh ditemukan di jantung, hati, ginjal, otak dan erythrosyt.
☞ LDH ® mulai Me  ® 12, 24 jam setelah “MI”:
- Mencapai puncak ® 48 jam - 72 jam
- Turun ® normal : 7 hari
☞ LDH tidak spesifik ® Myocardial ® isoenzym : LDH1 & LDH2
☞ Nilai normal:
- LDH 1 : 16 – 3% total LDH
- LDH 2 : 28 – 40 % total LDH
☞ LDH1/LDH2 ratio < 1 Menunjukan adanya kerusakan myocardium.

A. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium Test
a. Blood Urea Nitrogen ( BUN )
- Untuk mengukur urea nitrogen yang di excresi ginjal yang normanya 5 – 15 mg/dl
- BUN level menunjukan renal clearance terhadap nitrogen yang merupakan sisa metabolik
- BUN level meningkat karena :
 Renal Desease
8
 Dehidrasi
 Diet tinggi protein
b. Serum Creatinin Normanya pada :
- Laki-laki 0,6 – 1,0 mg / dl
- Perempuan 0,7 – 1,7 mg / dl
- Hsil akhir metabolisme phosphocreatin ditoto creatinine
- Metabolisme otot relatif konstan, seru creatinine di indikator yang baik untuk fungsi ginjal
- Creatinine level naik renal desease
- Serum creatinine tdk meningkat secara signifikan sampai dengan fung si ginjal rusak kurang lebih 50%
c. Creatinine Clearance ( CC )
Untuk mengukur GFR fungsi ginjal dengan cara mengukur sejumnlah creatinine yang disekresi ke urin selanjutnya urin yang dikeluarkan
selama 24 jam
Creatinine Clearance : u X V / P = ml/mt
U = Creatinine in urin mg /dl
V = Volume of urin ml / 24 huors
P=
2. Pemeriksaan Radiografi
a. Photo Polos Plain Film
Pemeriksaan rongen photo ginjal, uretra, Blader untuk melihat :
- Gross Anatomy yang normal
- Stone ( batu )
Posisi Supinasi tidak ada persiapan khusus
b. Intravenous Pyelografi ( IVP )
1. Persiapan pasien ;
- Informasikan prosewdur IVP
- Riwayat hypersensitif – iodone
- Puasa kira-kira jam 10 malam
- Bowel preparation dengan laxativ dengan edema

