Anda di halaman 1dari 5

ALGORITMA INITIAL ASSESSMENT TRAUMA

AGD 118/2019

Jika anda menemukan pasien trauma, yang harus anda lakukan adalah :

3A Aman diri

Aman lingkungan

Aman pasien

Cek kesadaran : AVPU ( Respon Alert, Respon Verbal, Respon Pain, Un Respon)

 Sadar pemeriksaan disesuaikan dengan permasalan yang ada ABCD


 Tidak sadar, lakukan :

PRIMARY SURVEY (Pasien Trauma)


A. Airway (Jalan Nafas) + Control Cervical
Pegang kepala (fiksasi) pasang neck collar (bila curiga Fr, cervical)
Curiga Fr. Cervical, bila :
1. Trauma kapitis dengan penurunan kesadaran.
2. Mutiple trauma.
3. Terdapat jejas diatas clavicula sampai dengan daerah cranial.
4. Biomekanika trauma yang mendukung.

Periksa Airway look, listen, and feel.

o Bila Gurgling lakukan suction / dimiringkan (Log Roll)


o Bila snoring lakukan Jaw Thrust/ Chin Lift (Tindakan manual)
Gunakan OPA (pasien tidak sadar) atau NPA (pasien sadar)
Hati hati fraktur basis cranii
o Bila terdengar stridor perlu airway definitif (intubasi/ surgical airway)

Curiga Fr. Basis Cranii :

1. Perdarahan dari lubang hidung/ telinga.


2. Racoon Eyes.
3. Beatle Sign.
4. Brill Hematom.

Khusus untuk pasien non trauma yang tidk sadar, Buka airway dengan tehnik Head Tilt &
Chin Lift.

Catatan :

o Snoring ( ngorok), sering terjadi pada pasien tidak sadar karena pangkal lidah jatuh
ke belakang.
o Gurgling (kumur-kumur),terjadi sumbatan karena cairan (darah, skret/ slem)
o Stridor, terjadi karena oedim faring/ laring (cidera inhalasi), misal : pasien
menghirup uap panas/ Carbon monoksida.
B. Pernapasan + oksigenasi/ Ventilasi
Nilai frekwensi pernafasan, kemudian berikan oksigen bila ada masalah terhadap ABCD
Pilihan :
 Canul > 2- 6 Lpm
 Face Mask/ RM ( Rebreating Mask)> 6- 10 Lpm
 NRM ( Non Rebreating Mask) > 10 – 12 Lpm
 BVM ( Bag Valve Mask ) > bila pernafasannya tidak adekuat atau apneu
berikan ventilasi tambahan dengan tehnik Bagging / Ventilasi.

Jika frekwensi pernafasan pasien semakin bertambah / sesak maka langkah berikutnya cari
penyebabnya dengan menggunakan langkah IAPP ( Inspeksi, Auskultas, Perkusi, Palpasi ).
Untuk menentukan ada atau tidaknya kecurigaan terhadap masalah breathing yang dapat
segera mengancam nyawa.

Pada pasien trauma waspada terhadap gangguan / masalah breathing yang cepat dapat
menyebabkan kematian, diantaranya :

4 Masalah yang mengancam breathing serta tindakannya adalah :

1. Tension Pneumothorax ( terperangkapnya udara didalam rongga pleura) dengan


pemeriksaan IAPP temukan tanda dan gejala sebagai berikut :
 Pasien sangat sesak, frekuensi nafas cepat dan dangkal.
 Ekspansi dinding dada tidak simetris disertai jejas pada daerah thorax.
 Hasiel auskultasi negatif.
 Hasil perkusi hipersonor.
 Trakhea bergeser.
 Distensi vena jugularis.

Tindakan penyelaatan setelah pemberian O2 yaitu dekompresi > needle


thorakosintesis di ICS ke 2 mid clavikula. Kemudian kolabirasi dengan dokter intuk
tindakan pemasangan Chest Tube/ WSD.

2. Open Pneumothorax ( luka terbuka pada thorax ) temukan tanda dan gejalanya sebagai
berikut :
 Pasien sangat sesak, frekwensi nafas cepat dan dangkal.
 Ekspansi dinding dada tidak simetris.
 Luka tembus / terbuka pada thorax.
 Hasil perkusi hipersonor.
 Terdengar suara Sucking Chest Wound ( yaitu paru menghisap udara lewat
lubang luka ) pada luka terbuka/ tembus.

Tidakan setelah pemberian O2 > tutup dengan kasa 3 sisi yang kedap udara,
kemudian kolaborasi dengan dokter untuk tindakan pemasanag Chest Tube / WSD.

3. Masive Haemototorax ( perdarahan didalam rongga pleura / thorax), dengan


pemeriksaan IAPP temukan tanda dan gejala sebagai berikut :
 Pasien sangat sesak, frekwensi nafas cepat dan dangkal.
 Ekspasi dinding dada tidak simetris disertai jejas / fraktur pada daerah
thorax.
 Hasil auskultasi negatif.
 Hasil perkusi dullness/ pekak/ redup.
 Terdapat tanda-tanda shock hemoragic dengan perdarahan lebih dari
1500cc (lebih dari 200cc/jam selama 2 jam).

