A. ATHEROSKLEROSIS
Masalah Keperawatan
☃ Gamgguan perfusi jaringan menurunkan aliran darah arteri
☃ Gangguan integritas jaringan Menurunkan suplay O2 ke jaringan
☃ Activity Intolerance akibat nyeri – obstruksi aliran darah arteri
Prinsip Intervensi
A. Non Surgical
1. Exercise
2. Perubahan posisi
3. Pencegahan vasoskonstriksi
4. Therapy/obat-obatan ( Kolaborasi)
- Visodilatorr
- Defibrilation
- Antiplatelet
Exercise
☃ Meningkatkan kontraksi/ relaksasi otot
☃ Memperbaiki venous return
☃ Meningkatkan sirkulasi kolateral
Perubahan Posisi
☃ Hindarkan berdiri dan duduk ~ dalam periode waktu yang lebih lama
☃ Hindarkan menyilangkan kaki, paha dan lutut.
☃ Biasakan menggerak-gerakan sendi lutut, paha, kaki secara periodik.
Pencegahan vasokonstriksi lebih lanjut
☃ Hindarkan menggunakan pakaian yang ketat
☃ Tidur dengan menggunakan soft matras (kasur lembut)
☃ Hindarkan exposur udara dingin
☃ Pertahankan udara yang hangat (210C)
☃ Stop merokok dan kopi.
Metode Invasive
☃ Untuk memperbaiki aliran darah arteri yang tersumbat
☃ Precutaneus transluminal Angioplasty PTA
1
Surgical Management
☃ Emboliktomi
☃ By pass grafting
B. BUERGER DISIASE
☞ TROMBOANGITIS
☃ Obstruksi pada arteri dan vena medium dan kecil
☃ Biasa mengenai extremitas bawah
☞ Etiologi
☃ Tobacco/rokok
☃ Trombosit dan spasme
☞ Klinis
☃ Claudication Intermitent extremitas (nyeri otot Menurunkan oksigen suply)
☃ Dingin - sensitiv terhadap dingin
☃ Burning pain
☃ Pulsasi arteri distal extremitas tidak teraba atau lemah lemah.
☃ Selanjutnya extremitas tersebut kemerahan cyanosis satu atau dua digit
☃ Ulcerasi atau gangrene spontan atau karena trauma.
☞ Intervensi keperawatan
☃ Mencegah bertambah beratnya penyakit:
Menghindari vasokonstriksi
Meningkatkan vasodilatasi
Menurunkan nyeri
Pengobatan luka dan gangrene
C. RAYNAUD’S PHENOMENON
D. THROMBOPHLEBITIS
☞ Intervensi Keperawatan
☃ Bed rest
☃ Kompres hangat : deep vein
☃ Kompreds dingin: supervisial vein
☃ Elevasi extremitas
☞ Rrespon pathofisiologi dari mekanisme hemostatic tubuh terhadap penyakit atau injury.
☞ Complikasi yang fatal, ditandainya dengan mulainya proses pembekun selanjutnya
PATHOFISIOLOGI
2
☞ PATHOFISIOLOGI DIC
☃ Perdarahan
☃ Organ ischemia
☃ Anemia haemolytic
☃ Penyakit utama injuri
☃ Proses pembekuan intravasculer
☃ Hypercoagulability
☞ Perdarahan
☃ Perdarahan oral vagina, rectal injection
☃ Lab. tr ombosit , PT & PTT memanjang faktor V, VIII, fibrinolisis
☞ Intervensi Keperawatan
☃ Intervensi keperawatan klien DIC
☃ Intervensi keperawatan terhadap klien kritis
Dirawat di ICU
☞ Angiografi
Pemeriksan invasiv ® dengan menggunakan Fluoroscopy & X’Ray ® untuk mengetahui keadaan pembuluh darah arteri. pada jantung coronary
Arteriografi.
Tujuan angiografi untuk mengetahui :
☺ Obstruksi arteri.
☺ Penyempitan arteri.
☺ Aneurisma.