2. Prosedur IVP
- Zat contras injekai via IV
- Darah vena arteri renalis sehingga glomelurus kontas di wxcresi
3. Tujuan Prosedur IVP
- Untuk mengetahui bentuk dan ukuran ginjal, ureter dan blader
- Adanya obstruksi
c. Follow up Care
- Monitor terhadap gangguan fungsi ginjal
- Intake cairan
- Monitor serum creatinine
3. Computer Tomografi
a. Tujuan :
 Gambaran 3 dimensi tentang struktur ginjal, uretra dan blader serta jaringan sekitarnya.
 Apa ada Tumor, cysts, abses, obstruksi gangguan vasculer lain
b. Persiapan idem IVP
c. Follow up care tidak ada yang khusus
d. Normal C.Clearrance :
 Perempuan : 85 – 125 ml / mt
 Laki-laki : 95 – 135 ml / mt
e. Normal Creatinine excresi ke urin/24 jam :
 Wanita : 1,0 – 2,0 gm / 24 jam
 Laki-laki : 0,6 – 1,8 gr / 24 jam
4. Analisys Urin
a. PH normal 4,5 – 8,0
 Diet
 Fungsi Ginjal
 Keadaan Urin
b. Warna dan Bau
 Warna kuning kuning tua
 Bau amoniak
 Jernih : keruh ada infeksi dan protein tinggi
c. Gravity / Osmolalitas : 1,010 – 1,030
d. Glukosa :
 Glukosa  normal direabsorbsi di….
 Level gula darah meningkat >150–180 mg
 Glukosa disekresi ke urin.
e. Keton :
 Keton adalah sisa metabolisme asam lemak
 Normal dalam urin tidak ada
9
 Keton positif dalam urin jika defisiensi insulin
f. Protein
 Albumin normal negatif dalam urin
 Protein positif jika ada infeksi dan inflamsi
g. Sediment, adalah partikel-pertikel yang ada di urin yang tidak normal :
 Crl tubulus – cel epitel, RBC, WBC
 bakteri
Renal Arterigiografi / Angiografi
a. Persiapan Pasien :
 Informasikan angiografi dilaku-kan untuk mengetahui aliran daran arteri ke ginjal
 Puasa, edema dan laxativ
 Infom concent
b. Prosedur
 Injeksi kontras pada renal arteri
- Sedasi
- Preperasi kulit
- Local anasthesi
Flourosocopy  CATH  ART, fomoral  aorta abdominalis  orifisium art renal  contras di injeksikan  di X, Ray secara interval
sehingga kita bisa lihat :
a. Area pembuluh darah yang menyempit
b. Pembulluh darah ruptur
c. Blok pada aliran darah
Follow Up Care :
a. Monitor Komplikasi Angiographi :
 Perdarahan renal failure, kateter insersi
b. Monitor lokasi insersi cateter terhadap
 Tanda-tanda perdarahan dan pembekakan.
c. Vital signs :
 15 menit sampai 1 jam
 30 menit sampai 2 jam berikutnya
 tiap 4 jam
d. Pols arteri bagian distal di cek tanda-tanda emboli
e. Bedrest 24 jam setelah proses (bedrest total 6 jam set prosedur )
f. Cek lab dan kolaborasi :
 Hb, HT
 Creatinine
5. Cytoscopy
a. Persiapan Pasien :
 Informasi tujuan citoscopy
 Inform concent harus ada izin operasi
 Puasa jam 9 malam baru bisa operasi
 Sedasi
 Laxatan pagi edema
b. Prosedur Cytoscopy
 Tujuan :
- Pemeriksaan blader dan uretra trauma
- Identifikasi penyebab obstruksi traktus urinarius, apa ada batu, tumor, prostat atau hypertropi
 Prosedur :
- Pemeriksaan cytoscopy dilakukan diruang khusus cytoscopy dengan dolkal anathesi dan general anathesi
- Personel :
 Anasthesiologist
 Circulating nurse
 Scrub nurse
 Surgical asistant
 Urologist
- Posisi lithotomi
- Anathesia :
 Preparsi kulit
 Draping
 Cytoscope inserted
 Via uretra
 Blader
 Untuk dapatkan visuasasi dari uretra dugunakan aretroscope digunakan cytoscopi.
 Follow up Care
- Rawat di recopery unit
- Jika lokal anathesi dan sadarkan pasien ke ruang rawat
- Jika cytoscopy diklinik pasien tidak dirawat sebelum pulang pasien ke ruang monitor.
-
10
A. MONITOR
 Monitor kepatenan jalan nafas, vital signt : BP temperatur BJ
 Ukin out put
 Perdarahan dan Infeksi.

B. Biopsi
a. Persiapan Pasien :
 Penjelasan tujuan renal biopsi hati, untukMencari penyebab gangguan ginjal yang belum diketahui
 Tehnik ada dua cara
- Perdutaneus close biopsi
- Pembedahan open biopsi
 Perdarahan pasien adala perdarahan ganda
 Anasthesi
b. Prosedur :
 Karakteristik Biopsi
- Pasien puasa 6 jam sebelum tindakan
- Biopsi pada ginjal
- Menentukan posisi pasti ginjal dibantu alat flouroscopi alat ultrasonic
- Posisi ginjal dipastikan baru dimasukan jarum bipsi oleh anastesiologi.
- Posisi pasien prone dengan bantalan berbentuk bulat diletakan bawah abdomen, ginjal dekat dengan kulit
- Preparasi kulit praped local anastesi insersi jarum ( spesemen diperiksa )
 Follow up Care :
- Setelah dibiopsi 24 jam..
- Urin out put level Hb, HT
- Bedrest total dalam podidi supinasi dengan bantal untuk perut / bagian belakang selama 6 jam setelah biopsi, kepala boleh elevasi minum boleh
- Setelah 6 jam jika perdarahan negatif dapat ke toilet jika perlu
- Urin akan kemerahan selama 24 jam after biopsi cloting seharusnya negatif
- Jika pasien mengelu sakit atau nyeri radiasi pada abdomen dan paha dicurigai awal perdarahan.
- Pasang IV line + RBC
- Perdarahan memburuk surgical intervensi
 Perdaraha Negatif :
- Pasien aktivitas normal setelah 24 jam
- Hindari mengangkat menda berat

