2
1. Klarifikasi Istilah
a. Triage : berasal dr bhs perancis “triar” menseleksi menentukan prioritas
penatalaksanaan pasien/korban saat SDM terbatas
Screening untuk dewasa 2-5 menit, anak2 kurang lebih 7 menit
2. Batasan Masalah
a. Kategori triage bencana dan triage pada kasus
b. Apa yang harus dilakukan pertama kali saat di lokasi kejadian?
c. Bagaimana algoritmake gawatdaruratan
d. Penanganan pada kasus (luka memar, perdarahan)
e. Trauma scoring
INFO 2
Pasien membuka mata dengan rangsangan nyeri (2), suara mengerang (2), ektremitas
berespon menjauhi nyeri (4), TD 80/40 mmHg, HR 130x/menit, RR 30/menit, suhu 36
derajat celcius, saturasi o2 88% GCS 8
Kepala leher : mata anisokhor 3/5 mm, RC +/+, konjungtiva pucat, memar di kepala kanan,
dan luka robek 4 cm di regio temporal kanan. Tidak ada jejas di leher.
Thoraks : tampak jejas di dada kiri, gerak asimetris, dada kiri tertinggal. Vesikuler +/+. Suara
tambahan (–). Suara jantung normal.
Abdomen : datar, jejas (–), supel, bising usus (–)
Ektremitas : multiple vulnus ekskoriase di ke empat anggota gerak, vulnus laceratum
sepanjang 5 cm dengan bone expose di tungkai diri dan deformitas positif di tungkai kiri.
BB : 60 kg
INFO 3
Setelah resusitasi selama 1 jam, kondisi pasien
Kesadaran : sama
TD 110/70 mmHg
HR 110 x/menit
RR 26 x/menit
Suhu 36,8
Saturasi o2 94%
Urin output 30 cc/jam pekat
INFO 4 (pemeriksaan laboratorium)
HB : 6,5 g%
HT : 19
AE : 3255
AL : 17.000
AT : 180.000
GDS : 180 mg/dL
3. Analisa Permasalahan
a. Kategori triage bencana dan triage pada kasus
- Warna merah : korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan korban yang
mengalami syock oleh berbagai penyebab, gangguan pernafasan, trauma
kepala dengan pupil anisokor dan perdarahan eksternal masif.
- Warna kunin : korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi perawatan
dapat ditunda sementara. korban yang termasuk dalam kategori kuning
adalah korban dengan resiko syock, seperti korban dengan gangguan jantung
atau trauma abdomen, fraktur multipel, fraktur femur/pelvis, luka bakar luas,
gangguan kesadaran atau trauma kepala, korban dengan status yang tidak
jelas.
- Warna hijau : korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pengobatan
dapat ditunda, seperti pada korban yang mengalami fraktur minor, luka
minor, luka bakar minor atau korban yang mendapatkan perawatan seperti
pembalutan luka atau pemasangan bidai.
- Warna biru : tidak ada harapan hopeless
- Warna hitam : penanda korban yang telah meninggal dunia
Berdasarkan klien :
Prioritas 1 : emergency
Prioritas 2 : urgent
Prioritas 3 : non urgent
Prioritas 4 : kematian
Klasifikasi triage
1. Triage di tempat
Triage yang dilakukan di tempat korban ditemukan atau pada tempat
penampungan yang dilakukan oleh tim pertolongan pertama atau oleh
tenaga medis gawat darurat
- Pemeriksaan
- Klasifikasi
- Pemberian tanda
- Pemindahan korban ke pos medis lanjutan
2. Triage di medik
Triage yang dilakukan saat korban memasuki pos medis lanjutan oleh tenaga
medis yang berpengalaman yang bertujuan untuk menentukan tingkat
perawatan dan tindakan pertolongan yang dibutuhkan oleh korban
3. Triage evakuasi
Triage yang ditujukan pada korban yang dapat dipindahkan pada rumah sakit yang
telah siap menerima korban bencana masal
Dapat diperintah?