☞ Coronary Arteriografi ® Catheterisasi jantung kiri
a. Persiapan Pasien.
- Radiologist menjelaskan prosedur dan risiko pemeriksaan.
- Pasien menandatangani informed consent
- Risiko :
◦ Emboli.
◦ Trombosis.
◦ Perdarahan.
◦ Meninggal.
- Kaji pasien alergi terhadap :
◦ Zat contras.
◦ Iodine.
◦ Lokal anastesik.
◦ Terhadap zat-zat tertentu.
3
- Area cateterisasi dicukur dan dibersihkan ® preparasi kulit ® drapping.
- Monitoring vital sign dan arteri dorsalis pedis.
b. Prosedur.
- Posisi supinasi ® Pada meja x-Ray (diruang khusus cath).
- Radiologist dan cardiolog menlaksanakan prosedur ini.
- Injeksi anastesi lokal ® area-arteri.
- Dimasukkan catheter ® arteri femoralis dengan menggunakan fluoroscopy. Posisi catheter dapat di ketahui. Jika posisi tepat, dekat aorta.
- Disemprotkan zat contras.
Dapat diketahui ® keadaan.
Arteri coroner ® di x - Ray.
c. Follow Up Care.
- Bedrest total ® posisi supinasi 8-12 jam (tidak boleh turun dari tempat tidur).
- Extremitas ® setelah dilakukan catheterisasi tidak boleh ditekuk (6-8 jam).
- Pressure dressing diatas area insersi ® diberi bantal pasir (6-8 jam).
- Perawat harus mengkaji ® pasien datang :
◦ Tanda-tanda perdarahan diarea insersi.
◦ Tanda-tanda infeksi.
◦ Pulse arteri ® distal.
◦ Tanda-tanda vital.
- Pengkajian dilakukan :
◦ Tiap 15 menit ® 1 jam pertama.
◦ Tiap 30 menit ® 2 jam berikut.
◦ Tiap 4 jam dan perawatan selanjutnya.
- Terjadi perdarahan ® Konsul cito.
II. Elektrocardiografi.
☞ EKG :
a. Resting EKG.
b. Holter monitoring.
c. Exercise EKG ® Stress test.
☞ EKG Resting ® memberikan informasi tentang :
a. Gangguan irama jantung.
b. Iskemia Miocardium.
c. Miocard Infark.
☞ Standard Lead (I, II, III).
☞ Standard Lead ® bipolar Limb Lead mempunyai kutub positif dan negatif.
☞ Unipolar Lead ® Augmented Lead (aVR, aVL, aVF).
◦ V1 ® ICS ke 4 Rigt sternal border.
◦ V2 ® ICS ke 4 Left sternal border.
◦ V3 ® ICS antara V2 dan V4.
◦ V4 ® ICS ke 5 midclavicula left line.
◦ V5 ICS ke 5 Anterior axylary line.
◦ V6 ICS ke 5 mid axylary left line
☞ Persiapan pasien.
◦ Informasikan tujuan prosedur EKG.
◦ Jelaskan test aman dan tidak sakit.
◦ Jelaskan selama test pasien diminta relax dan tidur tidak merubah posisi.
☞ Prosedur.
◦ Posisi pasien supmasi dan bagian dada terbuka.
◦ Bersihkan kulit dengan alkohol.
◦ Tambahkan jelly atau kassa + air dibawah elektrode.
◦ Pasang elektrode dibawah pergelangan kaki dan tangan pada permukaan yang rata.
◦ EKG ® Sambungkan dengan listrik/baterai ® siap test EKG.
◦ Tidak ada follow up care yang spesipik.
III. Exercise Electrocardiografy.
☞ Dikenal ® stress test ® tread Mill.
☞ Pemeriksaan EKG yang dilakukan bersamaan dengan pemberian stress fisik.
Tujuan :
☞ Untuk mengkaji respon cardiovasculer, ketika diberikan peningkatan beban kerja jantung.
Persiapan pasien.