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


GANGGUAN IRAMA JANTUNG

PENGENALAN INTERPRETASI
R

D T

PR ST
Q
S
Diastole Sistole Diastole
1. P. wave  atrial Depolarisasi
2. P–R interval waktu yang diperlukan untuk Perjalanan impulas dari SA node  atria AV node  vent normal  tidak lebih 0,20 sec
3. QRS complex  vent depolarisasi
4. T.Wave  repolarisasi vent
5. QT interval  total waktu
H. DYSRHYTMIA
Adalah gangguan irama jantung :
☞ Penurunan Co
☞ Penurunan nutrisi sel
I. kasi Dysrhytmia
1. Gangguan Pembentukan Impuls
11
- Tachycardia
- Bradycardia
- Prematur beat
- Flutter
- Fibrilasi
2. Gangguan perjalanan rangsangan :
- Atrioventrikular Block
3. Gangguan Irama  mengancam kehidupan :
- VT
- VF
- Asystole
☞ E C G diukur :
- Amplitudo (Voltage) line 1 mm – 0,1 mv
- Duration ( Time ) series of vertival line 1 mm – 0,04 s

1 mm : 0,1 MV

1 mm: 0,04 S

☞ E C G diperkirakan HR
- QRS 6 Sec X 10
- 1.500 : Jumlah kotak kecil
- Antara :
› P–P
› R–R

J. THAHYCARDIA & BRADYCARDIA

SIMPATIS PARASIMPATIS

ME  SA Me SA
Dischange AV Dischange
Impuls-SA MR kurang
HR Lebih dari 60/mt
100/mt

Hati
ETIOLOGI

Atlit
Anxiety Stimulasi
Pain Parasimpati
Fright Gagal Stimulasi
Stress (Suctioning)
Kompensasi Efek Obat-an
ME Stroke Digitalis
Volum Penenang

Demam, Heart Failure, Anemia

KARAKTERISTIK ECG NORMAL :


 Rate : 60- 100 beats / mt
 Rhythm : Reguler :
12
R–R interval
P–P interval
bervariasi sampai 3 mm
 P. Waves : Present Equal in shape tiap P waves diikuti oleh QRS kompleks.

 P – R interval : 0,12 – 0,20 s Conatant


 QRS Duration : 0,04 – 0,10 s Constant
 QT interval : kurang dari 0,40

K. SINUS BRADY CARDIA


 Rate : 40 – 60 / menit
 Rhythm : Reguler
 P. Wave : Normal diikuti QRS complex
 P – R int. : Normal
 QRS Complex : Normal

NURSING ROLE
 Identifikasi pada ECG strip dokumentasi
 Dukumentasi record
 Kaji klinis pasien pada tanda-tanda penurunan CO syncope, hypotensi, angina
 Jika HR menurun 50 / menit segera konsultasi ke dokter
 Kolaborasi pemberian obat-obatan :
- Atropin
- Isoproterenol ( 1 mg – 500 dex 5 % ) kalau maka terjadi Temporary Pace Maker ( TPM )

L. A. SINUS TACHYCARDIA
 Rate : 100 – 150 / menit
 Rhythm : Reguler
 P. Waves : Normal diikuti QES komplex
 QRS : Normal
 Penyumbatan arteri Coronaria  Me

NURSING ROLE
 Identifikasi ECG strip dokumentasi
 Identifikasi Causa?
 Jika tidak teridentifikasi sumber ST :
- Tanda awal left vent failure
- Kaji tanda LVF orthopnea apa ada batuk gelisa
 Konsultasi ke dokter – pasien memburuk
 Kolaborasi therapi :
- Sedativ
- Digitalis
 ST anxiety bisa pengaru psikologis

M. PREMATUR VENTRICULAR CONTRACTION PVC


 Dapat mengancam jiwa yairu :
- Ventricular Tachycardia
- Ventricular Fibrilasi

 ETIOLOGI
- Iritable area cardiac muscle akibat ischemia
- Digitalis toxicity
- Edema – jaringan
- Hypoxia
- Elektrolit imbalance
- Overuse stimulasi caffien nicotin
- Lack of sleep
- anxiety

 NURSING ROLE
- Identifikasi ECG – dokumentasikan
- Observasi frekwensi prematur beat jika meningkat konsultasi ke dokter
- Hati-hati fibrilasi, flutter
- Observasi klinis pasien , vital signs

G. PREMATUR BEATS and ECTOPIC RHYTHM


Terjadinya kontraksi jantung lebih awal  gelombang lebih awal

13
a. Small area di jantung lebih mudah terangsang pada pelepasan impuls abnormal dan lebih awal yang di sebut Kontraksi jantunf prematur (Prematur
Beats)
b. Small area – focus yang melepaskan impuls abnormal – Ectopic focus :
- Atria  PAC
- Junctional  PJC
- Ventrikel  PVC
c. Kontraksi prematur  jika kejadianya  1 x tunggal tidak mengancam jiwa maka.
d. PAC  Premature Atrial Contraksi:
- Atrial flutter
- Atrial Tachycardia
- Atrial Fibrilasi
H. ATRIAL FLUTTER DAN ATRIAL FIBRILASI
 Pathophysiologi
a. Singel.
Multiple focus ectopic

