Anda di halaman 1dari 2

Di Indonesia, sampai saat ini belum ada pedoman terapi untuk urtikaria.

Sebagian
besar institusi menganut pedoman terapi EEACI (European Academy of Allergy
andClinical Immunology)/GALEN (the GlobalAllergy and Asthma European
Network)/EDF (the European Dermatology Forum)/WAO(World Allergy Organization)
yang diadopsi oleh AADV (Asian Academy of Dermatologyand Venereology) untuk
urtikaria kronis di Asia pada tahun 2010. Tatalaksana urtikaria, baik akut maupun kronis
terdiri dari 2 hal utama, yaitu (Zuberbier et al., 2009):
1. Identifikasi dan eliminasi faktor penyebab atau pencetus
Identifikasi faktor penyebab membutuhkan diagnostik yang menyeluruh dan tepat. Jika
didapatkan perbaikan setelah eliminasifaktor diduga penyebab, faktor ini baru bisa
disimpulkan sebagai penyebab jika terjadi kekambuhan setelah tes provokasi
(Zuberbier et al., 2009).
2. Terapi simptomatis
Tujuan utama terapi adalah menghilangkan keluhan. Panduan terapi menurut
EEACI/GALEN/EDF/WAO. Adapun obat yang dapat digunakan antara lain
(Zuberbier,2012; Borges et al., 2012):
a. Antihistamin
1) Antihistamin generasi pertama (AH1) sudah jarang digunakan, hanya
direkomendasikan sebagai terapi tambahan urtikaria kronis yang tidak terkontrol
dengan antihistamin generasi kedua. AH1 menyebabkan kontraksi otot polos,
vasokontriksi, penurunan permeabilitas kapiler, penekanan sekresi, dan
penekanan pruritus. Antihistamin generasi pertama sebaiknya diberikan dosis
tunggal malam hari karena mempunyai efek sedatif.
2) Antihistamin-H1 non-sedatif/ generasi kedua (azelastine, bilastine, cetirizine,
desloratadine, ebastine, fexofenadine, levocetirizine, loratadine, mizolastine, dan
rupatadine) memiliki efikasi sangat baik, keamanan tinggi, dan dapat ditoleransi
dengan baik, sehingga saat ini digunakan sebagai terapi lini pertama. Apabila
keluhan menetap dengan pemberian antihistamin-H1 non-sedatif selama 2
minggu, dosis antihistamin-H1 nonsedatif dapat ditingkatkan sampai 4 kali lipat
dosis awal yang diberikan.
3) Antagonis reseptor histamin-2 (AH2) seperti simetidin diberikan dalam
kombinasi dengan antagonis H1 pada urtikaria kronis. Meskipun efikasinya
rendah, beberapa ahli berpendapat bisa diberikan sebelum terapi lini kedua.

Anda mungkin juga menyukai