1. Berikan informasi yang jelas tentang
- Tujuan stress
- Prosedur
- Resiko
2. Untuk menurunkan kecemasan pasien informasikan ® alat dan obat-obat emergensi, tenaga nurse dan dokter yang terlatih ® siaga.
3. Instruksikan kepada pasien untuk istirahat penuh, tidur cukup malam sebelum pelaksanaan test.
4
4. Hindarkan merokok , minuman yang mengandung cafein dan alkohol.
5. Jika pasien mendapatkan obat-obat jantung biasanya dokter menstop obat-obat tersebut untuk sementara.
6. Pasien diharuskan memakai pakaian yang nyaman ® pakaian sport dan sepatu sport.
7. Instruksikan kepada pasien ® jika sewaktu test pasien mengalami ® Chest pain, pusing, sesak nafas, keringat dingin dan berdebar ® segera
lapor.
8. Sebelum test ® Pemeriksaan fisik dan EKG Resting 12 Lead.
9. Siapkan fasilitas emergensi ® Obat-obat jantung, defibrilator dan alat-alat resusitasi.
10.Nurse dan dokter ® harus mampu melihat keadaan gawat darurat jantung.
Prosedur.
1. Electrode ® pasang didada pasien ® sambungkan ke monitor.
2. Ukur BP, HR, RR ® dokumentasikan.
3. Stress test ® Tread Mill-Walking, bicycle Ergometry.
4. Tread Mill ® kecepatan ® modifikasi 1-10 milles/hour, posisi ® flat – 22 derajat.
5. Insturksikan dan demonstrasikan cara berjalan pada tread mill ® exercise ® dimulai.
6. Selama exercise, BP, EKG ® monitor ketat olah dokter dan perawat terlatih.
7. Pasien exercise ® sampai capai
- HR ~ maksimal = 220-usia (kolaborasi-dokter).
- Timbul keluhan : Chest pain, vertigo, fatigue, dyspnea, hypotensi, ventricular dysrhythmia, ST segmen depresi.
Follow Up Care.
1. Monitor EKG dan BP dan pasien recovered, mungkin pasien mengalami.
- Chest pain.
- Hypotensi.
- fatigue.
- Recover ® pasien boleh pulang.
2. Informasikan ® Pasien tidak boleh mandi ± 1-2 jam setelah test.
3. Jika pasien terus mengalami chest pain, hypotensi, ventricular dysrhythmia, kedaan tidak stabil ® pasien ® coronary unit ® observasi.
IV. Echocardiography.
☞ Prosedur non invasive ® tidak beresiko.
☞ Menggunakan ultrasound ® mengkaji struktur jantung, mobilitasnya, terutama katup jantung.
☞ Echocardiography ® Diagnostik.
☞ Cardiomyopaty ® kelenjar, katup jantung.
☞ Ventrikular aneurisma pasti.
Persiapan pasien
- Tidak ada persiapan khusus.
- Lama pemeriksaan 30-60 menit.
- Pasien diminta baring tenang.
- Kepala elevasi 15◦ -20◦
Prosedur.
- Transducer + gel ® digerakan pada dada pasien dan lever ® ICS 3 dan 4. Dekat sternal border.
- Transducer ® Gelombang suara High ferkwensi dan menerima kembali gelombang suara high frekwensi yang dipantulkan oleh struktur jantung.
- Gelombang tersebut ® dicatat simultan dengan EKG pasien ® direkam dan dicopy.
- Dapat diketahui :
◦ Ukuran rungan jantung.
◦ Aliran darah ® lewat katup.
◦ Ejectio fraktion.
Tidak ada follow up care spesifik.
1. Palpitation
- Rasa berdebar-debar
- Perubahan HR (denyut jantung)
- Perubahan irama jantung meningkatkan kekuatan kontraksi jantung
- Aktivitas yang berlebihan
- Anxiety dan fatigue
- Stress dan insomnia
- Cafein,alkohol, nikotin
2. Peningkatan BB
- Akumulasi cairan diinterstitial space ~ edema ® payah jantung kanan dan over load cairan.
- Edema ® terlokalisasi pada spesifik area general ® anasarka.