Pelepasan impuls yang cepat
b. Gerakan berputar – putar
impuls dalam jantung
impulas tidak berhenti
 Etiologi
- Atrial ischemia
- Peregangan terhadap dinding atrial fluit over load, MS heart Failure
 Insidensi
- Usia lebih 40 :
› Ischemia heart desease
› PPOK
› Cardiak Dysrhytmia

I. PREMATUR ATRIAL CONTRACTION
- Rate : Normal
- Rhythm : Setelah PAC sedikit terlambat Sebelum normal beat
- P. Waves : Abnormal inverted runcing
- P–Rinterval : Normal memendek, memanjang
- QRS : Normal

PJC

J. KRITERIA ATRIAL FIBRILASI


1. Rate : Ventricular rate 60 – 100/menit
: Cepat >100 menit < kuran 60/menit
2. Rhythm : Ventricular rhythm – irreguler
3. P.Waves : idak jelas, kecil
: Irreguler 400 – 500 /menit
4. P–R interval : Tidak bisa diukur
5. QRS : Normal interval irreguler

K. KRITERIA ATRIAL FLUTER


1. Rate : Ventrikular rate 60 – 160/menit
: Atrial rate 250 – 400 / menit
2. Rhythm : Ventricular – reguler
: Irreguler

14
3. P.Waves : Seperti mata gergaji
: Reguler 250 – 400 / menit
4. P–R interval : Tidak diukur – tidak ada AR
5. QRS : Normal :
: 1 – 3 ( QRS : P )
: 1 – 4 ( QRS : P )

 Manajemen Kolaboratif :
1. Drug Therafi
- Digitalis
- Calsium Blocking agent Verapamil

2. Electiv Predordial Shock


- DC - Synchronized
 Nursing Role
1. AF,AFLT akan terjadi tiba- tiba :
- Documentasikan ECG Strip – konsul ke dr.
- Observasitandavital, chest pain dyscope, identifikasi tanda kegagalan sirkulasi
- Persiapkan :
› Obata-obatan yang diperlukan
› Digitalis - verapamil
› IV, line
› Cardioversion
2. AF, Tidak terjadi tiba-tiba
- Observasi keadaan klinis, tanda-tanda Vital pulse rate BP,
- Dokumentasikan ECG strip
- Observasi ventrikuler rate meningkat
3. Jika digunakan digitalis untuk therapi / AF.
- Observasi rate ventrikel jika rate ventrikel kurang 60/menit – lapor dokter

4. Kaji komplikasi AF – Clinical Assessement :


- Emboli
5. Jika digunakan Calsium Bloking Agent,  isotin, Ventramil :
- Obervasi side efectift
› Heart Block
› Brady Cardia
› Hypotensi
› Nausea
› Vertigo
6. Identifikasi kausa AF, AFLT

a. Kreteria Fist Degree AV Blok


- Rate : Biasanya normal
- Rhythm : Reguler
- P.Waves : Normal
- P - R interval : Memanjang lebih besar 0,20Sec
- QRS : Normal

Gbr.

b. Kriteria Second Degree Mobizt Tipe 1


( Wabckebach ) Block
1. Rate : Ventricular, lambat, normal
2. Rhythm : Irreguler
3. P.Waves : P. Lebih banyak QRS Complex P tidak diikuti oleh QRS Complex
4. P – R Interval : Progresive Prolong ,Blok QRS Tidak muncul
5. QRS : Normal

15
C. ATRIOVENTRICULAR BLOCKS
a. Terdapaynya gangguan pada sistem pejalanan impuls dari SA – AV node (Atrium dan Ventrikel)  AV – Block

- First Degeree AV – Block 1
- Second Degree AV – Block 2
a. Mobitz tipe I Block
b. Mobitz tipe II Block
- Thrid degree AV - Block
b. Etiologi
1oAV-Block
Mobitz tipe 1

 Pe tekanan vagal


 Ischemia, infeksi jantung
 Efek samping
 Digitalis, ca, blocking
Mobizt tipe II
3 AV - Block
 Ischemia – jantung
 Degeneratif sistem konduksi

D. KRITERIA SECOND DEGREE MOBITZ TIPE II


 Rate: Ventricular lambat
 Rhythm: Block reguler A : V 2 : 1: Block ireguler – rhythm ireguker
 P.Waves: Lebih banyak P. dari QRS komplex
 PR interval : Memanjang
 QRS: Melebar