Tunda
Pada kasus :
1. Alertness : respon to pain.
2. Airway : tidak terdapat informasi
3. Breathing : RR 30 x/menit, Sa O2 88%, gerakan dinding dada asimetris bagian
kiri tertinggal
4. Circulation : TD 80/40 mmHg, HR 130 x/menit
5. Brain : pupil anisokor, refleks cahaya +/+, GCS 8
6. Asses others injury : multiple vulnus ekskoriase di ke empat anggota gerak,
vulnus laceratum sepanjang 5 cm dengan bone expose di tungkai diri dan
deformitas positif di tungkai kiri.
h. Penanganan pada kasus (luka memar, perdarahan)
1. Diagnosis sementara :
- Cedera kepala berat GCS 8, pupil anisokor
- Syok kardiogenik, hemoragik, hipovolemik (perdarahan pada cruris
disertai TD 80/40 mmHg), endokrin, sepsis, Syok distributif, obstruktif
- Flail chest
- Fraktur terbuka di regio cruris sinistra
- vulnus laceratum dengan bone expose
2. Penanganan awal
- Beri oksigen
Oksigenisasi awal 5 liter / menit dan di evaluasi tiap 2 – 3 menit
- Terapi cairan
Sebagai patokan : BB, HR, RR,
- Tangani perdarahan dari luka terbuka
- Pasang kateter urin
3. Pemeriksaan penunjang
4. Follow up pasien
- TTV
- Sa O2
- GCS
- urin
i. Trauma scoring
SASARAN BELAJAR :
1. Penanganan awal pasien
a. Syok hipovolemik
2. Komplikasi
a. Cedera kepala berat
- Koma: pasien tidak sadar dan tidak meberi respon
- Kejang: sekurang-kurangnya terjadi 1x dalam minggu pertama setelah cedera
bahkan epilepsi
- Infeksi: masuk melalui meningens
- Hilangnya kemampuan kognitif
- Alzheimer, parkinson: risiko makin tinggi sesuai tingkat keparahan cedera
- Demam
- Gastrointestinal: gastritis erosi dan lesi gastroduodenal
- Gelisah: kandung kemih penuh atau nyeri karena trauma berat, serta
peningkatan TIK
b. Syok
- Sepsis
- Sindrom gawat napas akut
- Koagulasi intravaskuler
- Kegagalan multiorgan
- Kematian
c. Fraktur terbuka
- Syok hipovolemik: karena perdarahan dan kehilangan cairan ekstrasel
- Sindrom emboli lemak: lemak masuk ke pembuluh darah karena tekanan
sumsum tulang > kapiler
- Sindroma kompartemen
- Kerusakan arteri: nadi tidak teraba, sianosis distal, hematom yang lebar
- Infeksi
- Avaskular nekrosis: aliran darah ke tulang terganggu
d. Vulnus laseratum
- Hemoragi
- Infeksi: risiko lebih tinggi jika terdapat jaringan nekrotik atau adanya benda
asing, serta penurunan suplai darah
e. Flail chest
- Gagal napas: inefektif air movement karena adanya edem/kontusio paru
- Kelumpuhan rongga dada
- Tamponade jantung, ruptur jantung
- Hematotoraks
- Hemopneumotoraks
3. Etik kedokteran pada pasien gawat darurat
a. Isu etik pada kegawatdaruratan
- Periode waktu pengamatan relatif singkat
- Perubahan klinis mendadak
- Mobilisasi petugas yang tinggi sehingga tidak mendapat pelayanan
lakukan triase
b. KODEKI Pasal 13: setiap dokter wajib melakukan penanganan
kegawatdaruratan
c. WMA: tugas dokter, jika pasien tidak sadarkan diri atau tidak dapat
menyatakan keinginannya sedapat mungkin tetap meminta izin dari wali yang
sah secara hukum
d. IDI: bila melakukan pertolongan harus dilakukan dengan tuntas
e. Pasal 51 UU No. : seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat atas
dasar perikemanusiaan
Interpretasi pemeriksaan penunjang
1. Chest X Ray
Hiperlusen
2. X-Ray Cruris
Fraktur cruris sinistra 1/3 distal
3. CT Scan