3. Syncope
- Kehilangan kesadaran sesaat
- Menurunkan perfusi ke jaringan otak
- CO ¯
- Usila ® hypersensitif carotin sinus, body vagal resnponse
4. Chest Pain
- Iscemic heart disease pericarditis, aortic stenosis, pulmonary emboli dan pleurisy.
- Chest pain akibat ischemic miocard :
◦ Life-threatening.
◦ Chest pain ® radiate
◦ Intensitas ® -10 (severspain)
◦ Gejala lain yang menyertai dyspnea, vomiting,diaphoresis dan nausea.
5. Dyspnea
- Kesulitan bernafas ® shortness of breath
- Saat istirahat/aktifitas
- Orthopnea
- Paroksimal nocturnal dyspnea
6. Fatigue
- Tidak mampu melaksanakan ADL
- Nocturia, insomnia, dyspnea, fatigue
- Menurunkan aliran darah perifer.
6
7. Extremitas
- Extremitas ® dikaji:
◦ Perubahan warna kulit
◦ Perubahan vaskuler
◦ Clubbing
◦ Capillary Filling
◦ Edema
- Perubahan Vaskuler
- Parasthesia, Muscle fatique, numbness, Pain, Poikilothermy
- Clubing Finggers
8. Extremity Pain.
- Ischemia:
◦ Atherosclerosis
◦ Insufisiensi Vena periper
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. General Appearance penampilan umum
- Tingkat kesadaran
- Adakah sesak nafas
- Respon verbal
- Posisi
- Warna kulit, Edema
2. Integument
☞ Sistem Integument :
- Warna kulit
- Turgor
- Texture
- Temperatur
☞ Kulit & Mukosa membran ® Cyanosis
☞ Pulse pressure
- Perbedaan antara systolik pressure dan Diastolik Pressure.
- Normal polse Pressure ® 30 - 40 mmHg
- Pulse Pressure
◦ Brady Cardia, Ao Regurgitasi
◦ Athero Sclerosis, Hypertensi, Aging
- Pulse Pressure
◦ Me Resistensi Vascular
◦ MeStorke Volume:
☺ CHF
☺ Cardiogenikshock
- Hypovolemia
C. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
☞ Jantung ® Symbol kehidupan
7
Klien Sakit Jantung Krisis berat dalam kehidupan
Hadapi Situasi klien & KLG
Stressful
Ancaman kematian, Takut nyeri
Ketidak mampuan self esteem
D. MENGKAJI JVP
1. Posisi Supinasi.
2. Posisi kepala ditingikan ± 300 - 450
3. Gunakan pen light ® cari pulsasi vena jugularis internal
4. Tentukan letak pulsasi yang paling tinggi di vena jugularis internal ( Meniscus).
5. Tentukan letak sternal angle
6. Dengan garisan cm ukur jarak vertikal dari sternal angle
7. Untuk hitung CVP ® JVP + 4 cm
E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Darah
1. Serum Cardiac Enzymes.
- Injuri sel ® enzym dilepaskan dari tempat penyimpana di intra sel ® level enzym di sirkulasi.
- Meningkat secara bermakna.
- Acut MI ® enzym / Isoenzym dalam serum me
a. Creatinine Kinase, (CK).