Tindakan setelah pemberian O2 kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan chest


tube / WSD.

4. Flail Chest dengan Kontosio Paru ( fraktur pada costae lebih dari 2 segmen), dengan
pemeriksaan IAPP temukan tanda dan gejala sebagai berikut :
 Pasien sangat sesak, frekwensi nafas cepat dan dangkal.
 Ekspansi dinding dada dan tampak paradoksal.
 Pasien nyeri hebat saat bernafas sehingga takut bernafas.

Tindakan setelah pemberian O2 berikan analgetik, assisted ventilasi , perlu tindakan


definitif/ intubasi (kolaborasi dengan dokter)

C. Circulation dan kontrol perdarahan dan perbaiki volume


Perdarahan Exsternal : lakukan balut tekan ( hati-hati terhadap sumber perdarahanyang
potensial cepat mengancam nyawa ), cek akral dan nadi, bila ada tanda-tanda syok
hemoragic (hipovolemik) berikan infus 2 jalur dengan cairan kristaloid(RL) yang hangat
1-2 liter diguyur. Jangan lupa ambil sempel darah (lab).
Perdarahyan Internal : perbaiki volume untuk cegah syok lebih lanjut, pelvis> gurita,
femur> bidai, thorax > konsul dokter bedah(thorakotomy), abdomen dan retroperitoneal
> konsul dokter bedah (laparotomy). Tentukan penatalaksanaaan nya. Pertimbangkan
pemberian tranfusi darah

D. Disability (pemeriksaan Status Neurologis )


1. Nilai GCS

Eye : 4 buka mata spontan


3 buka mata terhadap suara
2 buka mata terhadap nyeri
1 tidak ada respon

Verbal : 5 orientasi baik


4 berbicara bingung
3 berbicara tidak jelas ( hanya kata-kata yang keluar )
2 merintih / mengerang
1 tidak ada respon

Motorik : 6 bergerak mengikuti perintah


5 bergerak terhadap nyeri dan dapat melokalisir nyeri
4 berlawan dengan rangsang nyeri
3 fleksi abnormal
2 ekstensi abnormal
1 tidak ada respon

2. Reaksi pupil dengan Pen Light : Isokor atau Anisokor, Midriasis, Dilatasi, Ukuran.
3. Kekuatan Otot Motorik : bandingkan kedua sisi nya, dengan cara :
Pasien sadar contoh > perintahkan pasien untuk berjabat tangan dengan petugas
dengan kuat ( menialai ada/ tidak adanya laterisasi motorik yang mengarah pada
cidera otak ) untuk kaki digerakan atau tangan petugas dilrtakan dibawah telapak
kaki korban kemudian diperintahkan untuk mendorong dengan kuat (bisa juga di
nilai saat cek GCS)
Pasien tak sadar kedua tangan pasien dipegang kuat oleh petugas kemuadian dilepas
berbarengan kemudian dinilai kekuatan ototnya, begitupula untuk bagian kaki.

E. Exposure : gunting pakaian dan lihat jelas/ cidera ancaman yang lain, kemudian cegah
hipotermi (diselimuti).

F. Folley Catheter , lihat kontra indikasi


Tidak dipasang bila ada ruptur uretra
o Pada laki-laki ada daerah OUE, sekrotum haematum, Rektal tuse prostat melayang.
o Pada wanita keluar drah pada uretra, hematom perinium.
Bila tidak ada kontra indikasi : pasang, urine per1 dibuang, lalu tampung, periksa
pengeluaran per jam, normal 0.5 cc/kg/jam, dewasa
1 cc/kg/ jam, anak
2 cc/kg/ jam, bayi
Pertimbangan pemasangan, indikasi bisa saja dilakukan pa`da tahap circulation.

G. Gastric Tube ( NGT )


Bila lewat bhidung diperhatikan kontra indikasi : Fraktur Tulang basis cranii, cegah lalu
lakukan lewat mulut (OGT), perhatikan pula indikasi pemasangan yaitu :
1. Unruk kepentingan selama proses pembedahan karena pasien tidak sadar.
2. Untuk mengurangi distensi abdomen
3. Untuk mencegah aspirasi.
4. Untuk kuras lambung.
5. Untuk prmberian nutrisi dan obat.

H. Heart Monitor (waspada terhadap aritmia yang mengancam), pulse Oxymeter(saturasi


normal), peeriksaan radiologi (pada lokasi cidera yang terindikasi)

RE – Evaluasi A-B-C-D-E
SECONDARY SURVEY

 Anamnesa : AMPLE (Alrgi, Medication, Past History, Least Meal, Event ) atau
KOMPAK ( Keluhan, Obat, Makanan Terakhir, Penyakit Penyerta, Alergi, Kejadian )
 Log Roll > from Head To toe, finger in every orifice: periksa dan teliti untuk menilai adakah
BTLS (Bentuk, Tumor, Luka, Sakit)
 TTV

Siapkan untuk:

 RS rujukan, jangan lupa hubungi RS yang dituju dan jelaskan syarat teknis merujuk pasien.
 OK
 ICU

Anda mungkin juga menyukai