E. Manajemen Kolaboratif
a. First AV Block
- Tidak diobati ( PR intern : 0,21 – 0,2 )
- Dengan obat-obatan – atrium – IV
- TPM
b. Second Mobitz tipe I. AV – Block
- Tidak diobati
- Obat-obatan  Ventriculer rate < 50  isoprel
- Lebih dari 3 hari mobitz tipe.. positif- persiapkan TPM
Observasi keracunan :
- Digitalis
- Ca – Bocking AG..
Nursing Role :
- Indentifikasi heart Blook  Dokumentasi-kan.
- Observasi HR, BP, Dyspnea, sakit kepala
- Konsultasi dr.
- Monitor HR – ECG strip  2o – 3o AVBL.
- If ventricular rate < 50  pemberian atropin, isoproterenol sesuai indikasi. Monitor respon terhadap obat-obat tersebut
- Respon obat-obatan negatif  siapkan TPM.
- Tahan pemb. Digitalis, sampai dr. ada

F. MANAJEMEN KOLABORATIF
a. TPM  sinus rhythm
b. Th/ isoprotenolol dalam glukose  IV
Nursing Role
- Identifikasi dysrhytmia – bedakan dg bradycardia  dokumentasikan
- Konsultasi ke dr segera  second, third
- Persiapkan IV line:
 IMG isoprel / 250 dex 5 %
 Defibrilator  dekat tempat tidur
 Lydocain 100 Mg dalam spuit
16
- Persiapkan pasien pemasangan TPM
- Kaji keadaan klinis pasien, terhadap tanda-tanda kegagalan ventrikel kiri
- Observasi prematur ventrikel konstraks ventrikel fibrilasi
- Jika TPM terpasang  observasi pace maker berfungsi dg benar
- Jika terjadi ventricular standstill  CPR

G. DYSRHYTMIA MEMBAHAYAKAN JIWA


a. Ventricular Tahycardia
- 3 atau lebih PVC bertururt
- rate 150 – 200 / menit
- QRS > 0,12 Sec
- P. Waves tidak terlihat
b. Ventricular Fibrilasi
- Ventrikel  berdenyut sangat cepat
- Hanya  bergetar
- Kesadaran menurun
c. Asystole ( CPR )  4 – 10 menit bila mendapat oksigen akan terjadi kerusakan otak dan bisa berakibat fatal.
Fisiology
› Ischemia – infarction
› Hypokalemia
› Hypoxia
› Asidosis
MANAJEMEN KOLABORATIF
a. Ventricular Tachycardia
› Hentikan ventrikcular Tachycardia
100 mg lidocain IV Bolus lanjutkan dengan infus ( 3000 mg / 500 m dex )
› Gagal – DC shock

b. Nursing Role
› Kaji keadaan pasien :
 Kesadaran apa sadar atau tidak sadar
 Klinis apa ada Dyspnea, angina, BP
› Panggil dokter segera
› Persiapkan emergency troley, Bed side :
 100 mg lidocain dalam syringe
 intra vonous line (infus) defibrilator
› Pemberian bolus lidocain sesuia intruksi – 100 mg / IV, apa berhasil pemberian infus lidocain
› Pemberian Bolus lidocain, gagal terminasi VT –( Ventrikel Fibrilasi.
› Catdioversion

MANAJEMEN KOLABORATIF VENTRIKEL FIBRILASI


a. Recognition yaitu pengenalan dysrhytmia
 Kesadaran
 Peripheral polse tiraba
b. Terminasi ventricular fibrilasi :
 DC. Shock – secepat mungkin
Nurse or dokter
 DC. Shock – 200 – 400 watt second
c. Koreksi asidosis :
 VF – methabolic asidosis
Kegagalan sirculasi – penumpukan asam laktat
 Koreksi dengan sodium bicarbonat
d. Prevensi Recurrence – VF
Lidocaine infuse 3000 mg/500cc dex

Nursing Role
a. Identifikasi ventrikel fibrilasi
b. Dokumentasikan ECG strip secara continue :
 Kaji keadaan pasien
 Tidak sadar – raba pols perifer
 Dengarkan bunyi jantung
c. Minta bantuan – emergency sistem call
d. Siapkan – emergency troley
e. Siapkan defibrilasi segera lakukan DC - Shock
f. Langkah-langkah :
- Pastikan DC – posisi On
- Level energy 300 – 360 watt second syncronizer - off
- Berykan gejy pada kedua paddeles defibrilator

17
- Letakan kedua paddles – chest wall – Right srenal border - LSB
- Triger – defibrilator energy
VF sudah teratasi – jika belum DC Shock diulang hingga 3 kali gagal – CPR.

18

Anda mungkin juga menyukai