- Enzym spesipik ® Brain, Myokardium, muskuloskeletal
- CK (+) ® menunjukan: Nekrosis pada otot or injury
- 3 iso enzym CK:
◦ CK – MM : Isoenzym muskuloskeletal
◦ CK - BB : Isoenzym Brain
◦ CK – MB : Isoenzym Myocardial musle
A. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium Test
a. Blood Urea Nitrogen ( BUN )
- Untuk mengukur urea nitrogen yang di excresi ginjal yang normanya 5 – 15 mg/dl
- BUN level menunjukan renal clearance terhadap nitrogen yang merupakan sisa metabolik
- BUN level meningkat karena :
Renal Desease
8
Dehidrasi
Diet tinggi protein
b. Serum Creatinin Normanya pada :
- Laki-laki 0,6 – 1,0 mg / dl
- Perempuan 0,7 – 1,7 mg / dl
- Hsil akhir metabolisme phosphocreatin ditoto creatinine
- Metabolisme otot relatif konstan, seru creatinine di indikator yang baik untuk fungsi ginjal
- Creatinine level naik renal desease
- Serum creatinine tdk meningkat secara signifikan sampai dengan fung si ginjal rusak kurang lebih 50%
c. Creatinine Clearance ( CC )
Untuk mengukur GFR fungsi ginjal dengan cara mengukur sejumnlah creatinine yang disekresi ke urin selanjutnya urin yang dikeluarkan
selama 24 jam
Creatinine Clearance : u X V / P = ml/mt
U = Creatinine in urin mg /dl
V = Volume of urin ml / 24 huors
P=
2. Pemeriksaan Radiografi
a. Photo Polos Plain Film
Pemeriksaan rongen photo ginjal, uretra, Blader untuk melihat :
- Gross Anatomy yang normal
- Stone ( batu )
Posisi Supinasi tidak ada persiapan khusus
b. Intravenous Pyelografi ( IVP )
1. Persiapan pasien ;
- Informasikan prosewdur IVP
- Riwayat hypersensitif – iodone
- Puasa kira-kira jam 10 malam
- Bowel preparation dengan laxativ dengan edema
2. Prosedur IVP
- Zat contras injekai via IV
- Darah vena arteri renalis sehingga glomelurus kontas di wxcresi
3. Tujuan Prosedur IVP
- Untuk mengetahui bentuk dan ukuran ginjal, ureter dan blader
- Adanya obstruksi
c. Follow up Care
- Monitor terhadap gangguan fungsi ginjal
- Intake cairan
- Monitor serum creatinine
3. Computer Tomografi
a. Tujuan :
Gambaran 3 dimensi tentang struktur ginjal, uretra dan blader serta jaringan sekitarnya.
Apa ada Tumor, cysts, abses, obstruksi gangguan vasculer lain
b. Persiapan idem IVP
c. Follow up care tidak ada yang khusus
d. Normal C.Clearrance :
Perempuan : 85 – 125 ml / mt
Laki-laki : 95 – 135 ml / mt
e. Normal Creatinine excresi ke urin/24 jam :
Wanita : 1,0 – 2,0 gm / 24 jam
Laki-laki : 0,6 – 1,8 gr / 24 jam
4. Analisys Urin
a. PH normal 4,5 – 8,0
Diet
Fungsi Ginjal
Keadaan Urin
b. Warna dan Bau
Warna kuning kuning tua
Bau amoniak
Jernih : keruh ada infeksi dan protein tinggi
c. Gravity / Osmolalitas : 1,010 – 1,030
d. Glukosa :
Glukosa normal direabsorbsi di….
Level gula darah meningkat >150–180 mg
Glukosa disekresi ke urin.
e. Keton :
Keton adalah sisa metabolisme asam lemak
Normal dalam urin tidak ada
9
Keton positif dalam urin jika defisiensi insulin
f. Protein
Albumin normal negatif dalam urin
Protein positif jika ada infeksi dan inflamsi
g. Sediment, adalah partikel-pertikel yang ada di urin yang tidak normal :
Crl tubulus – cel epitel, RBC, WBC
bakteri
Renal Arterigiografi / Angiografi
a. Persiapan Pasien :
Informasikan angiografi dilaku-kan untuk mengetahui aliran daran arteri ke ginjal
Puasa, edema dan laxativ
Infom concent
b. Prosedur
Injeksi kontras pada renal arteri
- Sedasi
- Preperasi kulit
- Local anasthesi
Flourosocopy CATH ART, fomoral aorta abdominalis orifisium art renal contras di injeksikan di X, Ray secara interval
sehingga kita bisa lihat :
a. Area pembuluh darah yang menyempit
b. Pembulluh darah ruptur
c. Blok pada aliran darah
Follow Up Care :
a. Monitor Komplikasi Angiographi :
Perdarahan renal failure, kateter insersi
b. Monitor lokasi insersi cateter terhadap
Tanda-tanda perdarahan dan pembekakan.
