Indonesia mengalami double burden penyakit yaitu penyakit tidak
menular dan penyakit menular yang terjadi dalam waktu bersamaan (Kemenkes RI, 2015). Penyakit hipertensi dalam kehamilan (HDK) merupakan kelainan vaskular yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada masa nifas. Hipertensi dalam kehamilan sering dijumpai dan masih merupakan salah satu penyebab kematian ibu. Hipertensi dalam kehamilan menjadi penyebab dari kelahiran mati dan kematian perinatal yang disebabkan oleh partus prematurus (Sastrawinata et al., 2003). Hipertensi dalam kehamilan (HDK) memengaruhi sekitar 10% dari semua perempuan hamil di seluruh dunia. Penyakit dan kondisi ini termasuk preeklampsia dan eklampsia, hipertensi gestasional dan hipertensi kronik. Hipertensi dalam kehamilan adalah penyebab penting morbiditas akut berat, cacat jangka panjang dan kematian ibu serta bayi. Hampir sepersepuluh dari semua kematian ibu di Asia dan Afrika terkait dengan hipertensi dalam kehamilan, sedangkan seperempat dari semua kematian ibu di Amerika Latin dikarenakan komplikasi. Sebagian besar kematian yang terkait dengan gangguan hipertensi dapat dihindari dengan menyediakan waktu yang cukup dan perawatan yang efektif untuk perempuan khususnya mengalami komplikasi (WHO, 2011). Lima penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan, HDK, infeksi, partus lama/macet dan abortus. Kematian ibu di Indonesia tetap didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, HDK dan infeksi. Proporsi ketiga penyebab kematian ibu telah berubah, perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan proporsi HDK semakin meningkat. Lebih dari 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 disebabkan oleh HDK (Kemenkes RI, 2014). Sembilan puluh lima persen penderita hipertensi tidak diketahui penyebabnya dan dikenal sebagai hipertensi primer atau esensial. Beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi tersebut. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko yang erat kaitannya dengan penyakit ini (Sulastri et al., 2012). Saat ini obesitas mendapat perhatian yang serius karena jumlah penderitanya yang semakin meningkat termasuk di dalamnya adalah wanita pada usia reproduktif. Jumlah penderita obesitas pada wanita hamil juga meningkat sekitar 18,5 persen sampai dengan 38,3 persen. Obesitas merupakan ancaman yang cukup serius bagi ibu hamil, tidak hanya pada masa kehamilan, ibu yang memiliki kelebihan berat badan, kemungkinan akan mengalami masalah ketika persalinan dan pasca persalinan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan North East Public Health Observatory yang dipublikasikan pada British journal of obstetrics and gynaecology, obesitas pada perempuan umumnya dimulai ketika mereka mulai mengandung. Selain itu obesitas juga mempengaruhi kesuburan seorang wanita, wanita hamil dengan obesitas juga lebih berisiko mengalami keguguran dibandingkan dengan wanita hamil normal (Isnaniar et al., 2019). Obesitas mempunyai peranan dalam meningkatkan resiko penyakit kronis mulai dari penyakit vaskular, kanker, prostat, usus, dan rektum. Dari sekian banyak penyakit yang disebabkan oleh obesitas salah satunya yaitu hemoroid. Hemorhoid adalah pelebaran dari jaringan submukosa yang mengandung venula, arteriola, dan jaringan otot lunak yang terdapat pada kanalis analis. Obesitas merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan timbulnya hemoroid karena penimbunan lemak didaerah abdomen akan memberikan tegangan yang abnormal pada otot sfingter internal hingga mengakibatkan hemoroid (Wibowo et al., 2018). Kejadian hemoroid cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia seseorang, dimana usia puncaknya adalah 45-65 tahun. Kehamilan akan meningkatkan insiden hemorroid, dimana lebih dari 50% wanita hamil dijumpai kasus ini. Risiko akan meningkat 20-30% setelah kehamilan kedua atau lebih. Pada ibu hamil, tekanan intra abdomen yang meningkat karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena hemorhoidalis. Pada kebanyakan wanita, hemorhoid yang disebabkan oleh kehamilan merupakan hemorhoid temporer, yang berarti akan hilang beberapa saat setelah melahirkan. Tindakan diperlukan bila hemorhoid menyebabkan keluhan atau penyulit (Carolina et al., 2014; Sudarsono, 2015).
Carolina, L., Kurdi Syamsuri, Efman Manawan. 2014. Hemorhoid Dalam
Kehamilan. MKS. Vol. 46 (2): 164-170.
Isnaniar, Wiwik Norlita, Niken Safitri. 2019. Pengaruh Obesitas Terhadap
Kejadian Hipertensi Dalam Masa Kehamilan di Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru. Jurnal Photon. Vol. 9(2): 75-87.
Kemenkes RI. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-
2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Sastrawinata S., Martaadisoebrata D., Wirakusumah F.F. 2003. Obstetri Patologi
Vol 2nd ed. Jakarta: EGC.
Sudarsono, D. F. 2015. Diagnosis Dan Penanganan Hemoroid. J Majority. Vol. 4
(6): 31-34.
Sulastri, D., Elmatris, Rahmi Ramadhani. 2012. Hubungan Obesitas Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Etnik Minangkabau Di Kota Padang. Majalah Kedokteran Andalas. Vol. 36(2): 188-201.
WHO. 2011. Prevention and Treatment of Pre-Eclampsia and Eclampsia.
Geneva: World Health Organization.
Wibowo, H., Erlinengsih, Aljafri Gusman, Renda Syahira. 2018. Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hemoroid Di Poliklinik Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi. Afiyah. Vol. 5(2): 7- 14.