c. Vital signs :
15 menit sampai 1 jam
30 menit sampai 2 jam berikutnya
tiap 4 jam
d. Pols arteri bagian distal di cek tanda-tanda emboli
e. Bedrest 24 jam setelah proses (bedrest total 6 jam set prosedur )
f. Cek lab dan kolaborasi :
Hb, HT
Creatinine
5. Cytoscopy
a. Persiapan Pasien :
Informasi tujuan citoscopy
Inform concent harus ada izin operasi
Puasa jam 9 malam baru bisa operasi
Sedasi
Laxatan pagi edema
b. Prosedur Cytoscopy
Tujuan :
- Pemeriksaan blader dan uretra trauma
- Identifikasi penyebab obstruksi traktus urinarius, apa ada batu, tumor, prostat atau hypertropi
Prosedur :
- Pemeriksaan cytoscopy dilakukan diruang khusus cytoscopy dengan dolkal anathesi dan general anathesi
- Personel :
Anasthesiologist
Circulating nurse
Scrub nurse
Surgical asistant
Urologist
- Posisi lithotomi
- Anathesia :
Preparsi kulit
Draping
Cytoscope inserted
Via uretra
Blader
Untuk dapatkan visuasasi dari uretra dugunakan aretroscope digunakan cytoscopi.
Follow up Care
- Rawat di recopery unit
- Jika lokal anathesi dan sadarkan pasien ke ruang rawat
- Jika cytoscopy diklinik pasien tidak dirawat sebelum pulang pasien ke ruang monitor.
-
10
A. MONITOR
Monitor kepatenan jalan nafas, vital signt : BP temperatur BJ
Ukin out put
Perdarahan dan Infeksi.
B. Biopsi
a. Persiapan Pasien :
Penjelasan tujuan renal biopsi hati, untukMencari penyebab gangguan ginjal yang belum diketahui
Tehnik ada dua cara
- Perdutaneus close biopsi
- Pembedahan open biopsi
Perdarahan pasien adala perdarahan ganda
Anasthesi
b. Prosedur :
Karakteristik Biopsi
- Pasien puasa 6 jam sebelum tindakan
- Biopsi pada ginjal
- Menentukan posisi pasti ginjal dibantu alat flouroscopi alat ultrasonic
- Posisi ginjal dipastikan baru dimasukan jarum bipsi oleh anastesiologi.
- Posisi pasien prone dengan bantalan berbentuk bulat diletakan bawah abdomen, ginjal dekat dengan kulit
- Preparasi kulit praped local anastesi insersi jarum ( spesemen diperiksa )
Follow up Care :
- Setelah dibiopsi 24 jam..
- Urin out put level Hb, HT
- Bedrest total dalam podidi supinasi dengan bantal untuk perut / bagian belakang selama 6 jam setelah biopsi, kepala boleh elevasi minum boleh
- Setelah 6 jam jika perdarahan negatif dapat ke toilet jika perlu
- Urin akan kemerahan selama 24 jam after biopsi cloting seharusnya negatif
- Jika pasien mengelu sakit atau nyeri radiasi pada abdomen dan paha dicurigai awal perdarahan.
- Pasang IV line + RBC
- Perdarahan memburuk surgical intervensi
Perdaraha Negatif :
- Pasien aktivitas normal setelah 24 jam
- Hindari mengangkat menda berat
PENGENALAN INTERPRETASI
R
D T
PR ST
Q
S
Diastole Sistole Diastole
1. P. wave atrial Depolarisasi
2. P–R interval waktu yang diperlukan untuk Perjalanan impulas dari SA node atria AV node vent normal tidak lebih 0,20 sec
3. QRS complex vent depolarisasi
4. T.Wave repolarisasi vent
5. QT interval total waktu
H. DYSRHYTMIA
Adalah gangguan irama jantung :
☞ Penurunan Co
☞ Penurunan nutrisi sel
I. kasi Dysrhytmia
1. Gangguan Pembentukan Impuls
11
- Tachycardia
- Bradycardia
- Prematur beat
- Flutter
- Fibrilasi
2. Gangguan perjalanan rangsangan :
- Atrioventrikular Block
3. Gangguan Irama mengancam kehidupan :
- VT
- VF
- Asystole
☞ E C G diukur :
- Amplitudo (Voltage) line 1 mm – 0,1 mv
- Duration ( Time ) series of vertival line 1 mm – 0,04 s
1 mm : 0,1 MV
1 mm: 0,04 S
☞ E C G diperkirakan HR
- QRS 6 Sec X 10
- 1.500 : Jumlah kotak kecil
- Antara :
› P–P
› R–R
SIMPATIS PARASIMPATIS
ME SA Me SA
Dischange AV Dischange
Impuls-SA MR kurang
HR Lebih dari 60/mt
100/mt
Hati
ETIOLOGI
Atlit
Anxiety Stimulasi
Pain Parasimpati
Fright Gagal Stimulasi
Stress (Suctioning)
Kompensasi Efek Obat-an
ME Stroke Digitalis
Volum Penenang
NURSING ROLE
Identifikasi pada ECG strip dokumentasi
Dukumentasi record
Kaji klinis pasien pada tanda-tanda penurunan CO syncope, hypotensi, angina
Jika HR menurun 50 / menit segera konsultasi ke dokter
Kolaborasi pemberian obat-obatan :
- Atropin
- Isoproterenol ( 1 mg – 500 dex 5 % ) kalau maka terjadi Temporary Pace Maker ( TPM )
L. A. SINUS TACHYCARDIA
Rate : 100 – 150 / menit
Rhythm : Reguler
P. Waves : Normal diikuti QES komplex
QRS : Normal
Penyumbatan arteri Coronaria Me
NURSING ROLE
Identifikasi ECG strip dokumentasi
Identifikasi Causa?
Jika tidak teridentifikasi sumber ST :
- Tanda awal left vent failure
- Kaji tanda LVF orthopnea apa ada batuk gelisa
Konsultasi ke dokter – pasien memburuk
Kolaborasi therapi :
- Sedativ
- Digitalis
ST anxiety bisa pengaru psikologis
ETIOLOGI
- Iritable area cardiac muscle akibat ischemia
- Digitalis toxicity
- Edema – jaringan
- Hypoxia
- Elektrolit imbalance
- Overuse stimulasi caffien nicotin
- Lack of sleep
- anxiety
NURSING ROLE
- Identifikasi ECG – dokumentasikan
- Observasi frekwensi prematur beat jika meningkat konsultasi ke dokter
- Hati-hati fibrilasi, flutter
- Observasi klinis pasien , vital signs
13
a. Small area di jantung lebih mudah terangsang pada pelepasan impuls abnormal dan lebih awal yang di sebut Kontraksi jantunf prematur (Prematur
Beats)
b. Small area – focus yang melepaskan impuls abnormal – Ectopic focus :
- Atria PAC
- Junctional PJC
- Ventrikel PVC
c. Kontraksi prematur jika kejadianya 1 x tunggal tidak mengancam jiwa maka.
d. PAC Premature Atrial Contraksi:
- Atrial flutter
- Atrial Tachycardia
- Atrial Fibrilasi
H. ATRIAL FLUTTER DAN ATRIAL FIBRILASI
Pathophysiologi
a. Singel.
Multiple focus ectopic
Pelepasan impuls yang cepat
b. Gerakan berputar – putar
impuls dalam jantung
impulas tidak berhenti
Etiologi
- Atrial ischemia
- Peregangan terhadap dinding atrial fluit over load, MS heart Failure
Insidensi
- Usia lebih 40 :
› Ischemia heart desease
› PPOK
› Cardiak Dysrhytmia
›
I. PREMATUR ATRIAL CONTRACTION
- Rate : Normal
- Rhythm : Setelah PAC sedikit terlambat Sebelum normal beat
- P. Waves : Abnormal inverted runcing
- P–Rinterval : Normal memendek, memanjang
- QRS : Normal
PJC
14
3. P.Waves : Seperti mata gergaji
: Reguler 250 – 400 / menit
4. P–R interval : Tidak diukur – tidak ada AR
5. QRS : Normal :
: 1 – 3 ( QRS : P )
: 1 – 4 ( QRS : P )
Manajemen Kolaboratif :
1. Drug Therafi
- Digitalis
- Calsium Blocking agent Verapamil
Gbr.
15
C. ATRIOVENTRICULAR BLOCKS
a. Terdapaynya gangguan pada sistem pejalanan impuls dari SA – AV node (Atrium dan Ventrikel) AV – Block
- First Degeree AV – Block 1
- Second Degree AV – Block 2
a. Mobitz tipe I Block
b. Mobitz tipe II Block
- Thrid degree AV - Block
b. Etiologi
1oAV-Block
Mobitz tipe 1
E. Manajemen Kolaboratif
a. First AV Block
- Tidak diobati ( PR intern : 0,21 – 0,2 )
- Dengan obat-obatan – atrium – IV
- TPM
b. Second Mobitz tipe I. AV – Block
- Tidak diobati
- Obat-obatan Ventriculer rate < 50 isoprel
- Lebih dari 3 hari mobitz tipe.. positif- persiapkan TPM
Observasi keracunan :
- Digitalis
- Ca – Bocking AG..
Nursing Role :
- Indentifikasi heart Blook Dokumentasi-kan.
- Observasi HR, BP, Dyspnea, sakit kepala
- Konsultasi dr.
- Monitor HR – ECG strip 2o – 3o AVBL.
- If ventricular rate < 50 pemberian atropin, isoproterenol sesuai indikasi. Monitor respon terhadap obat-obat tersebut
- Respon obat-obatan negatif siapkan TPM.
- Tahan pemb. Digitalis, sampai dr. ada
F. MANAJEMEN KOLABORATIF
a. TPM sinus rhythm
b. Th/ isoprotenolol dalam glukose IV
Nursing Role
- Identifikasi dysrhytmia – bedakan dg bradycardia dokumentasikan
- Konsultasi ke dr segera second, third
- Persiapkan IV line:
IMG isoprel / 250 dex 5 %
Defibrilator dekat tempat tidur
Lydocain 100 Mg dalam spuit
16
- Persiapkan pasien pemasangan TPM
- Kaji keadaan klinis pasien, terhadap tanda-tanda kegagalan ventrikel kiri
- Observasi prematur ventrikel konstraks ventrikel fibrilasi
- Jika TPM terpasang observasi pace maker berfungsi dg benar
- Jika terjadi ventricular standstill CPR
b. Nursing Role
› Kaji keadaan pasien :
Kesadaran apa sadar atau tidak sadar
Klinis apa ada Dyspnea, angina, BP
› Panggil dokter segera
› Persiapkan emergency troley, Bed side :
100 mg lidocain dalam syringe
intra vonous line (infus) defibrilator
› Pemberian bolus lidocain sesuia intruksi – 100 mg / IV, apa berhasil pemberian infus lidocain
› Pemberian Bolus lidocain, gagal terminasi VT –( Ventrikel Fibrilasi.
› Catdioversion
Nursing Role
a. Identifikasi ventrikel fibrilasi
b. Dokumentasikan ECG strip secara continue :
Kaji keadaan pasien
Tidak sadar – raba pols perifer
Dengarkan bunyi jantung
c. Minta bantuan – emergency sistem call
d. Siapkan – emergency troley
e. Siapkan defibrilasi segera lakukan DC - Shock
f. Langkah-langkah :
- Pastikan DC – posisi On
- Level energy 300 – 360 watt second syncronizer - off
- Berykan gejy pada kedua paddeles defibrilator
17
- Letakan kedua paddles – chest wall – Right srenal border - LSB
- Triger – defibrilator energy
VF sudah teratasi – jika belum DC Shock diulang hingga 3 kali gagal – CPR.
18